Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FARMAKOLOGI

“OBAT TAMBAHAN DAN IMUNISASI PADA ANAK”

Dosen Pengampu :

Ns. Zolla Amely Ilda, M. Kep

Oleh :

Kelompok 10

Tessa Amelia Safitri 193110157

Tinezia Tri Agyani 193110158

Vonny Levita Adri 193110159

Yuni Mardatilah 193110160

1A

D-III KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah
mata kuliah “Farmakologi”. Kemudian shalawat serta salam tidak lupa kita sampaika kepada
Nabi kita yakni nya Muhammad SAW. Yang telah memberikan pedoman hidup yakninya Al-
Quran dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan makalah salah satu tugas mata kuliah antropologi keperawatan di
program studi D III Keperawatan Politeknik Kesehatan Padang. Selanjutnya penyusun
mengucapkan terima kasih kepada dosen program studi keperawatan mata kuliah Antropologi
dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama
penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penulisan makalah


ini,maka dari itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang , 21 April 2020

Kelompok 10
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Obat tambahan pada Anak

B. Obat Imunisasi pada Anak

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obat tambahan pada anak ada dua, yaitu vitamin A dan tablet besi. Vitamin A adalah
vitamin antioksidan yang larut dalam minyak dan penting bagi penglihatan dan
pertumbuhan tulang. Sumber makanan : sayuran yang kaya akan vitamin A adalah wortel,
ubi, labu kuning, bayam dan melon. Susu, keju mentega dan telur juga mengandung
vitamin A. Besi berfungsi dalam pembentukan hemoglobin.
Imuniasi pada anak sangat diperlukan. Kita tahu bahwa dengan anak yang diimunisasi
dapat meningkatkan kekebalan tubuhnya dengan penyakit. Contohnya adalah penyakit
cacar. Dengan adanya imunisasi yang berupa vaksin maka sistem imun di dalam tubuh
dapat mengenali virus yang datang lagi nantinya sehingga tidak semakin parah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja obat tambahan bagi anak?
2. Apa saja obat yang termasuk dalam imunisasi pada anak?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui obat-obat tambahan bagi anak.
2. Untuk mengetahui jenis obat imunisasi yang diberikan pada anak.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Obat Tambahan pada Anak

1. Vitamin A

Vitamin A atau disebut juga dengan retinol, adalah suatu vitamin yang termasuk ke
dalam golongan vitamin larut lemak. Vitamin A pertama kali ditemukan pada tahun 1913
oleh Mc. Collum dan Davis. Pada tahun 1947, vitamin ini berhasil disintesis. Vitamin A
adalah vitamin antioksidan yang larut dalam minyak dan penting bagi penglihatan dan
pertumbuhan tulang. Secara luas vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan
semua retinoid dan precursor/provitamin A/karotenid yang mempunyai aktivitas biologic
sebagai retinol. Retinol diserap dalam bentuk prekursor.

Sumber Makanan Sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan pembawa vitamin A


terbanyak. Sebagian besar makanan yang mengandung vitamin A adalah yang berwarna
cerah (meskipun tidak semua makanan yang berwarna cerah mengandung vitamin A).
Sayuran yang kaya akan vitamin A adalah wortel, ubi, labu kuning, bayam dan melon.
Susu, keju mentega dan telur juga mengandung vitamin A. Fungsi Vitamin A dalam
proses-proses di dalam tubuh :

a. Kesehatan Mata : vitamin A memiliki peran penting dalam kesehatan indera


penglihatan manusia. Vitamin ini membantu menyalurkan objek yang diterima oleh
retina mata ke otak sebagai sebuah gambar. Senyawa yang berperan dalam hal ini
adalah retinol. vitamin A akan digunakan untuk menjaga fungsi kornea mata yang
jernih. Vitamin A juga menjadi komponen penting pembentuk rhodopsin, semacam
protein pada mata agar tetap bisa melihat benda bahkan di kondisi redup atau sedikit
cahaya.

b. Antioksidan : salah satu bentuk vitamin A yang dikenal dengan Beta Karoten,
merupakan senyawa dengan aktivitas antioksidan yang mampu menangkal radikal
bebas, baik radikal bebas yang berasal dari oksidasi tubuh mupun polusi dari luar.

c. Meningkatkan Daya Tahan Tubuh : Beberapa fungsi sistem kekebalan tubuh


bergantung pada asupan vitamin A. Beberapa gen yang terlibat dalam respon sistem
kekebalan diatur oleh vitamin A, sehingga vitamin A memiliki peran penting untuk
melawan kondisi serius seperti kanker, penyakit autoimun atau juga penyakit seperti
flu. Beta karoten juga merupakan antioksidan kuat yang dapat membantu
meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mencegah berbagai penyakit kronis. Pada
suatu penelitian menemukan bahwa kekurangan vitamin A pada anak dapat
meningkatkan resiko infeksi seperti diare dan campak.

d. Mencegah Kanker : vitamin A mampu melawan kanker dengan menekan


pertumbuhan DNA dalam sel-sel kanker. Asupan vitamin A dapat membantu
mengobati beberapa bentuk kanker karena mampu mengendalikan sel-sel ganas dalam
tubuh.

e. Penyembuhan Luka : vitamin A dapat membantu menjaga kesehatan jaringan di


dalam tubuh kita, sehingga dapat membantu mempercepat proses penyembuhan luka.

f. Pertumbuhan : vitamin A juga sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan


perkembangan embrio pada janin, dan menentukan gen pada proses pembentukan
organ-organ perkembangan embrio.

Kebutuhan Vitamin A Sulit untuk menentukan jumlah kebutuhan vitamin A. Vitamin


ini diproduksi dari dua senyawa yang berbeda yang diubah di dalam tubuh menjadi
vitamin A. Dalam sumber makanan hewani, tersedia dalam bentuk retinol; dalam sumber
makanan nabati berada dalam bentuk beta-karoten, yang kurang efisien dibanding retinol
untuk produksi vitamin A. Hal inilah yang membuat jumlah vitamin A yang disarankan
diberikan dalam bentuk retinol ekivalen (RE). Jumlah vitamin A yang direkomendasikan
adalah 1000 mikro-gram RE per hari untuk pria dan 800 mikro-gram untuk wanita.
Dampak Kekurangan dan Kelebihan Vitamin A

1) Akibat kekurangan (defisiensi) vitamin A

a) Terhadap mata : buta senja, selaput conjuctiva mengering, bintik bitot pada
conjunctiva, mata kering.

b) Perubahan epithel : kulit mengering, kulit kasar.

c) Pertumbuhan terganggu : retinoid memengaruhi ekspresi reseptor hormon dan


hormon pertumbuhan.

2) Akibat kelebihan (ekses) vitamin A


Kelebihan vitamin A bisa menyebabkan keracunan dengan tanda-tanda sebagai
berikut : cepat lelah, rambut rontok, kulit kasar, mual dan muntah, dan pusing.

a) Kelompok Vitamin A

Vitamin A adalah nama umum bagi zat-zat retinoida yang memiliki khasiat biologis
dariretinol. Zat ini terutama sebagai ester terdapat dalam zat-zat pangan hewani, seperti
susu dan produknya, kuning telur, hati, dan dengan kadar tinggi dalam minyak ikan.
Kebutuhan sehari-hari akan Vitamin A sebagian dipenuhi oleh karotenoida (provitamin
A), yakni kompleks dari 2 molekul retinol yang dalam usus diuraikan menjadi vitamin
aktif. Provitamin A terdapat dalam banyak sayuran hijau tua, berbagai jenis kol dan sayur,
antara lain wortel dan tomat, lemak susu dan kuning telur.

(1) Retinol : vitamin A, axeroftol

Resorpsinya di usus pesat dan praktis sempurna, kecuali bila dosisnya terlampau
tinggi. Sebagian retinol ditimbun dalam hati yang cukup bagi kebutuhan selama 7-8
bulan. Kebutuhan sehari-hari untuk anak-anak 1000-4000 UI dan 4000-5000 UI bagi
orang dewasa dan untuk pada waktu hamil dan laktasi 5000-6000 UI. Gejala
defisiensi antara lain buta malam, xeroftalmia, dan hiperkeratosis. Dosis : pada
defisiensi 25-50.000 U sehari selama max 2 bulan, profilaksis bagi anak-anak 1000 U
dan dewasa 2500-5000 U sehari.

(2) Karotenoida

Karotenoida adalah pigmen alamiah kuning, jingga, dan merah yang terdapat
dalam banyak sayuran, buah-buah, dan kembang. Kebutuhan tubuh adalah 100-150
mg sehari sebagai alfa/beta-karoten dan lycopen. Beta-karoten terdiri dari B-karoten
alamiah dan B-karoten sintesis, lycopen, lutein dan zeaxanthin, retinoida, tretinoin,
isotretinoin, dan acitretin.

2. Tablet Besi

Zat besi adalah salah satu mineral yang berperan penting untuk membentuk


hemoglobin di dalam sel darah merah. Hemoglobin bertugas mengikat dan mengirimkan
oksigen ke seluruh tubuh. Besi berfungsi dalam pembentukan hemoglobin. Defisiensinya
menyebabkan Anemia Ferriprive. Lebih mudah diserap usus dalam bentuk ferro, karena
mekanisme autoregulasi yang diatur oleh kadar ferritin yang terdapat di dalam sel-sel
mukosa usus. Pada kondisi normal diserap tubuh hingga 10%, pada keadaan defisiensi
bisa lebih banyak. Besi diserap tubuh dalam 2 bentuk heme dan non-heme. Vit C dapat
membantu penyerapan Fe dengan cara mereduksi bentuk Ferri menjadi Ferro atau
membentuk ikatan bersama besi menjadi Ferro-Askorbat.

Makanan yang mengandung Fe antara lain : berbagai sayuran hijau (bayam,


kangkung), kentang, daging, hati, dan berbagai kacang-kacangan. Faktor yang
memengaruhi penyerapan Fe :

a. Bentuk besi, besi heme lebih mudah di serap dibanding non-heme. Karena besi heme
berbentuk fero dan memiliki struktur yang mirip vit. B12→penyerapan heme 2x
penyerapan non-heme.

b. Asam organik, membantu penyerapan besi non-heme dengan mengubah bentuk feri
menjadi bentuk fero.

c. Asam fitat dan Asam oksalat, menghambat penyerapan besi.

d. Tanin, menghambat absorbsi besi dengan cara mengikatnya.

e. Tingkat keasaman lambung, meningkatkan daya larut besi.

f. Kebutuhan tubuh, kebutuhan besi meningkat bila masa pertumbuhan. Absorpsi besi
non-heme dapat meningkat sepuluh kali lipat, sedangkan besi hem dua kali lipat.

Metabolisme : ferro terabsorpsi diubah menjadi ferri (di sel mukosa) selanjutnya terikat
pada transferin untuk didistribusikan sebagai kompleks transferin atau disimpan sebagai
feritin di dalam sel mukosa.

1) Distribusi : sebagian besar digunakan untuk : sintesis Hb dan besi fungsional


(kompleks mioglobindan enzim mengandung Fe), sisanya simpan di RE (IV : hati,
ORAL : limpa dan sum-sum tulang) sebagai feritin dan hemosiderin.

2) Ekskresi : sedikit sekali melalui sel epitel kulit dan sal cerna, keringat, urin, feces,
kuku, dan rambut yang dipotong.
3) Efek samping : nausea, muntah, sakit kepala, sembelit-diare, perdarahan lambung
usus, kerusakan hati, konvulsi, koma, penurunan tekanan darah hebat,
penimbunan besi pada RE (hemosiderosis).

4) Intoksikasi akut (banyak pada anak-anak) :

(a) Setelah menelan 1 g : kelainan saluran cerna (iritasi→korosi→nekrosis).

(b) Gejala : mual, muntah, diare, hematemesis, feces hitam, syok, kolaps
kardiovaskular.

5) Terapi keracunan : Deferoksamin (chelating agent) yang secara oral menghambat


absorpsi, secara parenteral besi yang sudah diikat dikeluarkan melalui ginjal.
Keuntungannya, deferoksamin tidak menarik besi dari hemoglobin. Dosis : oral 5-
10 g + parenteral 1-2g. Zat-zat tersendiri :

(a) Ferrofumarat (Ferumat, Superton®)

Efek samping kecil, maka dijadikan pilihan utama dalam terapi oral. Dosis : 2-3 dd
200 mg (65 mg Fe).

(b) Ferroglukonat (Vitaton multi®)

Bersifat kurang merangsang sering dikombinasi dengan vit B-kompleks. Dosis : 3


dd 48 mg Fe.

(c) Ferrosulfat (Ferro-Gradumet®)

Bersifat merangsang, dengan efek mual-muntah dapat diatasi dengan bentuk tablet
slow release. Dosis : oral 2 dd 525 mg (105 mg Fe) p.c.

B. Obat Imunisasi pada Anak

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal, atau resisten. Anak diimunisasi, berarti
diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap
suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain. Imunisasi adalah
suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan
sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup tapi
dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin mikroorganisme
yang telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan yang apabila diberikan kepada
seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi
tertentu. Ada beberapa keadaan tertentu, ketika imunisasi boleh tidak diberikan atau
ditunda pemberiannya, antara lain :

1. Bayi dalam keadaan sakit disertai demam tinggi.

Ada reaksi alergi berat atau reaksi anafilaktik pada suntikan pertama dari seri
imunisasi.

2. Bayi atau anak menderita gangguan sistem imun berat, penyakit keganasan (kanker),
atau sedang menjalani terapi steroid jangka lama.

3. Jika ada riwayat alergi terhadap telur yang berat, hindari imunisasi influenza.

Pastikan bayi dalam keadaan sehat ketika akan diimunisasi. Jika bayi dalam keadaan
sakit, konsultasikan dulu pada dokter dan tanyakan juga efek samping yang mungkin
timbul dari vaksinasi yang akan diberikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
memberikan imunisasi :

1) Tanyakan pada orang tua tentang :

a) Status kesehatan saat ini.

b) Pengalaman atau reaksi terhadap imunisasi yang pernah didapat.

c) Penyakit sekarang dan masa lalu.

2) Jelaskan pada orang tua tentang penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I) terlebih dahulu.

3) Catatan imunisasi yang lalu.

4) Pemberian imunisasi harus didasari oleh adanya pemahaman yang baik dari orang tua
tentang imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit.

5) Kontraindikasi pemberian imunisasi :

a) Flu berat atau panas tinggi.


b) Perubahan pada sistem imun yang tidak dapat menerima vaksin virus hidup.

c) Sedang dalam pemberian obat-obatan yang menekan sistem imun (sitostatika,


tranfusi darah, dan immunoglobulin).

d) Riwayat alergi terhadap pemberian vaksin sebelum seperti pertusis.

6) Reaksi setelah imunisasi

a) BCG

BCG atau Bacillus Calmette–Guérin adalah vaksin yang diberikan untuk melindungi


diri terhadap tuberkulosis (TB) yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer
atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG. Vaksin BCG
merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan. Vaksin BCG
diberikan melalui intradermal.

Efek samping pemberian imunisasi BCG adalah terjadinya ulkus pada daerah
suntikan, limfadenitis regionalis, dan reaksi panas. Imunisasi BCG penting bagi anak
balita dalam pencegahan TBC milier, otak, dan tulang karena masih tingginya kejadian
TBC pada anak. Dua minggu setelah imunisasi terjadi pembengkakan kecil dan merah di
tempat suntikan, seterusnya timbul bisul kecil, dan menjadi luka parut, setelah imunisasi
luka tidak dapat diobati, tetapi bila luka besar dan bengkak dianjurkan ke puskesmas.

b) DPT

Imunisasi DPT (diphteria, pertissis, tetanus) merupakan imunisasi yang digunakan


untuk mencegah terjadinya difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin DPT ini merupakan
vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya,
namun masih dapat merangsang pembentukan zat anti (toksoid). Imunisasi DPT diberikan
melalui intramuskular.

Pemberian DPT dapat berefek samping ringan dan berat. Efek samping ringan
misalnya terjadi pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan, dan demam. Efek
samping berat misalnya terjadi menangis hebat, kesakitan ± 4 jam, kesadaran menurun,
terjadi kejang, ensefalopati, dan syok. Umumnya bayi menderita panas sore hari setelah
mendapatkan imunisasi, tetapi akan turun dalam 1-2 hari. Di tempat suntikan merah dan
bengkak serta sakit, walaupun demikian tidak berbahaya dan akan sembuh sendiri. Bila
panas berikan obat penurun panas yang diperoleh dari posyandu dan berikan kompres
dingin.

c) Campak

Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya


penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit meular. Vaksin campak untuk
mencegah penyakit campak yang dapat mengakibatkan radang berat. Kandungan vaksin
ini adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi campak diberikan melalui subkutan.

Imunisasi ini memiliki efek samping seperti terjadinya ruam pada tempat suntikan dan
panas. Keadaan yang timbul setelah imunisasi campak adalah panas dan umumnya
disertai kemerahan yang timbul 4-10 hari setelah penyuntikan. Bila timbul panas berikan
obat yang didapat dari posyandu.

d) HiB

Imunisasi HiB (Haemophilus influenzae tipe B) merupakan imunisasi yang diberikan


untuk mencegah terjadinya penyakit influenza tipe B. Pemberian vaksin HiB
(Haemophilus influenzae tipe B) ditujukan untuk mencegah penyakit meningitis atau
radang selaput otak.

Vaksin ini adalah bentuk polisakarida murni (PRP : purified capsular polysacharide)
kuman H.influenzae tipe B. Antigen dalam vaksin tersebut dapat dikonjugasi dengan
protein-protein lain, seperti toksoid tetanus (PRP-T), toksoid difteri (PRP-D atau
PRPCR50), atau dengan kuman menongokokus (PRP-OMPC). Vaksin HiB diberikan
mulai usia 2 bulan dengan jarak pemberian dari vaksin pertama ke vaksin lanjutannya
adalah 2 bulan. Vaksin ini dapat diberikan secara terpisah atau kombinasi dengan vaksin
lain.

e) Polio

Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya


penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan
vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi polio diberikan melalui oral. Efek
samping yang paling umum terjadi adalah rasa pegal sementara pada bagian yang
disuntik. Selain itu dapat juga terjadi dampak ringan lain seperti ruam pada daerah
suntikan, demam rendah, menggigil, atau pusing. Dampak imunisasi anak yang serius
biasanya sangat jarang terjadi. Misalnya dari 1 juta anak yang melakukan imunisasi,
hanya 1 atau 2 anak yang mengalami dampak serius setelah imunisasi. Hal ini biasanya
terjadi karena alergi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Vitamin A atau disebut juga dengan retinol, adalah suatu vitamin yang termasuk ke dalam
golongan vitamin larut lemak. Vitamin A pertama kali ditemukan pada tahun 1913 oleh Mc.
Collum dan Davis. Pada tahun 1947, vitamin ini berhasil disintesis. Vitamin A adalah vitamin
antioksidan yang larut dalam minyak dan penting bagi penglihatan dan pertumbuhan tulang.

Zat besi adalah salah satu mineral yang berperan penting untuk membentuk hemoglobin
di dalam sel darah merah. Hemoglobin bertugas mengikat dan mengirimkan oksigen ke
seluruh tubuh. Besi berfungsi dalam pembentukan hemoglobin.

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal, atau resisten. Anak diimunisasi, berarti diberikan
kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit
tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain. Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit,
sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan.
DAFTAR PUSTAKA

Nurlaila, dkk. 2018. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta : LeutikaPrio.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

Indijah, Sujati Woro dan Fajri Purnama. 2016. Farmakologi. Jakarta : Pusdik SDM
Kesehatan.

Suririnah. 2009. Buku Pintar Merawat Bayi 0-12 Bulan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai