Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL

STASE KEPERAWATAN JIWA

Disusun Oleh:
FLA AURELIA R
NIM: P2002023

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
2021
A. MASALAH UTAMA
Isolasi sosial
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Kemunduran fungsi social dialami seseorang di dalam diagnose keperawatan
jiwa disebut isolasi social. isolasi social merupakan keadaan dimana seseorang
individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain disekitarnya ( Yosep, sutini,2014). pasien dengan
isolasi social mengalami gangguan dalam berinteksi dan mengalami perilaku
tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, dan
menghindar dari orang lain.
2. Tanda dan Gejala
a. Gejala subjektif
1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2) Klien merasa tidakaman berada dengan orang lain
3) Klien merasa bosan
4) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan mebuat keputusan
5) Klien merasa tidak berguna
b. Gejala objektif
1) Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau “tidak” dengan
pelan
2) Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada
3) Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri
4) Menyendiri dalam ruangan, sering melamun
5) Mondar-mandir atau sikap mematug atau melakukan gerakan secara
berulang-ulang
6) Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
7) Ekspresi wajah tidak berseri
8) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan keberishan diri
9) Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk
10) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
3. Rentang Respon
Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan cara yang
dapat diterima oleh noma-norma masyarakat. Menurut sujono & teguh ( 2009 )
respon adaptif meliputi :

Respon Adapptif Respon Maladaptif

Menyendiri Kesepian Manipulasi


Otonomi Menarik diri Implusif
Kebersamaan ketergantungan narkisme
Saling ketergantungan

a. Solitude atau menyendiri


Respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa yang telah terjadi
atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam menentukan rencana-
rencana.
b. Autonomu atau otonomi
Kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,
perasaan dalam hubungan social. individu mampu menetapkan untuk
interdependen dan pengaturan diri.
c. Mutuality atau kebersamaan
Kemampuan individu untuk saling pengertian, saling memberi, dan
menerima dalam hubungan interpersonal
d. Interdependen atau saling ketergantungan
suatu hubungan saling ketergantungan saling tergantung antar individu
dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
dengan cara-cara yang bertentangan dengan norma-norma agama dan
masyarat. menurut sujono & teguh (2009) respon maladatif tersebut adalah :

a. Manipulasi
Gangguan social dimana individu memperlakukan orang lain sebagai
obyek, hubungan terpusat pada masalah mengendalikan orang lain dan
individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. tingkah laku
mengontrol digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau
frustasi dan dapat menjadi alat untuk berkuasa pada orang lain.
b. Impulsif
Respon social yang ditandai dengan individu sebagai subyek yang tidak
dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak dapat dipercaya, tidak mampu
merencanakan, tidak mampu untuk belajar dari pengalaman dan miskin
penilaian.
c. Narkisisme
Rewspon social ditandai dengan individu memiliki tingkah laku
egosentris, harga diri yang rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan mudah marah jika tidak mendapat dukungan dari orang
lain.
4. Penyebab
a Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yaitu faktor yang bisa menimnulkan respon social yang
maaladaptif, faktor yang mungkin mempengaruhi termasuk :
1) Perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan mencetuskan
seseorang akan mempunyai masalah respon maladatif
2) Biologik
Adanya keterlibatan faktor genetic, status gizi, kesehatan umum yang
lalu dan sekarang. Ada bukti terdahulu terlibatnya neurotransminer
dalam perkembangan gangguan ini, tetapi masih peril penelitian.
3) Sosiokultural
isolasi karena mengadopsi norma, perilaku dan system nilai yang
berbeda dari kelompok budaya mayoritas, seperti tingkat perkembangan
usia, kecacatan , penyakit kronik, pendidikan, pekerjaan dan lain- lain.

b Faktor Presipitasi
stressor pencetus pada umunya mencakup kejadian kehidupan yang penuh
stress yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan
orang lain dan menyebabkan ansietas.
Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
1) Stressor sosiokultural
menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah dari orang yang berarti,
misalnya penceraian, kematian, perpisahan kemiskinan, konflik social
budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan) dan sebagainya.
2) stressor psikologik
ansietas berat yang berkepanjangan dan bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya, misalnya perasaan cemas yang
mengambang, merasa terancam.
5. Sumber Koping
Hubungan dengan hewan peliharaan dan penggunaan kreatifitas untuk
mengekspresikan stress interpersonal misalnya kesenian, music, ataua tulisan
(Ernawati Dalami dkk,2009, hal 10)
6. Mekanisme Koping
Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisosial antara lain
proyeksi, isolasi, idealisasi orang lain, merendahkan orang lain dan identifikasi
proyeksi.
C. Pohon Masalah
Effect Gangguan Persepsi Sensorik

Isolasi sosial
Core Problem

Harga Diri Rendah kronis


Causa

D. Masalah keperawatan yang mungkin muncul


 gangguan persepsi sensorik
 Isolasi sosial
 Harga diri rendah kronis
E. Data yang perlu dikaji
1) Subjektif
a) Klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain
b) Klien mengatakan dirinya tidak ingin ditemani perawat dan mminta untuk
sendiri
c) Klien mengatakan tidak mau berbicara dengan orang lain
d) Tidak mau berkomunikasi
2) Objektif
a) Kurang spontan
b) Apatis ( acuh terhadap lingkungan )
c) Ekspresi wajah kurang berseri
d) Tidak merawat diri sendirin tidak memperhatikan kebersihan
e) Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
f) Mengisolasi diri
g) Asupan makanan dan minuman terganggu
h) Retensi urin dan feses
i) Aktivitas menurun
j) Kurang berenergi atau bertenaga
k) Rendah diri
F. Diagnosa Keperawatan
 gangguan persepsi sensorik berhubungan dengan gangguan pendengaran
dibuktikan dengan mendengar suara bisikan atau melihat bayangan
 Isolasi sosial berhubungan dengan ketidakmampuab menjalin hubungan yang
memuaskan dibuktikan dengan merasa ingin sendiri
 Harga diri rendah kronis berhubungan kurangnya pengakuan dari orang lain
dibuktikan dengan merasa tidak mampu melakukan apapun

G. Rencana Tindakan Keperawatan


No. Dx SDKI SLKI SIKI
Gangguan Persepsi sensori : Manajemen halusinasi
sensori (L.09083) (L.09288)
persepsi : Setelah dilakukan Observasi
Halusinasi Tindakan keperawatan 1. Monitor perilaku yang
diharapkan masalah mengindikasikan
keperawatan gangguan halusinasi
pendengaran teratasi 2. Monitor dan sesuaikan
dengan kriteria hasil : tingkat aktivitas dan
1. Verbalisasi mendengar stimulasi lingkungan
bisikan 2 3. Monitor isi halusinasi
2. Verbalisasi melihat (mis. Kekerasan atau
bayangan 2 membahayakan diri)
3. Verbalisasi merasakan
sesuatu melalui indra Teraupetik
perbaan (2) 1. Pertahankan
4. Verbalisasi merasakan
sesuatu melalui indra lingkungan yang aman
penciuman (2) 2. Lakukan Tindakan
5. Verbalisasi merasakan keselamatan Ketika
sesuatu indra tidak dapat mengontrol
pengecapan (2) perilaku
6. Menarik diri (2) 3. Diskusikan perasaan
7. Melamun (2) atau respons terhadap
8. Curiga (2) halusinasi
9. Mondar mandir (2)
Edukasi
Skala indicator : 1. Anjurkan memonitor
1. Menurun sendiri situasi terjadinya
2. Cukup menurun halusinasi
3. Sedang
4. Cukup meningkat
5. Meningkat

10. Konsentrasi (4)


11. Orientasi (4)

isolasi sosial Keterlibatan social Promosi sosialisasi


(L.13115) (L.13498)
Setelah dilakukan Tindakan :
Tindakan keperawatan, Observasi :
diharapkan
Keterlibatan sosial dapat 1. Mengidentifikasi
diatasi dengan kriteria kemampuan melakukan
hasil : interkasi dengan orang
lain
1. Minat interaksi (5) 2. Mengidentifikasi
2. Minat terhadap hambatan melakukan
aktivitas (5) interaksi dengan orang
3. Kontak mata (5) lain

Ket : Teraupetik :
1 : Menurun 1. Memotivasi
2 : Cukup menurun meningkatkan
3 : Sedang keterlibatan dalam suatu
4 : Cukup meningkat hubungan
5 : Meningkat 2. Memotivasi
1. Verbalisasi social (1) berpartisipasi dalam
2. Perilaku menarik diri aktivitas baru dan
(5) kegiatan kelompok
3. Afek murung/sedih (5)
Edukasi :
Ket : 1. Menganjurkan
1 : Meningkat berinteraksi dengan
2 : Cukup meningkat orang lain secara
3 : Sedang bertahap
4 : Cukup menurun 2. Menganjurkan ikut serta
5 : Menurun kegiatan social dan
kemasyarakatan
3. Menganjurkan berbagai
pengalaman dengan
orang lain

Gangguan Harga diri (L.09069) Manajemen perilaku


konsep diri : Setelah dilakukan (L.12463)
harga diri Tindakan keperawatan, Tindakan :
diharapkan control diri Observasi :
dapat diatasi dengan 1. Mengidentifikasi
kriteria hasil : harapan untuk
1. Penilaian diri positif (5) mengendalikan perilaku
2. Penerimaan penilaian Teraupetik :
positif terhadap diri 2. Menjadwalkan
sendiri (5) kegiatan terstruktur
3. Konsentrasi (5) 3. Menciptakan dan
4. Kontak mata (5) pertahankan
lingkungan dan
Ket : kegiatan perawatan
1 : Menurun 4. Meningkatkan aktivitas
2 : Cukup menurun fisik sesuai
3 : Sedang kemampuan
4 : Cukup meningkat 5. Membicara dengan
5 : Meningkat nada rendah dan
tenang
6. Mencegah perilaku
pasif dan agresif
7. Memberi penguatan
positif terhadap
keberhasilan
pengendalian perilaku
8. Menghindari bersikap
menyudutkan dan
mengehntikan
pembicaraan
9. Hindari sikap
mengancam dan
berdebat

Strategi komunikasi dan pelaksanaan ( latihan fase orientasi, kerja dan terminasi
setiap SP)
Orientasi (Perkenalan) : “Selamat pagi ” “Saya Sulastri saya senang dipanggil Lastri.
Saya mahasiswi keperawatan UMKT, saya yang akan membantu merawat ibu dari
sekarang sampai 2 minggu kedepan “Siapa nama Ibu? Senang dipanggil siapa?” “Apa
keluhan S... hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan
teman-teman ibu S? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang tamu?
Mau berapa lama S...? Bagaimana kalau 15 menit”
Kerja : (Jika pasien baru) ”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat
dengan S? Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan S? Apa yang membuat S jarang
bercakap-cakap dengannya?” (Jika pasien sudah lama dirawat) ”Apa yang S rasakan
selama S dirawat disini? Apakah S merasa sendirian? Siapa saja yang S kenal di
ruangan ini” “Apa saja kegiatan yang biasa S lakukan dengan teman yang S kenal?”
“Apa yang menghambat S dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang
lain?” ”Menurut S apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar,
ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa)
Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya S ? Ya, apa lagi ? (sampai
pasien dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya.
Kalau begitu inginkah S belajar bergaul dengan orang lain ? « Bagus. Bagaimana kalau
sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain” “Begini lho S, untuk berkenalan
dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan nama panggilan yang kita suka asal
kita dan hobi. Contoh: Nama Saya S, senang dipanggil Si. Asal saya dari Kota Bangun,
hobi memasak” “Selanjutnya S menanyakan nama orang yang diajak berkenalan.
Contohnya begini: Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/
Hobinya apa?” “Ayo S dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan S. Coba berkenalan
dengan saya!” “Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali” “Setelah S berkenalan
dengan orang tersebut S bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang
menyenangkan S bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga,
pekerjaan dan sebagainya.”
Terminasi : ”Bagaimana perasaan S setelah kita latihan berkenalan?” ”S tadi sudah
mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali” ”Selanjutnya S dapat mengingat-
ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada. Sehingga S lebih siap untuk
berkenalan dengan orang lain. S mau praktekkan ke pasien lain. Mau jam berapa
mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.” ”Besok pagi jam 10
saya akan datang kesini untuk mengajak S berkenalan dengan teman saya, perawat N.
Bagaimana, S mau kan?” ”Baiklah, sampai jumpa.”

DAFTAR PUSTAKA
Budi Anna Keliat. 2009. Model praktik keperawatan professional jiwa. Jakarta. ECG

Eko Prabowo. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Farida Kusumawati & Yudi Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.

Mukhripah Damaiyanti & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT


Refika Aditama. Trimeilia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial.
Jakarta Timur: TIM

Sulastri. 2021. Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial. Fakultas Ilmu Keperawatan


Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

Yosep Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta. ECG

Anda mungkin juga menyukai