Disusun Oleh:
FLA AURELIA R
NIM: P2002023
a. Manipulasi
Gangguan social dimana individu memperlakukan orang lain sebagai
obyek, hubungan terpusat pada masalah mengendalikan orang lain dan
individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. tingkah laku
mengontrol digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau
frustasi dan dapat menjadi alat untuk berkuasa pada orang lain.
b. Impulsif
Respon social yang ditandai dengan individu sebagai subyek yang tidak
dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak dapat dipercaya, tidak mampu
merencanakan, tidak mampu untuk belajar dari pengalaman dan miskin
penilaian.
c. Narkisisme
Rewspon social ditandai dengan individu memiliki tingkah laku
egosentris, harga diri yang rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan mudah marah jika tidak mendapat dukungan dari orang
lain.
4. Penyebab
a Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yaitu faktor yang bisa menimnulkan respon social yang
maaladaptif, faktor yang mungkin mempengaruhi termasuk :
1) Perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan mencetuskan
seseorang akan mempunyai masalah respon maladatif
2) Biologik
Adanya keterlibatan faktor genetic, status gizi, kesehatan umum yang
lalu dan sekarang. Ada bukti terdahulu terlibatnya neurotransminer
dalam perkembangan gangguan ini, tetapi masih peril penelitian.
3) Sosiokultural
isolasi karena mengadopsi norma, perilaku dan system nilai yang
berbeda dari kelompok budaya mayoritas, seperti tingkat perkembangan
usia, kecacatan , penyakit kronik, pendidikan, pekerjaan dan lain- lain.
b Faktor Presipitasi
stressor pencetus pada umunya mencakup kejadian kehidupan yang penuh
stress yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan
orang lain dan menyebabkan ansietas.
Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
1) Stressor sosiokultural
menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah dari orang yang berarti,
misalnya penceraian, kematian, perpisahan kemiskinan, konflik social
budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan) dan sebagainya.
2) stressor psikologik
ansietas berat yang berkepanjangan dan bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya, misalnya perasaan cemas yang
mengambang, merasa terancam.
5. Sumber Koping
Hubungan dengan hewan peliharaan dan penggunaan kreatifitas untuk
mengekspresikan stress interpersonal misalnya kesenian, music, ataua tulisan
(Ernawati Dalami dkk,2009, hal 10)
6. Mekanisme Koping
Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisosial antara lain
proyeksi, isolasi, idealisasi orang lain, merendahkan orang lain dan identifikasi
proyeksi.
C. Pohon Masalah
Effect Gangguan Persepsi Sensorik
Isolasi sosial
Core Problem
Ket : Teraupetik :
1 : Menurun 1. Memotivasi
2 : Cukup menurun meningkatkan
3 : Sedang keterlibatan dalam suatu
4 : Cukup meningkat hubungan
5 : Meningkat 2. Memotivasi
1. Verbalisasi social (1) berpartisipasi dalam
2. Perilaku menarik diri aktivitas baru dan
(5) kegiatan kelompok
3. Afek murung/sedih (5)
Edukasi :
Ket : 1. Menganjurkan
1 : Meningkat berinteraksi dengan
2 : Cukup meningkat orang lain secara
3 : Sedang bertahap
4 : Cukup menurun 2. Menganjurkan ikut serta
5 : Menurun kegiatan social dan
kemasyarakatan
3. Menganjurkan berbagai
pengalaman dengan
orang lain
Strategi komunikasi dan pelaksanaan ( latihan fase orientasi, kerja dan terminasi
setiap SP)
Orientasi (Perkenalan) : “Selamat pagi ” “Saya Sulastri saya senang dipanggil Lastri.
Saya mahasiswi keperawatan UMKT, saya yang akan membantu merawat ibu dari
sekarang sampai 2 minggu kedepan “Siapa nama Ibu? Senang dipanggil siapa?” “Apa
keluhan S... hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan
teman-teman ibu S? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang tamu?
Mau berapa lama S...? Bagaimana kalau 15 menit”
Kerja : (Jika pasien baru) ”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat
dengan S? Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan S? Apa yang membuat S jarang
bercakap-cakap dengannya?” (Jika pasien sudah lama dirawat) ”Apa yang S rasakan
selama S dirawat disini? Apakah S merasa sendirian? Siapa saja yang S kenal di
ruangan ini” “Apa saja kegiatan yang biasa S lakukan dengan teman yang S kenal?”
“Apa yang menghambat S dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang
lain?” ”Menurut S apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar,
ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa)
Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya S ? Ya, apa lagi ? (sampai
pasien dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya.
Kalau begitu inginkah S belajar bergaul dengan orang lain ? « Bagus. Bagaimana kalau
sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain” “Begini lho S, untuk berkenalan
dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan nama panggilan yang kita suka asal
kita dan hobi. Contoh: Nama Saya S, senang dipanggil Si. Asal saya dari Kota Bangun,
hobi memasak” “Selanjutnya S menanyakan nama orang yang diajak berkenalan.
Contohnya begini: Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/
Hobinya apa?” “Ayo S dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan S. Coba berkenalan
dengan saya!” “Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali” “Setelah S berkenalan
dengan orang tersebut S bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang
menyenangkan S bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga,
pekerjaan dan sebagainya.”
Terminasi : ”Bagaimana perasaan S setelah kita latihan berkenalan?” ”S tadi sudah
mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali” ”Selanjutnya S dapat mengingat-
ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada. Sehingga S lebih siap untuk
berkenalan dengan orang lain. S mau praktekkan ke pasien lain. Mau jam berapa
mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.” ”Besok pagi jam 10
saya akan datang kesini untuk mengajak S berkenalan dengan teman saya, perawat N.
Bagaimana, S mau kan?” ”Baiklah, sampai jumpa.”
DAFTAR PUSTAKA
Budi Anna Keliat. 2009. Model praktik keperawatan professional jiwa. Jakarta. ECG
Eko Prabowo. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Farida Kusumawati & Yudi Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.