Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lansia

1. Definisi
Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) mendefinisikan lansia adalah
seorang yang sudah mencapai umur 60 tahun ke atas. Lansia merupakan
individu yang mengalami perubahan secara fisik, bilogis, kejiwaan, dan
sosial yang diatur oleh Undang-Undang tentang kesehatan nomor 23 tahun
1992. Lansia merupakan tahap akhir dari fase kehidupan manusia. Dikatakan
sebagai usia emas karena tidak semua orang dapat mencapai usia tersebut.

2. Klasifikasi Lanjut Usia


Lansia memiliki beberapa klasifikasi. Klasifikasi tersebut dibedakan
batasan usia yang menunjukkan bahwa seseorang disebut usia lansia. Adapun
beberapa klasifikasi diantaranya adalah
a. World Health Organization (WHO) dalam Yusuf, dkk. (2016)
memberikan klasifikasi pada lansia sebagai berikut :
1) Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun
2) Lanjut usia (elderly) : 60-74 tahun
3) Lanjut usia (old) : 75-90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun
b. Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) tahun 2016, memberikan batasan
lansia sebagai berikut:
a) Pra lanjut usia: 45-59 tahun
b) Lanjut usia: 60-69 tahun
c) Kelompok lansia dan resiko tinggi: 70 tahun keatas atau ± 60 tahun
dengan masalah kesehatan
c. Undang-Undang republik Indonesia tahun 1998 nomor 13 yang
membahas tentang kesejahteraan lansia dalam bab 1 pasal 1 ayat 2:

7
menyebut bahwa lansia adalah seseorang yang usianya telah mencapai 60
tahun ke atas.

B. Hipertensi

1. Definisi
Seseorang disebut hipertensi apabila tekanan sistolik melebihi 140
mmHg dan diastoliknya melebihi 90 mmHg. Berdasarkan pada rata-rata dua
arah tiga kali kunjungan yang cermat sewaktu duduk dalam satu atau dua kali
kunjungan (Iswahyuni, 2017). Menurut American Heart Association dan
Joint National Comitte VIII, Klasifikasi hipertensi yaitu:
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC VII
Klasifikasi TD Sistolik TD Diastolik
Normal <120 mmHg < 80 mm Hg
Pre-Hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi stage-1 140-159 mmHg 80-99 mmHg
Hipertensi stage-2 >160 mmHg > 100 mmHg
(Kemenkes, 2018)

Hipertensi adalah penyakit multifaktor yang muncul karena interaksi


berbagai faktor. Bertambahnya usia, tekanan darah akan meningkat. Setelah
umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya
penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, menyebabkan pembuluh darah
akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik
yang meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar berkurang pada
penambahan umur sampai sampai dekade ketujuh. Tekanan darah diastolic
meningkat sampai decade kelima dan keenam kemudian menetap atau
cenderung menurun. Peningkatan umur menyebabkan beberapa perubahan
fisiologis, usia lanjut menyebabkan terjadinya peningkatan resistensi perifer
dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah pada usia lanjut
mengakibatkan sensitivitas yang sudah berkurang, sedangkan peran ginjal
sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus
menurun (Iswahyuni, 2017).

8
2. Etiologi
Secara etiologi hipertensi diklasifikasikan menjadi hipertensi
primer/esensial dengan insiden 80-95%. Hipertensi jenis ini tidak diketahui
penyebabnya. Selanjutnya adalah hipertensi sekunder akibat adanya suatu
penyakit atau kelainan yang mendasari, seperti stenosis arteri renalis,
penyakit parenkim ginjal, feokromositoma, hyperaldosteronism, dan
sebagainya (Indrayani dalam Tarigan, dkk. 2018).

3. Patofisiologi
Patofisiologi menurut Kadir (2016) bahwa hipertensi dapat disebabkan
oleh berbagai faktor. Seseorang mengalami peningkatan tekanan darah sistole
dan diastole, tetapi sebenarnya peningkatan ini terjadi akibat 2 parameter
yang meningkat yaitu peningkatan tahanan perifer total tubuh dan
peningkatan cardiac output atau curah jantung. Sehingga dapat dikatakan
bahwa penyebab terjadinya peningkatan salah satu atau keduanya,
mengakibatkan orang tersebut mengalami peningkatan tekanan darah.
Hipertensi dapat disebabkan karena adanya gangguan pada ginjal. Ada
beberapa penyakit ginjal yang menyebabkan hipertensi diantaranya adalah
renovascular, renal artery stenosis, polyarteritis nodosa, renal artery
malformation. Penyakit-penyakit tersebut pada dasarnya menyebabkan dua
peristiwa penting diantaranya adalah peningkatan resistensi peredaran darah
ke ginjal dan penurunan fungsi kapiler glomurus. Dua hal tersebut dapat
menyebabkan terjadinya ischemia pada ginjal yang merangsang peningkatan
pengeluaran renin pada glomerular sel. Ishcemia ginjal merupakan faktor
utama penyebab terjadinya hipertensi.

4. Manifestasi Klinis
Gejala klinis pasien hipertensi diantaranya nyeri kepala saat terjaga,
terkadang disertai mual dan muntah, hal tersebut terjadi karena peningkatan
tekanan darah intracranial. Penglihatan yang kabur akibat rusaknya retina
dikarenakan hipertensi. Langkah yang tidak mantap karena kerusakan
susunan saraf pusat. Nokturia karena meningkatnya aliran darah pada ginjal

9
dan filtrasi glomerulus. Edema dependen dan terjadinya pembengkakan
akibat peningkatan tekanan kapiler ditulis oleh (Nia ayu saraswati “Dep.
Kesehatan FK Unpad Bandung 2018”) Gejala lain yang muncul pada
penderita hipertensi diantaranya adalah pusing, muka merah, sakit kepala,
keluar darah dari hidung secara tiba-tiba (mimisan), dan tengkuk terasa pegal
(Krisnanda,2017).

5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi meliputi modifikasi gaya hidup. Tetapi,
terapi antihipertensi dapat dimulai untuk hipertensi derajat 1 dengan penyerta
dan hipertensi derajat 2. Penggunaan antihipertensi harus disertai dengan
modifikasi gaya hidup Tujuan pengobatan hipertensi adalah sebagai berikut ;
a. Target tekanan darah <150/90 mmHg, untuk orang yang mempunyai
bawaan penyakit lain seperti diabetes, gagal ginjal, dan seseorang dengan
usia >60 tahun target tekanan darah ada pada <140/90 mmHg.
b. Menurunkan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler
Pengobatan hipertensi terdiri dari farmakologis dan terapi non
farmakologis. Terapi non farmakologis harus dilakukan oleh semua pasien
hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan
factor-faktor resiko penyakit lain. Penderita hipertensi perlu melakukan
modifikasi gaya hidup, seperti penurunan berat badan, kontrol diet mencakup
konsumsi buah-buahan, sayur, serta produk rendal lemak jenuh atau lemak
total, dan penurunan asupan garan. Disarankan agar melakukan aktivitas fisik
dengan target minimal 30 menit/hari dan dilakukan paling tidak 3 hari dalam
seminggu. Terapi farmakologi bertujuan mengontrol tekanan darah hingga
mencapai tujuan terapi pengobatan. JNC VIII memberikan pilihan
antihipertensi berdasar pada ada atau tidaknya ras, usia, serta ada tidaknya
gagal ginjal (Krisnanda, 2017).

10
6. Lansia Penderita Hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit yang benyak diderita oleh lansia. Hal
demikian dapat dilihat dari tingginya angka hipertensi yang ada di Indonesia.
menurut data dari Riskedas tahun 2018, prevelensi hipertensi di Indonesia
mencapai 57% (Litbang Kemenkes, 2019). Lansia merupakan kelompok usia
yang lebih rentan beresiko terkena hipertensi. munculnya hipertensi pada
lansia dikarenakan penurunan elastisitas dinding aorta, penebalan katub
jantung yang membuat kaku katub, menurunnya kemampuan memompa
jantung, kehilangan elastisitas pembuluh darah perifer, dan meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer. Lansia yang menderita hipertensi seperti
diatas, merupakan dampak dari mundurnya fungsi kerja tubuh (Nurarif &
Kusuma, 2016).

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi pada lansia


adalah gaya hidup, seperti konsumsi junkfood, rokok, alkohol, dan olahraga
yang kurang. Junkfood adalah makanan yang mengandung kalori tinggi,
lemak tnggi, natrium atau garam yang tinggi, dan serat yang rendah.
Kandungan lemak dan natrium atau garam yang tinggi adalah salah satu faktor
yang dapat menimbulkan terjadinya hipertensi. Rokok mempunyai kandungan
nikotin yang memicu munculnya kelenjar adrenal melepaskan epinefrin atau
adrenalin menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah dan
membuat jantung memompa lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi.
Konsumsi alkohol mengakibatkan meningkatnya keasaaman dara yang
membuat darah lebih kental sehingga jantung akan memompa lebih berat.
Sedangkan, kurangnya olahraga merupakan faktor risiko independen untuk
penyakit kronis dan secara keseluruhan yang diperkirakan dapat menyebabkan
kematian secara global (Iswahyuni, 2017).
Sudarso dkk (dalam Harsismanto dkk, 2020) menjelaskan kondisi
penyakit kardiovaskular ini terjadi seiring pertambahan usia dimana terjadi
penurunan elastisitas dinding pembuluh darah arteri dan kekakuan pada
pembuluh darah sistemik akibat penuaan. Hal ini nantinya akan berhubungan

11
kelainan pada sistem kardiovaskuler yang akan menyebabkan lansia rentan
mengalami gangguan pada tekanan darah seperti hipertensi.
Kesimpulannya hipertensi merupakan penyakit yang banyak diderita
oleh lansia di Indonesia hal demikian dapat dilihat dari data Riskedas tahun
2018 yang menyebut bahwa angka lansia yang menderita hipertensi di
Indonesia mencapai 57%. Faktor-faktor yang dapat memperbesar resiko
hipertensi lansia di Indonesia diantaranya adalah gaya hidup, junkfood, rokok,
alkohol dan kuranngnya olahraga. Lansia lebih mudah beresiko terkena
hipertensi akibat menurunnya fungsi organ tubuh.

C. Senam Tera

1. Definisi
Senam tera merupakan suatu latihan yang melatih fisik dan mental,
yang memudahkan gerakan-gerakan anggota tubuh dengan satu teknik irama
pernapasan, persendian dan peregangan melalui pemusatan pemikiran dan
dilakukan secara beraturan, serasi, benar dan berkesinambungan. Kata tera
merupakan arti dari kata terapi yang berarti senam tera merupakan olahraga
yang berfungsi sebagai terapi. Senam Tera terdiri dari 17 gerakan peregangan,
25 gerakan persendian, dan 20 gerakan pernapasan pokok (Pradana, 2017).
Senam tera adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah
serta terencana yang dapat diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan
dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga. Senam ini
diadopsi dari Senam Tai Chi. Senam tera ini sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki lansia karena apabila memperhatikan gerakannya senam tersebut
relatif pelan jika dibandingkan dengan senam-senam yang lain. Senam tera
tidak hanya berpengaruh terhadap fungsi fisiologis saja tetapi dapat
menghilangkan ketegangan, menambah rasa percaya diri, membentuk jiwa
sportif, mengajarkan sikap sabar, gembira, dan melatih konsentrasi (Anwari,
dkk, 2018).

12
Banyak penelitian yang membahas tentang senam tera dan
hubungannya dengan hipertensi. berikut dua penelitian yang pernah dibahas
diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Tulak dan Umar (2017)
yang membahas tentang pengaruh senam tera terhadap penurunan tekanan
darah lansia penderita hipertensi di Puskesmas Wara Palopo. Penelitian
tersebut menggunakan metode kuantitatif dengan rancangan pretest-posttest
design. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi.
Jumlah sample dalam penelitian adalah 36 orang. Jumlah sampel diperoleh
dengan cara total sampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh
senam senam tera lansia terhadap penurunan tekanan darah. Penelitian
menunjukkan bahwa senam lansia atau senam tera mempunyai pengaruh
terhadap lansia penderita hipertensi di Puskesmas Wara Palopo pada tahun
2016.
Hasil penelitian yang lainnya dilakukan oleh Hernawan dan Rosyid
(2017) dengan judul “Pengaruh Senam Hipertensi Lansia Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Lansia dengan Hipertensi di Panti Wreda Darma Bhakti
Kelurahan Pajang Surakarta”. Penelitian tersebut menggunakan penelitian
kuantitatif dengan rancangan preexperimentat design One Group Pre test-post
test. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya pengaruh senam tera
terhadap tekanan dara lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Pajang
Surakarta. Penelitian ketiga dilakukan oleh Khasanah dan Nurjanah (2020).
Penelitian tersebut berjudul “Pengaruh Senam Tera Terhadap Penurunan
Tekanan Darah pada Lansia dengan Hipertensi”. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan quasi eksperimen dengan one group pretest – posttest design.
Hasilnya menunjukkan bahwa senam tera mempunya pengaruh yang
signifikan terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi
di Komplek Lipi RW 010 Rawapanjang Bojong Gede, Bogor.
Dapat disimpulkan bahwa senam tera secara umum mempunyai
definisi yaitu serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana
yang dapat diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud

13
meningkatkan kemampuan fungsional raga. Senam Tera terdiri dari 17
gerakan peregangan, 25 gerakan persendian, dan 20 gerakan pernapasan
pokok. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan, senam tera
mempunyai hasil yang signifikan terhadap penurunan tekanan darah pada
lansia yang menderita hipertensi.

2. Manfaat Senam Tera


Senam tera sangat bermanfaat bagi tubuh jika dilakukan secara teratur
dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani, secara khusus kesehatan
jasmani bertujuan memperbaiki dan meningkatkan fungsi saraf, sistem
pernapasan, memperkuat ketahanan jantung dan memperlancar peredaran
darah, sistem pencernaan makanan, fungsi metabolisme serta mengendorkan
dan melentukan sendi-sendi. Sedangkan secara rohani untuk kestabilan
kepercayaan diri, mengurangi tingkat stress, mengurangi terganggunya susah
tidur dan meningkatkan kemampuan konsentrasi (Putri & Bakti, 2019). Selain
manfaat diatas, senam tera mempunyai manfaat untuk lansia yang apat
beresiko menderita hipertensi. manfaat tersebut diantaranya adalah;
a. Senam tera dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi,
karena senam tera dapat melancarkan peredaran darah, memberikan
rangsangan bagi syaraf-syaraf yang lemah, dan mendorong jantung
bekerja secara optimal.
b. Senam Tera yang terdiri dari gerakan peregangan, gerakan persendian,
dan gerakan pernafasan mempunyai tujuan untuk menurunkan tingkat
depresi. Penurunan tersebut akan memberikan stimulus kerja sistem saraf
perifer (otonom nervous sistem) terutama parasipatis yang menyebabkan
vasodilatasi penampang pembuluh darah akan mengakibatkan terjadinya
penurunan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik
c. Senam tera mempunyai manfaat terhadap kebugaran lansia karena senam
Tera mempengaruhi tidak hanya stabilitas nadi, tetapi juga stabilitas
tekanan darah, pernafasan, dan kadar immunoglobulin.

14
d. Senam Tera merupakan salah satu aktivitas fisik yang dapat menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi. orang yang aktivitasnya rendah
mempunyai resiko terkena hipertensi antara 30-50% daripada yang aktif
melakukan aktivitas fisik. Oleh karena itu aktivitas fisik antara 30-45
menit sebanyak kurang lebih 3x seminggu penting sebagai pencegahan
hipertensi.

3. Indikasi dan Kontra Indikasi Senam Tera


Indikasi dan kontraindikasi dalam melakukan senam tera menurut
Wikandar (2018) yaitu sebagai berikut :
a. Indikasi
Adapun beberapa indikasi dalam penerapan senam tera diantaranya
adalah melancarkan peredaran darah, mengontrol system syaraf otak,
menstabilkan tekanan hipertensi, dan meningkatkan metabolisme &
Imunitas dalam tubuh.
b. Kontraindikasi
Dalam melakukan senam tera terdapat kontraindikasi antara lain
Kontraindikasi absolut, infark miokard akut, unstable angina, aritmia
jantung dengan hemodinamik kompromi, endocarditis aktif, gejala
stenosis aorta akut, gagal jantung dekompensasi, emboli paru akut,
thrombosis vena profunda.

4. Teknik Gerakan Senam Tera


Ada 3 prinsip gerakan pada senam tera yaitu terdiri dari peregangan,
persendian, dan pernapasan diantaranya adalah ;
a. Gerakan peregangan
Gerakan peregangan terdiri dari 17 gerakan, diawali dengan
pemanasan dengan melakukan lari ditempat dan diakhiri dengan
pendinginan. Kegiatan peregangan bermanfaat untuk kondisi tubuh seperti
meningkatkan kegiatan metabolism, meningkatkan denyut jantung secara
bertahap sehingga jantung siap menerima beban latihan serta aliran darah

15
meningkat ke otot-otot, meningkatkan suhu otot secara bertahap guna
mencegah terjadinya cedera. Gerakan peregangan dilakukan selama 5
menit. Berikut contoh gerakan senam tera. Berikut gerakan yang dikutip
dari Senam Tera (21 Desember 2019). Senam Tera Peregangan [Video]
https://www.youtube.com/watch?v=Lkk-rBxIrvE :

Tabel 2.2 Gerakan Peregangan


No Gerakan Contoh Gerakan

1 Dorong tangan ke atas

2 Dorongan tangan ke kiri

16
3 Dorong tangan ke kanan

4 Dorong tangan ke depan

5 Rentang ke samping

17
7 Buka ke belakang

8 Putar ke kiri

9 Putar ke kanan

18
10 Bungkuk lengan ke atas

11 Lenturkan badan

12 Tekuk lutut ke kiri

14 Lutut kiri ke depan

19
15 Lutut kanan ke depan

16 Putar pinggul ke kiri

17 Tekuk lutut rapat

(Youtube Senam Tera, 2019 akses 21 Mei 2021 )

b. Gerakan Persendian
Gerakan persendian terdiri dari 25 gerakan. Durasi untuk melakukan
gerakan persendian sekitar 7 menit. Gerakan persendian dilakukan dengan
lembut yang disesuaikan dengan iringan musik. Tujuan gerakan persendian
adalah menggerakkan sendi dan otot. Gerakan persendian yang ada dalam
senam tera bersifat aerobic low impact. Dengan melakukan gerakan
persendian, energy yang dipakai hanya sedikit, sehingga peserta senam

20
tidak merasa berat dan lelah karena tumpuan tidak berada pada lutut. Hal
tersebut membuat cedera dapat dihindari selama senam. Gerakan ini
menghasilkan aksial kompresi. Gerakan aksial kompresi bisa merangsang
sel tulang baru sehingga mempengaruhi peningkatan massa tulang
khasiatnya tulang akan lebih kuat. Gerakan persendian meliputi sebagai
berikut yang dikutip dari Senam Tera (21 Desember 2019) Track 2 Senam
Tera Persendian Release 2009 1 [Video]
https://www.youtube.com/watch?v=EmJ-i9KF2lI ;

Tabel 2.3 Gambar Gerakan Persendian


No Gerakan Gambar Gerakan

1 Menoleh ke kiri ke kanan

2 Tundukkan kepala

3 Miringkan kepala

21
4 Putar kepala

5 Lengan ke depan

6 Telapak tangan ke arah


Badan

7 Telapak tangan kearah


Depan

8 Putar bahu ke depan

9 Balik arah

10 Busungkan badan

22
11 Telapak tangan ke bawah

12 Rentangkan tangan

13 Dorong tangan ke atas

14 Putarkan pinggang

15 Bermain piano

16 Kaki kiri ke depan

17 Kaki kiri ke belakang

18 Angkat lutut

23
19 Tumit ke depan

20 Tumit ke samping

21 Kaki ke belakang

22 Tangan di lipat

23 Bertepuk tangan

24 Tumit di angkat

24
25 Jalan di tempat

(Youtube Senam Tera, 2019 diakses 21 Mei 2021)

c. Gerakan Pernafasan
Pernafasan dalam senam tera merupakan kegiatan inti yang berisi
gabungan gerakan tubuh. Pernafasan dan konsentrasi yang dilakukan
secara berkesinambungan, benar dan mengikuti alunan musik pengiring.
Dalam gerakan ini, individu biasanya akan berimajinasi sesuai dengan
gerakan senam yang dilakukan. Gerakan pernapasan dilakukan selama 30-
45 menit. Berikut gerakan yang diakses dari Senam Tera (21 Desember
2019) Track 3 Pernapasan Pokok 1 [Video]
https://www.youtube.com/watch?v=2fwyaMq6OOc :

Tabel 2.4 Gerakan Pernafasan


No Gerakan Gambar Gerakan

1 Mengatur nafas

2 Bangkit mengatur nafas

25
3 Melapangkan dada

4 Mengayun pelangi

5 Membelah awan

6 Mengayun lengan

7 Mengayuh di danau

8 Mengangkat bola

26
9 Memandang rembulan

10 Mendorong telapak tangan

11 Membelai mega

12 Meraup air

13 Mendorong ombak

27
14 Membentangkan sayap

15 Menjulurkan tinju

16 Terbang melayang

17 Memutar roda

18 Menepuk bola

28
19 Menggosok telapak tangan

(Youtube Senam Tera, 2019 diakses 21 Mei 2021)

5. Mekanisme Senam Tera Dalam Menurunkan Tekanan Darah pada Lansia


Penderita Hipertensi
Salah satu cara mencegah dan mengontrol risiko terjadinya hipertensi
adalah dengan melakukan olahraga secara teratur. Banyak studi menunjukkan
bahwa kombinasi antara terapi tanpa obat (non-farmakoterapi) dan terapi
dengan obat (farmakoterapi) tidak hanya menurunkan tekanan darah, tetapi
juga menurunkan resiko stroke dan penyakit jantung iskemik. Terapi dengan
obat dapat dilakukan dengan pemberian obat anti hipertensi. Sementara, terapi
tanpa obat bisa dilakukan dengan melakukan olahraga secara teratur. Dari
berbagai macam olahraga yang dapat dilakukan salah satunya dengan
melakukan senam lansia (Sari & Kamil, 2017). Senam lansia sendiri terdiri
dari berbagai macam jenis senam. Salah satu senam yang dapat dilakukan
untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi pada lansia adalah
senam tera.
Olahraga seperti senam Tera mampu mendorong jantung bekerja
secara optimal, dimana olahraga untuk jantung mampu meningkatkan
kebutuhan energi oleh sel, jaringan dan organ tubuh, dimana akibat
peningkatan tersebut akan meningkatkan aktivitas pernafasan dan otot rangka,
dari peningkatan aktivitas pernafasan sehingga akan meningkatkan aliran
balik vena dan menyebabkan peningkatan volume yang langsung
meningkatkan curah jantung dan dapat menyebabkan tekanan darah arteri
meningkat sedang, setelah tekanan darah arteri meningkat akan terjadi fase
istirahat terlebih dahulu akibat dari fase ini mampu menurunkan aktivitas
pernafasan dan otot rangka menyebabkan aktivitas saraf simpatis dan

29
epinefrin menurun, akan tetapi aktivitas saraf simpatis meningkat, sehingga
menyebabkan kecepatan denyut jantung menurun, volume sekuncup
menurunkan vasodilatasi arteriol vena, karena penurunan ini mengakibatkan
curah jantung menurun dan penurunan resistensi perifer total, sehingga terjadi
penurunan tekanan darah (Kuntaraf dalam Murrika & Ningrum, 2017).
Senam tera mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Senam Tera yang
terdiri dari gerakan peregangan, gerakan persendian, dan gerakan pernafasan
mempunyai tujuan untuk menurunkan tingkat depresi. Penurunan tersebut
akan memberikan stimulus kerja sistem saraf perifer (otonom nervous sistem)
terutama parasipatis yang menyebabkan vasodilatasi penampang pembuluh
darah akan mengakibatkan terjadinya penurunan tekanan darah baik sistolik
maupun diastolik. Senam tera mempunyai manfaat terhadap kebugaran lansia
karena senam Tera mempengaruhi tidak hanya stabilitas nadi, tetapi juga
stabilitas tekanan darah, pernafasan, dan kadar immunoglobulin.Senam Tera
merupakan salah satu aktivitas fisik yang dapat menurunkan tekanan darah
pada penderita hipertensi. orang yang aktivitasnya rendah mempunyai resiko
terkena hipertensi antara 30-50% daripada yang aktif melakukan aktivitas
fisik. Oleh karena itu aktivitas fisik antara 30-45 menit sebanyak kurang lebih
3x sehari penting sebagai pencegahan hipertensi (Sari & Kamil, 2017).
Senam Tera mempunyai banyak manfaat untuk lansia. Senam Tera
merupakan suatu latihan yang melatih fisik dan mental. Gerakan-gerakan di
dalamnya mempunyai teknik satu irama yaitu pernapasan, persendian dan
peregangan melalui pemusatan pemikiran dan dilakukan secara beraturan,
serasi,benar dan berkesinambungan. Senam Tera dapat memperbaiki dan
meningkatkan kondisi fungsi jantung dan peredaran darah serta mengontrol
hipertensi. senam mengutamakan gerakan persendian, dimana gerakan-
gerakannya disinkronkan dengan pola meridian dengan titik kesehatan
menurut teori Akupuntur. senam Tera yang dilakukan dengan cara baik,
benar, dan teratur dalam jangka waktu panjang akan bermanfaat bagi

30
kesehatan. Manfaat dalam jangka panjang diantaranya adalah meningkatkan
kesehatan, memelihara kesehatan, dan menjaga kebugaran baik jasmani dan
rohani (Putri & Bakti, 2019).
Pada penderita hipertensi, senam tera dapat digunakan untuk
penderita hipertensi dengan grade pre-hipertensi hingga tingkat 1. Mengingat
hipertensi merupakan penyakit dengan multifaktor. Senam tera merupakan
faktor yang dapat mencegah terjadinya hipertensi. Tetapi terdapat faktor
risiko lain yang harus diperhatikan seperti faktor genetic, umur, jenis
kelamin, dan etnis yang tidak dapat dimodifikasi. Sementara, senam tera yang
merupakan bagian dari aktivitas olahraga adalah salah satu faktor resiko pada
penderita hipertensi yang dapat dimodifikasi. Selain senam tera, terdapat
faktor-faktor resiko hipertensi lain yang dijadikan pertimbangan seperti, usia,
jenis kelamin, riwayat keluarga, obesitas, serum lipid, diet, merokok, stress
dan berbagai macam faktor lain yang dapat meningkatkan resiko hipertensi
(Ketut, 2017).
Tabel 2.5 Durasi pergerakan senam tera
No JENSI PERGERAKAN SENAM Durasi
1 Gerakan Peregangan ( 17 Teknik ) 5 Menit
2 Gerakan Persendian ( 25 Teknik ) 7 Menit
3 Gerakan Pernafasan ( 19 Teknik ) 30-45 Menit

C. Ketepatan Solusi yang Ditawarkan


Salah satu upaya memberikan kesadaran tentang pentingnya senam Tera
untuk menekan tekanan hipertensi yaitu dengan memberikan informasi akan hal
tersebut. untuk memberikan pendidikan tersebut, maka diperlukan suatu media
yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Informasi seperti gerakan senam Tera,
manfaatnya, dan bagaimana tehnik-tehnik senam tera harus disampaikan kepada
masyarakat khususnya pada usia lansia agar dapat melakukan senam tera secara
mandiri.
Pendidikan kesehatan dapat dipahami oleh peserta dengan bantuan
media. Ada banyak jenis media pendidikan kesehatan yang dapat digunakan

31
sebagai media pembelajaran untuk masyarakat. Media kesehatan yang digunakan
pada penelitian ini adalah video. Media video mempunyai beberapa keuntungan
diantaranya adalah kualitas gambar dan suara yang lebih bagus karena
menggunakan teknologi digital. Media video dapat memberikan kemudahan
karena teknologi tersebut banyak dimiliki oleh masyarakat luas (Ramdhani &
Putra, 2017).
Video tentang senam Tera untuk lansia penderita hipertensi ini diharap
dapat menjadi media edukasi khusu bagi lansia untuk menurunkan tekanan darah
pada penderita hipertensi. penelitian tentang manfaat senam Tera bagi lansia
penderita hipertensi telah membuktikan bahwa kebanyakan dari penelitian
tersebut membuktikan bahwa senam Tera mempunyai hasil yang signifikan
terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Penelitian yang
dilakukan Sari & Kamil membuktikan bahwa orang yang aktivitasnya rendah
mempunyai resiko terkena hipertensi antara 30-50% daripada yang aktif
melakukan aktivitas fisik. Oleh karena itu aktivitas fisik antara 30-45 menit
sebanyak kurang lebih 3x sehari penting sebagai pencegahan hipertensi (Sari &
Kamil, 2017).
Edukasi menggunakan media video menjadi tepat karena video
memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah format video yang dapat
dijsajikan dengan berbagai bentuk seperti kaset, CD/DVD, USB, dan lain
sebagainya. Kelebihan kedua,video tidak terbatas jarak dan waktu, dan yang
ketiga video dapat diulang-ulang (Jatmika, 2019). Kelebihan-kelebihan yang ada
pada video tersebut menjadi pertimbangan memilih media video sebagai solusi
yang tepat untuk memberikan edukasi terhadap masyarakat, khusunya pada
lansia penderita hipertensi yang ingin mempelajari senam Tera untuk
menurunkan tekanan darah.

32
D. Media Produk Luaran (Video)

1. Pengertian Video
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) video adalah
rekaman gambar hidup atau program televisi untuk ditayangkan melalui
pesawat televisi. Kata lain video adalah tayangan gambar bergerak yang
disertai suara. Video berasal dari bahasa Latin yaitu gabungan dari kata vidi
atau visium yang dapat diartikan sebagai melihat atau dapat diartikan
mempunyai daya penglihatan. Video adalah media yang paling bermakna
media lain seperti grafik, audio, dan lain sebagainya. Penggunaan video
dalam multimedia interaktif memberikan pengalaman baru (Munir dalam
Tindaon, 2016).
Video adalah salah satu jenis media audio-visual yang dapat
menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama dengan suara alamiah
atau suara yang sesuai. Video dapat menyajikan informasi, pemaparan
proses, penjelasan konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan,
menyingkat atau memperpanjang waktu dan mempengaruhi sikap (Azhar,
2016). Video merupaka media penyampaian pesan atau informasi yang
mengarah pada sosialisasi program dalam bidang kesehatan, mengutamakan
pendidikan dan penerangan serta komunikasi kesehatan yang bersifat
persuasif. Selain sebagai media penyampaian pesan, video merupakan audio
yang dapat dikombinasikan dengan gambar yang bergerak. kemampuan video
dalam melakukan visualisasi sebuah pesan menjadi gerakan motorik, ekspresi
wajah, dan suasana lingkungan tertentu, merupakan suatu kelebihan dari
video (Jatmiko, 2019)

2. Manfaat Video
Video yang digunakan untuk proses belajar memiliki banyak manfaat
menurut Darmawan (2018) diantaranya adalah sebagai berikut ;

33
a. Video dapat menunjukkan objek yang secara normal tidak dapat dilhat
siswa seperti materi suatu proses pernafasan, gerakan, dan lain
sebagainya
b. Video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat dan dapat dilihat
secara berulang-ulang
c. Video mendorong motivasi untuk tetap melihatnya
d. Video pembelajaran menyajikan audio dan visual yang berisi pesan
pembelajaran baik yang berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi
pengetahuan untuk membantu pemahaman materi
e. Memungkinkan peserta mencermati materi secara lebih mudah dan
menarik

3. Kelebihan Video
Kelebihan video menurut Jatmika (2019) diantaranya adalah sebagai
berikut :

a. Pesan yang disampaikan lebih menarik dan mudah diingat penonton


b. Tidak terbatas jarak dan waktu
c. Dapat diulang-ulang
d. Format dapat disajikan dengan berbagai bentuk, seperti kaset, CD,
DVD, dll

4. Kelemahan Video
Kelemahan video menurut Jatmika (2019) diantaranya adalah sebagai
berikut :

a. Proses pembuatan membutuhkan banyak biaya


b. Membutuhkan peralatan lain seperti video player, LCD, dan lain-lain
c. Lebih menekankan isi materi daripada proses dari materi
d. Tidak dapat menampilkan objek dengan ukuran sebenarnya
e. Pengambilan gambar yang kurang tepat akan mengakibatkan salah tafsir
oleh penonton.

34

Anda mungkin juga menyukai