Anda di halaman 1dari 23

ASKEP AGREGAT DALAM KOMUNITAS TENTANG PENYAKIT KRONIK

HIPERTENSI

DI S U S U N

OLEH

Salma Safitri

PROGRAM STUDI NERS

FAKULTAS FARMASI & ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan agreat dalam
komunitas :penyakit kronik hipertensi ” dengan baik. Selesainya penyusunan ini berkat
bantuan bimbingan, arahan, petunjuk, dorongan maupun material dari berbagai pihak ;

Pada kesempatan ini kelompok mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Parlindungan Purba,SH,MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Indonesia,


Medan
2. Ibu Dr. Ivan Elisabeth Purba,M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia,
Medan
3. Ibu Ns. Rinco Siregar,S.Kep, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia, Medan
4. Ibu Ns. Rumondang Gultom ,MKM selaku dosen pengajar yang telah memberikan
bimbingan, arahan dan saran kepada kelompok dalam menyelesaikan makalah ini.

Tim penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari
isi maupun penyusunannya, untuk tim penulis akan membuka diri terhadap kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi pembaca dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya
dibidang keperawatan. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Penyusun,

Salma safitri
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan penyakit yang mendapat
perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkannya baik
jangka pendek maupun jangka panjang sehingga membutuhkan penanggulangan jangka
panjang yang menyeluruh dan terpadu. Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbiditas
(kesakitan) dan mortalitasnya (kematian) yang tinggi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tenyata prevalensi (angka kejadian) hipertensi
meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai penelitian epidemiologis yang
dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8 – 28,6 % penduduk yang berusia diatas 20 tahun
adalah penderita hipertensi. Saat ini terdapat adanya kecenderungan bahwa masyarakat
perkotaan  lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini
antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan
dengan resiko penyakit hipertensi seperti stress, obesitas (kegemukan), kurangnya olah raga,
merokok, alkohol, dan makan makanan yang tinggi kadar lemaknya.
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa
hipertensi lebih banyak pada kembar monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot
(berbeda sel telur). Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer
(esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya
akan menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan
timbul tanda dan gejala hipertensi dengan kemungkinan komplikasinya. Obesitas merupakan
ciri dari populasi  penderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita
hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak obesitas. Pada
obesitas tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi
dengan aktivitas renin plasma yang rendah.
Hipertensi perlu diwaspadai karena merupakan bahaya diam-diam. Tidak ada gejala atau tanda khas
untuk peringatan dini bagi penderita hipertensi. Selain itu, banyak orang merasa sehat dan
energik walaupun memiliki hipertensi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.
            Hipertensi biasanya dimulai “diam-diam” umumnya setelah usia 30 tahun atau 40 tahun.
Dalam kasus-kasus pencegahan, penyakit ini bisa dimulai lebih awal. Pada tahap awal,
tekanannya mungkin naik secara berkala, misalnya pada situasi stress biasanya, ketika
mengendarai mobil jarak jauh, dan kembali ke normal lebih lama dari biasanya. Atau
tekanannya mungkin hanya naik saat bekerja, tidak pada istirahat atau berlibur. Pada kasus-
kasus seperti ini kita membicarakan “hipertensi labil”. Atau jika angkanya terletak diatas
kesasaran normal, kita menyebutnya “hipertensi perbatasan” namun, jika angkanya diatas
normal secara konsisten, penyakitnya telah berkembang ketahap “stabil” hipertensi kronis
bisa memiliki berbagai bentuk. Contohnya sangat banyak, bahkan setiap rumah sakit
mengetahui orang-orang muda dengan tekanan darah yang sangat tinggi, dari 200/120
samapi 250-140.(Hans p. wolf. 2006 : h 63)
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa dapat mengetahui dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga dengan
masalah utama hipertensi pada keluarga
1.2.2 Tujuan khusus
1. Menerapkan proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kasus asuhan keperawatan keluarga
dengan masalah utama hipertensi pada keluarga
2. Mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah utama
hipertensi pada keluarga

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.2 Konsep Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah tinggi secara terus-
menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg atau
lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan peredaran darah
meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes Irianto, 2014).
Hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya gangguan kardiovaskular. Apabila
tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan gagal ginjal, stroke, dimensia, gagal
jantung, infark miokard, gangguan penglihatan dan hipertensi (Andrian Patica N E-journal
keperawatan volume 4 nomor 1, Mei 2016)

.2. Etiologi
Berdasar penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu :

1. Hipertensi primer / esensial


Yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, tetapi ada beberapa faktor penunjang
antara lain :

a. Herediter
b. Lingkungan
c. Hiperaktivitas
d. Susunan syaraf simpatis
e. Sistem rennin ongiotensin
f. Defek dalam mensekresi Na
g. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti : alcohol, merokok serta polistemia,
stress (Ignativicius, 1991 : 2197).
2. Hipertensi sekunder / hipertensi renal
Yaitu terhadap sekitar 5% kasus penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan
estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hiperal dias teronisme primer dan
sindrom cushing, feokromasitoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan, penggunaan konstrasepsi oral, penyakit renal vaskuler dan renal
parendrymal, kelainan endokrin, tumor otak, encephalitis, peningkatan volume
introvaskuler, luka bakar.

Hipertensi pada lanjut usia dibedakan atas :

1. Hipertensi pada tekanan sistolik sama / lebih besar dari 140 mmHg / tekanan diastolic
sama / lebih besar dari 140 mmHg
2. Hipertensi sistolik terisolasi : tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg, dan tekanan
diastolic lebih rendah dari 90 mmHg
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan
pada:

1. eleastisitas dinding aorta menurun

2. katup jantung menebal dan menjadi kaku

3. kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun sesudah berumur 20


tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi
dan volumenya.

4. kehilangan elastisitas pembuluh darah ,hal ini terjadi karena kurangnya efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.

5. meningkatknya resistensi pembuluh darah perifer.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi


a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol :
1) Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan wanita. Wanita diketahui mempunyai
tekanan darah lebih rendah dibandingkan pria ketika berusia 20-30 tahun. Tetapi akan
mudah menyerang pada wanita ketika berumur 55 tahun, sekitar 60% menderita hipertensi
berpengaruh pada wanita. Hal ini dikaitkan dengan perubahan hormon pada wanita setelah
menopause (Endang Triyanto, 2014).

2) Umur

Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil akan berubah di usia 20-40 tahun.
Setelah itu akan cenderung lebih meningkat secara cepat. Sehingga, semakin bertambah
usia seseorang maka tekanan darah semakin meningkat. Jadi seorang lansia cenderung
mempunyai tekanan darah lebih tinggi dibandingkan diusia muda (Endang Triyanto, 2014).

3) Keturunan (genetik)
Adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh terhadap keluarga yang telah menderita
hipertensi sebelumnya. Hal ini terjadi adanya peningkatan kadar sodium intraseluler dan
rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium individu sehingga pada orang tua
cenderung beresiko lebih tinggi menderita hipertensi dua kali lebih besar dibandingan
dengan orang yang tidak mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi (Buckman, 2010).

4) Pendidikan

Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi tekanan darah. Tingginya resiko
hipertensi pada pendidikan yang rendah, kemungkinan kurangnya pengetahuan dalam
menerima informasi oleh petugas kesehatan sehingga berdampak pada perilaku atau pola
hidup sehat (Armilawaty, Amalia H, Amirudin R., 2007).

b. Faktor resiko hipertensi yang dapat dikonrol

1) Obesitas
Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung kurangnya melakukan aktivitas sehingga
asupan kalori mengimbangi kebutuhan energi, sehingga akan terjadi peningkatan berat
badan atau obesitas dan akan memperburuk kondisi (Anggara, F.H.D., & N. Prayitno,
2013).
2) Kurang olahraga
Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah untuk mengurangi peningkatan tekanan
darah tinggi yang akan menurunkan tahanan perifer, sehigga melatih otot jantung untuk
terbiasa melakuakn pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu.
3) Kebiasaan merokok
Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini dikarenakan di dalam kandungan nikotik
yang dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
4) Konsumsi garam berlebihan
WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat mengurangi peningkatan hipertensi.
Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4
gram sodium atau 6 gram) (H. Hadi Martono Kris Pranaka, 2014-2015).
5) Minum alcohol
Ketika mengonsumsi alkohol secara berlebihan akan menyebabkan peningkatan tekanan darah
yang tergolong parah karena dapat menyebabkan darah di otak tersumbat dan
menyebabkan stroke.
6) Minum kopi
Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg, dimana dalam satu cangkir kopi dapat
meningkatakan tekanan darah 5-10 mmHg.
7) Kecemasan
Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang akan meningkatkan frekuensi jantung,
curah jantung dan resistensi vaskuler, efek samping ini akan meningkatkan tekanan
darah. Kecemasan atau stress meningkatkan tekanan darah sebesar 30 mmHg. Jika
individu meras cemas pada masalah yang di hadapinya maka hipertensi akan terjadi pada
dirinya. Hal ini dikarenakan kecemasan yang berulang-ulang akan mempengaruhi detak
jantung semakin cepat sehingga jantung memompa darah keseluruh tubuh akan semakin
cepat.
4. Patofissiologi
Tekanan darah yang meningkat pada penyakit hipertensi menyebabkan aliran darah meningkat.
Sehingga dalam pembuluh darah terjadi sclerosis yang kemudian aliran darah tersebut
menjadi statis (adanya retensi garam). Hal tersebut menyebabkan peningkatan kerja
jantung yang ditandai dengan peningkatan kontraksi otot jantung sehingga otot jantung
mengalami pembesaran dan mengakibatkan penurunan cardiac output.
Peningkatan TD dapat menyebabkan sclerosis yang menimbulkan pengecilan pembuluh darah.
Jika dalam serebral terjadi peningkatan vaskuler (aliran darah) karena adanya
peningkatan ini menyebabkan aliran darah turun, sehingga suplai darah ke otak kurang
dan dapat terjadi nyeri.
Karena suplai darah ke otak berkurang maka O2 yang diedarkan oleh darah ke otak menjadi
berkurang pula, sehingga terjadi gangguan perfusi jaringan. Dampak hipertensi pada
ginjal terjadi vaskontriksi pembuluh darah ginjal yang menyebabkan penurunan aliran
darah. Hal ini menyebabkan rennin (yang merupakan enzim yang disekresi oleh sel
junkta glomerulus ginjal) bekerja pada substratnya berupa pembentukan engiotensin
peptida II yang berpengaruh terhadap aldosteron untuk mengikat natrium dan air ke inter
stisial, hal tersebut mengakibatkan peningkatan volume cairan dalam tubuh, (Price &
Wilson, 1995)
Dengan adanya penurunan suplai O2 ke otak maka kebutuhan otak akan O2 berkurang. Hal
tersebut dapat menyebabkan pingsan pada akhirnya akan terjadi resiko injuri. (Ganong,
2003)

5. Penatalaksanaan
1. Pencegahan primer
Faktor resiko hipertensi antara lain:

Tekanan darah diatas rata-rata, adanyan hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro),
takikardi, obesitas, dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:

a. mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi
hiperkolesterolimia, diabetes mellitus, dsb.
b. dilarang merokok atau menghentikan merokok
c. merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
d. melakukan excercise untuk mengendalikan berat badan.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi berupa:

a. pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengn obat maupun dengan
tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
b. harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan stabil
mungkin.
c. faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang harus di kontrol
d. batasi aktifitas
3. Pencegahan Tersier
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

a. Terapi tanpa Obat


Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi ringan dan berat.terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan penderita hipertensi adalah :

1. Retriksi garam secara moderat dari 10gr/hari menjadi 5gr/hari


2. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3. Penurunan berat badan
4. Penurunan asupan etanol
5. Menghentikan merokok
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah dianjurkan untuk penderita
hipertensi. Macam olahraganya yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda , berenang dan lain-lain.

Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas aerobik atau 72-87%
dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar
antara 20-25 menit berada dalam zona latihan frekuensi latihan sebaiknya
3x/minggu dan paling baik 5x/minggu

c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

1. Teknik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu teknik yang dipakai untuk menunjukan pada subjek
tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subjek dianggap tidak
normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan
somatik seperti nyeri kepala dan migrain , juga untu7k gangguan psikologis seperti
kecemasan dan keteganggan.

2. Teknik Relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau teknik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.

d. Pendidikan Kesehatan (penyuluhan)


Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang
penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat memepertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

b. Terapi dengan obat


tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan
standart yang dilakukan Komite Dokter Ahli Hipertensi (JOINT NATIONAL
COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH
BLOOD PRESSURE, USA, 1998) menyimpulkan bahwa obat deuritika, penyekat beta,
antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama
dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita

6. Pemeriksaan diagnostic

a. Haemoglobine / hematokrit : bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari


sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindetifikasi faktor-
faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia
b. BUN/Kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal
c. Glukosa : hiperglikemia dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin
d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisyaratkan difungsi ginjal atau adanya
diabetes
e. Pemeriksaan Tiroid : hipertiroidimse dapat menimbulkan vasokontriksi dan
hipertensi
f. CT Scan : mengkaji cerebral, CSU, ensevalopati / feokromositoma
g. EKG : dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi
h. Foto dada : dapat menunjukkan obtruksi klasifikasi pada area katub, defisit
pada torik aorta, pembesaran jantung
i. IUP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / uterter (Doengoes, 1999).
BAB III
ASKEP KOMUNITAS PADA MASALAH HIPERTENSI

Pengkajian Inti komunitas

1. Geografi
a. Keadaan tanah: tanah kering namun tidak berdebu
b. Luas daerah: 8 Ha
c. Batas wilayah:
Utara : desa lawe mejile

Barat : desa lawe beringin

Selatan: RT 1 RW 2

Timur : desa Delawe mejile

2. Demografi
a. Jumlah KK: 47 KK
b. Jumlah penduduk keseluruhan: 508 jiwa
c. Jumlah Lansia : 100 orang
d. Mobilitas penduduk: penduduk jarang di rumah ketika pagi dan siang hari karena
bekerja, sedangkan anak-anak pada sekolah
e. Jumlah keluarga: 47 keluarga
f. Kepadatan penduduk: padat
g. Tingkat pendidikan penduduk:
1) Perguruan tinggi: 10 orang
2) TK : 17 – 20 orang
3) SMA : 16 orang
4) SMP : 15 orang
5) SD : 20 orang
6) Lansia tidak bersekolah : 30
7) Lansia tamat SD: 50
8) Lansia tamat SMP : 10
9) Lansia tamat SMA : 5
10) Lansia tamat perguruan tinggi : 5

h. Pekerjaan:
1) PNS : 10% jumlah penduduk
2) Buruh : 10% jumlah penduduk
3) Pedagang : 70% jumlah penduduk
4) IRT : 10% jumlah penduduk
h. Pendapatan rata-rata:
1) Rp 800.000,- : 20%
2) Rp 800.000,- s/d Rp 2.000.000.- : 50%
3) Rp 2.000.000,- : 30%
i. Tipe masyarakat: Masyarakat niaga
j. Agama: 100% Islam
Pengkajian 8 subsistem

1. Lingkungan fisik
a. Perumahan: permanen dan rata-rata dalam kategori baik
b. Penerangan: di lingkungan penerangan pada malam hari sudah cukup, tapi banyak
rumah warga yang kurang pencahayaannya pada siang hari
c. Sirkulasi udara: lingkungan sejuk karena banyak pohon yang ditanam warga sekitar
tetapi banyak perumahan warga yang ventilasi rumahnya kurang memadahi seperti
kurangnya jumlah jendela dan dekatnya jarak antar rumah.
d. Kepadatan penduduk: Tergolong padat.
e. Edukasi
2. Status pendidikan: SMA sederajat, yang terdiri dari:
a. Perguruan tinggi: 10 orang
b. TK : 17 – 20 orang
c. SMA : 16 orang
d. SMP : 15 orang
e. SD : 20 orang
Sarana pendidikan: terdapat 1 taman kanak-kanak
3. Keamanan dan keselamatan
a. Pemadam kebakaran: tidak ada
b. Polisi: tidak ada namun terdapat siskamling secara rutin
c. Sarana transportasi: sepeda ontel, motor dan mobil pribadi
d. Keadaan jalan: jalanan sudah diaspal dan ramai akan kendaraan bermotor
Pemilihan ketua RT/ RW dengan cara voting bersama

4. Struktur Pemerintahan
a. Masyarakat swadaya yang terdiri dari 1 RW dan 4 RT
b. Pamong desa: 1 orang
c. Kader desa: 5 orang
d. PKK: ada dan masih berjalan aktif tiap bulan
e. Kontak tani: tidak ada
f. Karang taruna: ada dan berjalan aktif tiap bulan
g. Kumpulan agama: ada dan aktif di masyarakat
5. Sarana dan Fasilitas Kesehatan
a. Pelayanan kesehatan: Tidak terdapat praktik bidan swasta maupun praktik klinik swasta
yang lain.
b. Tenaga kesehatan: 2 perawat dan 1 bidan
c. Tempat ibadah: terdapat masjid dan mushola
d. Sekolah: terdapat 1 taman kanak-kanak
e. Panti sosial: tidak terdapat
f. Pasar: tidak ada, namun terdapat banyak toko kelontong yang menyediakan banyak
kebutuhan dari masyarakat sekitar
g. Tempat pertemuan: terletak di rumah ketua RW dalam setiap acara yang diadakan oleh
lokasi setempat
h. Posyandu: terdapat posyandu lansia (tiap minggu ke 2)
Sering hadir: 35 % lansia
Jarang hadir : 25 % Lansia
Tidak pernah hadir : 40 %
dan posyandu balita (tiap minggu pertama) berjalan aktif setiap sebulan sekali.
i. Hygiene perumahan: sanitasi warga RW 1 dalam kategori baik
j. Sumber air bersih: air sumur galian
k. Pembuangan air limbah: dialirkan lancar ke selokan dan tidak menggenang
l. Jamban: 80% sudah mempunyai jamban di rumah masing-masing
m. Sarana MCK: semua dilakukan di kamar mandi masing masing dan hampir tidak ada
yang di sungai
n. Pembuangan sampah: dibuang dan dikumpulkan di TPS dekat makam setempat
o. Sumber polusi: air selokan
6. Komunikasi
Terdapat infrastruktur komunikasi yang memadai dan modern seperti internet, ponsel,
koran, majalah, radio dan televisi. Masyarakat juga bisa menggunakan alat-alat komunikasi
tersebut. Untuk papan informasi untuk menyampaikan kabar berita dari desa maupun dari
yang disediakan tempat di dekat rumah pak RW.
7. Ekonomi
Keadaan ekonomi masyarakat RW 1 desa Bekonang dalam kategori baik dan diatas garis
kemiskinan. Warga masyarakat juga tidak ada yang menganggur di rumah. Rata-rata
pekerjaan warga setempat adalah pedagang, baik di rumah maupun masyarakat. Rata-rata
gajih:
a. Rp 800.000,- : 20%
b. Rp 800.000,- s/d Rp 2.000.000.- : 50%
c. Rp 2.000.000,- : 30%
8. Rekreasi
Karang taruna dari wilayah setempat sering mengadakan wisata bersama-sama ke
suatu tempat. Kelompok khusus seperti anggota kader juga sering mengadakan rekreasi
bersama yang diharapkan dapat mengurangi stresor dan beban pikiran.

Distribusi penyakit dengan agregat lansia dengan hipertensi


Dari rekapitulasi data bulan Maret-Mei di puskesmas mojolaban 90 lansia yang
bekunjung/periksa. Dari jumlah tersebut ada 3 penyakit dengan distribusi terbesar yaitu:
1. Hipertensi : 50 orang atau 45 %
2. Atritis : 15 orang atau 13,5 %
3. DM: 25 orang atau 22,5 %
Dari data kesehatan di RW 1 didapatkan data bahwa :

1. Jumlah lansia keseluruhan : 100 orang


2. Jumlah lansia dengan hipertensi : 50 orang atau sekitar 50 %
3. Jumlah lansia dengan artritis: 15 orang atau sekitar 15 %
4. Jumlah lansia dengan DM : 25 orang atau sekitar 25 %

Pengkajian komunitas dengan mengunakakan FGD

KOMPONEN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) dengan lansia

PERTANYAAN DESKRIP
SI
Masalah apa yang dihadapi Bapak F : hipertensi, DBD
sekarang tentang kesehatan Bapak L : hipertensi
lingkungan sekitar pak ,bu? Ibu I : Batuk, Pernafasan, diare
Ibu Mi : DBD, hipertensi, daerah sungai
Ibu A : Demam , flu, DBD,
hipertensi, Ibu Ma : cikungunya,
gatal-gatal, hipertensi
I
Apa itu pengertian hipertensi? Bapak F : darah tinggi
Bapak L
Ibu I : Penyakit darah tinggi
Ibu Mi : Penyakit darah tinggi yang
terjadi terus menerus
Ibu A : darah tinggi
Apa penyebab hipertensi ? Bapak F : (tidak menjawab)
Bapak L : makanan asin

Ibu I : banyak berpikir


Ibu Mi : makanan kotor
Ibu A : tidak olahraga
Ibu N : (tidak menjawab)

Apa penanganan yang dilakukan Bapak F : membawa ke


apabila terkena hipertensi puskesmas Bapak L : beli obat
diare diwarung Ibu I : (tidak
menjawab)
Ibu Mi : diabiarkan saja , sembuh sendiri
Ibu A : dibiarkan saja biasanya sembuh
sendiri
Ibu Ma : (tidak menjawab)

Apakah Bpk/Ibu tau komplikasi Bapak F : lemas


dari hippertensi Bapak L : (tidak menjawab)
Ibu I : pusing

Ibu Mi : pusing

Ibu A : (tidak menjawab)


Ibu Ma : lemas
Ibu N : tidak bertenaga

2. Analisa Data
DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI

DS : Resiko tinggi Kurangnya


peningkatan angka pengetahuan
1. Dari hasil wawancara
kejadian hipertensi
dengan ketua RW 1
pada lansia
mengatakan bahwa rata-rata
lansia yang menderita
hipertensi sekitar 50 %
DO :

1. Berdasarkan data dari


puskesmas mojolaban pada
bulan Maret sampai bulan
Mei di kelurahan bekonang
dukuh mojosari RW 1 45%
Lansia menderita hipertensi.
2. 85% kemampuan lansia
dalam mengenali secara dini
penyakit hipertensi kurang
baik.
3. 40% warga yang menderita
hipertensi tidak pernah
mendapatkan penyuluhan
tentang hipertensi

DS: Tingginya resiko


Resiko komplikasi
Rata-rata tidak memahami akibat dari kompliksasi hipertensi
hipertensi hipertensi pada

DO:
Pada umumnya
komplikasi terjadi pada
hipertensi berat yaitu jika
tekanan diastolic  130
mmHg atau pada kenaikan
tekanan darah yang terjadi
secara mendadak dan tinggi.

Pada hipertensi ringan dan sedang


komplikasi yang terjadi adalah
pada mata, ginjal, jantung dan
otak. Pada mata berupa perdarahan
retina, gangguan pengelihatan
sampai dengan kebutaan. Gagal
jantung merupakan kelainan yang
sering ditemukan pada hipertensi
berat disamping kelainan koroner
dan miokardio.

PENAMPISAN MASALAH

Dari hasil analisis data, didapatkan data yang kemudian dilakukan penampisan
masalah untuk menentukan prioritas masalah, adapun penapisan tersebut dapat
dilihat sebagai berikut

Diagnosis Ju
Keteran
N Keperawatan Krite m gan
o ria l
a
h
A B C D E F G H I J K L
1 5 5 4 4 3 3 2 3 3 3 3 2 4 Keterangan Kriteria :
Resiko komplikasi 0 A. Sesuai dengan peran pera
terjidnya hipertensi Komunitas
pada lansia B. Risiko terjadi
C. Risiko parah
D. Potensi untuk pendidikan
kesehatan
E. Interest untuk komunitas
F. Kemungkinan diatasi
G. Relevan dengan program
H. Tersedianya tempat
I. Tersedianya waktu
J. Tersedianya dana
K. Tersedianya fasilitas
L. Tersedianya sumber daya
Resiko tinggi Keterangan pembobotan
1. Sangat rendah
peningkatan angka
2. Rendah
kejadian hipertensi 3. Cukup
4. Tinggi
pada lansia b.d
5. Sangat tinggi
2 Kurangnya 4 5 4 5 4 4 4 3 3 4 4 2 4
6
pengetahuan

PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Berdasarkan scoring di atas, maka prioritas diagnosis keperawatan komunitas di


Kelurahan lawe mejile
N Diagnosa keperawatan Prioritas
o
1. Resiko tinggi peningkatan 46
angka kejadian hipertensi
pada lansia b.d Kurangnya
pengetahuan
2. Resiko komplikasi terjidnya hipertensi pada 40
lansia

POA intervensi dan implementasi


No Diagnosa keperawatan Intervensi Tanggal dan Tempat
waktu pelaksanaan
pelaksana
1. Resiko tinggi peningkatan Penkes tentang 28 april 2020 Balai desa
angka kejadian hipertensi hipertensi
08.00 wib
pada lansia b.d ,defenesi,gejala,
Kurangnya pengetahuan dll

Penerapan
hidup sehat dan
28 april 2020
pengontrolan
kepatuhan diet 10.00 wib
garam

Evaluasi

Masyarakat sekarang memahami penyebab dan akibat dari hipertensi pada anak, dan
sudah mulai menjaga kesehatan lingkungan dan pengtrolan asupan garam
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Alih Bahasa oleh
Monica Ester, (Ed. 8), EGC, Jakarta.
Doengoes, Marilyn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien, Terjemahan oleh I Made Kassise (ed.I). EGC : Jakarta.
Ganang, William, F, 2002, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, (Ed.20), Alih bahasa
oleh Brahm U Panit (et.al), EGC : Jakarta.
Isselbacher, Kurt, 2000, Horison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, EGC :
Jakarta.
Price, Sylvia Anderson dan Wilson, Lorraine Mc. Carty, 1995, Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-proses Penyakit, (ed.4, buku 2), Terjemahan oleh : Peter
Anugrah, EGC : Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah : Brunner dan Suddarth (ed.8, vol.2), Terjemahan oleh Agung
Waluyo, (et,all), EGC : Jakarta.
Nugroho, Wahyudi SKM, 2000, Keperawatan Gerontik (edisi 2), penerit buku
Kedokteran EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai