Anda di halaman 1dari 17

Laporan Pendahuluan

Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler dengan Diagnosa Medik: CAD UAP

Disusun Oleh:

Fla Aurelia. R

P2002023

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

ITKES WIYATA HUSADA


SAMARINDA

2021
KONSEP MEDIK

A. Definisi

Coronary Artery Disease (CAD) merupakan kondisi ketika pembuluh darah


jantung (arteri koroner) tersumbat oleh timbunan lemak, lemak yang

menumpuk membuat arteri akan semakin menyempit, dan membuat aliran


darah ke jantung berkurang. Kondisi mengancam jiwa yang ditandai dengan

pembentukan area nekrotik lokal di dalam miokardium. Biasanya mengikuti


oklusi mendadak dari arteri koroner dan henti mendadak dari aliran darah

dan oksigen ke otot jantung (Black & Hawks, 2014).


Unstable Angina Pectoris (UAP) merupakan nyeri dada akibat penyakit

jantung koroner yang biasanya muncul tiba-tiba, tidak bergantung pada


aktivitas yang dilakukan, biasanya berlanjut meskipun sudah beristirahat.

Rentang waktu terjadinya unstable angina lebih panjang dengan intensitas


nyeri yang lebih parah daripada stable angina (Pane, 2019)

B. Etiologi dan Faktor Risiko

Angina pectoris sebagian besar akibat proses ateroklerosis. Timbunan lemak


(plak) di pembuluh darah pecah atau terbentuk gumpalan darah, hal itu

dapat dengan cepat menyumbat atau mengurangi aliran melalui arteri yang
menyempit. Ini dapat secara tiba-tiba dan sangat menurunkan aliran darah ke

otot jantung. Angina tidak stabil juga bisa disebabkan oleh pembekuan darah
yang menyumbat atau menyumbat sebagian pembuluh darah jantung.

Sejumlah faktor dapat meningkatkan risiko aterosklerosis, antara lain:


1. Rokok

Rokok adalah faktor risiko utama penyakit jantung koroner. Kandungan


nikotin dan karbon monoksida dalam asap rokok dapat membebani kerja

jantung, dengan memacu jantung bekerja lebih cepat. Kedua senyawa


tersebut juga meningkatkan risiko terjadinya penggumpalan darah.

Senyawa lain dalam rokok juga dapat merusak dinding arteri jantung dan
menyebabkan penyempitan. Oleh karena itu, risiko terserang penyakit

jantung pada perokok hampir 25 persen lebih tinggi dibanding orang


yang tidak merokok.

2. Diabetes
Diabetes menyebabkan dinding pembuluh darah menebal dan

menghambat aliran darah. Penderita diabetes diketahui 2 kali lipat lebih


berisiko terserang penyakit jantung koroner.

3. Trombosis
Trombosis adalah bekuan darah yang dapat terbentuk di pembuluh darah

vena atau arteri. Bila terbentuk di arteri, akan menghambat aliran darah
ke jantung, sehingga meningkatkan risiko serangan jantung

4. Tekanan Darah tinggi


Tekanan darah tinggi atau hipertensi membuat jantung harus bekerja

lebih keras. Salah satu faktor pemicu hipertensi adalah konsumsi makanan
dengan kadar garam yang tinggi. Tekanan darah normal berkisar antara

90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg.

5. Kadar Kolestrol Tinggi 

Kolesterol terbagi dua, yaitu kolesterol baik (HDL) dan kolesterol jahat
(LDL). LDL inilah yang dapat menumpuk di dinding arteri dan memicu

penyempitan. Pada orang dewasa yang sehat, kadar LDL yang normal
dalam darah adalah kurang dari 100 mg/dL. Sedangkan bagi individu

berisiko mengalami penyakit jantung koroner, kadar LDL disarankan di


bawah 100 mg/dL. Batas maksimal kadar LDL akan lebih rendah lagi bagi

mereka yang sudah menderita penyakit jantung atau diabetes, yaitu di


bawah 70 mg/dL.
6. Berat Badan Berlebih
Seseorang dengan berat badan berlebih atau obesitas berisiko terserang

penyakit jantung koroner.


7. Riwayat kesehatan keluarga

Risiko CAD meningkat pada seseorang yang memiliki keluarga dengan


penyakit jantung.

8. Alkohol
Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan dapat merusak otot

jantung, dan memperburuk kondisi seseorang dengan faktor risiko


penyakit jantung koroner, seperti hipertensi dan obesitas

C. Manifestasi Klinik

Angina pectoris ditandai dengan nyeri dada seperti tertindih, terbakar,


tertusuk ataupun terasa penuh. Rasa sakitnya dapat menjalar ke lengan, bahu,

punggung, leher, dan rahang. Gejala lain yang dapat menyertai rasa nyeri
tersebut antara lain:

1. Pusing
2. Kelelahan

3. Mual
4. Berkeringat yang muncul berlebihan

5. Sesak napas

D. Patofisiologi
Mekanisme timbulnya angina pektoris tidak stabil didasarkan pada

ketidakadekuatan suplai oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan


karena kekakuan arteri dan penyempitan lumenareteri koroner

(ateriosklerosis koroner). Mekanisme timbulnya angian pektoris tidak stabil


didasarkan pada

ketidakadekuatan suplai oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan


karena kekakuan arteri dan penyempitan lumenareteri koroner

(ateriosklerosis koroner). Adanya endotel yang cedera mengakibatkan


hilangnya produksi No (nitratoksida) yang berfungsi untuk menghambat

berbagai zat reaktif. Dengan tidak adanya fungsi ini dapat menyababkan otot
polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner yang memperberat

penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang.


Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu nampak

bila belum mencapai 75%. Bila penyempitan lebih dari 75% serta di picu
dengan aktifitas berlebihan maka suplai darak ke koroner akan berkurang.

Sel-sel miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi


kebutuhan energi merekan. Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang

menurunkan pH miokardium dan menimbulkan nyeri. Apabila kebutuhan


energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai oksigen menjasi adekuat dan

sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif untuk membentuk energi. Pada saat
beban kerja suatu jaringan meningkat, kebutuhan oksigen juga akan

meningkat. Apabila kebutuhan oksigen meningkat pada jantung yang sehat,


maka arteri-arteri koroner akan berdilatsi dan mengalirkan lebih banyak

oksigen kepada jaringan. Akan tetapi jika terjadi kekakuan dan penyempitan
pembuluh darah seperti pada penderita arteriosklerosis dan tidak mampu

berespon untuk berdilatasi terhadap peningkatan kebutuhan oksigen.


Terjadilah iskemik miocard, yang mana sel-sel miocard mulai menggunakan

glikosis anaerob untuk memenuhi kebutuhan energinya. Proses


penmbentukan ini sangat tidak efisien dan menyebabkan terbentuknya asam

laktat. Asam laktat kemudian menurunkan Ph miokardium dan menyebabkan


nyeri pada angina pectoris. Apabila kebutuhan energi sel-sel jantung

berkurang (istirahat atau dengan pemberian obat) suplai oksigen menjadi


kembali adekuat dan sel-sel otot

kembali melakukan fosforilasi oksidatif membentuk energi melalui proses


aerob. Dan proses ini tidak menimbulkan asam laktat, sehingga nyeri

angina mereda dan dengan demikian dapat disimpulkan nyeri angina


adalah nyeri yang berlangsung singkat.

E. Penatalaksanaan Medik
1. Farmakologi

a. Obat Pengencer Darah


1) Aspirin

2) Clopidogrel
3) Ticagrelor

b. Obat Pelebar Pembuluh Darah


1) Nitrogliserin, untuk melebarkan dan merelaksasi pembuluh darah

sehingga aliran darah ke jantung lebih baik. Mekanisme kerjanya


sebagai dilatasi vena perifer dan pembuluh darah

koroner. Efeknya langsung terhadap relaksasi otot polos vaskuler.


Nitrogliserin juga dapat meningkatkan toleransi exercise pada

penderita angina sebelum terjadi hipoktesia miokard. Bila di


berikan sebelum exercise dapat mencegah serangan angina.

c. Beta Blocker untuk memperlambat denyut jantung dan merelaksasi


pembuluh darah sehingga mengurangi beban kerja jantunng. Cara

kerjanya menghambat sistem adrenergenik terhadap miokard yang


menyebabkan kronotropik dan inotropik positif, sehingga denyut

jantung dan curah jantung dikurangi. Karena efeknya yang


kadiorotektif, obat ini sering digunakan sebagai pilihan pertama untuk

mencegah serangan angina pektoris pada sebagian besar penderita


d. Obat untuk mengontrol diabetes, kolestrol dan hipertensi yang

merupakan faktor resiko dari penyakit jantung koroner penyebab


angina.

e. Ca- Antagonis
Dipakai pada pengobatan jangka panjang untuk mengurangi

frekwensi
serangan pada beberapa bentuk angina.
Cara kerjanya :

1) Memperbaiki spasme koroner dengan menghambat tonus vasometer


pembuluh darah

2) Arteri koroner (terutama pada angina Prinzmetal).


3) Dilatasi arteri koroner sehingga meningkatkan suplai darah ke

miokard
4) Dilatasi arteri perifer sehingga mengurangi resistensi perifer dan

menurunkan afterload.
5) Efek langsung terhadap jantung yaitu dengan mengurangi denyut,

jantung dan kontraktilitis sehingga mengurangi kebutuhan O2

2. Pembedahan

a. Angioplasty and stenting


Disebut juga Percutaneous Coronary Intervention yaitu memasukan

balon kecil kedalam arteri yang menyempit, balon dipompa untuk


memperlebar arteri kemudian stent dimasukkan untuk menjaga arteri

tetap terbuka.
b. Coronary artery bypass

Yaitu dengan mengambil pembuluh darah dari bagian tubuh lain


untuk membuat saluran aliran darah baru sebagai pengganti saluran

aliran darah yang menyempit.


c. External counterpulsation (ECP)

Prosedur terapi non-invasif yang dilakukan pada pasien dengan


angina refrakter (nyeri dada berulang sudah dengan optimal terapi)
atau gagal jantung untuk menghilangkan gejala iskemia,

meningkatkan kapasitas fungsional dan kualitas hidup pasien.


Melibatkan penggunaan manset seperti yang digunakan pada alat

pengukur tekanan darah. Manset dipasang di kedua kaki dan cuff


(balon) akan ditekan sesuai denyut jantung pasien untuk

mengencangkan kaki dan menekan pembuluh darah.Penekanan


pembuluh darah tersebut akan memacu aliran darah ke jantung agar

bertambah, sehingga dapat meredakan nyeri.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. EKG

Untuk memeriksa aliran listrik jantung dan memantau jika terdapat


gangguan pada irama jantung.

2. Echocardiogram
Untuk menemukan letak kerusakan otot jantung dan area jantung yang

tidak mendapat aliran darah yang cukup


3. Rontgen toraks

Untuk memeriksa apakah terjadi pembesaran jantung.


4. Tes Darah

Untuk mendeteksi keberadaan enzim jantung, yang kadarnya di dalam


darah dapat meningkat saat jantung tidak mendapatkan suplai darah

yang cukup.
5. CT Scan

Untuk menunjukkan bagian pembuluh jantung yang tersumbat dan


bagian jantung yang tidak mendapatkan aliran darah.

6. EKG treadmill
Tujuan pemeriksaan ini sama dengan EKG, tetapi dilakukan saat pasien

sedang beraktivitas.
7. Kateterisasi Jantung

Untuk melihat penyempitan pada pembuluh darah jantung dengan


bantuan alat kateter, zat pewarna khusus (kontras), dan foto Rontgen

8. MRI Cardiac
Untuk mengetahui struktur jantung dan pembuluh darah

G. Komplikasi

Angina pectoris sering disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Bila


pembuluh darah koroner semakin sempit dan tersumbat total, maka akan

muncul serangan jantung yang bisa mengancam nyawa. Oleh karena itu,


angina pektoris perlu diperiksakan sejak masih berupa gejala awal, atau sejak

nyeri masih ringan dan bisa mereda sendiri dengan istirahat.


1. Infark miocard

Dikenal dengan istilah serangan jantung adalah kondisi terhentinya aliran


darah dari arteri koroner pada area yang terkena yang menyebabkan

kekurangan oksigen (iskemia) lalu sel-sel menjadi nekrotik (mati) karena


kebutuhan energi akan melebihi suplai energi dara

2. Aritmia
Aritmia perlu diobati bila menyebabkan gangguan hemodinamik. Aritmia

memicu peningkatan kebutuhan O2 miokard yang mengakibatkan


perluasan infark

3. Gagal jantung
Kondisi saat pompa jantung melemah, sehingga tidak mampu

mengalirkan
darah yang cukup ke seluruh tubuh.

4. Syok Cardiogenik
Sindroma kegagalan memompa yang paling mengancam dan

dihubungkan dengan mortalitas paling tinggi, meskipun dengan


perawatan agresif

5. Perikarditis
Sering ditemukan dan ditandai dengan nyeri dada yang lebih berat pada

inspirasi dan tidur terlentang. Infark transmural membuat lapisan


epikardium yang langsung kontak dengan perikardium kasar, sehingga

merangsang permukaan perikard dan timbul reaksi peradangan.


6. Aneurisma ventrikel

Dapat timbul setelah terjadi MCI transmural. Nekrosis dan pembentukan


parut membuat dinding miokard menjadi lemah. Ketika sistol, tekanan

tinggi dalam ventrikel membuat bagian miokard yang lemah menonjol


keluar. Darah dapat merembes ke dalam bagian yang lemah itu dan dapat

menjadi sumber emboli. Disamping itu bagian yang lemah dapat


mengganggu curah jantung kebanyakan aneurisma ventrikel terdapat

pada apex dan bagian anterior jantung

H. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, status


perkawinan, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, no. Register, dan

diagnosa medis. Sedangkan identitas bagi penanggung jawab yaitu nama,


umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan hubungan dengan klien .

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama

Keluhan utama yang biasa terjadi pada pasien dengan angina tidak
stabil yaitu nyeri dada substernal atau retrosternal dan menjalar ke

leher, daerah interskapula atau lengan kiri, serangan atau nyeri yang
dirasakan tidak memiliki pola, bisa terjadi lebih sering dan lebih

berat, serta dapat terjadi dengan atau tanpa aktivitas.


b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada riwayat kesehatan sekarang keluhan yang dirasakan oleh klien


sesuai dengan gejala-gejala pada klien dengan angina tidak stabil

yaitu nyeri dada substernal atau retrosternal dan menjalar ke leher,


daerah interskapula atau lengan kiri, serangan atau nyeri yang

dirasakan tidak memiliki pola, bisa terjadi lebih sering dan lebih
berat, serta dapat terjadi dengan atau tanpa aktivitas. Biasanya

disertai
sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin, palpitasi,

dan dizzines.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien mempunyai riwayat hipertensi, atherosklerosis, insufisiensi


aorta, spasmus arteri koroner dan anemia berat.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Keluarga klien mempunyai penyakit hipertensi dan arteri koroner

3. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum

Keadaan umum klien mulai pada saat pertama kali bertemu dengan
klien dilanjutkan mengukur tanda-tanda vital. Kesadaran klien juga

diamati apakah kompos mentis, apatis, samnolen, delirium, semi


koma atau koma. Keadaan sakit juga diamati apakah sedang, berat,

ringan atau tampak tidak sakit.


b. Tanda-tanda vital

Dapat meningkat sekunder akibat nyeri atau menurun sekunder


akibat

gangguan hemodinamik atau terapi farmakologi


c. Pemeriksaan head to toe

1) Kepala
Pusing, berdenyut selama tidur atau saat terbangun, tampak

perubahan ekspresi wajah seperti meringis atau merintih, terdapat


atau tidak nyeri pada rahang

2) Leher
Tampak distensi vena jugularis, terdapat atau tidak nyeri pada

leher
3) Thorak

Bunyi jantung normal atau terdapat bunyi jantung ekstra S3/S4


menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilitas, kalau

murmur menunjukkan gangguan katup atau disfungsi otot papilar


dan perikarditis. Paru-paru: suara nafas bersih, krekels, mengi,

wheezing, ronchi, terdapat batuk dengan atau tanpa sputum,


terdapat sputum bersih, kental ataupun merah muda

4) Abdomen
Terdapat nyeri/rasa terbakar epigastrik, bising usus

normal/menurun
5) Ekstermitas

Ekstremitas dingin dan berkeringat dingin, terdapat udema perifer


dan udema umum, kelemahan atau kelelahan, pucat atau sianosis,

kuku datar, pucat pada membran mukosa dan bibir.


I. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis


2. Penurunan curah Jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan


ventilasi perfusi

4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


suplai dan kebutuhan oksigen

5. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri


dan/atau vena

6. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

RENCANA KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tujuan Intervensi


1. Nyeri Akut Tingkat Nyeri Pemberian Analgesik
Definisi: Pengalaman
sensorik atau emosional Definisi: Pengalaman Definisi: Menyiapkan dan
yang berkaitan dengan sensorik atau emosional memberikan agen
kerusakan jaringan aktual yang berkaitan dengan farmakologis untuk
atau fungsional, dengan kerusakan jaringan mengurangi atau
onset mendadak atau aktual atau fungsional, menghilangkan rasa sakit.
lambat dan berintensitas dengan onset Tindakan
ringan hingga berat yang mendadak atau lambat Observasi:
berlangsung kurang dari 3 dan berintensitas ringan a. Identifikasi
bulan hingga berat dan karakteristik nyeri
Gejala dan Tanda Mayor konstan. b. Identifikasi riwayat
Subjektif: alergi obat
a. Mengeluh nyeri Ekspektasi: Menurun c. Identifikasi
Objektif: Kriteria hasil: kesesuaian jenis
a. Tampak meringis a. Keluhan nyeri analgesik
b. Bersikap protektif b. Meringis dengantingkat
c. Gelisah c. Sikap protektif keparahan nyeri
d. Frekuensi nadi d. Gelisah d. Monitor ttv
meningkat e. Kesulitan tidur sebelum dan
e. Sulit tidur f. Menarik diri sesudah pemberian
Gejala dan Tanda Minor g. Berfokus pada analgesik
Objektif: diri sendiri e. Monitor efektifitas
a. Tekanan darah analgesik
meningkat Terapeutik
b. Pola napas a. Diskusikan jenis
berubah analgesik yang
c. Nafsu makan disukai untuk
berubah mencapai nalgesik
d. Proses berpikir optimal, jika perlu
terganggu b. Dokumentasikan
e. Menarik diri respon terhadap
f. Berfokus pada diri efek analgesik dan
sendiri efek yang tidak
g. Diaforesis diinginkan
Edukasi
a. Jelaskan efek terapi
dan efek samping
obat
Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian dosis
dan jenis, sesuai
indikasi
2. Penurunan Curah Curah Jantung Perawatan Jantung
Jantung Definisi: keadekuatan Tindakan
Definisi: jantung memompa 1. Identifikasi
Ketidakadekuatan jantung darah untuk memenuhi tanda/gejala primer
memompa darah untuk kebutuhan metabolisme penurunan curah
memenuhi kebutuhan tubuh. jantung
metabolism tubuh Ekspektasi : Meningkat 2. Monitor tekanan
Kriteria hasil: darah
Gejala dan Tanda Mayor: 1. Kekuatan nadi 3. Monitor intake dan
Subjektif: perifer output cairan
1. Perubahan Irama 2. Ejection Fraction 4. Monitor saturasi
jantung (EF) oksigen
a. Palpitasi Ekspektasi: menurun 5. Monitor keluhan
2. Perubahan 1. Palpitasi nyeri dada
preload 2. Bradikardi 6. Monitor EKG 12
a. Lelah 3. Takikardi sadapan
3. Perubahan 4. Lelah
Afterload 5. Ortopnea
a. Dispnea 6. Gambaran EKG
4. Perubahan aritmia
kontraktilitas 7. Dispnea
a. Paroxysmal 8. Suara jantung
nocturnal S4
dyspnea Ekspektasi: membaik
b. Ortopnea 1. Tekanan darah
Objektif : 2. Capillary refill
1. Perubahan Irama time
jantung
a. Bradikardi/ta
kikardi
b. Gambaran
EKG aritmia
atanu
gangguan
konduksi
2. Perubahan
preload
a. Distensi vena
jugularis
b. CVP
meningkat/m
enurun
3. Perubahan
Afterload
a. Tekanan
darah
meningkat/m
enurun
b.
4. Perubahan
kontraktilitas
a. Terdengar
suara
jantung S3
dan/atau S4
b. Ejection
fraction (EF)
menurun
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
1. Perilaku/emosion
al
a. Cemas
b. Gelisah
3. Perfusi Perifer tidak Perfusi perifer Perawatan sirkulasi
efektif b.d penurunan Definisi: keadekuatan Definisi: mengidentifikasi
aliran arteri dan/atau aliran darah pembuluh dan merawat area lokal
vena darah distal untuk dengan keterbatasan
menunjang fungsi sirkulasi perifer
jaringan. Tindakan:
1. periksa sirkulasi
Ekspektasi: meningkat perifer
Kriteria hasil: 2. identifikasi faktor
1. Denyut nadi resikogangguan
perifer sirkulasi
Ekspektasi menurun: 3. lakukan hidrasi
Kriteria hasil: 4. anjurkan berhenti
1. Warna kulit merokok
pucat 5. anjurkan
2. Kelemahan otot menggunakan obat
3. Edema perifer penurun tekanan
Ekspektasi : membaik darah, antikoagulan,
Kriteria hasil: dan penurun
1. pengisian kolestrol, jika
kapiler pperlu.
2. Turgor kulit
3. akral
Daftar Pustaka

Black. J.M & Hawks. J.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. Edisi 8. Buku 3. Singapore. Elsevier. ISBN: 978-981-
2729-78-1

Mayo clinic (2018). Disease and Condition. Angina.


https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/angina/diagnosis-treatment/drc-
20369378

Mayo Clinic (2018). Diseases and Conditions. Coronary Artery Disease


https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/coronary-artery-disease/symptoms-
causes/syc-20350613

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Cetakan 3. Jakarta: Dewan pengurus Pusat
PPNI. ISBN 978-602-18445-6-4.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. Cetakan 2. Jakarta: Dewan pengurus Pusat
PPNI. ISBN 978-602-51680-0-0

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Cetakan 2. Jakarta: Dewan pengurus Pusat
PPNI. ISBN 978-602-18445-9-5.

Anda mungkin juga menyukai