Anda di halaman 1dari 11

penderita diabetes, dan resistensi insulin ditemukan pada banyak pasien hipertensi yang tidak

memiliki diabetes klinis. Resistensi insulin berhubungan dengan penurunan pelepasan


endothelial oksida nitrat dan vasodilator lain serta mempengaruhi fungsi ginjal. Resistensi insulin
dan kadar insulin yang tinggi meningkatkan aktifitas SNS dan RAA.

Beberapa teori tersebut dapat menerangkan mengenai peningkatan tahanan perifer akibat
peningkatan vasokonstriktor Kemungkinan memediasi perubahan dalam apa yang disebut
hubungan tekanan natriuresis yang menyatakan individu penderita hipertensi mengalami ekskresi
natrium ginjal yang lebih rendah bila ada peningkatan tekanan darah. (E- Book Alfeus
Manuntung,2018:10)
D. Woc

7
E. Penatalaksanaan

Penanggulangan hipertensi secara garis besar di bagi menjadi dua jenis penatalaksanaan:

1. penatalaksanaan non farmakologis atau perubahan gaya hidup


Mengurangi asupan kalori dan berolahraga untuk menurunkan berat badan
Diet rendah sodium
Tidak merokok
Mengurangi konsumsi alkohol
Mengurangi konsumsi kopi (KMB, mery digiulio dan donna jackson.2007)
2. penatalaksanaan farmakologis atau dengan obat (E. susalit, E.J Kapojos dan H.R lubis,2001)
Meresepkan diureti untuk menurunkan sirkulasi volume darah (furosemide, spironolactone,
hydrocholorothazide.
Beta - adrenergic Blocker untuk memperlambat denyut jantung dan keluaran jantung
(propanol,metroprolol,atenolol.)
Calcium channel blocker untuk menyebabkan vasodilasi periferal mengurangi takikardia
(verapamil, diltiazem, nicardipine
Meresepkan ACE untuk menghambat sistem renin angiotensin aldosterone, untuk yang
komplikasi dengan diabetes, inhibitor ACE juga menunda progres penyakit ginjal (enalapril,
lisinopril, benazepril, captopril, fosinopril, quinapril,dan perindopril )
Dan jangan lupa tanbah dosis medikasi yang saat ini diresepkan (KMB, mery digiulio dan donna
jackson.2007)
F.  Komplikasi
Stroke dapat timbul akibat tekanan darah tinggi di otak atau akibat dari embolus yang
terlepas dari pembuluh non otak, stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila darah darah
yang di otak mengalami hipertropi dan menebal sehingga aliran darah ke daerah daerah yang
diperdarahinya berkurang.Arteri arteri otak yang mengalami anterosklerosis dapat melemah
sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma (Corwin,2000) (E- Book Alfeus
Manuntung,2018:12)
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat
aliran darah melali pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel,

8
maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidk dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia
jantung yang menyebabkan infark (E- Book Alfeus Manuntung,2018:12)
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler
kapiler ginjal, glomerolus. Rusak nya glomerolus menyebabkan darah akan mengalir ke unit unit
fungsional ginjal , nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian
Gagal jantung atau ketidak mampuan jantung untuk memompa darah yang kembalinya ke
jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di par, kaki, dan jaringan lain sering
disebut edema.cairan di paru paru menyebabkan sesak napas, timbunan cairan di tungkai
menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema (Amir,2000) (E- Book Alfeus
Manuntung,2018:12)
Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna ( hipertensiyang
cepat ).Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong cairan ke dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Neuron neuron di
sekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian (Corwn,2000)
G. Askep Teoritis

Pengkajian
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur(kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register dan diagnosis medis
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah sakit kepala
disertai rasa berat di tengkuk, sakit kepala berdenyut.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala. Gejala yang dimaksud
adalah sakit di kepala, pendarahan di hidung, pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan yang
bisa saja terjadi pada penderita hipertensi. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak di
obati, bisa timbul gejala sakit kepala, kelelahan, muntah, sesak napas, pandangan menjadi
kabur, yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal. Kadang
penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma.

4. Riwayat kesehatan dahulu


9
Apakah ada riwayat hipertensi sebelumnya, diabetes militus, penyakit ginjal, obesitas,
hiperkolesterol, adanya riwayat merokok, penggunaan alcohol dan penggunaan obat
kontrasepsi oral, dan lain-lain.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi.
6. Data dasar pengkajian pasien
a. Aktivitas/istirahat
Gejala: kelemahan, letih, sesak napas, gaya hidup monoton.
Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
b. Sirkulasi

Gejala: riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner dan penyakit serebrovaskuler.

Tanda: kenaikan tekanan darah meningkat,denyutan nadi jelas dan karotis.

c. Integritas ego
Gejala: perubahan kepribadian, ansietas, euphoria, marah kronik(dapat mengindikasikan
kerusakan serebral).
Tanda: gelisah, otot muka tegang, gerakan fisik cepat, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala: gangguan saat ini atau yang lalu/obstruksi riwayat penyaki ginjal.
e. Makanan dan cairan
Gejala: makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol, gula yang berwarna hitam,
kandungan tinggi kalori, mual, muntah, perubahan berat badan.
Tanda: berat badan obesitas, adanya edema, kongesti vena, glikosuria.
f. Neorosensori
Gejala: keluhan Pening/pusing, berdenyut, sakit kepala subosipital, gangguan
penglihatan(diplopia, penglihatan kabur)
Tanda: status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola bicara, proses pikiir, respon motorik:
penurunan kekuatan ganggaman tangan/reflex tendon dalam.
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: angina, nyeri tulang timbulpada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen.
h. Pernapasan
10
Gejala: dipsnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja, takipnea, ortopnea, noktural,
paroksimal,batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda: Distres respirasi/penggunaan otot aksesori pernapasan, bunyi napas tambahan, sianosis.
i. Keamanan
Gejala: gangguan koordinasi/ cara berjalan
Tanda: episode Parestesia unilateral transient, hipotensi postural.
j. Pembelajaran/ penyuluhan
Gejala: hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM, penyakit serebrovaskular.
k. Rencana pemulangan
Bantuan dengan pemantauan ATD, perubahan dalam terapi obat.

l. Pemeriksaan penunjang
1. Hemoglobin/hemotokrit: mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan(viskosita)
2. BUN/kreatinin:nmemberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal
3. Glukosa: hiperglikemia diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin
4. Kalium serum: hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama(penyebab)
5. Kolesterol dan trigliserida serum: peningkatan kadar dapat mengindikasikan
adanyapembentukan plak ateromatosa(efek kardiovaskuler)
6. Foto dada: dapat menunjukan obstruksi kalsifikasi pada area katup
7. EKG: dapat menunjukan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi

j. prioritas keperawatan

1. mempertahankan/meningkatkan kardiovaskuler.

2. mencegah komplikasi

3. memberikan informasi tentang proses/prognosis dalam program pengobatan.

4. mendukung control aktif pasien terhadap kondisi

11
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

a. resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi, dan iskemia miokardia.

b. nyeri(akut) : sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral pada
region sub oksipital

c. intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan


oksigen.

d. perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan
sehubungan dengan kebutuhan metabolic pola hidup monoton.

e. ketidakefektifan koping individual berhubungan dengan krisis maturasional

f. kurang pengetahuan(kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan rencana pengobatan


berhubungan dengan kurang pengetahuan/daya ingat.

12
5. Perencanaan Keperawatan

13
No Diagnosa Noc Nic
1 Intoleransi Tingkat Ketidak nyamanan (Noc Terapi Aktifitas (4310)
Aktifitas 2109)
Defenisi : Peresapan terkait
Definisi dengan menggunakan bantuan
aktifitas fisik kognisi sosial dan
Keparahan ketidaknyamanan mental
spiritual untuk meningkatkan
atau fisik yang di amati atau
frekuensi dan durasi dari
dilaporkan.
aktifitas kelompok

1. Nyeri (210901) tidak ada diviasi


Aktifitas - aktifitas :
dari kisaran normal(skala 5)
2. Cemas (210902) tidak ada deviasi - pertimbangakan kemampuan
dari kisaran normal (skala 5) klien dalam berpartisipasi
3. Mendesah (210903) tidak ada melalui aktifitas spesifik
deviasi dari kisaran normal (skala 5)
- Bantu klien agar tetap fokus
4. Menderita (210904) tidak ada
pada kekuatan yang
deviasi dari kisaran normal (skala 5)
dimilikinya dibandingkan
5. Memukul (210905) tidak ada
dengan kelemahan yang
deviasi dari kisaran normal (skala 5)
dimilikinya
6. Stress (210906) tidak ada deviasi
dari kisaran normal (skala 5)
- dorong aktifitas kreatif yang
7. Rasa takut (210907) tidak ada
tepat
deviasi dari kisaran normal (skala 5)
8. Depresi ( 210908) tidak ada - bantu klien untuk
deviasi dari kisaran normal (skala 5) mengidentifikasi aktifitas yang
9. Halusinasi (210909) tidak ada di inginkan
deviasi dari kisaran normal (skala 5)
- berkoordinasi dalam
10. Delusi (210910) tidak ada deviasi
menyeleksi pasien sesuai
dari kisaran normal (skala 5)
dengan umur yang sesuai
11. Pikiran bersifat paranoid
dengan aktifitas yang
(210911) tidak ada deviasi dari
dilakukan
kisaran normal (skala 5)
12. Perilaku obsesif komplusif
- dorong keterlibatan dalam
( 210912) tidak ada deviasi dari
aktifitas kelompok maupun
kisaran normal (skala 5)
terapi jika diperlukan
14
13. Hiperaktifitas (210913) ringan
pada ( skala 4) - Bantu dengan aktifitas fisik
14. Tidak dapat beristirahat (210914) secara teratur cotoh ( ambulasi
6. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, proses yang continue yang penting untuk
menjamin kualitas dan ketetapan perawatan yang diberikan dan dilakukan dengan meninjau
respon pasien untuk menentukan keaktifan rencana perawatan dan memenuhi kebutuhan pasien.

BAB    III

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1       Kesimpulan

            Kesimpulan

-          Penyakit hipertensi adalah tekanan darah sistolik < 140 mmHg dan tekanan


distolik > 90 mmHg

-          Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak di jumpai pada orang
yang lanjut usia

-          Pada penerapan asuhan keperawatan pada kenyataannya hampir seluruhnya ada


pada tinjauan kasus

-          Pada tahap evaluasi dan diagnosa keperawatan tertentu memerlukan tindakan


keperawatan dalam proses penyembuhan.

5.2       Saran

-          Didalam proses keperawatan perlu adanya motivasi atau bimbingan dan perawat,
berharap px agar keperawatan berjalan efektif dengan menggunakan tujuan

15
pelaksanaan dari tindakan yang dibuat seperti hasil dari tujuan yang diberikan dengan
bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti

DAFTAR PUSTAKA

Dikutip melalui beberapa sumber :

Suyono,Slamet.2001. BUKU AJAR Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi 3.Jakarta : balai penerbit
FKUI

Irianto,Koes .2015. Memahami Berbagai Penyakit.Bandung : alfa beta bandung

Tambayong, Jan .1999. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta . egc E book

Manuntung,Alfeus.2018. Terapi Perilaku Kognitif pada Pasien Hipertensi.Malang : wineka


media E book

Airlangga University Press (AUP)2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam edisi II.Surabaya : Press
(AUP)

16
Nuerhidayat, Syaiful.2015. Asuhan keperawatan pada pasien
hipertensi.Ponorego:UNMUHPonorego.

(KMB, mery digiulio dan donna jackson.2007)

NIC dan NOC

17

Anda mungkin juga menyukai