Anda di halaman 1dari 13

Nama Perceptee : Wiwik Puji Rahayu

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
LAPORAN PENDAHULUAN

A. MASALAH UTAMA
Resiko bunuh diri
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien
untuk mengakhiri kehidupannya. Menurut Maris, Berman, silverman, dan
Bongar (2000). Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri
dan dapat mengakhiri kehidupan. Perilaku bunuh diri yang tampak pada
seseorang disebabkan karena stres yang tinggi dan kegagalan mekanisme
koping yang digunakan dalam mengatasi masalah ( Akemat,2009 dalam
damaiyanti,2012).
Bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain:
a. Bunuh diri adalah membunuh diri secara intensional
b. Bunuh diri dilakukan dengan intensi
c. Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
d. Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung
(pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang mementukan
kelangsungan hidup atausecara sengaja berada di rel kereta api.
2. Tanda dan gejala : (Fitria, 2009)
a. Mempunyai ide untuk bunuh diri
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati
c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
d. Impulsif
e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan
f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
g. Konflik interpersonal
h. Latar belakang keluarga
i. Orientasi seksual
j. Sumber-sumber personal
3. Rentang Respon

Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman


bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan
pertolongan agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan
kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada diri seseorang.

a. Peningkatan diri. Seseorang dapat meninkatkan proteksi atau pertahabab


diri seecara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri.
Sebagai contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang
berbeda engenai loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerja

b. Beresiko destrukti. Seseorang memiliki kecenderungan atau beresio


mengalami perlaku destruktif menyalahkan diri sendiri terhadap
situasiyang seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang
merasa patahsemangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal
terhadapat pimpinan padahal sudah melakukab pekerjaan secara optimal
c. Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang
kurang tepat (maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan diri untuk
mempertahankan diri. Misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap
kerjanya yang tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak masuk
kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal
d. Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau
pencederaan diri akibat hilangnya harapan terhadap situasiyang ada
e. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan
nyawanya hilang
4. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perlakuk
destrukti diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut:
1) Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidup dengancara
bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa
yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan
bunu diri adalahgangguan affektif,penyalahgunaan zat, dan skizorenia
2) Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungan dengn besarnya resiko
bunuh diri adalah antipasti, implusif, dan depresi
3) Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinyaperlakuk bunuhdiri, diantaranyaadalah
pengalaman kehilangan, kehilangan dekungan social, kejadian-
kejadian negatedalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan
perceraian. Kekuatan dukungan social sangat penting dalam
meciptakan itervensiyang terapeutik, dengan terlebih dahulu
mengetahui penyebab masalah, respons seseorang dalam menghadapi
masalah tersebut, dan lain-lain

4) Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan
faktor penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan
tindakan bunuh diri
5) Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa paa klien dengan resiko bunuh diri
terjadi peninfktan zat-zat kimia yang terdapat didalam otak seperti
serotin, adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat
dilihat melalui ekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph
(EEG)
b. Faktor Presipitasi
Perilaku estruktif diri dapat ditumbulkan oleh stress berlebihan yang
dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan. Faktor lain yang dapat menjadi penetus adalah melihat atau
membaca melalui media engenai orang yang melakukan bunuh dii ataupun
prcobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut
menjadi sangat rentan
5. Sumber Koping
Pasien dengan penyakit kronis, nyeri, atau penyakit yang mengancam
kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif- diri. Sering kali pasien secara
sadar memilihuntuk bunuh diri.
6. Mekanisme Koping
Stuart (2006) mengungkapkan bahwa mekanisme pertahanan ego yang
berhubungan dengan prilaku destruktif- diri tidak langsung adalah
penyangkalan, rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi.

C. Pohon Masalah

Effect Risiko perilaku kekerasan ( pada diri sendiri, orang lain,


lingkungan dan verbal)

Core Problem
Resiko bunuh diri

Causa Harga diri rendah Kronik

D. Masalah keperawatan yang mungkin muncul


1. Risiko perilaku kekerasan ( pada diri sendiri, orang lain, lingkungan dan verbal)
2. Risiki Bunuh diri
3. Harga diri rendah Kronik

E. Data yang perlu dikaji


1. Riwayat Masa Lalu
a) Riwayat percobaan bunuh diri dan mutilasi diri
b) Riwayat keluarga terhdapa bunuh diri
c) Riwayat gangguan mood, penyalahgunaan NAPZA dan skizorenia
d) Riwayat penyakit fisik yang kronik, nyeri kronik

e) Klien yang memilikiriwayat gangguankepribadian borderline, paranoid


anti sosial
f) Klien yang sedang mengalami kehilangan dan proses berduka
2. Peristiwa hidup yang menimbulkan stress dan kehilangan yang baru dialami
3. Hasil dan alat pengkajian yang terstandarisasi untuk depresi
4. Riwayat pengobatan
5. Riwayat pndidikan dan pekerjaan
6. Catat ciri-ciri respon psikologik, kognitif, emosional dan perilaku dari
individudengan gangguan mood
7. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan letalitas perilau bunuh diri :
a) Tujuan klien misalnya agar terlepas daristres, social masalah yang sulit
b) Rencana bunuh diri termasuk apakah klien memiliki rencana yang teratur
dan cara-cara melaksanakan recana tersebut
c) Keadaan jika klien (misalnya adanya gangguan pikiran, tingkat gelisah,
keparahan gangguan mood)
d) Sistem pendukung yang ada
e) Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain (baik
psikiatrik maupun medic), kehilangan yang baru dialamidan riwayat
penyalahgunaan zat
f) Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar keluarga klien,
atau keluaraga tentang gejala, meditasi dan rekomendasi pengobatan
gangguan mood, tanda-tnda kekambuhna dan tindakan perawatan diri

F. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan berencana bunuh diri
2. Risiko bunuh diri berhubungan dengan gangguang perilaku
3. Harga diri rendah Kronis berhubungan dengan penguatan negatif berulang
dibuktikan dengan melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
G. Rencana Tindakan Keperawatan

No. Diagnosa keperawatan SLKI SIKI


Dx

1 Risiko perilaku kekerasan (D. Kontrol Diri (L. 09076) Promosi Koping (I.09312)
0146) berhubungan dengan Setelah dilakukan…..x pertemuan Observsi
berencana bunuh diri diharapkan pasien mampu memenuhi 1.1 Identifikasi kegiatan jangka
kriteria hasil: pendek dan panjang sesuai tujuan
1. Perilaku Menyerang (1) 1.2 Identifikasi kemampuan yang
2. Perilaku melukai diri dimiliki
sendiri/orang lain (1)
1.3 Identifikasi sumber daya yang
3. Perilaku merusak lingkungan
tersedia untuk memenuhi tujuan
sekitar (1)
4. Perilaku agresif/amuk (1) 1.4 Identifikasi pemahaman proses
penyakit
Skala Outcome : 1
1.5 Identifikasi dampak situasi
: Menurun
terhadap peran dengam
2 : Cukup Menurun
hubungan
3 : Sedang
1.6 Identifikasi metode
4 : Cukup meningkat
penyelesaian masalah
5 : Meningkat
Teraupetik

1.7 Diskusikan perubahan peranyang


dialami
1.8 Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
1.9 Diskusikan alasan
mengkritik diri sendiri
1.10 Diskusikan untuk
mengklarifikasi kesalahpahaman
danmengevaluasi perilaku
sendiri
1.11 Diskusikan konsekuensi tidak
menggunakan rasa bersalah dan
rasa malu

Edukasi

1.12 Anjurkan menjalin hubungan


yang memiliki kepentingan dan
tujuan yang sama
1.13 Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi

2 Risiko Bunuh Diri (D. 0135) Kontrol Diri (L. 09076) Pencegahan Bunuh Diri (I.14538)
berhubungan dengan gangguan Setelah dilakukan…..x pertemuan observsi
perilaku (mis. Euphoria
diharapkan pasien mampu memenuhi 1.1 Identifikasi gejala risiko bunuh
mendadak setelah depresi,
kriteria hasil: diri (mis. Gangguan mood,
perilaku mencari senjata
berbahaya, membeli obat dalam halusinasi, delusi, panic,
jumlah banyak, membuat surat 1. Perilaku Menyerang (1) penyalahgunaan zat, kesedihan
warisan)
2. Perilaku melukai diri gangguan kepribadian)
sendiri/orang lain (1) 1.2 Identifikasi keinginan dan
3. Perilaku merusaklingkungan pikiran rencana bunuh diri
sekitar (1) 1.3 Monitor lingkungan bebas
4. Perilaku agresif/amuk (1) bahaya secara rutin (mis, barang
pribadi, pisau cukur, jendela)
1.4 Monitor adanya perubahan
mood atau perilaku
Skala Outcome : Teraupetik
1 : Meningkat 1.5 Libatkan dalam perencanaan
2 : Cukup Meningkat perawatan mandiri.
3 : Sedang 1.6 Libatkan keluarga dalam
4 : Cukup Menurun perencanaan perawatan
5 : Menurun 1.7Lakukan pendekatanlangsung dan
tidak menghakimi saat membahas
bunuh diri
1.8 Berikan lingkungan dengan
pengamanan ketat dan mudah
dipantau (mis. Tempat tidur dekat
ruang perawat)
1.9 Tingkatkan pengawasan pada
kondisi tertentu (mis. Rapat staf,
pergantian shift)

Edukasi
1.9 Anjurkan mendiskusikan perasaan
yang dialami kepadaorang lain
1.10 Anjurkan menggunakan sumber
pendukung (mis. Layanan
spiritual, penyedia layanan)
1.11 Jelaskan tindakan pencegahan
bunuh diri kepada keluarga atau
orang terdekat
1.12 Informasikan sumber daya
masyarakat dan program yang
tersedia
1.13 Latih pencegahan risiko bunuh
diri (mis. Latihan asertif, relaksasi
otot progresif)
Kolaborasi
1.12 Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, atau antipsikotik,
sesuai indikasi
1.13 Kolaborasi tindakan
keselamatan kepada PPA
1.14 Rujuk ke pelayanan
kesehatan mental, jika perlu
3 Harga diri rendah Kronis (D. Harga diri (L. 09069) Promosi Koping (I. 13494)
0086) berhubungan dengan Setelah dilakukan…..x pertemuan Observasi
penguatan negatif berulang diharapkan pasien mampu memenuhi1.1 Identifikasi kegiatan jangka
dibuktikan dengan melebih- kriteria hasil: pendek dan panjang sesuai
lebihkan penilaian negatif tujuan
tentangdiri sendiri 1. Penilaian diri positif (5) 1.2 Identifikasi kemampuan yang
2. Perasaan memiliki dimiliki
kelebihan atau kemampuan 1.3 Identifikasi sumber daya yang
positif (5) tersedia untuk memenuhi
3. Penerimaan penilaian tujuan
positif terhadap diri sendiri (5)
1.4 Identifikasi pemahaman proses
4. Minta mencoba hal baru (5)
penyakit
1.5 Identifikasi dampak situasi
Skala Outcome :
terhadap peran dan hubungan
1 : Menurun
1.6 Identifikasi metode
2 : Cukup Menurun penyelesaian masalah

3 : Sedang Teraupetik
4 : Cukup Meningkat 1.7 Diskusikan perubahan peranyang
5 : Meningkat dialami
1.8 Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
1.9 Diskusikan alasan
mengkritik diri sendiri
1.10 Diskusikan untuk
mengklarifikasi kesalahpahaman
dan mengevaluasi perilaku
sendiri
1.11 Diskusikan konsekuensi tidak
menggunakan rasa bersalah dan
rasa malu
Edukasi
1.12 Anjurkan menjalin hubungan
yang memiliki kepentingan dan
tujuan yang sama
1.13 Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
Daftar Pustaka

Keliat A. Budi, Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC

M. Muhajir. 2016. Analisis Praktik Keperawatan jiwa pada pasien resiko bunuh diri.
https://dspace.umkt.ac.id/bitstream/handle/463.2017/807/MUHAJIR.pdf?sequence=1
diakses 14 februari
DessyRossyta. Asuhan Keperawatan Resiko Bunuh Diri
https://www.academia.edu/8977353/Asuhan_Keperawatan_RESIKO_BUNUH_DIRI.
Diakses pada tanggal 14 maret 2021.
15

15

Anda mungkin juga menyukai