Anda di halaman 1dari 20

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

“HIPERTENSI”

OLEH:

Lilia Mawaddah

193110138

2A

DOSEN PEMBIMBING:

Ns. Sila Dewi A, S.Pd, M.Kep, Sp.KMB

DIII KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’aalamiin, puji syukur diucapkan kepada Allah SWT atas segala


limpahan rahmat dan karunia serta nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “Hipertensi” guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah I. Tak lupa kami sebagai penulis menghanturkan shalawat beserta salam kepada
Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan
sunnah untuk keselamatan umat didunia maupun diakhirat.

Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan dan kehilawan
dalam penulisan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Demikianlah kata pengantar dari penulis, besar harapan penulis agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan diterima sebagai perwujudan penulis dalam dunia kesehatan
serta dapat digunakan sebagaimana mestinya, semoga kita semua mendapatkan faedah dan diberi
kemudahan dalam menuntut ilmu yang bermanfaat dunia dan akhirat.

Padang,3 Desember 2020

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1.1 Latar belakang....................................................................................................


1.1.2 Rumusan masalah...............................................................................................
1.1.3 Tujuan.................................................................................................................
1.1.4 Manfaat………………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN

2.1.1 Konsep Dasar Hipertensi............................................................


2.1.2 Asuhan Keperawatan Hipertensi................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan resiko morbiditas dan mortalitas premature, yang meningkat sesuai dengan peningkatan
tekanan sistolik dan diastolik. Kedaruratan hipertensi terjadi terjadi apabila peningkatan tekanan darah harus
diturunkan dalam 1 jam. Peningkatan tekanan darah akut yang mengancam jiwa ini memerlukan penanganan segera
dalam perawatan intensif karena dapat menimbulkan kerusakan serius pada organ lain di tubuh.

Kedaruratan hipertensi terjadi pada penderita dengan hipertensi yang tidak terkontrol atau mereka yang tiba-
tiba menghentikan pengobatan. Adanya gagal ventrikel kiri atau disfungsi otak menunjukkan kebutuhan akan perlunya
menurunkan tekanan darah segera. Hal ini memerlukan kesigapan perawat dalam menangani perawatannya.

Di Negara maju hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di Indonesia hipertensi juga
merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh para tenaga kesehatan yang bekerja di pelayanan
kesehatan primer karena angka pravelensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang di timbulkannya.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pemahaman tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada pasien hipertensi.

2. Tujuan Khusus
a. Dapat melaksanakan pengkajian pada klien dengan hipertensi.
b. Dapat menyusun perencanaan keperawatan pada klien dengan hipertensi.
c. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan hipertensi.
d. Dapat melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada klien dengan hipertensi.

C. Manfaat

1. Penulis
Dapat melakukan perawatan pada pasien hipertensi
2. Tenaga Kesehatan
Sebagai wawasan dan masukan bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
khususnya tim program kunjungan rumah (home care) atau Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat
(Perkesmas).
3. Masyarakat
Dapat membudayakan pengelolaan pasien hipertensi pada tatanan keluarga.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HIPERTENSI

Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari 140 mmHg atau tekanan diastolik lebih
tinggi dari 90 mmHg. Diagnostik ini dapat dipastikan dengan mengukur rata-rata tekanan darah pada 2 waktu yang
terpisah (FKUI, 2001).

Menurut WHO (1978) batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan
darah sama dengan atau di atas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Hipertensi adalah peningkatan tekanan
darah di atas normal yaitu bila tekanan sistolik (atas) 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolic (bawah) 90 mmHg
atau lebih.

Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik

Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg

Pre-
hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg

Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg

Stadium 2 >= 160 mmHg (atau) >= 100 mmHg

Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik
kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia
lanjut.

Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik
terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian
berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
B. ETIOLOGI

1. Usia

Hipertensi akan makin meningkat dengan meningkatnya usia hipertensi pada yang berusia dari 35 tahun
dengan jelas menaikkan insiden penyakit arteri dan kematian premature.

2. Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin pria umumnya terjadi insiden yang lebih tinggi daripada wanita. Namun pada usia
pertengahan, insiden pada wanita mulai meningkat, sehingga pada usia di atas 65 tahun, insiden pada wanita lebih
tinggi.

3. Ras

Hipertensi pada yang berkulit hitam paling sedikit dua kalinya pada yang berkulit putih.

4. Pola Hidup

Faktor seperti halnya pendidikan, penghasilan dan faktor pola hidup pasien telah diteliti, tanpa hasil yang
jelas. Penghasilan rendah, tingkat pendidikan rendah dan kehidupan atau pekerjaan yang penuh stress agaknya
berhubungan dengan insiden hipertensi yang lebih tinggi. Obesitas juga dipandang sebagai faktor resiko utama.
Merokok dipandang sebagai faktor resiko tinggi bagi hipertensi dan penyakit arteri koroner. Hiperkolesterolemia dan
hiperglikemia adalah faktor faktor utama untuk perkembangan arterosklerosis yang berhubungan dengan hipertensi.

Berdasarkan penyebab, hipertensi di bagi dalam 2 golongan :

1. Hipertensi primer / essensial

Merupakan hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui, biasanya berhubungan dengan faktor keturunan dan
lingkungan.

2. Hipertensi sekunder

Merupakan hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui secara pasti, seperti gangguan pembuluh darah dan
penyakit ginjal.

C. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : (Edward K Chung, 1995).

a. Tidak Ada Gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan
tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika
tekanan arteri tidak terukur.

b. Gejala Yang Lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam
kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa
gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak).
Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa
saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:

1) Sakit kepala

2) Kelelahan

3) Mual

4) Muntah

5) Sesak nafas

6) Gelisah

7) Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan
otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
D. PATOFISIOLOGI

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada
medulla dari otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdormen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya norepeneprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap vasokonstriksi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin, yang merangsang pembentukan angiotensin
I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II. Suatu vasokonstriktor yang dapat merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon yang menyebabkan retensi natrium yang menyebabkan peningkatan intravaskuler. Semua
faktor yang cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

E. SKEMA WOC

Hiperlipidemia, merokok, obesitas

Gaya hidup, faktor emosional

Implus saraf simpatis

Ganglia simpatis, neuron

Perganglion melepaskan asetikolin

Merangsang serabut saraf

Ganglion ke pembuluh darah


Norepineprine dilepaskan

Vasokonstriksi pembuluh darah


Resiko penurunan
curah jantung
Gangguan perfusi
Tahanan perifer meningkat jaringan serebral

Peningkatan tekanan darah


Penurunan aliran Respon gi tract
darah ke ginjal meningkat

Perubahan vaskuler retina

Nausea, vomitus
Pengaktifan
sistem renin Gangguan penglihatan
angrotensin
Anoreksia
Merangsang sekresi Resiko tinggi cidera
aldosteron dan
kortek adrenal

Gangguan Tubuh
Retensi Na + H2O
pemenuhan nutrisi kekurangan
kalori

Oedem Kelemahan fisik

Kelebihan volume Intoleransi


cairan aktivitas
F. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan Laboratorium

Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor
resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.

BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.

Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.

Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM.

2. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati

3. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi.

4. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan ginjal.

5. Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.

G. PENATALAKSANAAN

1) Penatalaksanaan Non Farmakologis

a. Diet

Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi
dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.

b. Aktivitas

Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan
kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.

2) Farmakologik
Sesuai dengan rekomendasi WHO/ISH dengan mengingat kondisi pasien, sasarkan pertimbangan dan prisif
sebagai berikut:

a. Mulai dosis rendah yang tersedia, naikkan bila respon belum belum optimal, contoh agen beta bloker ACE.

b. Kombinasi dua obat, dosis rendah lebih baik dari pada satu obat dosis tinggi. Contoh: diuretic dengan beta bloker.

c. Bila tidak ada respon satu obat, respon minim atau ada efek samping ganti DHA yang lain

d. Pilih yang kerja 24 jam, sehingga hanya sehari sekali yang akan meningkatkan kepatuhan.

e. Pasien dengan DM dan insufistensi ginjal terapi mula lebih dini yaitu pada tekanan darah normal tinggi.

H. KOMPLIKASI

Efek pada organ :

a. Otak

1) Pemekaran pembuluh darah

2) Perdarahan

3) Kematian sel otak : stroke

b. Ginjal

1) Malam banyak kencing

2) Kerusakan sel ginjal

3) Gagal ginjal

c. Jantung

1) Membesar

2) Sesak nafas (dyspnoe)

3) Cepat lelah

4) Gagal jantung
ASKEP TEORITIS

A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam melakukan pendekatan secara
sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga dapat diketahui kebutuhan pasien tersebut.
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu menentukan status kesehatan dan pola pertahanan
pasien serta memudahkan dalam perumusan diagnose keperawatan ( Doengoes, 2009).

Pengkajian pada pasien dengan hipertensi (Muttaqin, 2008 ), yaitu :

1. Pengumpulan data

1) Identitas
Meliputi nama,usia (kebanyakan terjadi pada usia muda), jenis akelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku,bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnose medis.

2) Keluhan Utama
Sering menjadi alasan pasien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah sakit kepala berdenyut disertai
rasa berat di tengkuk, pusing.

P (Prevetif) : penyebab sakit kepala nya ?

Q (Quality) : ada dimana sakitnya ?

R (Region) : lokasi sakitnya dimana ?

S (Skala) : skala sakitnya berapa ? (1-3 Ringan, 4-6 Sedang, 7-10 Berat)

T (Time) : waktu sakitnya kapan saja ?

3) Riwayat Penyakit sekarang


Pada sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala. Gejala yang di maksud adalah sakit
kepala, pendarahan di hidung, pusing,wajah kemerahan, dan kelelahan yang bisa terjadi pada penderita
hipertensi. Jika hipertensinya berat atau menahan tidak di obati, bisa timbul gejala sakit kepala, kelelahan,
muntah, sesak nafas, pandangan menjadi kabur, yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma.
4) Riwayat kesehatan dahulu / sebelumnya
Apakah ada riwayat hipertensi sebelumnya, diabetes mellitus, penyakit ginjal, obesitas, hiperkolesterol,
adanya riwayat merokok, pengunaan alkohol dan pengguna obat kontrasepsi oral dan lain ± lain.

5) Riwayat kesehatan keluarga


Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi.

6) Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta sebagaimana perilaku pasien
terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya

2. Pemeriksaan Fisik

1) B1 (Sistem pernafasan / Breathing)

Adanya dipsnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja, takipnea, penggunaan otot pernafasan, bunyi
nafas tambahan (krekels/mengi). Pemeriksaan pada sistem pernafasan sangat mendukung untuk mengetahui
masalah pada pasiendengan gangguan kardiovaskuler.

- Infeksi : untuk melihat seberapa berat gangguan sistem kardiovaskuler. Bentuk dada yang biasa
ditemukan adalah:
•Bentuk dada thoraks en beteau ( thoraks dada burung ).

•Bentuk dada thoraks emsisematous ( dada berbentuk seperti tong ).

•Bentuk dada thoraks phfisis ( panjang dan gepeng ).

- Palpasi rongga dada

Tujuannya :

• Melihat adanya kelainan pada dinding thoraks.

• Menyatakan adanya tanda penyakit paru dan pemeriksaan sebagai berikut Gerakkan dinding thoraks saat
inspirasi dan ekspirasi. Untuk getaran suara : Getaran yang terasa oleh tangan pemeriksaan yang
diletakkan pada dada pasien mengucapkan kata ± kata.

- Perkusi
teknik yang dilakukan adalah pemeriksaan meletakkan falang terakhir dan sebagian falang kedua
jaritengah pada tempat yang hendak di perkusi. Ketukan ujung jari tengah tangan kanan pada jari kiri
tersebut dan lakukan gerakkan bersumbu pada pergelangan tangan Posisi pasien duduk atau berdiri.

- Auskultasi
Suara nafas normal :

a. Trakeobronkhial, suara normal yang terdengar pada trackea seperti meniup pipa besi. Suara nafas lebih
keras dan pendek saat inspirasi.
b. Bronkovesikuler, suara normal di daerah bronchi, yaitu di sternum atas ( torakal ).
c. Vesikuler, suara normal di jaringan paru, suara nafas saat inspirasi dan ekspirasi sama.

2) B2 (Sistem kardiovaskuler / blood)

Kulit pucat, sianosis, diaphoresis (kongesti, hipoksemia). Kenaikan tekanan darah, hipertensi postural
(mungkin berhubungan dengan regimen obat), takirkadi, bunyi jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF
dini), S4 (pengerasan ventrikel kiri atau hipertropi ventrikel kiri). Murmur stenosis valvurar. Desiran
vascular terdengar diatas karotis, femoralis atau epigastrium (stenosis arteri). DVJ (Distensi Vena Jugularis).

3) B3 (Sistem persyarafan / Brain)

Keluhan pening atau pusing, GCS 4-5-6, penurunan kekuatan genggam tangan atau refrek tendon dalam,
keadaan umum, tingkat kesadaran.

4) B4 (sistem perkemihan / Blendder)

Adanya infeksi pada gangguan ginjal, adanya riwayat gangguan (susah bak, sering berkemih pada malam
hari).

5) B5 (Sistem pencernaan / bowel)

Biasanya terjadinya penurunan nafsu makan, nyeri pada abdomen / massa (feokromositoma).
6) B6 (sistem muskoloskeletal / bone)

Kelemahan, letih, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin, perubahan warna kulit, gerak tangan
empati, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), gerakan fisik cepat.

3. Analisa Data

Analisa data adalah upaya atau cara untuk mengolah data menjadi informasi sehingga karakteristik data
tersebut bisa dipahami dan bermanfaat untuk solusi permasalahan, terutama masalah yang berkaitan dengan penelitan.
Atau definisi lain dari analisa data yaitu kegiatan yang dilakukan untuk merubah data dari hasil penelitian menjadi
informasi yang nantinya bisa dipergunakan dalam mengambil kesimpulan. Adapun tujuan dari analisa data ialah untuk
mendeskripsikan data sehingga bisa dipahami, lalu untuk membuat kesimpulan atau menarik kesimpulan mengenai
karakteristik populasi berdasarkan data yang didapatkan dari sampel, biasanya ini dibuat berdasarkan pendugaan dan
pengujian hipotesis. (Arita Murwani,2009).

Analisa data merupakan kemampuan kognitif dalam pengembangan daya berfikir dan penalaran
yang dipengaruhi oleh latar belakang dan ilmu pengetahuan, pengalaman, dan pengertian keperawatan. Dalam
melakukan analisa data, diperlukan kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep,
teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan pasien
(Nurhasanah, 2013).

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Setelah data ± data dikelompokan, kemudian dilanjutkan dengan perumusan diagnosa. Diagnosa
keperawatan dalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon
pasien terhudap masalah aktual dan resiko tinggi (Doengoes, 2009).

Diagnosa keperawatan pada klien dengan hipertensi :

1) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral


2) Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokard.
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahaan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutahan
oksigen.
4) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen otak menurun.
C. INTERVENSI

Perencanaan adalah kategori dan perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada pasien dan hasil
yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan yang dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter &
Perry,2006). Perencanaan pada pasien dengan Hipertensi :

No Diagnosa Tujuan Rencana Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan 1. Identifikasi skala nyeri
dengan peningkatan tindakan keperawatan 2. Ajarkan teknik relaksasi
tekanan vaskuler selama 1x24 jam 3. Kolaborasi dalam
serebral diharapkan masalah pemberian analgetik
nyeri akut teratasi
dengan kriteria hasil :
1. Nyeri berkurang
2. Klien tampak relaks,
dan tidak gelisah
2. Resiko penurunan curah Setelah dilakukan 1. Monitor tekanan darah klien
jantung berhubungan tindakan keperawatan 2. Monitor kesadaran kualitas
dengan peningkatan selama 2x24jam denyutan nadi klien
afterload, vasokontriksi, masalah penurunan 3. Berikan lingkungan nyaman
iskemia miokard curah jantung dapat dan tenang, kurangi
teratasi dengan kriteria aktivitas
hasil :
1. TD dalam rentang
normal
2. Nadi 60-100x/menit
3. RR 16-20x/menit
4. Tidak ada penurunan
kesadaran

2. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Monitor keterbatasan


3. berhubungan dengan tindakan keperawatan aktivitas, kelemahan saat
kelemahaan umum, selama 3x24jam beraktivitas
ketidakseimbangan diharapkan klien 2. Beri dorongan untuk
antara suplai dan mampu mobilisasi melakukan aktivitas secaa
kebutahan oksigen dengan criteria hasil : bertahap
Klien mampu 3. Anjurkan klien untuk
melakukan aktivitas menghentikan aktivitas
secara bertahap dan yang menyebabkan sesak,
mandiri pusing, kelelahan

4. Gangguan perfusi Setelah dilakukan 1. Monitor TTV


jaringan berhubungan tindakan keperawatan 2. Monitor CRT
dengan suplai oksigen selama 2x24jam 3. Observasi adanya pucat,
otak menurun diharapkan masalah sianosis, kulit dingin dan
gangguan perfusi lembab
jaringan dapat teratasi 4. Berikan lingkungan yang
dengan criteria hasil : tenang dan nyaman
1. TTV dalam batas
normal
2. CRT kurang dari 3
detuik
3. Tingkat kesadaran
baik
4. Akral hangat

D. IMPLEMENTASI

Pelaksanaan keperawatan merupakan wujud dari rencana keperawatan yang disusun secara sistematis untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Proses keperawatan yang terdiri dari validasi data, rencana keperawatan,
dokumentasi rencana keperawatan, serta memberikan asuhan keperawatan sesuai rencana, semua tindakan yang telah
dilakukan dicatat dalam pelaksanaan keperawatan.

E. EVALUASI

Evaluasi adalah hasil akhir dari tindakan proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan dan
respon klien terhadap perencanaan implementasi keperawatan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari 140 mmHg atau tekanan diastolik
lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostik ini dapat dipastikan dengan mengukur rata-rata tekanan darah pada 2 waktu
yang terpisah (FKUI, 2001).

Menurut WHO (1978) batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan
darah sama dengan atau di atas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Hipertensi adalah peningkatan tekanan
darah di atas normal yaitu bila tekanan sistolik (atas) 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolic (bawah) 90 mmHg
atau lebih.

Diagnosa keperawatan hipertensi:

1) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral


2) Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia
miokard.
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahaan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutahan oksigen.
4) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen otak menurun.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2. Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Dengan Pasien Gangguan Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba
Medika.
Tim Redaksi Vitahealth. 2006. Hipertensi. Jakarta : Gramedia.
http://afrizalonar.blogspot.com/2013/11/asuhan-keperawatan-hipertensi.html
http://repository.ump.ac.id/8176/3/DIAH%20NOVITA%20SARI%20BAB%20II.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2130/1/KTI%20NI%20NYOMAN%20PARWATI.pdf

Anda mungkin juga menyukai