Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem pernapasan merupakan proses pertukaran udara yang di butuhkan dan
yang tidak dibutuhkan oleh tubuh manusia. Sistem ini bekerja dengan cara
menyaring udara untuk masuk ke dalam tubuh sehingga memberikan oksigen
untuk tubuh. Produk buangan dari sistem respirasi berupa karbondioksida
dikeluarkan saat menghembuskan napas. Untuk dapat bernapas dengan baik,
saluran pernapasan yang sehat berperan sangat penting. Saluran pernapasan
terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah saluran napas atas yang
meliputi area mulut, hidung, tenggorokan, laring, dan trakhea. Bagian kedua
adalah saluran napas bawah yang meliputi bronkus (cabang tenggorokan),
bronkiolus, dan alveoli di paru paru. Dari organ pernapasan yang paling berperan
dan paling utama adalah paru-paru. Jika paru-paru mengalami gangguan, maka
semua proses sistem pernapasan akan ikut terganggu, salah satu penyakit yang
mengganggu bagian organ paru-paru ini adalah efusi pleura.
Cairan pleura berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan pleura
parietalis dan pleura viseralis bergerak selama pernapasan dan untuk mencegah
pemisahan toraks dan paru-paru, Efusi pleura adalah istilah yang digunakan untuk
menyatakan adanya penimbunan cairan dalam rongga pleura, sebagai proses
penyakit primer jarang terjadi namun biasanya yang sering terjadi sekunder
akibat penyakit lain (Harjanto dkk, 2018). Efusi pleura terbagi menjadi unilateral
dan bilateral, Efusi unilateral tidak mempunyai kaitan spesifik dengan penyakit
penyebabnya tetapi efusi bilateral seringkali ditemukan pada penyakit : kegagalan
jantung kongestif, sindroma nefrotik, asites, infark paru, lupus eritematosis
sistemik, tumor, dan tuberkolosis(Harjanto dkk, 2018)
Efusi pleura terjadi akibat akumulasi cairan yang berlebih di rongga pleura.
Penyebab efusi pleura diakibatkan oleh peningkatan permeabilitas kapier,
peningkatan tekanan hidrostatik, penurunan tekanan itrapleural, penurunan
tekanan onkotik plasma (ardianshar, 2019). Diagnosis efusi pleura yang paling
penting adalah menentukan penyakit penyebab. Perlu diketahui bagaimana
karakteristik dari penderita efusi pleura agar penderita efusi pleura dapat
didiagnosis dengan cepat untuk menghindari komplikasi (ardianshar dkk, 2019).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2014, efusi pleura
merupakan suatu gejala penyakit yang dapat mengancam jiwa penderitanya.
Secara geografis penyakit ini terdapat di seluruh dunia, bahkan menjadi problema
utama di negara negara yang sedang berkembang termasuk indonesia
(Wiryansyah,2019). Efusi pleura adalah penumpukan cairan pada rongga pleura.
Cairan pleura normalnya merembes secara terus menerus ke dalam rongga dada
dari kapiler kapiler yang membatasi pleura parietalis dan di serap ulang oleh
kapiler dan sistem limfatik pleura viseralis. Kondisi apapun yang mengganggu
sekresi atau drainase dari cairan ini akan menyebabkan efusi pleura (Anggarsari,
dkk 2018)
Rongga pleura normal berisi kurang lebih 5 ml cairan yang dihasilkan oleh
kapiler pleura parietal karena adanya tekanan hidrostatik, tekanan koloid, dan
daya tarik elastik. Terkumpulnya nya cairan di dalam rongga pleura disebut efusi
pleura , dapat disebabkan oleh gangguan keseimbangan produksi dan absorsi,
peningkatan tekanan darah jantung, perubahan tekanan osmotic dan hyperemia
akibat inflamasi. Beberapa penyakit dapat menyebabkan efusi pleura, antara lain
infeksi seperti tuberkulosis, pneumonia, dan abses, atau penyebab non infeksi
seperti karsinoma paru, karsinoma pleura, gagal hati, gagal ginjal, dan emboli
paru. Di negara-negara maju, efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung
kongestif, sirosis hati, keganasan, dan pneumonia bakteri, sementara di negara
yang sedang berkembang, lazim diakibatkan oleh infeksi tuberkulosis dan
keganasan (Dewi dkk, 2020)
Efusi pleura adalah akumulasi jumlah kelebihan cairan di dalam ruang pleura
(dari ruang interstisial paru-paru, parietal pleura, atau rongga peritonium) atau
ketika ada penurunan cairan oleh limfatik (Kusumaningrum dkk, 2019)
Di negara-negara industri, diperkirakan terdapat 320 kasus efusi pleura per
100.000 orang. Amerika Serikat melaporkan 1,3 juta orang setiap tahunnya
menderita efusi pleura terutama di sebabkan oleh gagal jantung kongesif dan
pneumonia bakteri. Kasus efusi pleura mencapai 2,7% dari penyakit infeksi
saluran napas lainnya. WHO memperkirakan 20% penduduk kota dunia pernah
menghirup udara kotor akibat emisi kendaraan bermotor, sehingga banyak
penduduk yang berisiko tinggi penyakit paru dan saluran pernapasan seperti efusi
pleura(Wiryansyah, 2019). Di Indonesia kasus efusi pleura mencapai 2,7% dari
penyakit infeksi saluran napas lainnya. Penyakit tuberkolosis sebagai penyebab
efusi (22,9%) dilanjutkan dengan pneumonia (14,3%), sirosis hepatis (1,1%),
uremia (0,9%), dan penyebab yang paling sedikit adalah SLE (0,7%)
(Kusumaningrum dkk, 2019)

Anda mungkin juga menyukai