Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO BUNUH DIRI

STASE KEPERAWATAN JIWA

Disusun Oleh:
FLA AURELIA R
NIM: P2002023

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
2021
A. MASALAH UTAMA
Resiko Bunuh Diri

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien
untuk mengakhiri kehidupannya. Menurut Maris, Berman, silverman, dan
Bongar (2000).
Bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain:
a. Bunuh diri adalah membunuh diri secara intensional
b. Bunuh diri dilakukan dengan intensi
c. Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
d. Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak
langsung (pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang
mementukan kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel
kereta api.
Resiko bunuh diri adalah perilaku merusak diri yang langsung dan
disengaja untuk mengakhiri kehidupan (Litaqia & Permana, 2019) .
Individu secara sadar berkeinginan untuk mati, sehingga melakukan
tindakan-tindakan untuk mewujudkan keinginan tersebut. Organisasi
Kesehatah Dunia (WHO) mendefinisikan bunuh diri sebagai tindakan
membunuh diri sendiri. Tindakan itu harus dilakukan sengan sengaja dan
dilakukan oleh orang yang bersangkutan dengan pengetahuan penuh, atau
harapan, atau akibat fatal.
2. Tanda dan Gejala
 Sedih
 Marah
 Putus asa
 Tidak berdaya
 Memberikan isyarat verbal maupun non verbal
3. Rentang Respon
Respon Adapptif Respon Maladaptif

Peningkatan Berisiko Destruktif Pencederaan Bunuh diri


diri destruktif diri tidak diri
langsung

a. Peningkatan diri. Seseorang dapat meninkatkan proteksi atau


pertahabab diri seecara wajar terhadap situasional yang membutuhkan
pertahanan diri. Sebagai contoh seseorang mempertahankan diri dari
pendapatnya yang berbeda mengenai loyalitas terhadap pimpinan
ditempat kerja
b. Beresiko destrukti. Seseorang memiliki kecenderungan atau beresio
mengalami perlaku destruktif menyalahkan diri sendiri terhadap
situasiyang seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang
merasa patahsemangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal
terhadapat pimpinan padahal sudah melakukab pekerjaan secara
optimal
c. Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang
kurang tepat (maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan diri
untuk mempertahankan diri. Misalnya, karena pandangan pimpinan
terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi
tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal
d. Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau
pencederaan diri akibat hilangnya harapan terhadap situasiyang ada
e. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai
dengan nyawanya hilang
4. Penyebab
a Faktor Predisposisi
lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perlakuk
destrukti diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
1) Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidup dengancara
bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa
yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan
bunu diri adalahgangguan affektif, penyalahgunaan zat, dan
skizorenia
2) Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungan dengn besarnya resiko
bunuh diri adalah antipasti, implusif, dan depresi
3) Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinyaperlakuk bunuhdiri,
diantaranyaadalah pengalaman kehilangan, kehilangan dekungan
social, kejadian-kejadian negate dalam hidup, penyakit krinis,
perpisahan, atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan social
sangat penting dalam meciptakan itervensiyang terapeutik, dengan
terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah, respons seseorang
dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain
4) Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan
faktor penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan
tindakan bunuh diri
5) Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa paa klien dengan resiko bunuh diri
terjadi peninfktan zat-zat kimia yang terdapat didalam otak seperti
serotin, adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat
dilihat melalui ekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph
(EEG)
b Faktor Presipitasi
Perilaku estruktif diri dapat ditumbulkan oleh stress berlebihan yang
dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup
yang memalukan. Faktor lain yang dapat menjadi penetus adalah
melihat atau membaca melalui media engenai orang yang melakukan
bunuh dii ataupun prcobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya
labil, hal tersebut menjadi sangat rentan
5. Sumber Koping
Pasien dengan penyakit kronis, nyeri, atau penyakit yang mengancam
kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif- diri. Sering kali pasien
secara sadar memilih untuk bunuh diri.
6. Mekanisme Koping
Stuart (2006) mengungkapkan bahwa mekanisme pertahanan ego yang
berhubungan dengan prilaku destruktif- diri tidak langsung adalah
penyangkalan, rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi.
C. Pohon Masalah

Risiko perilaku kekerasan ( pada diri sendiri, orang lain,


Effect lingkungan dan verbal)

Resiko bunuh diri


Core Problem

Harga diri rendah Kronik


Causa

D. Masalah keperawatan yang mungkin muncul


 Risiko perilaku kekerasan ( pada diri sendiri, orang lain, lingkungan dan
verbal)
 Risiki Bunuh diri
 Harga diri rendah Kronik
E. Data yang perlu dikaji
1. Riwayat Masa Lalu
a) Riwayat percobaan bunuh diri dan mutilasi diri
b) Riwayat keluarga terhdapa bunuh diri
c) Riwayat gangguan mood, penyalahgunaan NAPZA dan skizorenia
d) Riwayat penyakit fisik yang kronik, nyeri kronik
e) Klien yang memilikiriwayat gangguan kepribadian borderline,
paranoid antisosial
f) Klien yang sedang mengalami kehilangan dan proses berduka
2. Peristiwa hidup yang menimbulkan stress dan kehilangan yang baru
dialami
3. Hasil dan alat pengkajian yang terstandarisasi untuk depresi
4. Riwayat pengobatan
5. Riwayat pndidikan dan pekerjaan
6. Catat ciri-ciri respon psikologik, kognitif, emosional dan perilaku dari
individu dengan gangguan mood
7. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan letalitas perilau bunuh diri :
a) Tujuan klien misalnya agar terlepas daristres, social masalah yang
sulit
b) Rencana bunuh diri termasuk apakah klien memiliki rencana yang
teratur dan cara-cara melaksanakan recana tersebut
c) Keadaan jika klien (misalnya adanya gangguan pikiran, tingkat
gelisah, keparahan gangguan mood)
d) Sistem pendukung yang ada
e) Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain
(baik psikiatrik maupun medic), kehilangan yang baru dialamidan
riwayat penyalahgunaan zat
f) Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar keluarga
klien, atau keluaraga tentang gejala, meditasi dan rekomendasi
pengobatan gangguan mood, tanda-tnda kekambuhna dan tindakan
perawatan diri

F. Diagnosa Keperawatan
 Risiko perilaku kekerasan dibuktikan dengan berencana bunuh diri
 Risiko bunuh diri dibuktikan dengan gangguang perilaku
 Harga diri rendah Kronis berhubungan dengan penguatan negatif berulang
dibuktikan dengan melebih-lebihkan penilaian negative tentang diri
sendiri
G. Rencana Tindakan Keperawatan
No. SDKI SLKI SIKI
Dx
Resiko Perilaku Kontrol Diri Manajemen Perilaku
Kekerasan (L.09076) (I.12463)
(D.0146) Kemampuan untuk 1.1 Identifikasi dan
Definisi : mengendalikan atau mengelola perilaku
Berisiko mengatur emosi, negative
membahayakan pikiran, dan perilaku 1.2 Identifikasi harapan
secara fisik, dalam menghadapi untuk
emosi dan/atat masalah mengendalikan
seksual pada diri Kriteria Hasil : perilaku
sendiri atau a. Perilaku 1.3 Jadwalkan Kegiatan
orang lain menyerang cukup terstruktur
menurun 1.4 Ciptakan kegiatan
b. Perilaku fisik sesuai
menyerang diri kemampuan
sendiri atau orang 1.5 Batasi jumlah
lain cukup pengunjung
menurun 1.6 Bicara dengan nada
c. Bersuara keras rendah dan tenang
cukup menurun 1.7 Cegah perilaku
d. Berbicara ketus pasif dan agresif
cukup menurun 1.8 Hindari sikap
mengancam dan
berdebat
1.9 Hindari sikap
menyudutkan

Risiko bunuh Kontrol Diri Pencegahan bunuh


diri (D.0135) ( L.09076) diri (I.14538)
Definisi : Kemampuan untuk Tindakan
berisiko mengendalikan atau Observasi:
melakukan upaya mengatur emosi, 1. identifikasi gejala
menyakiti diri pikiran, dan perilaku risiko bunuh diri (mis.
sendiri untuk dalam menghadapi Gangguan mood,
mengakhiri masalah. halusinasi, delusi,
kehidupan Kriteria Hasil : panik,
a. verbalisasi ancaman penyalahgunaan zat,
kepada orang lain kesedihan, gangguan
b. verbalisasi umpatan kepribadian)
c. perilaku menyerang 2. identifikasi keinginan
d. perilaku melukai dan pikiran rencana
diri sendiri/orang bunuh diri
lain 3. monitor lingkungan
e. perilaku merusak bebas bahaya secara
lingkungan sekitar rutin (mis. Barang
f. perilaku agresif pribadi, pisau cukur,
g. suara ketus jendela)
h. bicara ketus Terapeutik :
1. libatkan dalam
perencanaan mandiri
2. libatkan keluarga
dalam perencanaan
perawatan
3. lakukan pendekatan
langsung dan tidak
menghakimi saat
membahas bunuh diri
4. berikan lingkungan
dengan pengamanan
ketat dan mudah
dipantau (mis. Tempat
tidur dekat ruang
perawat)
5. tingkatkan
pengawasan pada
kondisi tertentu (mis.
Rapat staf, pergantian
shift)
Edukasi :
1. anjurkan
mendiskusikan
perasaan yang dialami
kepada orang lain
2. anjurkan
menggunakan sumber
pendukung (mis.
Layanan spiritual,
penyedia layanan)
3. jelaskan tindakan
pencegahan bunuh diri
kepada keluarga atau
orang terdekat
4. latih pencegahan
risiko bunuh diri (mis.
Latihan asertif,
relaksasi otot
progresif)
Kolaborasi :
1 kolaborasi pemberian
obat antiansietas, atau
antipsikotik, sesuai
indikasi
2 kolaborasi tindakan
keselamatan kepada
PPA
3 rujuk ke pelayanan
kesehatan mental, jika
perlu

Harga Diri Harga Diri ( L.09069) Promosi Koping


Rendah Kronik Perasaan positif (I.13493)
( D.0087) terhadap diri sendiri 2.1 Identifikasi kegiatan
Definisi : atau kemampuan jangka pendek dan
Evaluasi atau sebagai respon panjang sesuai
perasaan terhadap situasi saat tujuan
negative terhadap ini. 2.2 Identifikasi
diri sendiri atau Kriteria Hasil : kemampuan yang
kemampuan a Penilaian diri positif dimiliki
klien sebagai terhadap cukup 2.3 Identifikasi sumber
respon terhadap meningkat daya yang tersedia
situasi saat ini. b Penerimaan penilaian 2.4 Identifikasi
positif terhadap diri pemahaman proses
sendiri cukup 2.5 Identifikasi dampak
meningkat situasi terhadap
c Minat mencoba hal peran dan
baru cukup hubungan
meningkat 2.6 Identifikasi metode
d Perasaan malu cukup penyelesaian
menurun masalah
e Perasaan bersalah 2.7 Diskusikan
cukup menurun perubahan peran
f Perasaan tidak yang dialami
mampu melakukan 2.8 Gunakan
apapun cukup pendekatan yang
menurun tenang dan
meyakinkan
2.9 Diskusikan alasan
mengkritik diri
sendiri
2.10 Diskusikan
konsekuensi tidak
menggunakan rasa
bersalah dan malu
2.11 Motivasi untuk
menentukan
harapan yang
realistis.

Strategi komunikasi dan pelaksanaan ( latihan fase orientasi, kerja dan


terminasi setiap SP)
SP 1: Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri
Melindungi pasien dari percobaan bunuh diri.

 Orientasi:
”Selamat pagi Pak, kenalkan saya Sulastri, biasa di pangil Lastri, saya mahasiswa
Keperawatan UMKT yang bertugas di ruang ini, saya dinas pagi dari jam 7 pagi –
2 siang .” ”Bagaimana perasaan A hari ini? ” ” Bagaimana kalau kita bercakap –
cakap tentang apa yang A rasakan selama ini. Dimana dan berapa lama kita
bicara?”

 Kerja
”Bagaimana perasaan A setelah ini terjadi? Apakah dengan bencana ini A paling
merasa menderita di dunia ini? Apakah A pernah kehilangan kepercayaan diri?
Apakah A merasa tidak berharga atau bahkan lebih rendah dari pada orang lain?
Apakah A merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah A sering
mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah A berniat unutuk menyakiti diri
sendiri? Ingin bunuh diri atau berharap A mati? Apakah A pernah mencoba bunuh
diri? Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang A rasakan?” ”Baiklah,
tampaknya A membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk
mengakhiri hidup. Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar A ini untuk
memastikan tidak ada benda – benda yang membahayakan A)” ”Karena A
tampaknya mash memilikikeinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup A, saya
tidak akan membiarkan A sendiri” ”Apa yang A lakukan jika keinginan bunuh diri
muncul?” ”Kalau keninginan itu muncul, maka akan mengatasinya A harus
langsung minta bantuan kepada perawat di ruangan ini dan juga keluarga atau
teman yang sedang besuk. Jadi A jangan sendirian ya, katakan kepada teman
perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan.”
”Saya percaya A dapat mengatasi masalah.”

 Terminasi :
”Bagaimana perasaan A sekarang setelah mengetahui cara mengatasi perasaan
ingin bunuh diri?” ” Coba A sebutkan lagi cara tersebut!” ”Saya akan menemani
A terus sampapi keinginan bunuh diri hilang.” (jangan meninggalkan pasien).
DAFTAR PUSTAKA

Dessy Rossyta. Asuhan Keperawatan Resiko Bunuh Diri.


https://www.academia.edu/8977353/Asuhan_Keperawatan_RESIKO_BU
NUH_DIRI. Diakses pada tanggal 14 Februari 2021.

Keliat A. Budi, Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.


Jakarta: EGC.

Prama Aruna. 2011. Laporan Pendahuluanasuhan Keperawatan Pada Pasien


Dengan Resiko Bunuh Diridi Rsjd. Amino Gondohutomosemarang.
https://www.academia.edu/24 51157 3/Lp_resiko_bunuh_diri. Diakses
pada tanggal 14 Februari 2021.

Sulastri. 2021. Laporan Pendahuluan Resiko Bunuh Diri. Fakultas Ilmu


Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

Anda mungkin juga menyukai