Anda di halaman 1dari 7

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN STROKE

A. DEFINISI
Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan fungsi
otak yang diakibatkan oleh terhentinya suplay darah kebagian otak, sering ini
adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun (Brunner
and Suddarth,spenalis).
Stroke dapat didefinisikan sebagai defisit neurologi yang mempunayi
awitan mendadak dan berlangsung 24 jam sebagai akibat dari CVA (Corofk
Medula Hudok. 1996)
Stroke merupakan sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak,
progesi cepat, berupa defisit neorologis fokal dan atau global, yang
berlangsung 24 jam atau lebih langsung menimbulkan kematian dan semata-
mata disebabkan pembuluh darah atau penyakit vaskuler dasar misalnya
arteroskerosis, arteritis, trauma, aneuisme, dan kelainan perkembangan.

B. JENIS-JENIS STROKE
Menurut etiologi dan perjalanan penyakitnya
1. Menurut etiologinya :
a. Stroke Hemoragik
b. Stroke Non Hemoragik
A. Sroke menurut perjalanan penyakitnya
a. TIA (Transient Ischemic Attoks)
b. RIND (Reversible Iskemic Neurologik Defisit)
c. Progesif Stroke Inevaluation
d. Stroke Lengkap

1
A. ETIOLOGI
1. Trombosis
2. Emboli Serebral
3. Iskemia/TIA
4. Perdarahan Serebral
a. Perdarahan ekstradural (perdarahan epidural)
b. Perdarahan Subdusal (antara durameter dan subarakhnoid)
c. Perdarahan Intraserebral

C. FAKTOR RESIKO
1. Non Rovensible
a. Usia
b. Ras
c. Kelurahan
d. Jenis kelamin
2. Reversible
a. Hipertensi
b. Penyakit jantung
c. DM
d. Hiperlipidema
e. Obesitas
f. Kebiasaan kehidupan : diet, merokok, alkohol, dan kurang aktivitas/olah
raga.

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri kepala yang sangat hebat menjalar ke lehar atau wajah
2. Kaku kuduk
3. Penurunan kesadaran
4. Mual, muntah
5. Fatofania, terjadi karena perdarahan subarakhnoid akibat pecahnya anearisis
intraksanial

2
6. Keusakan motorik, stroke menyebabkan kehilangan kontrol velunder terhadap
gerakan motorik
7. Gangguan persepsi
8. Aproksia, yaitu ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya
9. Disposia atau afosia (kehilangan bicara), disatria (kesulitan bicara)
10. Kerusakan komunikasi, stroke merupakan penyebab afosia yang paling umum.
11. Disfungsi kandung kemih
12. Kerusakan fungsi kegnitif dan efek psikologis
13. Mendadak bingung

Untuk mempermudah mengenal stroke dapat digunakan prehospital stroke scale.


a. Mulut mengok (facial drop)
Abnormal bila satu sisih wajah tidak berferak ketika disuruh tersenyum atau
memperlihatkan gigi
b. Arin drift
Abnormal bila satu tangan tidak bergerak atau turun kebawah apalagi bila disertai
pronasi dan ketika disuruh menutup mata dan mengangkat kedua lengannya
selama 10 detik.
c. Bicara abnormal
Abnormal bila tidak bicara/bicara pelan

B. KOMPLIKASI
1. Hipoksia serebral
2. Aliran darah serebral
3. Emboli serebral
4. Komplikasi lanjut
5. Imobilitas
6. Kontraktur
7. Tromboflebilitas
8. ISK

3
9. Abrosi kornea
10. Nyeri karena tekanan
11. Himiporose atau defisit neurologi

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Angiogrofi Serebral
2. Scant CT
3. Fungsi lambal
4. MRI
5. Ultrasonografi Depler
6. EEG
7. Sinor X Tengkorak
8. ECG
9. Tes darah

F. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Obat
Kelompok obat yang paling populer untuk stroke
a. Anti Trombolik
Untuk mencegah pembentukan gumpalan darah serebral dan menyebabkan
stroke
Anti trombolik contoh clopidogel dan ticlopidin
b. Anti keagulan
c. Antiroagulan contoh : warparin dan heparin
- Trombolik untuk mengatasi stroke iskemik darah
- Neuroprotentif, melindungi kerusakan lebih lanjut dari sel darah otak
- Pemberian diuretik (pada stroke hemosogit) untuk menurunkan edema
serebral yang mencapai tingkat maksimum 3-5 hari setelah infarke
serebral

4
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan terhambatnya aliran
darah, adanya aklus.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan dan faralisis.

H. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
terhambatnya aliran darah, adanya aklus.
a. Kaji status Neurologi
Rasional : untuk mengetahui kecenderungn tingkat kesadaran dan potensial
peningkatan TIK dan mengetahui lokasi, luas, dan resolusi kerusakan
GSP
b. Tentukan faktor-faktor khusus yang berhubungan dengan
penyebab khusus selama penurunan perfusi.
Rasional : mempengaruhi penetapan intervensi
c. Ukur TTV
Rasional : mengetahui k/u px dan memantau kes. Px.
d. Posisikan keala px agak tinggi dan dalam posisi anatomi.
Rasional : menurunkan tekanan arteri dengan meningkat drainage dan
meningkatkan sirkulasi.
e. Cegah terjadinya mengejang yang kuat pada saat defekasi
dan memaksa bukuk terus-menerus.
Rasional : dapat menaikkan TIK dan memperbesar resiko pendarahan.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan dan faralisis.


a. Kaji kemampuan secara fungsional.
Rasional : mengetahui kekuatan/kerusakkan dan dapat memberi informasi
terhadap pemulihan.
b. Ubah posisi setiap 2 ja (telentang/miring), jika
kemungkinan bisa lebih sering diposisikan pda bagian yang terganggu.
Rasional : menurunksn resiko terjadinya trauma/iskemia jaringan.

5
c. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif pada semua
akstremitas.
Rasional : meminimalkan atrofi otot, menaikkan sirkulasi, membantu
mencegah kontraktus.
d. Tempatkan bantal dibawah aksial untuk melakukan abduksi
pada tangan .
Rasional : mencgah abduksi bahu dan fleksi siku.
e. Tinggikan tangan dan kaki
Rasional: menaikkan aliran balik vena dan membantu mencegah
terbentuknya edema.
f. Observasi daerah yang terkena termasuk warna, edema,
atau tanda-tanda lain.
Rasional : jaringan yang edema lebih mudah mengalami trauma dan
penyembuhannya lambat.
g. Konsultasikan dengan fisioterapi secara aktif, latihan yang
regresif dan ambulasi klien.
Rasional : program khusus dapat dikembangkan untuk menemukan
kebutuhan yang berarti menjaga kekurangan tersebut dalam
keseimbangan koordinasi dan kekuatan.

H. EVALUASI
1. Perubahan perfusi jaringan teratasi
2. Gangguan mobilitas fisik teratasi

6
DAFTAR PUSTAKA

Bruneer and Suddarth. 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC

Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC

Doengoes, M.E. 2000, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Jakarta: EGC

Hudak, C.M., Gallo, B.M., 1986, Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik, Jakarta: EGC

Muttakin, Arif. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius

Price, S.A., dan Wilson, L.M, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, EGC:
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai