Dosen Pengampu :
Oleh :
Kelompok 10
1A
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah
mata kuliah “Farmakologi”. Kemudian shalawat serta salam tidak lupa kita sampaika kepada
Nabi kita yakni nya Muhammad SAW. Yang telah memberikan pedoman hidup yakninya Al-
Quran dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan makalah salah satu tugas mata kuliah antropologi keperawatan di
program studi D III Keperawatan Politeknik Kesehatan Padang. Selanjutnya penyusun
mengucapkan terima kasih kepada dosen program studi keperawatan mata kuliah Antropologi
dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama
penyusunan makalah ini.
Kelompok 10
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat tambahan pada anak ada dua, yaitu vitamin A dan tablet besi. Vitamin A adalah
vitamin antioksidan yang larut dalam minyak dan penting bagi penglihatan dan
pertumbuhan tulang. Sumber makanan : sayuran yang kaya akan vitamin A adalah wortel,
ubi, labu kuning, bayam dan melon. Susu, keju mentega dan telur juga mengandung
vitamin A. Besi berfungsi dalam pembentukan hemoglobin.
Imuniasi pada anak sangat diperlukan. Kita tahu bahwa dengan anak yang diimunisasi
dapat meningkatkan kekebalan tubuhnya dengan penyakit. Contohnya adalah penyakit
cacar. Dengan adanya imunisasi yang berupa vaksin maka sistem imun di dalam tubuh
dapat mengenali virus yang datang lagi nantinya sehingga tidak semakin parah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja obat tambahan bagi anak?
2. Apa saja obat yang termasuk dalam imunisasi pada anak?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui obat-obat tambahan bagi anak.
2. Untuk mengetahui jenis obat imunisasi yang diberikan pada anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Obat Tambahan pada Anak
1. Vitamin A
Vitamin A atau disebut juga dengan retinol, adalah suatu vitamin yang termasuk ke
dalam golongan vitamin larut lemak. Vitamin A pertama kali ditemukan pada tahun 1913
oleh Mc. Collum dan Davis. Pada tahun 1947, vitamin ini berhasil disintesis. Vitamin A
adalah vitamin antioksidan yang larut dalam minyak dan penting bagi penglihatan dan
pertumbuhan tulang. Secara luas vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan
semua retinoid dan precursor/provitamin A/karotenid yang mempunyai aktivitas biologic
sebagai retinol. Retinol diserap dalam bentuk prekursor.
b. Antioksidan : salah satu bentuk vitamin A yang dikenal dengan Beta Karoten,
merupakan senyawa dengan aktivitas antioksidan yang mampu menangkal radikal
bebas, baik radikal bebas yang berasal dari oksidasi tubuh mupun polusi dari luar.
a) Terhadap mata : buta senja, selaput conjuctiva mengering, bintik bitot pada
conjunctiva, mata kering.
a) Kelompok Vitamin A
Vitamin A adalah nama umum bagi zat-zat retinoida yang memiliki khasiat biologis
dariretinol. Zat ini terutama sebagai ester terdapat dalam zat-zat pangan hewani, seperti
susu dan produknya, kuning telur, hati, dan dengan kadar tinggi dalam minyak ikan.
Kebutuhan sehari-hari akan Vitamin A sebagian dipenuhi oleh karotenoida (provitamin
A), yakni kompleks dari 2 molekul retinol yang dalam usus diuraikan menjadi vitamin
aktif. Provitamin A terdapat dalam banyak sayuran hijau tua, berbagai jenis kol dan sayur,
antara lain wortel dan tomat, lemak susu dan kuning telur.
Resorpsinya di usus pesat dan praktis sempurna, kecuali bila dosisnya terlampau
tinggi. Sebagian retinol ditimbun dalam hati yang cukup bagi kebutuhan selama 7-8
bulan. Kebutuhan sehari-hari untuk anak-anak 1000-4000 UI dan 4000-5000 UI bagi
orang dewasa dan untuk pada waktu hamil dan laktasi 5000-6000 UI. Gejala
defisiensi antara lain buta malam, xeroftalmia, dan hiperkeratosis. Dosis : pada
defisiensi 25-50.000 U sehari selama max 2 bulan, profilaksis bagi anak-anak 1000 U
dan dewasa 2500-5000 U sehari.
(2) Karotenoida
Karotenoida adalah pigmen alamiah kuning, jingga, dan merah yang terdapat
dalam banyak sayuran, buah-buah, dan kembang. Kebutuhan tubuh adalah 100-150
mg sehari sebagai alfa/beta-karoten dan lycopen. Beta-karoten terdiri dari B-karoten
alamiah dan B-karoten sintesis, lycopen, lutein dan zeaxanthin, retinoida, tretinoin,
isotretinoin, dan acitretin.
2. Tablet Besi
a. Bentuk besi, besi heme lebih mudah di serap dibanding non-heme. Karena besi heme
berbentuk fero dan memiliki struktur yang mirip vit. B12→penyerapan heme 2x
penyerapan non-heme.
b. Asam organik, membantu penyerapan besi non-heme dengan mengubah bentuk feri
menjadi bentuk fero.
f. Kebutuhan tubuh, kebutuhan besi meningkat bila masa pertumbuhan. Absorpsi besi
non-heme dapat meningkat sepuluh kali lipat, sedangkan besi hem dua kali lipat.
Metabolisme : ferro terabsorpsi diubah menjadi ferri (di sel mukosa) selanjutnya terikat
pada transferin untuk didistribusikan sebagai kompleks transferin atau disimpan sebagai
feritin di dalam sel mukosa.
2) Ekskresi : sedikit sekali melalui sel epitel kulit dan sal cerna, keringat, urin, feces,
kuku, dan rambut yang dipotong.
3) Efek samping : nausea, muntah, sakit kepala, sembelit-diare, perdarahan lambung
usus, kerusakan hati, konvulsi, koma, penurunan tekanan darah hebat,
penimbunan besi pada RE (hemosiderosis).
(b) Gejala : mual, muntah, diare, hematemesis, feces hitam, syok, kolaps
kardiovaskular.
Efek samping kecil, maka dijadikan pilihan utama dalam terapi oral. Dosis : 2-3 dd
200 mg (65 mg Fe).
Bersifat merangsang, dengan efek mual-muntah dapat diatasi dengan bentuk tablet
slow release. Dosis : oral 2 dd 525 mg (105 mg Fe) p.c.
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal, atau resisten. Anak diimunisasi, berarti
diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap
suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain. Imunisasi adalah
suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan
sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup tapi
dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin mikroorganisme
yang telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan yang apabila diberikan kepada
seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi
tertentu. Ada beberapa keadaan tertentu, ketika imunisasi boleh tidak diberikan atau
ditunda pemberiannya, antara lain :
Ada reaksi alergi berat atau reaksi anafilaktik pada suntikan pertama dari seri
imunisasi.
2. Bayi atau anak menderita gangguan sistem imun berat, penyakit keganasan (kanker),
atau sedang menjalani terapi steroid jangka lama.
3. Jika ada riwayat alergi terhadap telur yang berat, hindari imunisasi influenza.
Pastikan bayi dalam keadaan sehat ketika akan diimunisasi. Jika bayi dalam keadaan
sakit, konsultasikan dulu pada dokter dan tanyakan juga efek samping yang mungkin
timbul dari vaksinasi yang akan diberikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
memberikan imunisasi :
2) Jelaskan pada orang tua tentang penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I) terlebih dahulu.
4) Pemberian imunisasi harus didasari oleh adanya pemahaman yang baik dari orang tua
tentang imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit.
a) BCG
Efek samping pemberian imunisasi BCG adalah terjadinya ulkus pada daerah
suntikan, limfadenitis regionalis, dan reaksi panas. Imunisasi BCG penting bagi anak
balita dalam pencegahan TBC milier, otak, dan tulang karena masih tingginya kejadian
TBC pada anak. Dua minggu setelah imunisasi terjadi pembengkakan kecil dan merah di
tempat suntikan, seterusnya timbul bisul kecil, dan menjadi luka parut, setelah imunisasi
luka tidak dapat diobati, tetapi bila luka besar dan bengkak dianjurkan ke puskesmas.
b) DPT
Pemberian DPT dapat berefek samping ringan dan berat. Efek samping ringan
misalnya terjadi pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan, dan demam. Efek
samping berat misalnya terjadi menangis hebat, kesakitan ± 4 jam, kesadaran menurun,
terjadi kejang, ensefalopati, dan syok. Umumnya bayi menderita panas sore hari setelah
mendapatkan imunisasi, tetapi akan turun dalam 1-2 hari. Di tempat suntikan merah dan
bengkak serta sakit, walaupun demikian tidak berbahaya dan akan sembuh sendiri. Bila
panas berikan obat penurun panas yang diperoleh dari posyandu dan berikan kompres
dingin.
c) Campak
Imunisasi ini memiliki efek samping seperti terjadinya ruam pada tempat suntikan dan
panas. Keadaan yang timbul setelah imunisasi campak adalah panas dan umumnya
disertai kemerahan yang timbul 4-10 hari setelah penyuntikan. Bila timbul panas berikan
obat yang didapat dari posyandu.
d) HiB
Vaksin ini adalah bentuk polisakarida murni (PRP : purified capsular polysacharide)
kuman H.influenzae tipe B. Antigen dalam vaksin tersebut dapat dikonjugasi dengan
protein-protein lain, seperti toksoid tetanus (PRP-T), toksoid difteri (PRP-D atau
PRPCR50), atau dengan kuman menongokokus (PRP-OMPC). Vaksin HiB diberikan
mulai usia 2 bulan dengan jarak pemberian dari vaksin pertama ke vaksin lanjutannya
adalah 2 bulan. Vaksin ini dapat diberikan secara terpisah atau kombinasi dengan vaksin
lain.
e) Polio
PENUTUP
A. Kesimpulan
Vitamin A atau disebut juga dengan retinol, adalah suatu vitamin yang termasuk ke dalam
golongan vitamin larut lemak. Vitamin A pertama kali ditemukan pada tahun 1913 oleh Mc.
Collum dan Davis. Pada tahun 1947, vitamin ini berhasil disintesis. Vitamin A adalah vitamin
antioksidan yang larut dalam minyak dan penting bagi penglihatan dan pertumbuhan tulang.
Zat besi adalah salah satu mineral yang berperan penting untuk membentuk hemoglobin
di dalam sel darah merah. Hemoglobin bertugas mengikat dan mengirimkan oksigen ke
seluruh tubuh. Besi berfungsi dalam pembentukan hemoglobin.
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal, atau resisten. Anak diimunisasi, berarti diberikan
kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit
tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain. Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit,
sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
Indijah, Sujati Woro dan Fajri Purnama. 2016. Farmakologi. Jakarta : Pusdik SDM
Kesehatan.
Suririnah. 2009. Buku Pintar Merawat Bayi 0-12 Bulan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.