IMUNODEFISIENSI
Disusun Oleh :
NIM: 170204078
KELAS: D.4.2
Dosen Pengajar :
MEDAN 2020
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji dan syukur kehadiran tuhan yang maha esa atas berkat dan rahmat
karunianya sehingga kami dapat menyusun makalah “ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA
PADA GANGGUAN SISTEM IMUNODEFISIENSI”. Dengan baik selesainya penyusunannya
berkat bantuan moral maupun material dari berbagai pihak pada kesempatan ini kelompok
mengucapkan terima kasih kepada :
5. Ns. Siska Evi Simanjuntak,S.Kep,MNS selaku dosen pengajar yang telah memberikan
bimbingan,arahan, dan saran kepada saya dalam menyelesaikan makalah ini.
Tim penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dari isi
maupun susunanya, untuk tim penulis membuka diri terhadap kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya dibidang keperawatan, akhir kata tim penulus mengucapkan terimakasih.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di bidang
kedokteran, termasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotika yang mampu
“mematikan” berbagai penyakit infeksi, berhasil menurunkan angka kematian bayi dan
anak, perbaikan gizi dan sanitasi sehingga meningkatkankualitas dan umur harapan
hidup. Akibatnya, jumlah penduduk lanjut usia semakin bertambah banyak, bahkan
cenderung lebih cepat dan pesat (Nugroho, 2008). Lanjut usia adalah proses alami yang
tidak dapat dihindari (Azwar,2006). Usia lanjut dikatakan sebagai tahap terakhir
perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2),(3),(4)
UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang
yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam,2008). Masa senium/lanjut usia,
ada pula yang membaginya menjadi young old (70-75 tahun), old-hold (75-80 tahun) dan
very old (80 tahun keatas) (Nugroho, 2008). Jumlah lanjut usia saat ini diseluruh dunia
lebih dari 629 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), diperkirakan
tahun 2025 lanjut usia akan mencapai 1.2 miliyar (Nugroho, 2008). Fenomena ini jelas
mendatangkan sejumlah konsekuensi, antara lain timbulnya masalah fisik, mental, sosial,
serta kebutuhan pelayanan kesehatan dan keperawatan, terutama kelainan degenerative
(Nugroho, 2008).Menurut Departemen Kesehatan (2013) menyatakan adanya
kecenderungan peningkatan persentase kelompok lansia dibandingkan kelompok usia
lainnya yang cukup pesat sejak tahun 2013 8,9% di Indonesia dan 13,4%di Dunia hingga
tahun 2050 diperkirakan 21,4% di Indonesia dan 25,3% di Dunia.
Bab 11
Laporan Pendahuluan
Disfungsi atau defisiensi komponen sistem imun menimbulkan beragam penyakit klinis
dengan ekspresi dan keparahan yang bervariasi dari penyakit atopik hingga atritis reumatoid,
severe combined immunodeviciency, dan kanker. Dalam makalah yang saya susun ini akan
membahas dan memperkenalkan fisiologi rumit sistem imun dan kelainan yang menimbulkan
penyakit hipersensitivitas dan imunodefisiensi.
Sistem imun membentuk sistem pertahanan badan terhadap bahan asing seperti
mikroorganisme (bakteria, kulat, protozoa, virus dan parasit), molekul-molekul berpotensi
toksik, atau sel-sel tidak normal (sel terinfeksi virus atau malignan). Sistem ini menyerang bahan
asing atau antigen dan juga mewujudkan peringatan tentang kejadian tersebut supaya
pendedahan yang berkali-kali terhadap bahan yang sama akan mencetuskan gerak balas yang
lebih cepat dan tertingkat. Keimunan merujuk kepada keupayaan sesuatu individu yang telah
sembuh dari sesuatu penyakit untuk kekal sehat apabila terdedah kepada penyakit yang sama
untuk kali kedua dan seterusnya.
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi
tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel
tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan
melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat
asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat
berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru
agar dapat menginfeksi organisme.
BAB 111
TINJAUAN TEORI
Timus yang berasal dari kantong faring ketiga dan keempat pada mudigah,
berfungsi menghasilkan limfosit T dann merupakan tempat diferensiasi awal limfosit T.
4. Fisiologis
1. Imunitas bawaan dan didapat
Organisme hidup memperlihatkan dua tingkat respon terhadap invasi
eksternal. Sistem imun bawaan (innate) alami dan sistem adaptif yang bersifat
didapat. Imunitas bawaan terdapat sejak lahir, cepat dimobilisasi dan aktivitasnya
bersifat non-spesifik. Permukaan kulit berfungsi sebagai lini pertahanan pertama
sistem imun bawaan, sementara enzim, jalur sistem komplemen alternatif, protein
fase-akut, sel NK, dan sitokin membentuk lapisan pertahanan tambahan.
Sistem imun adaptif ditandai oleh spesifisitas terhadap benda asing dan
ingatan imunologis yang memungkinkan terjadinya respon yang lebih intensif
terhadap pertemuan berikutnya dengan benda yang sama atau terkait erat.
Introduksi suatu rangsangan ke sistem imun adaptif memicu suatu rangkaian
kompleks proses yang menyebabkan pengaktifan limfosit.
2. Antigen (Imunogen)
Zat asing yang dapat memicu respons imun disebut antigen atau
imunogen. Imunogenisitas mengisyaratkan bahwa zat tersebut memeiliki
kemampuan untuk bereaksi dengan produk-produk sistem imun adaptif. Sebgian
besar antigen merupakan protein, meskipun karbohidrat murni juga dapat berlaku
sebagai antigen.
Masuknya zat melalui mukosa (saluan napas atau cerna) merangsang
pembentukan antibodi lokal. Antigen larut diangkut ke jaringan limfe regional
melalui pembuluh limfe aferen sementara antigen lainnya diangkut oleh sel
dendritik fagositik.
Organ limfoid perifer regional dan limpa adalah tempat bagi respon imun
utama terhadap antigen oleh limfosit dan sel penyaji antigen (antigen presening
cell, APC).
3. Respon Imun
Untuk mengenali dan kemudian mengeliminasi antigen asing, jaringan
kompleks yang terdiri atas sel, organ, dan faktor biologis spesifik diperlukan.
Interaksi selular yang kopmleks memerlukan lingkungan mikro khusus tempat sel
dapat bekerja sama secara efisien. Baik sel B maupun sel T harus bermigrasi
keseluruh tubuh untuk meningkatkan kemungkinan bawhwa sel-sel tersebut
menemukan antigen yang spesifisitasnya dimiliki kedua sel tersebut.
Respon imun terhadap antigen dalam darah biasanya dimulai di limpa,
sedangkan respon jaringan terhadap mikroorganisme terjadi dikelenjar limfe
lokal. Antigen yang dijumpai melalui rute inhalasi atau ingesti mengaktifkan sel-
sel dijaringan limfoid terkait mukosa.
1. Alergi (yang disebabkan oleh jenis makanan, obat-obatan, sengatan serangga atau zat
tertentu) bisa didefinisikan sebagai respon sistem kekebalan tubuh yang berlebihan
terhadap zat yang umumnya tidak berbahaya. Ada banyak alergen. Dalam banyak
kasus, ada lebih dari satu alergen yang merangsang reaksi alergi. Gejala alergi yang
sering merupakan masalah ringan.
2. Anafilaksis adalah bentuk alergi yang serius dan ekstrim. Alergen dari makanan,
obat-obatan atau gigitan serangga, bisa memicu dan menyebabkanserangkaian gejala
fisik yang tidak menyenangkan. Ruam gatal, tenggorokan bengkak dan penurunan
tekanan darah merupakan gejala umum anafilaksis.
3. Asma adalah gangguan paru-paru kronis yang disebabkan peradangan pada saliran
udara. Alergen, iritasi atau bahkan stimulan seperti aktivitas fisik dapat memicu
peradangan. Gejala asma meliputi mengi, batuk, sesak napas, sesak dada.
4. Penyakit autoimun adalah sekelompok gangguan sistem imun. Sel-sel sistem imun
salah menafsirkan sinyal. Dan mulai menyerang sel-sel tubuh itu sendiri.
Gangguan sistem kekebalan tubuh lainnya :
6. Patofisiologi
1. Usia
Frekuensi dan intensitas infeksi akan meningkat pada orang yang berusia
lanjut dan peningkatan ini disebabkan oleh penurunan untuk bereaksi secara
memadai terhadap mikroorganisme yang menginfeksinya. Produksi dan fungsi
limfosit T dan B dapat terganggu kemungkinan penyabab lain adalah akibat
penurunan antibodi untuk membedakan diri sendiri dan bukan diri sendiri.
Penurunan fungsi sistem organ yang berkaitan dengan pertambahan usia
juga turut menimbulkan gangguan imunitas. Penurunan sekresi serta motilitas
lambung memungkinkan flora normal intestinal untuk berploriferasi dan
menimbulkan infeksi sehingga terjadi gastroenteritis dan diare.
2. Gender
Kemampuan hormone-hormon seks untuk memodulasi imunitas telah
diketahui dengan baik. Ada bukti yang menunjukkan bahwa estrogen
memodulasi aktifitas limfosit T (khususnya sel-sel supresor) sementara androgen
berfungsi untuk mempertahankan produksi interleukin dan aktifitas sel supresor.
Efek hormon seks tidak begitu menonjol, estrogen akan memgaktifkan populasi
sel B yang berkaitan dengan autoimun yang mengekspresikan marker CD5
(marker antigenic pada sel B). Estrogen cenderung menggalakkan imunitas
sementara androgen bersifat imunosupresif. Umumnya penyakit autoimun lebih
sering ditemui pada wanita dari pada pria.
3. Nutrisi
Nutrisi yang adekuat sangat esensial untuk mencapai fungsi imun yang
optimal. Gangguan imun dikarenakan oleh defisiensi protein kalori dapat terjadi
akibat kekurangan vitamin yang diperlukan untuk mensintesis DNA dan protein.
Vitamin juga membantu dalam pengaturan poliferasi sel dan maturasi sel-sel
imun. Kelebihan atau kekurangan unsur-unsur renik (tembaga, besi, mangan,
selenium atau zink) dalam makanan umumnya akan mensupresi fungsi imun
Asam-asam lemak merupakan unsur pembangun (building blocks) yang
membentuk komponen structural membrane sel. Lipid merupakan prekursir
vitamin A,D,E, dan K disamping prekursir kolesterol. Jika kelebihan maupun
kekurangan asam lemak ternyata akan mensupresi fungsi imun.
Deplesi simpanan protein tubuh akan mengakibatkan atrofi jaringan
limfoid, depresi respon anti bodi, penurunan jumlah sel T yang beredar dan
gangguan fungsi fagositosik sebagai akibatnya, kerentanan terhadap infeksi
sangat meningkat. Selama periode infeksi dan sakit yang serius, terjadi
peningkatan kebutuhan nutrisi yang potensial untuk menimbulkan deplesi
protein, asam lemak, vitamin, serta unsur-unsur renik dan bahkan menyebabkan
resiko terganggunya respon imun serta terjadinya sepsis yang lebih besar.
4. Faktor -Faktor Psikoneuro Imunologik
Limfosit dan makrofag memiliki reseptor yang dapat bereaksi terhadap
neurotransmitter serta hormon-hormon endokrin.Limfosit dapat memproduksi
dan mengsekresikan ACTH serta senyawa-senyawa yang mirip endokrin.
Neuron dalam otak, khususnya khusunya dalam hipotalamus, dapat
mengenali prostaglandin, interferon dan interleukin di samping histamine dan
serotonin yang dilepaskan selama proses inflamasi. Sebagaimana sistem biologi
lainnya yang berfungsi untuk kepentingan homoestasis, sistem imun di
integrasikan dengan berbagai proses psikofisiologic lainnya dan diatur serta
dimodulasikan oleh otak.
Di lain pihak, proses imun ternyata dapat mempengaruhi fungsi neural dan
endokrin termasuk perilaku. Jadi, interaksi sistem saraf dan system imun
tampaknya bersifat dua arah.
5. Kelainan Organ yang Lain
Keadaan seperti luka bakar atau cedera lain, infeksi dan kanker dapat turut
mengubah fungsi system imun. Luka bakar yang luas atau faktor-faktor lainnya
menyebabkan gangguan integritas kulit dan akan mengganggu garis pertama
pertahanan tubuh hilangnya serum dalam jumlah yang besar pada luka bakar
akan menimbulkan deplesi protein tubuh yang esensial, termasuk
immunoglobulin. Stresor fisiologi dan psilkologik yang disertai dengan stress
karena pembedahan atau cidera kan menstimulasi pelepasan kortisol serum juga
turut menyebabkan supresi respon imun yang normal.
Keadaan sakit yang kronis dapat turut mengganggu sistem imun melalui
sejumlah cara. Kegagalan ginjal berkaitan dengan defisiensi limfosit yang
beredar. Fungsi imun untuk pertahanan tubuh dapat berubah karena asidosis dan
toksin uremik. Peningkatan insidensi infeksi pada diabetes juga berkaitan dengan
isufisiensi vaskuler, neuropati dan pengendalian kadar glukosa darah yang buruk.
Infeksi saluran nafas yang rekuren berkaitan dengan penyakit paru obstruksi
menahun sebagai akibat dari berubahnya fungsi inspirasi dan ekspirasi dan tidak
efektifnya pembersihan saluran nafas.
6. Penyakit Kanker
Imunosekresi turut menyebabkan terjadinya penyakit kanker. Namun,
penyakit kanker sendiri bersifat imunosupresif. Tumor yang besar dapat
melepaskan antigen ke dalam darah, antigen ini akan mengikat antibodi yang
beredar dan mencegah antibodi tersebut agar tidak menyerang sel-sel tumor.
Lebih lanjut, sel-sel tumor dapat memiliki faktor penghambat yang khusus yang
menyalut sel-sel tumor dan mencegah pengahancurannya oleh limposit T killer.
Dalam stadium awal pertumbuhan tumor, tubuh tidak mampu mengenali antigen
tumor sebagai unsure yang asing dan selanjutnya tidak mampu memulai distruksi
sel-sel yang maligna tersebut.kanker darah seperti leukemia dan limpoma
berkaitan dengan berubahnya produksi serta fungsi sel darah putih dan limposit.
7. Obat-obatan
Obat-obatan tertentu dapat menyebabkan perubahan yang dikehendaki
maupun yang tidak dikehendaki pada fungsi sistem imun. Ada empat klasifikasi
obat utama yang memiliki potensi untuk menyebabkan imunosupresi: antibiotic,
kortikostreoid, obat-obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID Nonsteroidal anti
inflamatori drugs) dan preparat sitotoksik.
Penggunaan preparat ini bagi keperluan terapeutik memerlukan upaya
untuk mencari kesinambungan yang sangat tipis antara manfaat terapi dan supresi
sistem pertahanan tubuh resipien yang berbahaya.
8. Radiasi
Terapi radiasi dapat digunakan dalam pengobatan penyakit kanker atau
pencegahan rejeksi allograft. Radiasi akan menghancurkan limfosit dan
menurunkan populasi sel yang diperlukan untuk menggantikannya. Ukuran atau
luas daerah yang akan disinari menentukan taraf imunosupresi. Radiasi seluruh
tubuh dan dapat mengakibatkan imunosupresi total pada orang yang
menerimannya.
9. Genetik
Interaksi antara sel-sel sistem imun dipengaruhi oleh variabilitas genetik.
Secara genetik respons imun manusia dapat dibagi atas responder baik, cukup,
dan rendah terhadap antigen tertentu.
Ia dapat memberikan respons rendah terhadap antigen tertentu, tetapi
terhadap antigen lain tinggi sehingga mungkin ditemukan keberhasilan vaksinasi
yang tidak 100%. Faktor genetik dalam respons imun dapat berperan melalui gen
yang berada pada kompleks MHC dengan non MHC.
. TeoriBiologis Menurut Hay ick (1965, Buku Keperawatan Gerontik, 2013) secara genetik
sudah terprogram bahwa material di dalam ini sel dikatakan bagaikan memiliki jam genetis
terkait dengan frekuensi mitosis.
1) Teori cross-linkage
(rantai silang) Kolagen merupakan unsur penyusun tulang diantara susunan moleculer, lam
kelamaan akan meningkat kekakuannya (tidak elastis). Hal ini disebabkan oleh karena sel sel
yang sudah tua dan reaksi kimianya menyebabkan jaringan yang sangat kuat
2) Teori radikal
bebas Radikal bebas merusak membrane sel yang menyebabkan kerusakan dan kemunduran
secara fisik.
3) Teori genetic
Menurut teori ini, menua telah terprogram secara genetic untuk spesies spesies terrtentu. Menua
bisa terjadi perubahan biokimia yang deprogram oleh molekul-molekul/DNA dan seiap sel pada
saatnya akan mengalami mutasi.
4) Teori immunologi
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh
tertentu yang tidak dapat tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi
lemah.System imun menjadi kurang efektif dalam mempertahankan diri, regulasi dan
responsibilitas.
5) Teori stress-adaptasi
Menua terjadi akibat hilangnya sel sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak
dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress menyebabkan
sel-sel tubuh telah terpakai. 6) Teori wear and tear (pemakaian dan rusak) Kelebihan usaha dan
stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah (terpakai)
2) Sel persarafan : Menurun hubungan persarafan, beratotak menurun 10-20% (sel saraf otak
setiap orang berkurang setiap harinya), respon dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya
terhadap stress, sarafpancaindramengecil, penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf
penciuman dan perasa mengecil, lebih sensitive terhadap perubahan suhu, dan rendahnya
pertahanan terhadap dingin, kurang sensitive terhadap sentuhan, deficit memori.
4) Sistem penglihatan : Lapang pandang menurun, luas pandangan berkurang, adaptasi terhadap
gelap menurun, dan katarak.
5) Sistem kardiovaskuler : Katup jantung menebal dan menjadi kaku, elastisitas dinding aorta
menurun, kemampuan jantung untuk memompa darah menurun, curah jantung menurun (isi
semenit jantung menurun), serta meningkatnya resitensi pembuluh darah perifer sehingga
tekanan darah meningkat.
6) Sistem pengaturan suhu tubuh : Temperature tubuh menurun (hipotermia) dapat
mengakibatkan metabolisme yang menurun, merasa kedinginan, pucat dan gelisah.
8) Sistem pencernaan : Kehilangan gigi, indra pengecapan menurun, adanya iritasi selaput
lendir yang kronis, esophagus melebar, rasa laparmenurun, asam lambung menurun, motilitas
dan waktu pengosongan lambung menurun, peristaltic lemah dan biasanya timbul konstipasi,
fungsi absorpsi melemah.
9) Sistem reproduksi: Perubahan system reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovari
dan uterus. Terjadi atrofi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur. Dorongan untuk melakukan seksual
menteap sampai usia diatas 70 tahun (asal kondisi masih baik), yaitu dengan kehidupan seksual
dapat diupayakan sampai masa lanjut usia. Pada wanita selaput lendir vagina menurun,
permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, dan reaksi sifatnya menjadi alkali.
B. PERUBAHAN SOCIAL
1) Peran : Post power syndrome, single women, dan single parent.
2) Keluarga (emptiness) : Kesendirian, kehampaan.
3) Teman : Ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan kapan akan meninggal.brada
di rumah terusmenerus akan cepat pikun (tidak berkembang).
4) Abuse : Kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan nonverbal (dicubit, tidak diberi makan).
5) Masalah hukum : Berkaitan dengan perlindungan asset dan kekayaan pribadi yang
dikumpulkan sejak masih muda.
6) Pension : Kalau menjadi PNS aka nada tabungan (dana pension). Kalau tidak, anak dan cucu
yang akan memberi uang.
7) Ekonomi : Kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok bagi lansia.
8) Rekreasi : Untuk ketenangan batin.
9) Keamaaan : Jatuh, terpeleset.
10) Transportasi : Kebutuhan akan system transportasi yang cocok bagi lamsia
11) Politik : Kesempatan yang sama untuk terlibat dan memberikan, masukan dalam system
politik yang berlaku.
12) Pendidikan : Berkaitan dengan pengentasan buta aksara dan kesempatan untuk tetap belajar
sesuai dengan hak asasi manusia.
13) Agama : Melaksanakan ibadah.
14) Panti Jompo : Merasa dibuang/diasingkan.
4) Perubahan kognitif
a) Memory (Daya Ingat, Ingatan) Pada lanjut usia, daya ingat (memory) mrupakan salah satu
fungsi kognitif yang seringkali paling awal mengalami penurunan. Ingatan jangka panjang (Long
term memory) kurang mengalami perubahan, sedangkan ingatan jangka pendek (short term
memory) atau seketika 0-10 menit memburuk. Lansia akan kesulitan dalam mengungkapkan
kembali cerita atau kejadian yang tidak begitu menarik perhatiannya dan informasi baru.
b) IQ (Intellegent Quocient) Lansia tidak mengalami perubahan dengan informasi matematika
(analitis, linier, sekuensial) dan perkataan verbal. Tetapipenampilan persepsi dan keterampilan
psikomotor menurun. Terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan factor waktu.
c) Perubahan spiritual - Agama dan kepercayaan lansia makin berintegrasi dalam kehidupan. -
Lanjut usia semakin dapat dilihat dalam berfikir dan bertindak sehari-hari. - Perkembangan
spiritual pada usia 70 tahun menurun menurut Folwer (1978), universal, perkembangan yang
dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dengan cara member contoh cara mencintai dan keadilan
(Nugroho, 2008).
1) Kebutuhan fisiologi,
merupakan kebutuhan paling dasar, yaitu kebutuhan fisiologis seperti oksigen, cairan
(minuman), nutrisi (makanan), keseimbangan suhu tubuh, eliminasi, tempat tinggal,
istirahat dan tidur, serta kebutuhan seksual, stimulus / rangsangan.
2) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan dibagi menjadi perlindungan fisik dan
perlindungan psikologis.
a) Perlindungan fisik,
meliputi perlindungan atas ancaman terhadap tubuh atau hidup. Ancaman tersebut
dapat berupa penyakit, kecelakaan, bahaya dari lingkungan, dan sebagainya.
b) Perlindungan psikologis,
yaitu perlindungan atas ancaman dari pengalaman yang baru dan asing. Misalnya,
kekhawatiran yang dialami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali karena
merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan
sebagainya.
1. Kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan di miliki, antara lain memberi dan
menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,
diterima oleh kelompok sosial, dan sebagainya.
2. Kebutuhan akan harga diri ataupun perasaan dihargai oleh orang lain. Kebutuhan ini
terkait dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan, meraih prestasi, rasa percaya
diri, dan kemerdekaan diri. Selain itu, orang juga memerlukan pengakuan dari orang
lain.
3. Kebutuhan aktualisasi diri, merupakan kebutuhan tertinggi dalam hierarki Maslow,
berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain/ lingkungan serta mencapai
potensi diri sepenuhnya.
Masalah kebutuhan yang muncul pada kasus demensia yang mencakup pada
kebutuhan dasar menurut maslow adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan stimulus / rangsangan : Kebutuhan ini berasal dari fikiran atau
dorongan seseorang untuk melakukan kegiatan kearah tujuan. Stimulus dapat
dihubungkan dg emosi & proses pikir yang mempengaruhi seseorang untuk
melakukan suatu kegiatan / aktivitas.
2. Kebutuhan Nutrisi Nutrisi adalah sejenis zat kimia organik atau anorganik yang
terdapat dalam makanan dan dibutuhkan oleh tubuh untuk menjalankan
fungsinya. (Fitri Respirati, 2014) Nutrisi mempunyai tiga fungsi utama, yaitu :
b. Menyediakan “struktur material” intuk jaringan tubuh seperti tulang dan otot
c. Mengatur proses tubuh
Energi yang dihasilkan oleh nutrisi atau makanan disebut sebagai Kalori. Kalori
digunakan sebagai pembakaran.
a. Jumlah kalori yang dihasilkan nutrisi :
1 gr karbohidrat dan protein : 4 kkal
1 gr lemak : 9 kkal b.
Rata-rata pemasukan energi : 45% energi dari karbohidrat
40% energi dari lemak
15 % energi dari protein
Macam-macam nutrisi :
a. Air : untuk membantu proses atau reaksi kimia dalam tubuh serta berperan
mengontrol temperatur tubuh.
b. Karbohidrat : sebagai sumber energi tubuh
c. Protein : penting untuk pertumbuhan dan penggantian jaringan, juga dimanfaatkan
sebagai sumber energi
d. Lemak : sebagai sumber energi
e. Vitamin : mengatur proses-proses dalam tubuh sesuai dengan jenis vitamin.
f. Mineral : mengatur proses-proses dalam tubuh, sebagian digunakan juga untuk
pertumbuhan, dan penggantian jaringan. (Fitri Respirati, 2014)
Masalah kebutuhan nutrisi Secara umum, gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas
kekurangan dan kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, diabetes mellitus, hipertensi,
jantung koroner, kanker, dam anoreksia nervosa.
a. Kekurangan nutrisi Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang
dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat
ketidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.
Tanda klinis :
1) Berat badan 10 – 20% dibawah normal
2) Tinggi badan dibawah ideal
3) Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar
4) Adanya penurunan albumin serum
5) Adanya penurunan transferin
Kemungkinan penyebab :
1) Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori akibat
penyakit infeksi atau kanker
2) Disfagia karena adanya kelainan persarafan
3) Penurunan absorpsi nutrisi akibat penyakit crohn atau intoleransi laktosa
4) Nafsu makan menurun
b. Kelebihan nutrisi Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami
seseorang yang mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan
metabolisme secara berlebih. Tanda klinis :
1) Berat badan lebih dari 10% berat ideal
2) Obesitas (> 20% berat ideal)
3) Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita
4) Adanya jumlah asupan yang berlebihan
5) Aktivitas menurun atau menonton Kemungkinan penyebab :
o Perubahan pola makan
o Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman
4. Kebutuahan Perawatan Diri Menurut Poter. Perry, Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan phisik dan psikis, kurang perawatan
diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.
1) Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan
kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
2) Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias. Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian)
adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.
4) Kurang perawatan diri : Toileting Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan
untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Mubarak, 2008).
BAB IV
1. Fisik
a. Wawancara :
b. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi untuk
mengetahui perubahan fungsi system tubuh
2) Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik adalah head to toe (dari ujung
kepala sampai ke ujung kaki) dan system tubuh
2. Psikologis
i. Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif, daya ingat, proses pikir, alam perasaan,
orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaian masalah.
4. Spiritual
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan
Perawat harus ingat, akibat adanya perubahan fungsi yang sangat mendasar pada psoses
menua yang meliputi seluruh organ tubuh, dalam melakukan pengkajian, perawat
memerlukan pertimbangan khusus. Pengkajian harus dilakukan terhadap fungsi semua
system, status gizi, dan aspek psikososialnya.
1. Temperature/suhu tubuh
2 Denyut nadi
3. Respirasi (pernapasan)
4. Tekanan darah
6. Tingkat orientasi
7. Memori (ingatan)
8. Pola tidur
6. Gangguan sensori
7. Ketajaman pendengaran
b. Tinnitus 43
4. Pusing
5. Sakit/nyeri
2. Asupan diet
4. Mengunyah, menelan
2. Ditensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan untuk buang air)
5. Dysuria 6. Seksualitas
c. Gangguan ereksi
1. Kulit
d. Perubahan pigmen
3. Keadaan kuku
4. Keadaan rambut
1. Kontraktur
a. Atrofi otot
b. Tendon mengecil
2. Tingkat mobilisasi
b. Keterbatasan gerak
c. Kekuatan otot
3. Gerakan sendi
4. Paralisis
5. Kifosis Psikososial
KASUS
Ny. G (88 thn) datang ke RS. D diantar keluarga. Keluarga mengatakan Ny. G sering sakit
kepala .Klien sendiri mengatakan tidak bisa berdiri jika sakit kepa itu datang .terkadang merasa
flu Ny. G ada riwayat hipertensi 2 tahun lalu dan mengonsumsi obat diuretik.. Hasil
pemeriksaan fisik didapatkan data TB&BB Ny g adalah 155cm, 45kg TTV : Suhu 38°C, TD
90/70 mmHg, RR 25x/menit, Nadi 110x/menit. Saat ini klien terpasang infuse RL 3000cc/24
jam. Kegiatan sehari-hari Ny. N adalah menjadi jualan sayur di pasar senin tetapi dengan kondisi
nya sekarang ny.g menjadi terganggu aktifitasnya dan sering tidak berjualan .
1.2 Pembahasan
1. Pengkajian
A. Data Biografi
Nama : Ny. g
Umur : 88 Tahun.
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : minang /Indonesia
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Tinggi badan/berat badan : TB : 155 cm BB : 45 kg
Penampilan umum : Baik
Alamat : Jl. suka mulya
Orang yang mudah dihubungi : Tn. L
Hubungan dengan klien : Anak
Alamat dan telepon : Jl. Merdeka (081210820800
Diagnosa medis : imunodifiseinsi
B. Riwayat Keluarga
Genogram
Keterangan :
= Meninggal = Laki-laki
C. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : penjual sayuran
Pekerjaan sebelumnya :-
Sumber-sumber pendapatan : uang dari sendiri
Kecukupan terhadap kebutuhan : kurang
F. Sistem Pendukung
Perawat/bidan/dokter/fisioterapi : dokter
Jarak dari rumah : 3 km
Rumah sakit : 10 km
Klinik :-
Pelayanan kesehatan dirumah :-
Makanan yang dihantarkan :-
Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga :-
G. Deskripsi kekhususan
Kebiasaan ritual : Sholat, membaca Al – Qur’an
Yang lain : Doa-doa yang lain
H. Status Kesehatan
Status kesehatan umum selama lima tahun yang lalu
- Klien mengatakan dua tahun lalu terkena hipertensi dan rutin mengonsumsi obat
diuretik
Keluhan utama
- Provokative/palliative :-
- Quality/quantity :-
- Region :-
- Severity scale :-
- Timming :-
Obat-obatan : obat diuretic, furosemide
Status imunisasi : lengkap
Alergi (obat-obatan/makanan/faktor lingkungan) : tidak ada
Penyakit yang diderita : Hipertensi
K. Pemeriksaan Penunjang
Tes darah
Sampel darah pasien akan diambil untuk diperiksa di laboratorium. Melalui tes ini,
komponen-komponen sistem imun dalam darah bisa diketahui. Contohnya,
imunoglobulin, antibody Melakukan pemeriksaan fisik
Menentukan jumlah sel darah putih Anda
Menentukan jumlah sel T
Menentukan kadar imunoglobin.
Vaksin dapat menguji respon sistem imun dengan tes antibodi. Dokter akan memberi Anda
vaksin, kemudian melakukan tes darah untuk melihat respons terhadap vaksin beberapa hari atau
minggu kemudian.
Analisa Data
Data Masalah Etiologi
1) Ketidakefektifan jalan napas b.d obstruksi atau adanya sekret yang berlebihan.
2) Gangguan rasa nyeri dikepala b.d kurang suplai oksigen.
3) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
yang tidak adekuat.
intervensi
Tingkatkan masukan
1) Kaji nyeri, lokasi, 1) Untuk membantu
Setelah dilakukan karakteristik, dan meringankan tingkat
tindakan keperawatan integritas nyeri nyeri diberikan
selama 1x24 jam dengan skala 0-10 edukasi.
diharapkan nyeri dapat ditanyakan kepada 2) Cek tanda vital apakah
berkurang atau hilang. pasien nyerinya ada indikator terhadap
Kriteria hasil : urutan ke skala nyeri yang timbul.
1) Klien dapat berapa. Kaji tanda- 3) Meningkatkan
mengetahui tanda vital. kenaikan kadar
terjadinya 2) Lakukan masase oksigen dalam ottak
gangguan rasa pada daerah nyeri. untuk meredakan rasa
nyaman yang 3) Ajarkan teknit nyeri di kepala.
berhubungan relaksasi misalnya Kolaborasi dengan tenaga
dengan nyeri napas dalam. kesehatan lainnya untuk
kepala. Kolaborasi dengan dokter memberikan oba analgetik
2) Klien dalam pemberian obat untuk meningkatkan
mengatasi nyeri tingkat
tanpa bantuan.
3) Pasien dapat
mengatasi
sekret tanpa
bantuan.
4) Klien dapat
bergerak
dengan leluasa.
Tanda-tanda vital
dalam batas normal
1. Dengan pemahaman
1. Jelasakn tentang klien akan lebih
manfaat makan bila kooperatif mengikuti
dikatikan dengan aturan.
Nutrisi terpenuhi sesuai kondisi klien saat ini. 2. Untuk menghindari
dengan kebutuhan 2. Anjurkan agar klien makanan yang justru
tubuh. mengkonsumsi dapat mengganggu
Kriteria hasil : makanan yang proses penyembuhan
1) Nafsu makan disediakan di rumah klien.
membaik. sakit. 3. Higiene oral yang baik
2) Keadaan umum 3. Lakukan dan ajarkan akan meningkatkan
membaik. perawatan mulut nafsu makan klien.
Klien tampak mau sebelum dan sesudah 4. Makanan adalah
makan.
makan serta sebelum bagian dari peristiwa
dan sesudah sosial, dan nafsu
intervensi atau makan dapat
periksaan peoral. meningkat dengan
4. Tingkatkan sosialisasi.
lingkungan yang 5. Makanan hangat dapat
menenangkan untuk meningkatkan nafsu
makan dengan teman makan.
jika memungkinkan. 6. Membantu memenuhi
5. Berikan makanan kebutuhan dan
dalam keadaan meningkatkan
hangat. pemasukan.
6. Berikan makanan Meningkatkan pengetahuan
selinga (Mis. Keju, sesuai dengan kondisi klien
biskuit, buah-buahan)
yang tersedia dalam
24 jam.
Kolabrasi tentang
pemenuhan diet klien.
1. Evaluasi keperawatan
S: : Pasien mengatakan sekret mulai hilang dan jalan napas lebih efektif.
P:masalah teratasi
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
2. Fungsi sistem imun adalah melindungi pejamu dari invasi organisme asing dengan
membedakan diri (self) dari bukan diri (non-self). Sistem semacam ini diperlukan untuk
kelangsungan hidup. Sistem imun yang berfungsi baik tidak saja melindungipejamu dari
faktor eksternal seperti mikroorganisme atau toksin tetapi juga mencegah dan menolak
serangan oleh faktor endogen seperti tumor atau fenomena autoimun.
3. Tak hanya aktivitas sehari-hari yang terganggu jika adanya gangguan pada sistem
imunitas, biaya yang dikeluarkan untuk berobat akan semakin mahal apabila gangguan
sistem imunitas ini tidak diatasi.
4. Sebagai pelayan kesehatan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang
efektif guna membantu memperbaiki kondisi pasien. Serta memberikan edukasi pada
pasien agar pasien koperatif dalam menjaga kesehatannya.
4.1 Saran
Di jaman seperti sekarang ini banyak hal-hal yang mengakibatkan sistem dalam tubuh
kita mengalami gangguan. Seperti gangguan pada sistem imunitas ini. Gangguan ini di
karenakan faktor lingkungan serta bakteri, virus dan jamur yang ada dialam. Maka dari
itu lebih baiknya juka kita menjaga kesehatan kita sendiri dengan memiliki kesadaran
akan pentingnya menjaga kesehatan.
Membangun lingkungan yang bersih serta udara yang segar. Karena bisa sewaktu-waktu
gangguan itu akan terjadi. Menghimbau pada masyarakat lainnya tentang gaya hidup
sehat. Alangkah baiknya jiga melangkah bersama menuju bangsa yang sehat.
Daftar Pustaka
1. Carpenito, Lynda Juall 2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis
Edisi 9. Jakarta : EGC.
2. Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
3. Price, Syilvia. 2005. Patofisiolois : Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit. Jakarta :
EGC.
4. McPhee, Stephen J. 2010. Patofisiologi Penyakit : Pengantar Menuju Kedokteran
Klinis. Jakarta : EGC.