Anda di halaman 1dari 18

KEL.

- Aida Nur Fitriana


- Dhea Rinanda Elvariani
- Eka Nursyafitri
- Kurnia Anggrayani
- Mutia Alfiah
DEFINISI

Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa.
Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif
terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian.
Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya
adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan.
ETIOLOGI
 Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri ada dua faktor,
yaitu faktor predisposisi (faktor resiko) dan faktor presipitasi.
1. Faktor Predisposisi

 Lima factor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif-diri


sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :

a) Diagnosis Psikiatrik.

b) Sifat Kepribadian

c) Lingkungan Psikososial

d) Riwayat Keluarga

e) Faktor Biokimia
2. Faktor Presipitasi

 Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami
oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan. Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau
membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun
percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi
sangat rentan:

a) Perilaku Koping

b) Mekanisme Koping
Perilaku bunuh diri menurut (Stuart dan sundeen, 1995) Dibagi menjadi
tiga kategori sebagai berikut :

 Upaya bunuh diri (scucide attempt)

 Isyarat bunuh diri (suicide gesture)

 Ancaman bunuh diri (suicide threat)


TANDA DAN GEJALA
1) Mempunyai ide untuk bunuh diri.
2) Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3) Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
4) Impulsif.
5) Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
6) Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
7) Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis
mematikan).
8) Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan mengasingkan
diri).
9) Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis dan
menyalahgunakan alcohol).
10) Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).
Jenis Bunuh Diri

Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

1) Bunuh diri egoistic (faktor dalam diri seseorang)

2) Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)

3) Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)


POHON MASALAH

Perilaku kekerasan ( resiko mencederai diri sendiri )

Risiko Bunuh Diri

Gangguan Interaksi Sosial ( Menarik Diri )

Gangguan Konsep Diri ( Harga Diri Rendah )


ASUHAN KEPERAWATAN RESIKO BUNUH DIRI

A. Pengkajian
Data yang perlu dikumpulkan saat pengkajian :
 Riwayat masa lalu :
1) Riwayat percobaan bunuh diri dan mutilasi diri.
2) Riwayat keluarga terhadap bunuh diri.
3) Riwayat gangguan mood, penyalahgunaan NAPZA dan skizofrenia.
4) Riwayat penyakit fisik yang kronik, nyeri kronik.
5) Klien yang memiliki riwayat gangguan kepribadian boderline, paranoid, antisosial.
6) Klien yang sedang mengalami kehilangan dan proses berduka.
 Peristiwa hidup yang menimbulkan stres dan kehilangan yang baru dialami.
 Hasil dan alat pengkajian yang terstandarisasi untuk depresi.
 Riwayat pengobatan.
 Riwayat pendidikan dan pekerjaan.
 Catat ciri-ciri respon psikologik, kognitif, emosional dan prilaku dari individu dengan gangguan
mood.
 Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan letalitas prilaku bunuh diri : 

1) Tujuan klien misalnya agar terlepas dari stres, solusi masalah yang sulit.

2) Rencana bunuh diri termasuk apakah klien memiliki rencana yang teratur dan cara-

cara melaksanakan rencana tersebut.

3) Keadaan jiwa klien (misalnya adanya gangguan pikiran, tingkat gelisah, keparahan

gangguan mood.

4) Sistem pendukung yang ada.

5) Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain (baik psikiatrik

maupun medik), kehilangan yang baru dialami dan riwayat penyalahgunaan zat.
Symptom yang menyertainya :
1) Apakah klien mengalami :
a. Ide bunuh diri.
b. Ancaman bunuh diri.
c. Percobaan bunuh diri.
d. Sindrome mencederai diri sendiri yang disengaja.
2) Derajat yang tinggi terhadap keputusasaan, ketidakberdayaan dan anhedonia dimana hal ini
merupakan faktor krusial terkait dengan resiko bunuh diri.
Bila individu menyatakan memiliki rencana bagaimana untuk membunuh diri mereka sendiri. Perlu
dilakukan penkajian lebih mendalam lagi diantaranya :
a. Cari tahu rencana apa yang sudah di rencanakan.
b. Menentukan seberapa jauh klien sudah melakukan aksinya atau perencanaan untuk melakukan
aksinya yang sesuai dengan rencananya.
Hal – hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan
pengkajian tentang riwayat kesehatan mental klien
yang mengalami resiko bunuh diri :

 Menciptakan hubungan saling percaya yang terapeutik.


 Memilih tempat yang tenang dan menjaga privacy klien.
 Mempertahankan ketenangan, suara yang tidak mengancam dan mendorong
komunikasi terbuka.

 Menentukan keluhan utama klien dengan menggunakan kata – kata yang dimengerti
klien.

 Mendiskuiskan gangguan jiwa sebelumnya dan riwayat pengobatannya.

 Mendaptakan data tentang demografi dan social ekonomi.


Diagnosa Keperawatan
 Risiko bunuh diri b.d gangguan pisikologis.

Diagnosa Intervensi Keperawatan Kriteria Hasil


a. Risiko bunuh diri b.d I. 09289 L.09076
gangguan psikologis Manajemen mood Kontrol Diri
D.0135 (pencegahan bunuh diri). Dengan dilakukan invervansi
- Observasi sebagai berikut hasil yang
1. Manajemen mood (mis. diharapkan :
Tanda gejala, Riwayat Ekspetasi Meningkat
penyakit). 1. Verbalisasi keinginan bunuh
2. Identifikasi risiko diri (1)
keselamatan diri atau orang 2. Verbalisasi ancaman bunuh
lain. diri (1)
3. monitor fungsi kognitif. (mis. 3. Verbalisasi rencana bunuh
Konsentrasi, diri (1)
memori,kemampuan 4. Perilaku merencanakan
membuat keputusan) bunuh diri (1)
Diagnosa Intervensi Keperawatan Kriteria Hasil

- Terapeutik 5. Alam perasaan depresi(1)


1. Fasilitasi pengisian
kuesioner self-report (mis.
Beck depression inventory,
skala status fungsional ), jika
perlu.
2. Berikan kesempatan untuk
menyampaika dengan cara
yang tepat (mis.
Sandsack,terapi seni,
aktivitas fisik).

- Edukasi
3. Jelaskan tentang gangguan
mood dan penagananya.
4. Anjurkan berperan aktif
dalam pengobatann dan
rehabilitasi, jika perlu.
Diagnosa Intervensi Keperawatan Kriteria Hasil

4. Ajarkan mengenali pemicu


gangguan mood (mis. Situasi
stress, masalah fisik ).

- Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian obat
jika perlu
2. rujuk untuk psikoterapi
( mis. Perilaku,hubungan
interpersonal,keluarga,kelo
mpok).
Referensi
- Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Jakarta
Selatan
- Tim Pokja SIKI DPP PPNi,2018, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Jakarta
Selatan
- Tim Pokja SLKI DPP PPNI,2018, Standar Luaran Keperawatan Indonesia,Jakarta
Selatan
- https://www.academia.edu/8977353/Asuhan_Keperawatan_RESIKO_BUNUH_DIRI
- https://id.scribd.com/doc/288065724/Askep-Bunuh-Diri-Jiwa

Anda mungkin juga menyukai