Anda di halaman 1dari 23

HIPERTENSI

MAKALAH

OLEH:
NI MADE SULASTRI, A.Md,Kep
19810210 201101 2 003

1
HALAMAN PENGESAHAN

Tulisan ini dibuat untuk memenuhi persyaratan sebagai Perawat Penyelia.

Nama : Ni Made Sulastri, A.Md.Kep

Nip :19810210 201101 2 003

Pangkat/Gol/TMT : Penata Muda, III/a / 1 April 2021

Judul Makalah : Hipertensi

Puskesmas : Torue

Parigi, Juni 2023

Penulis, Mengetahui,
Kepala Puskesmas Torue

Ni Made Sulastri, A.Md,Kep I Made Suendri, SKM


NIP. 19810210 201101 2 003 NIP.19700606 199101 2 001

2
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadira Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-nya, maka pada hari ini makala yang berjudul “HIPERTENSI”
dapat diselesakan. Secara garis besara, mekalah ini berisi tentang penyakit Hipertensi,
penyebab dan penanganan penyakit Hipertensi.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang mendukung


penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, saran dari berbagai pihak sangat diharapkan
demi kemajuan selanjutnya.

Parigi, Juni 2023

Penyusun

3
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................................2
KATA PENGANTAR..........................................................................................................3
DAFTAR ISI.........................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................6
A. DEFINISI....................................................................................................................6
B. JENIS HIPERTENSI..................................................................................................7
C. KLASIFIKASI HIPERTENSI....................................................................................8
D. ETIOLOGI..................................................................................................................8
E. MANIFESTASI KLINIS............................................................................................9
F. PATOFISIOLOGI.......................................................................................................9
G. PENATALAKSANAAN HIPERTENSI EMERGENCY........................................11
H. KOMPLIKASI..........................................................................................................15
I. DIAGNOSIS.............................................................................................................15
J. PENGKAJIAN..........................................................................................................16
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................22

4
BAB I
PENDAHULUAN

Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan


penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat
dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka panjang sehingga
membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan terpadu.
Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitasnya
(kematian) yang tinggi.
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi
dari berbagai factor resiko yang dimiliki seseorang. Berbagai penelitian telah
menghubungka nantara berbagai factor resiko terhadap timbulnya hipertensi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tenyata prevalensi (angka
kejadian) hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai penelitian
epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8-28,6% penduduk yang
berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi.
Hipertensi,saat ini terdapat adanya kecenderungan bahwa masyarakat
perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan.
Hal ini antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang
berhubungan dengan resiko penyakit hipertensi seperti stress, obesitas (kegemukan),
kurangnya olahraga, merokok, alkohol, dan makan-makanan yang tinggi kadar
lemaknya.
Sejalan dengan bertambah nya usia, hamper setiap orang mengalami
kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan
tekanan diastolic terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang
secara perlahan atau bahkan menurun drastis.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita
yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang peningkatan
tekanan darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg dan
peningkatan diastolik lebih besar atau sama dengan 90 mmHg melebihi 140/90
mmHg, saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi (Wikipedia,
2010).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi


batas normal. Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan
denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah tepi dan
peningkatan volume aliran darah darah (Hani, 2010)

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung atau
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan pembuluh darah.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memberikan batasan tekanan darah normal
adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 dinyatakan
sebagai hipertensi. Setiap usia dan jenis kelamin memilki batasan masing – masing:

a. Pada pria usia < 45 tahun, dinyatakan menderita hipertensi bila tekanan darah
waktu berbaring > 130/90 mmHg.
b. Pada pria usia > 45 tahun, dinyatakan hipertensi bila tekan darahnya > 145/90
mmHg
c. Pada wanita tekanan darah > 160/90 mmHg, dinyatakan hipertensi

Hipertensi darurat (emergency hypertension) : kenaikan tekanan darah


mendadak (sistolik ≥180 mm Hg dan / atau diastolik ≥120 mm Hg) dengan
kerusakan organ target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus
diturunkan segera, dalam hitungan menit sampai jam. Tekanan darah yang sangat
tinggi dan terdapat kerusakan organ, sehingga tekanan darah harus diturunkan
dengan segera (dalam menit atau jam) agar dapat membatasi kerusakan yang
terjadi. Tingginya tekanan darah untuk dapat dikategorikan sebagai hipertensi

6
darurat tidaklah mutlak, namun kebanyakan referensi di Indonesia memakan
patokan >220/140.

B. JENIS HIPERTENSI
Dikenal juga keadaan yang disebut krisis hipertensi. Keadaan ini terbagi 2
jenis :

a. Hipertensi emergensi, merupakan hipertensi gawat darurat, takanan darah


melebihi 180/120 mmHg disertai salah satu ancaman gangguan fungsi organ,
seperti otak, jantung, paru, dan eklamsia atau lebih rendah dari
180/120mmHg, tetapi dengan salah satu gejala gangguan organ atas yang
sudah nyata timbul.
b. Hipertensi urgensi : tekanan darah sangat tinggi (> 180/120mmHg) tetapi
belum ada gejala seperti diatas. TD tidak harus diturunkan dalam hitungan
menit, tetapi dalam hitungan jam bahkan hitungan hari dengan obat oral.

Sementara itu, hipertensi dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan penyebabnya :

a. Hipertensi Primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya


(hipertensi essensial). Hal ini ditandai dengan peningkatan kerja jantung
akibat penyempitan pembuluh darah tepi. Sebagian besar (90 – 95%)
penderita termasuk hipertensi primer. Hipertensi primer juga didapat terjadi
karena adanya faktor keturunan, usia dan jenis kelamin.
b. Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan oleh penyakit
sistemik lainnya, misalnya seperti kelainan hormon, penyempitan pembuluh
darah utama ginjal, dan penyakit sistemik lainnya (Dewi dan Familia, 2010 :
22). Sekitar 5 – 10% penderita hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit
ginjal dan sekitar 1 – 2% disebabkan oleh kelainan hormonal atau pemakaian
obat tertentu misalnya pil KB (Elsanti, 2009 : 114 ).

7
C. KLASIFIKASI HIPERTENSI

Table 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa


TEKANAN DARAH TEKANAN DARAH
KATEGORI
SISTOLIK DIASTOLIK
Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1
140-159 mmHg 90-99 mmHg
(Hipertensi ringan)
Stadium 2
160-179 mmHg 100-109 mmHg
(Hipertensi sedang)
Stadium 3
180-209 mmHg 110-119 mmHg
(Hipertensi berat)
Stadium 4
210 mmHg atau lebih 120 Hg atau lebih
(Hipertensi maligna)

Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh


kedalam keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi
berlanjut menjadi “Krisis Hipertensi”, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70
tahun. Tetapi krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan
darah normal tanpa penyebab sebelumnya. Pengobatan yang baik dan teratur dapat
mencegah insiden krisis hipertensi menjadi kurang dari 1 %.

D. ETIOLOGI
Hipertensi emergensi merupakan spektrum klinis dari hipertensi dimana
terjadi kondisi peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol yang berakibat pada
kerusakan organ target yang progresif. Berbagai sistem organ yang menjadi organ
target pada hipertensi emergensi ini adalah sistem saraf yang dapat mengakibatkan
hipertensi ensefalopati, infark serebral, perdarahan subarakhnoid, perdarahan
intrakranial; sistem kardiovaskular yang dapat mengakibatkan infark miokard,
disfungsi ventrikel kiri akut, edema paru akut, diseksi aorta; dan sistem organ
lainnya seperti gagal ginjal akut, retinopati, eklamsia, dan anemia hemolitik
mikroangiopatik.

8
Faktor Resiko Krisis Hipertensi :

a. Penderita hipertensi tidak minum obat atau tidak teratur minum obat.
b. Kehamilan
c. Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal.
d. Pengguna NAPZA
e. Penderita dengan rangsangan simpatis tinggi. (luka bakar, trauma kepala,
penyakit vaskular/ kolagen)

E. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target yang
terganggu, diantaranya nyeri dada dan sesak nafas pada gangguan jantung dan
diseksi aorta; mata kabur dan edema papilla mata; sakit kepala hebat, gangguan
kesadaran dan lateralisasi pada gangguan otak; gagal ginjal akut pada gangguan
ginjal; di samping sakit kepala dan nyeri tengkuk pada kenaikan tekanan darah
umumnya.

Tingginya TD yang dapat menyebabkan kerusakan organ sasaran tidak hanya


dari tingkatan TD aktual, tapi juga dari tingginya TD sebelumnya, cepatnya
kenaikan TD, bangsa, seks dan usia penderita. Penderita hipertensi kronis dapat
mentolelir kenaikan TD yang lebih tinggi dibanding dengan normotensi, sebagai
contoh : pada penderita hipertensi kronis, jarang terjadi hipertensi ensefalopati,
gangguan ginjal dan kardiovaskular dan kejadian ini dijumpai bila TD Diastolik >
140 mmHg. Sebaliknya pada penderita normotensi ataupun pada penderita
hipertensi baru dengan penghentian obat yang tiba-tiba, dapat timbul hipertensi
ensefalopati demikian juga pada eklampsi, hipertensi ensefalopati dapat timbul
walaupun TD 160/110 mmHg.

F. PATOFISIOLOGI
Bentuk manapun dari hipertensi yang menetap, baik primer maupun sekunder,
dapat dengan mendadak mengalami percepatan kenaikan dengan tekanan diastolik
meningkat cepat sampai di atas 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam. Hal ini
dapat menyebabkan nekrosis arterial yang lama dan tersebar luas, serta hiperplasi
intima arterial interlobuler nefron-nefron. Perubahan patologis jelas terjadi terutama
pada retina, otak dan ginjal. Pada retina akan timbul perubahan eksudat, perdarahan

9
dan udem papil. Gejala retinopati dapat mendahului penemuan klinis kelainan
ginjal dan merupakan gejala paling terpercaya dari hipertensi maligna.

Otak mempunyai suatu mekanisme otoregulasi terhadap kenaikan ataupun


penurunan tekanan darah. Batas perubahan pada orang normal adalah sekitar 60-
160 mmHg. Apabila tekanan darah melampaui tonus pembuluh darah sehingga
tidak mampu lagi menahan kenaikan tekanan darah maka akan terjadi udem otak.
Tekanan diastolik yang sangat tinggi memungkinkan pecahnya pembuluh darah
otak yang dapat mengakibatkan kerusakan otak yang irreversible.

Pada jantung kenaikan tekanan darah yang cepat dan tinggi akan menyebabkan
kenaikan after load, sehingga terjadi payah jantung. Sedangkan pada hipertensi
kronis hal ini akan terjadi lebih lambat karena ada mekanisme adaptasi. Penderita
feokromositoma dengan krisis hipertensi akan terjadi pengeluaran norefinefrin yang
menetap atau berkala.

Aliran darah ke otak pada penderita hipertensi kronis tidak mengalami


perubahan bila Mean Arterial Pressure ( MAP ) 120 mmHg – 160 mmHg,
sedangkan pada penderita hipertensi baru dengan MAP diantara 60 – 120 mmHg.
Pada keadaan hiper kapnia, autoregulasi menjadi lebih sempit dengan batas
tertinggi 125 mmHg, sehingga perubahan yang sedikit saja dari TD menyebabkan
asidosis otak akan mempercepat timbulnya oedema otak. Meningkatnya tekanan
darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:

a. Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi sehingga mengalirkan


lebih banyak cairan pada setiap detiknya.
b. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka
tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri
tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui
pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.
Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal
dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga
meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola)
untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di
dalam darah.

10
c. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan
darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam
tubuh
d. meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika aktivitas
memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan banyak cairan
keluar dari sirkulasi maka tekanan darah akan menurun.

G. PENATALAKSANAAN HIPERTENSI EMERGENCY


Tujuan pengobatan pada keadaan darurat hipertensi ialah menurunkan tekanan
darah secepat dan seaman mungkin yang disesuaikan dengan keadaan klinis
penderita. Pengobatan biasanya diberikan secara parenteral dan memerlukan
pemantauan yang ketat terhadap penurunan tekanan darah untuk menghindari
keadaan yang merugikan atau munculnya masalah baru.

Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang mempunyai sifat bekerja
cepat, mempunyai jangka waktu kerja yang pendek, menurunkan tekanan darah
dengan cara yang dapat diperhitungkan sebelumnya, mempunyai efek yang tidak
tergantung kepada sikap tubuh dan efek samping minimal.

Penurunan tekanan darah harus dilakukan dengan segera namun tidak terburu-
buru. Penurunan tekanan darah yang terburu-buru dapat menyebabkan iskemik
pada otak dan ginjal. Tekanan darah harus dikurangi 25% dalam waktu 1 menit
sampai 2 jam dan diturunkan lagi ke 160/100 dalam 2 sampai 6 jam. Medikasi yang
diberikan sebaiknya per parenteral (Infus drip, BUKAN INJEKSI). Obat yang
cukup sering digunakan adalah Nitroprusid IV dengan dosis 0,25 ug/kg/menit. Bila
tidak ada, pengobatan oral dapat diberikan sambil merujuk penderita ke Rumah
Sakit. Pengobatan oral yang dapat diberikan meliputi Nifedipinde 5-10 mg,
Captorpil 12,5-25 mg, Clonidin 75-100 ug, Propanolol 10-40 mg. Penderita harus
dirawat inap.

11
a. Pemakaian obat-obat untuk krisis hipertensi

Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis
hipertensi tergantung dari apakah pasien dengan hipertensi emergensi atau
urgensi. Jika hipertensi emergensi dan disertai dengan kerusakan organ sasaran
maka penderita dirawat diruangan intensive care unit, ( ICU ) dan diberi salah
satu dari obat anti hipertensi intravena ( IV ).

1. Sodium Nitroprusside : merupakan vasodelator direkuat baik arterial


maupun venous. Secara i. V mempunyai onsep of action yang cepat yaitu :
1 – 2 dosis 1 – 6 ug / kg / menit. Efek samping : mual, muntah, keringat,
foto sensitif, hipotensi.
2. Nitroglycerini : merupakan vasodilator vena pada dosis rendah tetapi bila
dengan dosis tinggi sebagai vasodilator arteri dan vena. Onset of action 2 –
5 menit, duration of action 3 – 5 menit. Dosis : 5 – 100 ug / menit, secara
infus i. V. Efek samping : sakit kepala, mual, muntah, hipotensi.
3. Diazolxide : merupakan vasodilator arteri direk yang kuat diberikan secara
i. V bolus. Onset of action 1 – 2 menit, efek puncak pada 3 – 5 menit,
duration of action 4 – 12 jam. Dosis permulaan : 50 mg bolus, dapat
diulang dengan 25 – 75 mg setiap 5 menit sampai TD yang diinginkan.
Efek samping : hipotensi dan shock, mual, muntah, distensi abdomen,
hiperuricemia, aritmia, dll.
4. Hydralazine : merupakan vasodilator direk arteri. Onset of action : oral
0,5 – 1 jam, i.v : 10 – 20 menit duration of action : 6 – 12 jam. Dosis : 10
– 20 mg i.v bolus : 10 – 40 mg i.m Pemberiannya bersama dengan alpha
agonist central ataupun Beta Blocker untuk mengurangi refleks takhikardi
dan diuretik untuk mengurangi volume intravaskular. Efeksamping :
refleks takhikardi, meningkatkan stroke volume dan cardiac out put,
eksaserbasi angina, MCI akut dll.
5. Enalapriat : merupakan vasodelator golongan ACE inhibitor. Onsep on
action 15 – 60 menit. Dosis 0,625 – 1,25 mg tiap 6 jam i.v.
6. Phentolamine ( regitine ) : termasuk golongan alpha andrenergic blockers.
Terutama untuk mengatasi kelainan akibat kelebihan ketekholamin. Dosis
5 – 20 mg secar i.v bolus atau i.m. Onset of action 11 – 2 menit, duration
of action 3 – 10 menit.

12
7. Trimethaphan camsylate : termasuk ganglion blocking agent dan
menginhibisi sistem simpatis dan parasimpatis. Dosis : 1 – 4 mg / menit
secara infus i.v. Onset of action : 1 – 5 menit. Duration of action : 10
menit. Efek samping : opstipasi, ileus, retensia urine, respiratori arrest,
glaukoma, hipotensi, mulut kering.
8. Labetalol : termasuk golongan beta dan alpha blocking agent. Dosis : 20 –
80 mg secara i.v. bolus setiap 10 menit ; 2 mg / menit secara infus i.v.
Onset of action 5 – 10 menit Efek samping : hipotensi orthostatik,
somnolen, hoyong, sakit kepala, bradikardi, dll. Juga tersedia dalam
bentuk oral dengan onset of action 2 jam, duration of action 10 jam dan
efek samping hipotensi, respons unpredictable dan komplikasi lebih sering
dijumpai.
9. Methyldopa : termasuk golongan alpha agonist sentral dan menekan sistem
syaraf simpatis. Dosis : 250 – 500 mg secara infus i.v / 6 jam. Onset of
action : 30 – 60 menit, duration of action kira-kira 12 jam. Efek samping :
Coombs test ( + ) demam, gangguan gastrointestino, with drawal sindrome
dll. Karena onset of actionnya bisa takterduga dan kasiatnya tidak
konsisten, obat ini kurang disukai untuk terapi awal.
10. Clonidine : termasuk golongan alpha agonist sentral. Dosis : 0,15 mg i.v
pelan-pelan dalam 10 cc dekstrose 5% atau i.m.150 ug dalam 100 cc
dekstrose dengan titrasi dosis. Onset of action 5 –10 menit dan mencapai
maksimal setelah 1 jam atau beberapa jam. Efek samping : rasa ngantuk,
sedasi, hoyong, mulut kering, rasa sakit pada parotis. Bila dihentikan
secara tiba-tiba dapat menimbulkan sindroma putus obat.
b. Pengobatan khusus krisis hipertensi
1. Ensefalopati Hipertensi

Pada Ensefalofati hipertensi biasanya ada keluhan serebral. Bisa


terjadi dari hipertensi esensial atau hipertensi maligna, feokromositoma
dan eklamsia. Biasanya tekanan darah naik dengan cepat, dengan keluhan :
nyeri kepala, mual-muntah, bingung dan gejala saraf fokal (nistagmus,
gangguan penglihatan, babinsky positif, reflek asimetris, dan parese
terbatas) melanjut menjadi stupor, koma, kejang-kejang dan akhirnya

13
meninggal. Obat yang dianjurkan : Natrium Nitroprusid, Diazoxide dan
Trimetapan.

2. Gagal Jantung Kiri Akut


Biasanya terjadi pada penderita hipertensi sedang atau berat, sebagai
akibat dari bertambahnya beban pada ventrikel kiri. Udem paru akut akan
membaik bila tensi telah terkontrol.
Obat pilihan : Trimetapan dan Natrium nitroprusid. Pemberian Diuretik IV
akan mempercepat perbaikan
3. Feokromositoma
Katekolamin dalam jumlah berlebihan yang dikeluarkan oleh tumor
akan berakibat kenaikan tekanan darah. Gejala biasanya timbul
mendadak : nyeri kepala, palpitasi, keringat banyak dan tremor. Obat
pilihan : Pentolamin 5-10 mg IV.
4. Deseksi Aorta Anerisma Akut
Awalnya terjadi robekan tunika intima, sehingga timbul hematom
yang meluas. Bila terjadi ruptur maka akan terjadi kematian. Gejala yang
timbul biasanya adalah nyeri dada tidaj khas yang menjalar ke punggung
perut dan anggota bawah. Auskultasi : didapatkan bising kelainan katup
aorta atau cabangnya dan perbedaan tekanan darah pada kedua lengan.
Pengobatan dengan pembedahan, dimana sebelumnya tekanan darah
diturunkan terlebih dulu dengan obat pilihan : Trimetapan atau Sodium
Nitroprusid.
5. Toksemia Gravidarum
Gejala yang muncul adalah kejang-kejang dan kebingungan. Obat
pilihan : Hidralazin kemudian dilanjutkan dengan klonidin.
6. Perdarahan Intrakranial
Pengobatan hipertensi pada kasus ini harus dilakukan dengan hati-
hati, karena penurunan tekanan yang cepat dapat menghilangkan spasme
pembuluh darah disekitar tempat perdarahan, yang justru akan menambah
perdarahan. Penurunan tekanan darah dilakukan sebanyak 10-15 % atau
diastolik dipertahankan sekitar 110-120 mmHg Obat pilihan : Trimetapan
atau Hidralazin.

14
H. KOMPLIKASI
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung,
gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan
darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut.
Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya
memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun.
Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak
terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab
kematian yang sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai
stroke dan gagal ginjal.
Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi yang mungkin
terjadi akibat hipertensi. Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang
mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina,
gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan
yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard.
Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya
mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat
terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara
(Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi
hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna. Risiko
penyakit kardiovaskuler pada pasien hipertensi ditentukan tidak hanya tingginya
tekanan darah tetapi juga telah atau belum adanya kerusakan organ target serta
faktor risiko lain seperti merokok, dislipidemia dan diabetes melitus. (Tekanan
darah sistolik melebihi 140 mmHg pada individu berusia lebih dari 50 tahun,
merupakan faktor resiko kardiovaskular yang penting. Selain itu dimulai dari
tekanan darah 115/75 mmHg, kenaikan setiap 20/10 mmHg meningkatkan risiko
penyakit kardiovaskuler sebanyak dua kali (Anggraini, Waren, et. al, 2009).

I. DIAGNOSIS
Diagnosis hipertensi emergensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena
hasil terapi tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu
menunggu hasil pemeriksaan yang menyeluruh walaupun dengan data-data yang
minimal kita sudah dapat mendiagnosis suatu krisis hipertensi.

15
a. Anamnesis

Sewaktu penderita masuk, dilakukan anamnesa singkat. Hal yang penting


ditanyakan :

1) Riwayat hipertensi, lama dan beratnya.


2) Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya.
3) Usia, sering pada usia 30 – 70 tahun.
4) Gejala sistem syaraf ( sakit kepala, pusing, perubahan mental, ansietas ).
5) Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah urine berkurang )
6) Gejala sistem kardiovascular ( adanya payah jantung, kongestif dan oedem
paru, nyeri dada ).
7) Riwayat penyakit glomerulonefrosis, pyelonefritis.
8) Riwayat kehamilan, tanda- tanda eklampsi.

J. PENGKAJIAN
Krisis Hipertensi (KH) biasanya secara klinis mudah dilihat tanda dan gejalanya.

A. Tanda dan Gejala


Tanda umum adalah:
a) Sakit kepala hebat
b) nyeri dada
c) pingsan
d) tachikardia > 100/menit
e) tachipnoe > 20/menit
f) Muka pucat
g) Tanda Ancaman Kehidupan

Gejala KH:

a) Sakit Kepala Hebat


b) nyeri dada
c) peningkatan tekanan vena
d) shock / Pingsan
B. Pengkajian
1. Pengkajian dengan pendekatan ABCD.
a. Airway

16
 yakinkan kepatenan jalan napas
 berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)
 jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli
anestesi dan bawa segera mungkin ke ICU
b. Breathing
 kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk
mempertahankan saturasi >92%.
 Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath mask.
 Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan
menggunakan bag-valve-mask ventilation
 Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2
dan PaCO2
 Kaji jumlah pernapasan / Auskultasi pernapasan
 Lakukan pemeriksan system pernapasan
 Dengarkan adanya bunyi krakles / Mengi yang mengindikasikan
kongesti paru
c. Circulation
 Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengan suara gallop
 Kaji peningkatan JVP
 Monitoring tekanan darah
 Pemeriksaan EKG mungkin menunjukan:
 Sinus tachikardi
 Adanya Suara terdengar jelas pada S4 dan S3
 right bundle branch block (RBBB)
 right axis deviation (RAD)
 Lakukan IV akses dekstrose 5%
 Pasang Kateter
 Lakukan pemeriksaan darah lengkap
 Jika ada kemungkina KP berikan Nifedipin Sublingual
 Jika pasien mengalami Syok berikan secara bolus
Diazoksid,Nitroprusid
d. Disability

17
 kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU
 penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk
kondisi ekstrim dan membutuhkan pertolongan medis segera dan
membutuhkan perawatan di ICU.
e. Exposure
 selalu mengkaji dengan menggunakan test kemungkinan KP
 jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik lainnya.
 Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda gagal jantung kronik
2. Aktivitas / istirahat

Gejala :
 Kelemahan
 Letih
 Napas pendek
 Gaya hidup monoton
Tanda :
 Frekuensi jantung meningkat
 Perubahan irama jantung
 Takipnea
3. Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung


koroner/katup, penyakit serebrovaskuler

Tanda :

 Kenaikan TD
 Nadi : denyutan jelas
 Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
 Bunyi jantung : murmur
 Distensi vena jugularis
 Ekstermitas

Perubahan warna kulit, suhu dingin( vasokontriksi perifer ), pengisian


kapiler mungkin lambat
18
4. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
marah, faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan ).
Tanda :
 Letupan suasana hati
 Gelisah
 Penyempitan kontinue perhatian
 Tangisan yang meledak
 Otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
 Peningkatan pola bicara
5. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi,
riwayat penyakit ginjal )

6. Makanan / Cairan.
Gejala :
 Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
lemak dan kolesterol.
 Mual
 Muntah
 Riwayat penggunaan diuretic
Tanda :
 BB normal atau obesitas
 Edema
 Kongesti vena
 Peningkatan JVP
 Glikosuria
7. Neurosensori
Gejala :
 Keluhan pusing / pening, sakit kepala
 Episode kebas
 Kelemahan pada satu sisi tubuh

19
 Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
 Episode epistaksis
Tanda :
 Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau
memori ( ingatan )
 Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
 Perubahan retinal optic
8. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
 nyeri hilang timbul pada tungkai
 sakit kepala oksipital berat
 nyeri abdomen
9. Pernapasan
Gejala :
 Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
 Takipnea
 Ortopnea
 Dispnea nocturnal proksimal
 Batuk dengan atau tanpa sputum
 Riwayat merokok
Tanda :
 Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
 Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
 Sianosis
10. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan

Tanda : Episode parestesia unilateral transien

11. Pembelajaran / Penyuluhan


Gejala :
 Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,
DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal
 Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain

20
 Penggunaan obat / alcohol

21
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Hipertensi adalah proses penyakit seumur hidup. Perawat membantu pasien
dalam mengontrol penyakit dengan meminta pasien untuk sering cek tekanan
darah, berkunjung ketempat pelayanan kesehatan secara rutin dan penyuluhan
kesehatan.
Telah dibuktikan oleh beberapa penyeidik bahwa dengan mengendalikan
tekanan darah angka mortalitas dan morbiditas dapat diturunkan. Oleh karena itu,
meskipun etiologinya belum dapat dibuktikan, pengobatan hipertensi dapat
dimulai. Yang masih menjadi masalah adalah penentuan saat mulainya pengobatan.
Hal ini penting karena pengobatan hipertensi merupakan pengobatan seumur hidup.

B. Saran
Sebaiknya masyarakat sadar akan kesehatannya seperti pola makan dan
olahraga teratur. Karena penyakit hipertensi ini dapat menyerang segala umur dan
untuk pengobatannya dilakukan selama seumur hidup.

22
DAFTAR PUSTAKA

Hani, Sharon EF, Colgan R.Hypertensive Urgencies and Emergencies. Prim Care
Clin Office Pract 2010;33:613-23.

Vaidya CK, Ouellette CK. Hypertensive Urgency and Emergency. Hospital


Physician 2009:43-50

Anggaraini, Ade Dian, et.al (2009). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas
Bangkinang Periode Januari sampai Juni 2008. Diakses 20 Februari
2011 : Http://yayanakhyar.wordpress.com

Baike (2010). Hubungan genetik terhadap penyakit kardiovaskuler. Diakses 20


februari 2011 : http://baike.baidu.com/view/2130696.htm

Depkes RI (2011). Epidemologi Penyakit Hipertensi. Diakses 12 April


2011: http: //www.depkes.org.

Dewi, Sofia dan Digi Familia (2010). Hidup Bahagia dengan Hipertensi. A+Plus
Books, Yogyakarta

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2010). The 4th Scientific Meeting on
Hypertension. Diakses 20 Desember 2010 : http://www.dinkesjatengprov.go.id

Elsanti, Salma (2009). Panduan Hidup Sehat : Bebas Kolesterol, Stroke,


Hipertensi, & Serangan Jantung. Araska, Yogyakarta

Ganong, William F (2009). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta

Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS


KEPERAWATAN Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. EGC.
Jakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai