Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PADA GANGGUAN SISTEM

IMUNODEFISIENSI

Disusun Oleh :

NAMA: Azwara Andika Ginting

NIM: 170204078

KELAS: D.4.2

Dosen Pengajar :

Ns. Siska Evi, MNS

PROGRAM STUDI NERS

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

MEDAN 2020
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kehadiran tuhan yang maha esa atas berkat dan rahmat
karunianya sehingga kami dapat menyusun makalah “ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA
PADA GANGGUAN SISTEM IMUNODEFISIENSI”. Dengan baik selesainya penyusunannya
berkat bantuan moral maupun material dari berbagai pihak pada kesempatan ini kelompok
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Perlindungan purba,SH,MM,selaku ketua yayasan sari mutiara Medan


2. Dr. Ivan Elisabeth Purba,M,kes,selaku Rektor universitas sari mutiara Indonesia
3. Taruli Sinaga.SP,M.KM,selaku Dekan Fakultas farmasi dan ilmu kesehatan
4. Ns, Rinco Siregar,S,kep. M, kep, selaku ketua program studi ners fakultas farmasi dan
ilmu kesehatan universitas sari mutiara Indonesia

5. Ns. Siska Evi Simanjuntak,S.Kep,MNS selaku dosen pengajar yang telah memberikan
bimbingan,arahan, dan saran kepada saya dalam menyelesaikan makalah ini.

Tim penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dari isi
maupun susunanya, untuk tim penulis membuka diri terhadap kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya dibidang keperawatan, akhir kata tim penulus mengucapkan terimakasih.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di bidang
kedokteran, termasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotika yang mampu
“mematikan” berbagai penyakit infeksi, berhasil menurunkan angka kematian bayi dan
anak, perbaikan gizi dan sanitasi sehingga meningkatkankualitas dan umur harapan
hidup. Akibatnya, jumlah penduduk lanjut usia semakin bertambah banyak, bahkan
cenderung lebih cepat dan pesat (Nugroho, 2008). Lanjut usia adalah proses alami yang
tidak dapat dihindari (Azwar,2006). Usia lanjut dikatakan sebagai tahap terakhir
perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2),(3),(4)
UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang
yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam,2008). Masa senium/lanjut usia,
ada pula yang membaginya menjadi young old (70-75 tahun), old-hold (75-80 tahun) dan
very old (80 tahun keatas) (Nugroho, 2008). Jumlah lanjut usia saat ini diseluruh dunia
lebih dari 629 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), diperkirakan
tahun 2025 lanjut usia akan mencapai 1.2 miliyar (Nugroho, 2008). Fenomena ini jelas
mendatangkan sejumlah konsekuensi, antara lain timbulnya masalah fisik, mental, sosial,
serta kebutuhan pelayanan kesehatan dan keperawatan, terutama kelainan degenerative
(Nugroho, 2008).Menurut Departemen Kesehatan (2013) menyatakan adanya
kecenderungan peningkatan persentase kelompok lansia dibandingkan kelompok usia
lainnya yang cukup pesat sejak tahun 2013 8,9% di Indonesia dan 13,4%di Dunia hingga
tahun 2050 diperkirakan 21,4% di Indonesia dan 25,3% di Dunia.
Bab 11

Laporan Pendahuluan

1.1 Pengertian Sistem imun


Fungsi sistem imun adalah melindungi pejamu dari invasi organisme asing dengan
membedakan diri (self) dari bukan diri (non-self). Sistem semacam ini diperlukan untuk
kelangsungan hidup. Sistem imun yang berfungsi baik tidak saja melindungipejamu dari faktor
eksternal seperti mikroorganisme atau toksin tetapi juga mencegah dan menolak serangan oleh
faktor endogen seperti tumor atau fenomena autoimun.

Disfungsi atau defisiensi komponen sistem imun menimbulkan beragam penyakit klinis
dengan ekspresi dan keparahan yang bervariasi dari penyakit atopik hingga atritis reumatoid,
severe combined immunodeviciency, dan kanker. Dalam makalah yang saya susun ini akan
membahas dan memperkenalkan fisiologi rumit sistem imun dan kelainan yang menimbulkan
penyakit hipersensitivitas dan imunodefisiensi.

Sistem imun membentuk sistem pertahanan badan terhadap bahan asing seperti
mikroorganisme (bakteria, kulat, protozoa, virus dan parasit), molekul-molekul berpotensi
toksik, atau sel-sel tidak normal (sel terinfeksi virus atau malignan). Sistem ini menyerang bahan
asing atau antigen dan juga mewujudkan peringatan tentang kejadian tersebut supaya
pendedahan yang berkali-kali terhadap bahan yang sama akan mencetuskan gerak balas yang
lebih cepat dan tertingkat. Keimunan merujuk kepada keupayaan sesuatu individu yang telah
sembuh dari sesuatu penyakit untuk kekal sehat apabila terdedah kepada penyakit yang sama
untuk kali kedua dan seterusnya.

Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi
tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel
tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan
melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat
asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat
berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru
agar dapat menginfeksi organisme.
BAB 111

TINJAUAN TEORI

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Imun


Sistem imun terdiri atas komponen spesifik dan non spesifik yang memiliki fungsi
tersendiri tetapi tumpang tindih. Sistem imun yang diperantarai oleh antibodi yang
diperantarai oleh sel menghasilkan spesifisitas dan ingatan akan antigen yang pernah
dijumpai. Meskipun tidak memiliki spesifitas, komponen-komponen ini esensial karena
berperan dalam imunitas alamiterhadap beragam mikroorganisme lingkungan.
Komponen selular utama sistem imun adalah monosit dan makrofag, limfosit dan
golongan sel granulositik, termasuk neutrofil, eosinofil dan basofil. Fagosit mononukleus
berperan sentral dalam respon imun. Makrofag jaringan berasal dari monosit darah.
Sebagai respon terhadap rangsangan antigen makrofsg menelan antigen tersebut
(fagositosis) dan kemudian mengolah dan menyajikannya dalam bentuk yang dapat
dikenali oleh limfosit T.
Limfosit bertanggung jawab mengenali secara spesifik antigen dan bentuk ingatan
imunologis, yaitu ciri imunitas adaptif. Sel-sel ini secara fungsional dan fenotipik dibagi
menjadi limfosit B yang berasal dari bursa limfosit T yang berasal dari timus.
Null cell merupakan 75% limfosit darah yaitu limfosit T dan 10% - 15% adalah
limfosit B, sisanya bukan limfosit B atau T. Null cell mungkin mencakup berbagai jenis
sel termasuk suatu kelompok yang dinamai Natural Killer (NK Cells).
Leukosit polimorfonukleus (neutrofil) adalah sel granulosotik yang berasal dari
sumsum tulang dan beredar dalam darah dan jaringan. Fungsi utamanya adalah
fagositosis non-spesifik antigen dan destruksi partikel asing atau organisme.
Eosinofil sering ditemukan ditempat peradangan atau rektivitasi imun dan
berperan penting dalam pertahanan pejamu terhadap parasit. Eosinofil memperlihatkan
fungsi modulatorik atau regulatorik dalam berbagai jenis peradangan.
Basofil berperan penting dalam respon alergik fase cepat dan lambat. Sel-sel ini
mengeluarkan banyak mediator poten pada penyakit peradangan imunologis.
1. Organ sistem imun
Semua sel sistem imun berasal dari sumsum tulang. Stem cells pluripoten
berdiferensiasi menjadi limfosit, granulosit, monosit, eritrosit, dan megakariosit.
Defisiensi dan disfungsi stem cells atau berbagai turunan sel yang berkembang darinya
menyebabkan defisiensi imun dengan beragam ekpresivitas dan keparahan

Timus yang berasal dari kantong faring ketiga dan keempat pada mudigah,
berfungsi menghasilkan limfosit T dann merupakan tempat diferensiasi awal limfosit T.

Getah bening berbentuk kacang kecil berbaring disepanjang perjalanan limfatik.


Terkumpul dalam situs tertentu seperti leher, aksila, selangkangan dan daerah para-aorta.
Pengetahuan tentang situs kelenjar getah bening yang penting dalam pemeriksaan fisik
pasien.

2. Fungsi sistem imun


1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit menghancurkan dan menghilangkan
mokroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur dan virus) yang masuk
kedalam tubuh.
2. Menghilangkan jaringan atau sel yang mati atau rusak untuk memperbaiki jaringan.
3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.

4. Fisiologis
1. Imunitas bawaan dan didapat
Organisme hidup memperlihatkan dua tingkat respon terhadap invasi
eksternal. Sistem imun bawaan (innate) alami dan sistem adaptif yang bersifat
didapat. Imunitas bawaan terdapat sejak lahir, cepat dimobilisasi dan aktivitasnya
bersifat non-spesifik. Permukaan kulit berfungsi sebagai lini pertahanan pertama
sistem imun bawaan, sementara enzim, jalur sistem komplemen alternatif, protein
fase-akut, sel NK, dan sitokin membentuk lapisan pertahanan tambahan.
Sistem imun adaptif ditandai oleh spesifisitas terhadap benda asing dan
ingatan imunologis yang memungkinkan terjadinya respon yang lebih intensif
terhadap pertemuan berikutnya dengan benda yang sama atau terkait erat.
Introduksi suatu rangsangan ke sistem imun adaptif memicu suatu rangkaian
kompleks proses yang menyebabkan pengaktifan limfosit.
2. Antigen (Imunogen)
Zat asing yang dapat memicu respons imun disebut antigen atau
imunogen. Imunogenisitas mengisyaratkan bahwa zat tersebut memeiliki
kemampuan untuk bereaksi dengan produk-produk sistem imun adaptif. Sebgian
besar antigen merupakan protein, meskipun karbohidrat murni juga dapat berlaku
sebagai antigen.
Masuknya zat melalui mukosa (saluan napas atau cerna) merangsang
pembentukan antibodi lokal. Antigen larut diangkut ke jaringan limfe regional
melalui pembuluh limfe aferen sementara antigen lainnya diangkut oleh sel
dendritik fagositik.
Organ limfoid perifer regional dan limpa adalah tempat bagi respon imun
utama terhadap antigen oleh limfosit dan sel penyaji antigen (antigen presening
cell, APC).
3. Respon Imun
Untuk mengenali dan kemudian mengeliminasi antigen asing, jaringan
kompleks yang terdiri atas sel, organ, dan faktor biologis spesifik diperlukan.
Interaksi selular yang kopmleks memerlukan lingkungan mikro khusus tempat sel
dapat bekerja sama secara efisien. Baik sel B maupun sel T harus bermigrasi
keseluruh tubuh untuk meningkatkan kemungkinan bawhwa sel-sel tersebut
menemukan antigen yang spesifisitasnya dimiliki kedua sel tersebut.
Respon imun terhadap antigen dalam darah biasanya dimulai di limpa,
sedangkan respon jaringan terhadap mikroorganisme terjadi dikelenjar limfe
lokal. Antigen yang dijumpai melalui rute inhalasi atau ingesti mengaktifkan sel-
sel dijaringan limfoid terkait mukosa.

5. Etiologi Gangguan Sistem Imun


Sistem kekebalan tubuh kurang aktif bisa menyebabkan :
1. Immune deficiency conditions adalah kelompok besar penyakit sistem kekebalan
tubuh yang terdiri dari berbagai macam penyakit yang menekan sistem imun.
Seringkali penyebab immune deficiency conditions didasari oleh penyakit kronis.
Gejala-gejala dari immune deficiency conditions adalah sama dengan penyakit yang
mendasarinya.
2. SCID (Severe Combined Immunodeficiency) adalah gangguan sistem imun yang
diturunkan. Penyebab SCID adalah serangkaian kelainan genetik, terutama dari
kromosom X. Beberapa jenis infeksi yang berulang umum terjadi pada orang yang
menderita SCID. Selain itu, penderita juga rentan terhadap meningitis, pneumonia,
campak, cacar air. Penyakit sistem imun SCID pada anak akan mulai terlihat dalam 3
bulan pertama kelahiran.
3. HIV/AIDS adalah masalah kegagalan sistem imun yang serius. Merupakan penyebab
terbanyak kematian. AIDS akan terjadi pada tahap akhir dari perkembangan HIV.
Kesehatan klien akan memburuk secraa perlahan. AIDS akan membuat penderita
rentan pilek dan flu dan yang serius seperti pneumonia dan kanker.

Sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif bisa menyebabkan :

1. Alergi (yang disebabkan oleh jenis makanan, obat-obatan, sengatan serangga atau zat
tertentu) bisa didefinisikan sebagai respon sistem kekebalan tubuh yang berlebihan
terhadap zat yang umumnya tidak berbahaya. Ada banyak alergen. Dalam banyak
kasus, ada lebih dari satu alergen yang merangsang reaksi alergi. Gejala alergi yang
sering merupakan masalah ringan.
2. Anafilaksis adalah bentuk alergi yang serius dan ekstrim. Alergen dari makanan,
obat-obatan atau gigitan serangga, bisa memicu dan menyebabkanserangkaian gejala
fisik yang tidak menyenangkan. Ruam gatal, tenggorokan bengkak dan penurunan
tekanan darah merupakan gejala umum anafilaksis.
3. Asma adalah gangguan paru-paru kronis yang disebabkan peradangan pada saliran
udara. Alergen, iritasi atau bahkan stimulan seperti aktivitas fisik dapat memicu
peradangan. Gejala asma meliputi mengi, batuk, sesak napas, sesak dada.
4. Penyakit autoimun adalah sekelompok gangguan sistem imun. Sel-sel sistem imun
salah menafsirkan sinyal. Dan mulai menyerang sel-sel tubuh itu sendiri.
Gangguan sistem kekebalan tubuh lainnya :

1. Chediak Higashi Syndrome.


2. Common Immunodeficiency Variable.
3. Hay Fever.
4. Hives.
5. HTLV (Human T-lymphotropic Virus Type 1).
6. Hyper-IgE Syndrome (Hyperimmunoglobulin E Syndrome).
7. Hyper-IgM Syndrome (Hyperimunoglobulin M Syndrome).
8. Primary Immune Deficiency.
9. Selective IgA Defisiensi (Selective Immunoglobulin A Defisiensi).
10. Alergi Kulit.
11. XLA (X-Linked Agammaglobulinemia).

6. Patofisiologi
1. Usia
Frekuensi dan intensitas infeksi akan meningkat pada orang yang berusia
lanjut dan peningkatan ini disebabkan oleh penurunan untuk bereaksi secara
memadai terhadap mikroorganisme yang menginfeksinya. Produksi dan fungsi
limfosit T dan B dapat terganggu kemungkinan penyabab lain adalah akibat
penurunan antibodi untuk membedakan diri sendiri dan bukan diri sendiri.
Penurunan fungsi sistem organ yang berkaitan dengan pertambahan usia
juga turut menimbulkan gangguan imunitas. Penurunan sekresi serta motilitas
lambung memungkinkan flora normal intestinal untuk berploriferasi dan
menimbulkan infeksi sehingga terjadi gastroenteritis dan diare.
2. Gender
Kemampuan hormone-hormon seks untuk memodulasi imunitas telah
diketahui dengan baik. Ada bukti yang menunjukkan bahwa estrogen
memodulasi aktifitas limfosit T (khususnya sel-sel supresor) sementara androgen
berfungsi untuk mempertahankan produksi interleukin dan aktifitas sel supresor.
Efek hormon seks tidak begitu menonjol, estrogen akan memgaktifkan populasi
sel B yang berkaitan dengan autoimun yang mengekspresikan marker CD5
(marker antigenic pada sel B). Estrogen cenderung menggalakkan imunitas
sementara androgen bersifat imunosupresif. Umumnya penyakit autoimun lebih
sering ditemui pada wanita dari pada pria.
3. Nutrisi
Nutrisi yang adekuat sangat esensial untuk mencapai fungsi imun yang
optimal. Gangguan imun dikarenakan oleh defisiensi protein kalori dapat terjadi
akibat kekurangan vitamin yang diperlukan untuk mensintesis DNA dan protein.
Vitamin juga membantu dalam pengaturan poliferasi sel dan maturasi sel-sel
imun. Kelebihan atau kekurangan unsur-unsur renik (tembaga, besi, mangan,
selenium atau zink) dalam makanan umumnya akan mensupresi fungsi imun
Asam-asam lemak merupakan unsur pembangun (building blocks) yang
membentuk komponen structural membrane sel. Lipid merupakan prekursir
vitamin A,D,E, dan K disamping prekursir kolesterol. Jika kelebihan maupun
kekurangan asam lemak ternyata akan mensupresi fungsi imun.
Deplesi simpanan protein tubuh akan mengakibatkan atrofi jaringan
limfoid, depresi respon anti bodi, penurunan jumlah sel T yang beredar dan
gangguan fungsi fagositosik sebagai akibatnya, kerentanan terhadap infeksi
sangat meningkat. Selama periode infeksi dan sakit yang serius, terjadi
peningkatan kebutuhan nutrisi yang potensial untuk menimbulkan deplesi
protein, asam lemak, vitamin, serta unsur-unsur renik dan bahkan menyebabkan
resiko terganggunya respon imun serta terjadinya sepsis yang lebih besar.
4. Faktor -Faktor Psikoneuro Imunologik
Limfosit dan makrofag memiliki reseptor yang dapat bereaksi terhadap
neurotransmitter serta hormon-hormon endokrin.Limfosit dapat memproduksi
dan mengsekresikan ACTH serta senyawa-senyawa yang mirip endokrin.
Neuron dalam otak, khususnya khusunya dalam hipotalamus, dapat
mengenali prostaglandin, interferon dan interleukin di samping histamine dan
serotonin yang dilepaskan selama proses inflamasi. Sebagaimana sistem biologi
lainnya yang berfungsi untuk kepentingan homoestasis, sistem imun di
integrasikan dengan berbagai proses psikofisiologic lainnya dan diatur serta
dimodulasikan oleh otak.
Di lain pihak, proses imun ternyata dapat mempengaruhi fungsi neural dan
endokrin termasuk perilaku. Jadi, interaksi sistem saraf dan system imun
tampaknya bersifat dua arah.
5. Kelainan Organ yang Lain
Keadaan seperti luka bakar atau cedera lain, infeksi dan kanker dapat turut
mengubah fungsi system imun. Luka bakar yang luas atau faktor-faktor lainnya
menyebabkan gangguan integritas kulit dan akan mengganggu garis pertama
pertahanan tubuh hilangnya serum dalam jumlah yang besar pada luka bakar
akan menimbulkan deplesi protein tubuh yang esensial, termasuk
immunoglobulin. Stresor fisiologi dan psilkologik yang disertai dengan stress
karena pembedahan atau cidera kan menstimulasi pelepasan kortisol serum juga
turut menyebabkan supresi respon imun yang normal.
Keadaan sakit yang kronis  dapat turut mengganggu sistem imun melalui
sejumlah cara. Kegagalan ginjal berkaitan dengan defisiensi limfosit yang
beredar. Fungsi imun untuk pertahanan tubuh dapat berubah karena asidosis dan
toksin uremik. Peningkatan insidensi infeksi pada diabetes juga berkaitan dengan
isufisiensi vaskuler, neuropati dan pengendalian kadar glukosa darah yang buruk.
Infeksi saluran nafas yang rekuren berkaitan dengan penyakit paru obstruksi
menahun sebagai akibat dari berubahnya fungsi inspirasi dan ekspirasi dan tidak
efektifnya pembersihan saluran nafas.
6. Penyakit Kanker
Imunosekresi turut menyebabkan terjadinya penyakit kanker. Namun,
penyakit kanker sendiri bersifat imunosupresif. Tumor yang besar dapat
melepaskan antigen ke dalam darah, antigen ini akan mengikat antibodi yang
beredar dan mencegah antibodi tersebut agar tidak menyerang sel-sel tumor. 
Lebih lanjut, sel-sel tumor dapat memiliki faktor penghambat yang khusus yang
menyalut sel-sel tumor dan mencegah pengahancurannya oleh limposit T killer.
Dalam stadium awal pertumbuhan tumor, tubuh tidak mampu mengenali antigen
tumor sebagai unsure yang asing dan selanjutnya tidak mampu memulai distruksi
sel-sel yang maligna tersebut.kanker darah seperti leukemia dan limpoma
berkaitan dengan berubahnya produksi serta fungsi sel darah putih dan limposit.
7. Obat-obatan
Obat-obatan tertentu dapat menyebabkan perubahan yang dikehendaki
maupun yang tidak dikehendaki pada fungsi sistem imun. Ada empat klasifikasi
obat utama yang memiliki potensi untuk menyebabkan imunosupresi: antibiotic,
kortikostreoid, obat-obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID Nonsteroidal anti
inflamatori drugs) dan preparat sitotoksik.
Penggunaan preparat ini bagi keperluan terapeutik memerlukan upaya
untuk mencari kesinambungan yang sangat tipis antara manfaat terapi dan supresi
sistem pertahanan tubuh resipien yang berbahaya.
8. Radiasi
Terapi radiasi dapat digunakan dalam pengobatan penyakit kanker atau
pencegahan rejeksi allograft. Radiasi akan menghancurkan limfosit dan
menurunkan populasi sel yang diperlukan untuk menggantikannya. Ukuran atau
luas daerah yang akan disinari menentukan taraf imunosupresi. Radiasi seluruh
tubuh dan dapat mengakibatkan imunosupresi total pada orang yang
menerimannya.
9. Genetik
Interaksi antara sel-sel sistem imun dipengaruhi oleh variabilitas genetik.
Secara genetik respons imun manusia dapat dibagi atas responder baik, cukup,
dan rendah terhadap antigen tertentu.
Ia dapat memberikan respons rendah terhadap antigen tertentu, tetapi
terhadap antigen lain tinggi sehingga mungkin ditemukan keberhasilan vaksinasi
yang tidak 100%. Faktor genetik dalam respons imun dapat berperan melalui gen
yang berada pada kompleks MHC dengan non MHC.

1. Gen kompleks MHC


 

Gen kompleks MHC berperan dalam presentasi antigen. Sel Tc akan


mengenal antigen yang berasosiasi dengan molekul MHC kelas I, dan sel Td
serta sel Th akan mengenal antigen yang berasosiasi dengan molekul MHC
kelas II. Jadi respons sel T diawasi secara genetik sehingga dapat dimengerti
bahwa akan terdapat potensi variasi respons imun.
Secara klinis terlihat juga bahwa penyakit tertentu terdapat lebih sering
pada HLA tertentu, seperti spondilitis ankilosing terdapat pada individu
dengan HLA-B27.
2. Gen non MHC
Secara klinis kita melihat adanya defisiensi imun yang berkaitan
dengan gen tertentu, misalnya agamaglobulinemia tipe Bruton yang terangkai
dengan kromosom X yang hanya terdapat pada anak laki-laki.
Demikian pula penyakit alergi yaitu penyakit yang menunjukkan perbedaan respons imun
terhadap antigen tertentu merupakan penyakit yang diturunkan.

. TeoriBiologis Menurut Hay ick (1965, Buku Keperawatan Gerontik, 2013) secara genetik
sudah terprogram bahwa material di dalam ini sel dikatakan bagaikan memiliki jam genetis
terkait dengan frekuensi mitosis.
1) Teori cross-linkage
(rantai silang) Kolagen merupakan unsur penyusun tulang diantara susunan moleculer, lam
kelamaan akan meningkat kekakuannya (tidak elastis). Hal ini disebabkan oleh karena sel sel
yang sudah tua dan reaksi kimianya menyebabkan jaringan yang sangat kuat
2) Teori radikal
bebas Radikal bebas merusak membrane sel yang menyebabkan kerusakan dan kemunduran
secara fisik.
3) Teori genetic
Menurut teori ini, menua telah terprogram secara genetic untuk spesies spesies terrtentu. Menua
bisa terjadi perubahan biokimia yang deprogram oleh molekul-molekul/DNA dan seiap sel pada
saatnya akan mengalami mutasi.
4) Teori immunologi
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh
tertentu yang tidak dapat tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi
lemah.System imun menjadi kurang efektif dalam mempertahankan diri, regulasi dan
responsibilitas.
5) Teori stress-adaptasi
Menua terjadi akibat hilangnya sel sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak
dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress menyebabkan
sel-sel tubuh telah terpakai. 6) Teori wear and tear (pemakaian dan rusak) Kelebihan usaha dan
stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah (terpakai)

4. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia


a. Perubahan Fisik dan Fungsi :
1) Sel : Jumlah sel menurun/lebih sedikit, ukuran sel lebih besar, jumlah cairan tubuh dan cairan
intraseluler berkurang, Proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati menurun, jumlah sel
otak menurun, mekanisme perbaikan sel terganggu.

2) Sel persarafan : Menurun hubungan persarafan, beratotak menurun 10-20% (sel saraf otak
setiap orang berkurang setiap harinya), respon dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya
terhadap stress, sarafpancaindramengecil, penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf
penciuman dan perasa mengecil, lebih sensitive terhadap perubahan suhu, dan rendahnya
pertahanan terhadap dingin, kurang sensitive terhadap sentuhan, deficit memori.

3) Sistem pendengaran: membrane timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran.


Tulangtulangp endengaran mengalami kekakuan.

4) Sistem penglihatan : Lapang pandang menurun, luas pandangan berkurang, adaptasi terhadap
gelap menurun, dan katarak.

5) Sistem kardiovaskuler : Katup jantung menebal dan menjadi kaku, elastisitas dinding aorta
menurun, kemampuan jantung untuk memompa darah menurun, curah jantung menurun (isi
semenit jantung menurun), serta meningkatnya resitensi pembuluh darah perifer sehingga
tekanan darah meningkat.
6) Sistem pengaturan suhu tubuh : Temperature tubuh menurun (hipotermia) dapat
mengakibatkan metabolisme yang menurun, merasa kedinginan, pucat dan gelisah.

7) Sistem pernafasan : Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan


kekuatan, dan menjadi kaku, aktivitas silia menurun, paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu
meningkat, menarik napas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dalam
kedalaman bernafas menurun, ukuran alveoli melebar (membesar secara progresif) dan jumlah
berkurang, berkurangnya elastisitas bronkus.

8) Sistem pencernaan : Kehilangan gigi, indra pengecapan menurun, adanya iritasi selaput
lendir yang kronis, esophagus melebar, rasa laparmenurun, asam lambung menurun, motilitas
dan waktu pengosongan lambung menurun, peristaltic lemah dan biasanya timbul konstipasi,
fungsi absorpsi melemah.

9) Sistem reproduksi: Perubahan system reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovari
dan uterus. Terjadi atrofi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur. Dorongan untuk melakukan seksual
menteap sampai usia diatas 70 tahun (asal kondisi masih baik), yaitu dengan kehidupan seksual
dapat diupayakan sampai masa lanjut usia. Pada wanita selaput lendir vagina menurun,
permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, dan reaksi sifatnya menjadi alkali.

B. PERUBAHAN SOCIAL
1) Peran : Post power syndrome, single women, dan single parent.
2) Keluarga (emptiness) : Kesendirian, kehampaan.
3) Teman : Ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan kapan akan meninggal.brada
di rumah terusmenerus akan cepat pikun (tidak berkembang).
4) Abuse : Kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan nonverbal (dicubit, tidak diberi makan).
5) Masalah hukum : Berkaitan dengan perlindungan asset dan kekayaan pribadi yang
dikumpulkan sejak masih muda.
6) Pension : Kalau menjadi PNS aka nada tabungan (dana pension). Kalau tidak, anak dan cucu
yang akan memberi uang.
7) Ekonomi : Kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok bagi lansia.
8) Rekreasi : Untuk ketenangan batin.
9) Keamaaan : Jatuh, terpeleset.
10) Transportasi : Kebutuhan akan system transportasi yang cocok bagi lamsia
11) Politik : Kesempatan yang sama untuk terlibat dan memberikan, masukan dalam system
politik yang berlaku.
12) Pendidikan : Berkaitan dengan pengentasan buta aksara dan kesempatan untuk tetap belajar
sesuai dengan hak asasi manusia.
13) Agama : Melaksanakan ibadah.
14) Panti Jompo : Merasa dibuang/diasingkan.

C. Perubahan Psikologis Dalam psikologi perkembangan, lanisa dan prubahan yang


dialaminya akibat proses penuaan digambarkan oleh hal-hal berikut :
1) Masalah-masalah umum yang sering dialami oleh lansia
a) Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus bergantung pada orang lain.
b) Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup untuk beralasan untu melakukan
berbagai perubahan besar dalam pola hidupnya.
c) Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan kondisi fisik.
d) Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang telah yang telah meninggal
atau pergi jauh/ cacat.
e) Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang semakin bertambah.
f) Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagai orang dewasa.
g) Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara khusus direncanakan untuk orang
dewasa
h) Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuk lansia dan memiliki kemauan
untuk mengganti kegiatan lama yang berat dengan yang lebih cocok.
i) Menjadi sasaran atau dimanfaatkan oleh para penjual obat, buaya darat, dan kriminalitas
karena mereka tidak sanggup lagi untuk mempertahankan diri.

2) Perubahan umum fungsi panca indra pada lansia


a) Sistem penglihatan : lensa kehilangan elastisitas dan kaku, otot penyangga lensa lemah,
ketajaman penglihatan dan daya akomodasi dari jarak jauh atau dekat berkurang, penggunaab
kacamata dan penerangan yang baik dapat digunakan.
b) Sistem pendengaran : orang usia lanjut kehilangan kemampuan mendengar pada telinga
dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas 60 tahun.
Sistem perasa : perubahan penting dalam alat perasa pada usia lanjut adalah sebagai akibat dari
berhentinya pertumbuhan tunas terasa yang terletak di lidah dan di permukaan bagian dalam pipi.
d) Sistem penciuman : daya penciuman menjadi kurang tajam sejalan dengan bertambahnya
usia, sebagian karena pertumbuhan sel di dalam hidung berhenti dan sebagian lagi karena
semakin lebatnya bulu di dalam hidung.
e) Sistem integument :pada lansia kulit mengalami atrofi, kendur, tidak elastis kering dan
berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbecak, maka indra peraba
di kulit semakin peka.

3) Perubahan umum kemampuan motorik pada lansia


a) Kekuatan motorik : penurunan kekuatan yang paling nyata adalah pada kelenturan otot-otot
tangan bagian depan dan otot-otot yang menopang tegaknya tubuh.
b) Kecepatan motorik : penurunan kecepatan dalam bergerak bagi lansia dapat dilihat dari tes
terhadap tes terhadap waktu, reaksi, dan keterampilan dalam bergerak tampak sangat menurun
setelah usia 60 tahunan.
c) Belajar keterampilan baru : bahkan pada waktu orang berusia lanjut percaya bahwa belajar
keterampilan baru akan menguntungkan pribadi mereka, mereka lebih lambat dalam belajar
dibandingkan orang yang lebih muda dan hasil akhirnya cenderung kurang memuaskan.
d) Kekuatan motorik : lansia cenderung menjadi canggung dan kaku. Hal ini menyebabkan
sesuatu yang dibawa dan dipegangnya tertumpuh dan terjatuh.

4) Perubahan kognitif
a) Memory (Daya Ingat, Ingatan) Pada lanjut usia, daya ingat (memory) mrupakan salah satu
fungsi kognitif yang seringkali paling awal mengalami penurunan. Ingatan jangka panjang (Long
term memory) kurang mengalami perubahan, sedangkan ingatan jangka pendek (short term
memory) atau seketika 0-10 menit memburuk. Lansia akan kesulitan dalam mengungkapkan
kembali cerita atau kejadian yang tidak begitu menarik perhatiannya dan informasi baru.
b) IQ (Intellegent Quocient) Lansia tidak mengalami perubahan dengan informasi matematika
(analitis, linier, sekuensial) dan perkataan verbal. Tetapipenampilan persepsi dan keterampilan
psikomotor menurun. Terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan factor waktu.
c) Perubahan spiritual - Agama dan kepercayaan lansia makin berintegrasi dalam kehidupan. -
Lanjut usia semakin dapat dilihat dalam berfikir dan bertindak sehari-hari. - Perkembangan
spiritual pada usia 70 tahun menurun menurut Folwer (1978), universal, perkembangan yang
dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dengan cara member contoh cara mencintai dan keadilan
(Nugroho, 2008).

A. Konsep Dasar Kebutuhan menurut Abraham Maslow


Teori hierarki kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan Abraham Maslow dalam
Potter dan Perry, dapat dikemukakan untuk menjelaskan kebutuhan dasar manusia
sebagai berikut :

1) Kebutuhan fisiologi,
merupakan kebutuhan paling dasar, yaitu kebutuhan fisiologis seperti oksigen, cairan
(minuman), nutrisi (makanan), keseimbangan suhu tubuh, eliminasi, tempat tinggal,
istirahat dan tidur, serta kebutuhan seksual, stimulus / rangsangan.
2) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan dibagi menjadi perlindungan fisik dan
perlindungan psikologis.
a) Perlindungan fisik,
meliputi perlindungan atas ancaman terhadap tubuh atau hidup. Ancaman tersebut
dapat berupa penyakit, kecelakaan, bahaya dari lingkungan, dan sebagainya.
b) Perlindungan psikologis,
yaitu perlindungan atas ancaman dari pengalaman yang baru dan asing. Misalnya,
kekhawatiran yang dialami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali karena
merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan
sebagainya.
1. Kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan di miliki, antara lain memberi dan
menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,
diterima oleh kelompok sosial, dan sebagainya.
2. Kebutuhan akan harga diri ataupun perasaan dihargai oleh orang lain. Kebutuhan ini
terkait dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan, meraih prestasi, rasa percaya
diri, dan kemerdekaan diri. Selain itu, orang juga memerlukan pengakuan dari orang
lain.
3. Kebutuhan aktualisasi diri, merupakan kebutuhan tertinggi dalam hierarki Maslow,
berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain/ lingkungan serta mencapai
potensi diri sepenuhnya.

Masalah kebutuhan yang muncul pada kasus demensia yang mencakup pada
kebutuhan dasar menurut maslow adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan stimulus / rangsangan : Kebutuhan ini berasal dari fikiran atau
dorongan seseorang untuk melakukan kegiatan kearah tujuan. Stimulus dapat
dihubungkan dg emosi & proses pikir yang mempengaruhi seseorang untuk
melakukan suatu kegiatan / aktivitas.

2. Kebutuhan Nutrisi Nutrisi adalah sejenis zat kimia organik atau anorganik yang
terdapat dalam makanan dan dibutuhkan oleh tubuh untuk menjalankan
fungsinya. (Fitri Respirati, 2014) Nutrisi mempunyai tiga fungsi utama, yaitu :

a. Menyediakan energi untuk proses dan pergerakan tubuh.

b. Menyediakan “struktur material” intuk jaringan tubuh seperti tulang dan otot
c. Mengatur proses tubuh

Energi yang dihasilkan oleh nutrisi atau makanan disebut sebagai Kalori. Kalori
digunakan sebagai pembakaran.
a. Jumlah kalori yang dihasilkan nutrisi :
1 gr karbohidrat dan protein : 4 kkal
1 gr lemak : 9 kkal b.
Rata-rata pemasukan energi : 45% energi dari karbohidrat
40% energi dari lemak
15 % energi dari protein

Macam-macam nutrisi :
a. Air : untuk membantu proses atau reaksi kimia dalam tubuh serta berperan
mengontrol temperatur tubuh.
b. Karbohidrat : sebagai sumber energi tubuh
c. Protein : penting untuk pertumbuhan dan penggantian jaringan, juga dimanfaatkan
sebagai sumber energi
d. Lemak : sebagai sumber energi
e. Vitamin : mengatur proses-proses dalam tubuh sesuai dengan jenis vitamin.
f. Mineral : mengatur proses-proses dalam tubuh, sebagian digunakan juga untuk
pertumbuhan, dan penggantian jaringan. (Fitri Respirati, 2014)

Masalah kebutuhan nutrisi Secara umum, gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas
kekurangan dan kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, diabetes mellitus, hipertensi,
jantung koroner, kanker, dam anoreksia nervosa.
a. Kekurangan nutrisi Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang
dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat
ketidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.
Tanda klinis :
1) Berat badan 10 – 20% dibawah normal
2) Tinggi badan dibawah ideal
3) Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar
4) Adanya penurunan albumin serum
5) Adanya penurunan transferin

Kemungkinan penyebab :
1) Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori akibat
penyakit infeksi atau kanker
2) Disfagia karena adanya kelainan persarafan
3) Penurunan absorpsi nutrisi akibat penyakit crohn atau intoleransi laktosa
4) Nafsu makan menurun
b. Kelebihan nutrisi Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami
seseorang yang mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan
metabolisme secara berlebih. Tanda klinis :
1) Berat badan lebih dari 10% berat ideal
2) Obesitas (> 20% berat ideal)
3) Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita
4) Adanya jumlah asupan yang berlebihan
5) Aktivitas menurun atau menonton Kemungkinan penyebab :
o Perubahan pola makan
o Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman

4. Kebutuahan Perawatan Diri Menurut Poter. Perry, Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan phisik dan psikis, kurang perawatan
diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.

a. Jenis-jenis perawatan diri

1) Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan
kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.

2) Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias. Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian)
adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.

3) Kurang perawatan diri : Makan

Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.

4) Kurang perawatan diri : Toileting Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan
untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Mubarak, 2008).
BAB IV

PROSES KEPERAWATAN LANSIA

1. Konsep Proses Keperawata

a. Pengkajian Keperawatan Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat


professional harus menggunakan proses keperawatan. Proses keperawatan ini adalah proses
pemecahan masalah yang mengarah perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
Pengkajian langkah pertama pada proses keperawatan, meliputi pengumpulan data, analisis data
dan menghasilkan diagnosis keperawatan. Tujuan pengkajian :

1) Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri

2) Melengkapi dasar rencana perawatan individu

3) Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien

4) Memberi waktu kepada klien untuk menjawab

Pengkajian meliputi aspek :

1. Fisik

a. Wawancara :

1) Pandangan lanjut usia tentang kesehatannya

2) Kegiatan yang mampu dilakukan lanjut usia

3) Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri

4) Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi, penglihatan, dan pendengaran

5) Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, buang air besar/kecil

6) Kebiasaan gerak badan/olahraga/senam lanjut usia

7) Perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan


8) Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam minum obat

9) Masalah seksual yang dirasakan

b. Pemeriksaan fisik

1) Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi untuk
mengetahui perubahan fungsi system tubuh

2) Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik adalah head to toe (dari ujung
kepala sampai ke ujung kaki) dan system tubuh

2. Psikologis

a. Apakah mengenal masalah utamanya

b. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaannya

c. Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak

d. Apakah memandang kehidupan dengan optimis

e. Bagaimana mengatasi stress yang dialami

f. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri

g. Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan

h. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang

i. Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif, daya ingat, proses pikir, alam perasaan,
orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaian masalah.

4. Spiritual

a. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya

b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan

c. Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa

d. Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakkal


Pengkajian dasar

Perawat harus ingat, akibat adanya perubahan fungsi yang sangat mendasar pada psoses
menua yang meliputi seluruh organ tubuh, dalam melakukan pengkajian, perawat
memerlukan pertimbangan khusus. Pengkajian harus dilakukan terhadap fungsi semua
system, status gizi, dan aspek psikososialnya.

1. Temperature/suhu tubuh

a. Mungkin (hipotermi) ± 35ºC

b. Lebih teliti diperiksa di sublingual

2 Denyut nadi

a. Kecepatan, irama, volume

b. Apical, radial, pedal

3. Respirasi (pernapasan)

a. Kecepatan, irama, dan kedalaman

b. Pernapasan tidak teratur

4. Tekanan darah

a. Saat berbaring, duduk, berdiri

b. Hipotensi akibat posisi tubuh

5. Berat badan perlahan hilang pada beberapa tahun terakhir

6. Tingkat orientasi

7. Memori (ingatan)

8. Pola tidur

9. Penyesuaian psikososial System persarafan


1. Kesimetrisan raut wajah

2. Tingkat kesadaran, adanya perubahan dari otak

a. Tidak semua orang menjadi senil

b. Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau melemah

3. Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak

4. Pupil : kesamaan, dilatasi

5. Ketajaman penglihatan menurun karena menua :

a. Jangan diuji didepan jendela

b. Gunakan tangan atau gambar

c. Cek kondisi kacamata

6. Gangguan sensori

7. Ketajaman pendengaran

a. Apakah menggunakan alat bantu dengar

b. Tinnitus 43

c. Serumen telinga bagian luar, jangan dibersihkan

8. Adanya rasa sakit atau nyeri System Kardiovaskuler

1. Sirkulasi perifer, warna, dan kehangatan

2. Auskultasi denyut nadi apical

3. Periksa adanya pembengkakan vena jugularis

4. Pusing

5. Sakit/nyeri

6. Edema System Gastrointestinal


1. Status gizi

2. Asupan diet

3. Anoreksia, tidak dapat mencerna, mual, muntah

4. Mengunyah, menelan

5. Keadaan gigi, rahang, dan rongga mulut

6. Auskultasi bising usus

7. Palpasi, apakah perut kembung, ada pelebaran kolon

8. Apakah ada konstipasi (sambelit), diare, inkontinensia alvi System Genitourinaria

1. Urine (warna dan bau)

2. Ditensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan untuk buang air)

3. Frekuensi, tekanan, atau desakan

4. Pemasukan dan pengeluaran cairan

5. Dysuria 6. Seksualitas

a. Kurang minat melakukan hubungan seks

b. Adanya disfungsi seksual

c. Gangguan ereksi

d. Dorongan/daya seks menurun

e. Hilangnya kekuatan dan gairah seksualitas

f. Adanya kecacatan social yang mengarah ke aktivitas seksual Sistem Kulit

1. Kulit

a. Temperature, tingkat kelembapan

b. Keutuhan kulit: luka terbuka, robekan


c. Turgor (kekenyalan kulit)

d. Perubahan pigmen

2. Adanya jaringan parut

3. Keadaan kuku

4. Keadaan rambut

5. Adanya gangguan umum Sistem Muskuloskeletal

1. Kontraktur

a. Atrofi otot

b. Tendon mengecil

c. Ketidakadekuatan gerakan sendi

2. Tingkat mobilisasi

a. Ambulansi dengan atau tanpa bantuan peralatan

b. Keterbatasan gerak

c. Kekuatan otot

d. Kemampuan melangkah atau berjalan

3. Gerakan sendi

4. Paralisis

5. Kifosis Psikososial

1. Menunjukan tanda meningkatnya ketergantungan

2. Focus pada diri bertambah

3. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian

4. Membutuhkan bukti nyata rasa kasih saying yang berlebihan.(Nugroho, 2008)


BAB V

KASUS

Ny. G (88 thn) datang ke RS. D diantar keluarga. Keluarga mengatakan Ny. G sering sakit
kepala .Klien sendiri mengatakan tidak bisa berdiri jika sakit kepa itu datang .terkadang merasa
flu Ny. G ada riwayat hipertensi 2 tahun lalu dan mengonsumsi obat diuretik.. Hasil
pemeriksaan fisik didapatkan data TB&BB Ny g adalah 155cm, 45kg TTV : Suhu 38°C, TD
90/70 mmHg, RR 25x/menit, Nadi 110x/menit. Saat ini klien terpasang infuse RL 3000cc/24
jam. Kegiatan sehari-hari Ny. N adalah menjadi jualan sayur di pasar senin tetapi dengan kondisi
nya sekarang ny.g menjadi terganggu aktifitasnya dan sering tidak berjualan .

1.2 Pembahasan
1. Pengkajian
A. Data Biografi
Nama : Ny. g
Umur : 88 Tahun.
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : minang /Indonesia
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Tinggi badan/berat badan : TB : 155 cm BB : 45 kg
Penampilan umum : Baik
Alamat : Jl. suka mulya
Orang yang mudah dihubungi : Tn. L
Hubungan dengan klien : Anak
Alamat dan telepon : Jl. Merdeka (081210820800
Diagnosa medis : imunodifiseinsi
B. Riwayat Keluarga
Genogram

Keterangan :
= Meninggal = Laki-laki

= Perempuan = Pasien = tinggal serumah

C. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : penjual sayuran
Pekerjaan sebelumnya :-
Sumber-sumber pendapatan : uang dari sendiri
Kecukupan terhadap kebutuhan : kurang

D. Riwayat Lingkungan Hidup


Type tempat tinggal : 14x7 m
Jumlah kamar :3
Kondisi tempat tinggal : Baik
Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah :2
Derajat privasi : Aman
Tetangga terdekat : Baik
Alamat dan telepon :
E. Riwayat Rekreasi
Hobi/minat :-
Keanggotaan dalam organisasi :-
Liburan/perjalanan :-

F. Sistem Pendukung
Perawat/bidan/dokter/fisioterapi : dokter
Jarak dari rumah : 3 km
Rumah sakit : 10 km
Klinik :-
Pelayanan kesehatan dirumah :-
Makanan yang dihantarkan :-
Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga :-

G. Deskripsi kekhususan
Kebiasaan ritual : Sholat, membaca Al – Qur’an
Yang lain : Doa-doa yang lain

H. Status Kesehatan
Status kesehatan umum selama lima tahun yang lalu
- Klien mengatakan dua tahun lalu terkena hipertensi dan rutin mengonsumsi obat
diuretik
Keluhan utama
- Provokative/palliative :-
- Quality/quantity :-
- Region :-
- Severity scale :-
- Timming :-
Obat-obatan : obat diuretic, furosemide
Status imunisasi : lengkap
Alergi (obat-obatan/makanan/faktor lingkungan) : tidak ada
Penyakit yang diderita : Hipertensi

I. Aktivitas Hidup Sehari-hari (berdasarkan indeks Katz, disimpulkan Skore..)

Pengukuran pada kondisi ini meliputi Indeks Katz

1 Mandi Dapat mengerjakan sendiri


2 Berpakaian Seluruhnya tanpa bantuan
3 Pergi ke toilet Memerlukan bantuan
4 Berpindah (berjalan) Tanpa bantuan
5 BAB dan BAK Kadang-kadang ngompol /
defekasi di tempat tidur
6 Makan Tanpa bantuan
Berdasarkan indeks KATZS, pemenuhan kebutuhan ADL klien diskor dengan C
karena berdasarkan pengamatan, klien hanya mampu memenuhi 4 kebutuhan dasar
yaitu mandi, berpakaian, berjalan. dan makan
Psikologis
- persepsi klien : persepsi klien terhadap penyakitnya klien merasa
wajar karena sudah tua
- konsep diri : baik karena klien mampu memandang dirinya
secara positif
- emosi : stabil
- adaptasi : klien mampu beradaptasi dengan baik
- mekanisme pertahanan diri : klien mengatakan lebih senang tinggal bersama
tetangga yang terdekat karna sering dibantu
1. Tanda-tanda vital
 TD : 90/70 mmHg mmHg
 Nadi : 110x kali/menit
 RR : 25x/ kali/menit
 Suhu : 38,5 ° C
2. Sistem kardiovaskuler
 Inspeksi: ictus cordis pada ICS-5 pada linea medio klavikularis kiri
 Palpasi: teraba ictus kordis dengan telapak jari II-III-IV dan lebar iktus kordis 1
cm
 Perkusi:
- batas atas jantung : ICS 3
-batas kanan : linea midsternalis dextra
-batas kiri : mid aksilaris sinistra
 Auskultasi : bunyi jantung I dan II terkesan murni,tunggal,irama jantung teratur
3. Sistem pernafasan
 Inspeksi : dada simetris, tidak ada penggunaan otot bantu nafas
 Palpasi : tidak ada pembesaran abnormal, fremitus taktil normal
 Perkusi : bunyi normal, resonan/vesikuler, suara paru ka/ki sama dan seimbang
 Auskultasi : tidak ada ronkhi, wheezing, krekels basah
4. Sistem integumen
- Inspeksi: tekstur kulit terlihat kendur, keriput (+)
- Palpasi: turgor kulit jelek
- Inspeksi : terdapat ruam kemerahan pada sekitar area genitalia
5. Sistem perkemihan
 Inspeksi : saat ini klien terpasang kateter indwelling
 Palpasi : terdapat distensi pada kandung kemih
6. Sistem muskuloskeletal
 ROM klien baik/penuh
 Ekstremitas atas : Terpasang infuse Rl 3000cc/24 jam pada tangan kanan, tonus
otot baik,kekuatan otot tangan kiri kanan sama yaitu pada skala 5
 Ekstremitas bawah : Kekuatan otot kaki kiri dan kanan sama yaitu pada skala 5
 Tidak ada nyeri persendian
 Osteoporosis (-), tidak ada kelainan tulang
7. Sistem endokrin
- Klien mengatakan tidak menderita kencing manis.
- Palpasi: tidak ada pembesaran kelenjar
8. Sistem immune
- Klien mengatakan sudah lengkap imunisasi
- Riwayat penyakit yang berkaitan dengan imunisasi tidak ada
9. Sistem gastrointestinal
 Bising usus normal pada auskultasi abdomen
 Klien mengatakan tidak ada kesulitan mengunyah makanan
10. Sistem persyarafan
 N.I (Olfaktorius):fungsi penghiduan/penciuman
Ketika pasien diminta menutup mata dan menutup salah satu lubang hidung
kemudian disuruh untuk menghidu bau kopi, pasien dapat menyebutkan dengan
benar
 N.II (Optikus) fungsi penglihatan
Pasien dapat menyebutkan angka yang ditunjukan pada jarak 2 meter
 N.III,IV,VI(Okulomotorius,Troklearis,Abdusens)
Ukuran pupil kiri kanan sama (Isokor) Refleks cahaya lambat,bola mata mampu
digerakkan ke segala arah.
 N.V (Trigeminus)
Sensorik:Pasien dapat merasakan usapan kapas pada daerah pipi dengan mata
tertutup setelah dilakukan berulang-ulang
Motorik:Terdapat gerakan tonus muskulus maseter ketika pasien disuruh
mengunyah
 N.VII (Fascialis)
Sensorik:Pasien dapat merasakan teh manis yang diberikan
Motorik:Pasien dapat menaikan alis mata dan mengerutkan dahi
 N.VIII (Akustikus)
Pasien dapat mendengar detakan jam perawat ketika diletakan dibelakang telinga
 N.IX (Glossofaringeus)
Kemampuan menelan baik walaupun dilakukan perlahan-lahan ketika minum air
 N.X (Vagus)
Gerakan uvula saat pasien mengatakan “ah” dan letak uvula di tengah
 N.XI ( Assesorius)
Pasien mampu menggerakan bahu kiri dan kanan dengan perlahan-lahan
 N.XII (Hypoglosus)
Pasien dapat menjulurkan lidah keluar ,dan gerakan lidah mendorong pipi kiri
dan kanan dari arah dalam

J. Pemeriksaan status kognitif/afektif/sosial


1. Status kognitif/afektif
- Short potable mental status questionaire (SPMSQ) dengan skor: 10, fungsi
intelektual utuh
- Mini mental state exam (MMSE) dengan skor: 25, aspek kognitif dari fungsi mental
dalam keadaan baik
- Inventaris depresi beck, dengan skor: 3. Tidak ada tanda-tanda depresi pada klien.
2. Status sosial
- Apgar keluarga dengan lansia, skor: 8 dimana fungsi social klien dalam keadaan
normal

K. Pemeriksaan Penunjang

Tes darah

 Sampel darah pasien akan diambil untuk diperiksa di laboratorium. Melalui tes ini,
komponen-komponen sistem imun dalam darah bisa diketahui. Contohnya,
imunoglobulin, antibody Melakukan pemeriksaan fisik
 Menentukan jumlah sel darah putih Anda
 Menentukan jumlah sel T
 Menentukan kadar imunoglobin.

Vaksin dapat menguji respon sistem imun dengan tes antibodi. Dokter akan memberi Anda
vaksin, kemudian melakukan tes darah untuk melihat respons terhadap vaksin beberapa hari atau
minggu kemudian.
Analisa Data
Data Masalah Etiologi

DS : Pasien mengatakan Ketidakefektifan jalan napas. Obstruksi atau adanya sekret


hidung tersumbat dan hidung yang mengental.
terasa gatal.
DO : Mulut pasien selalu
terbuka agar bisa bernapas.
DS : Pasien mengatakan nyeri Kurangnya suplai oksigen.
kepala (pusing).
DO : Pasien terlihat Gangguan rasa nyeri dikepala
menyeringai kesakitan.
P : Nyeri saat jalan napas tidak
efektif atau saat beraktivitas.
Q : Nyeri seperti tercengkram.
R : Dibagian kepala.
S : Skala nyeri >5.
T : Nyeri hilang timbul.
TTV : Suhu 38°C, TD 90/70
mmHg, RR 25x/menit, Nadi
110x/menit
DS : Pasien mengatakan Gangguan pemenuhan Gangguan pemenuhan
kurang nafsu makan dan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan nutrisi kurang dari
kurang tertarik terhadap kebutuhan tubuh. kebutuhan tubuh
makanan.
DO : Pasien tidak nafsu
makan.
C : Turgor kulit
menurun)mukosa bibir kering.
D. Penurunan nafsu makan,
porsi makan tidak habis
Diagnosa :

1) Ketidakefektifan jalan napas b.d obstruksi atau adanya sekret yang berlebihan.
2) Gangguan rasa nyeri dikepala b.d kurang suplai oksigen.
3) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
yang tidak adekuat.

intervensi

Bersihan jalan napas 1) Auskultasi bunyi 1) Obstruksi jalan napas


kembali efektif dan napas. Catat adanya dan dapat atau tak di
normal. bunyi napas. Misal manifestasikan adanya
Kriteria hasil : mengi, kerkels, ronki. bunyi napas
Menunjukkan perilaku 2) Kaji atau pantau adventisius.
untuk memperbaiki frekuensi pernapasan. 2) Adanya beberapa derajat
bersihan jalan napas. 3) Kaji pasien untuk dan dapat ditemukan
Misal : Mengeluarkan posisi yang nyaman. pada penerimaan atau
sekret. Misal : peninggian selama stres atau adanya
kepala tempat tidur, infeksi akut. Pernapasan
duduk pada dapat melambat dan
persandaran tempat frekuensi ekspirasi
tidur. memanjang inspirasi
4) Pertahankan polusi memendek.
lingkungan minimum. Peninggian kepala tempat
Misal : debu, asap dan tidur mempermudah fungsi
bulu bantal yang 3) pernapasan dengan
berhubungan dengan menggunakan gravitasi.
kondisi pasien. 4) Pencetus tipe reaksi
alergi pernapasan yang
dapat mentreger episode
akut.
Hidrasi membantu
menurunkan kekentalan
sekret, mempermudah
pengeluaran

Tingkatkan masukan
1) Kaji nyeri, lokasi, 1) Untuk membantu
Setelah dilakukan karakteristik, dan meringankan tingkat
tindakan keperawatan integritas nyeri nyeri diberikan
selama 1x24 jam dengan skala 0-10 edukasi.
diharapkan nyeri dapat ditanyakan kepada 2) Cek tanda vital apakah
berkurang atau hilang. pasien nyerinya ada indikator terhadap
Kriteria hasil : urutan ke skala nyeri yang timbul.
1) Klien dapat berapa. Kaji tanda- 3) Meningkatkan
mengetahui tanda vital. kenaikan kadar
terjadinya 2) Lakukan masase oksigen dalam ottak
gangguan rasa pada daerah nyeri. untuk meredakan rasa
nyaman yang 3) Ajarkan teknit nyeri di kepala.
berhubungan relaksasi misalnya Kolaborasi dengan tenaga
dengan nyeri napas dalam. kesehatan lainnya untuk
kepala. Kolaborasi dengan dokter memberikan oba analgetik
2) Klien dalam pemberian obat untuk meningkatkan
mengatasi nyeri tingkat
tanpa bantuan.
3) Pasien dapat
mengatasi
sekret tanpa
bantuan.
4) Klien dapat
bergerak
dengan leluasa.
Tanda-tanda vital
dalam batas normal

1. Dengan pemahaman
1. Jelasakn tentang klien akan lebih
manfaat makan bila kooperatif mengikuti
dikatikan dengan aturan.
Nutrisi terpenuhi sesuai kondisi klien saat ini. 2. Untuk menghindari
dengan kebutuhan 2. Anjurkan agar klien makanan yang justru
tubuh. mengkonsumsi dapat mengganggu
Kriteria hasil : makanan yang proses penyembuhan
1) Nafsu makan disediakan di rumah klien.
membaik. sakit. 3. Higiene oral yang baik
2) Keadaan umum 3. Lakukan dan ajarkan akan meningkatkan
membaik. perawatan mulut nafsu makan klien.
Klien tampak mau sebelum dan sesudah 4. Makanan adalah
makan.
makan serta sebelum bagian dari peristiwa
dan sesudah sosial, dan nafsu
intervensi atau makan dapat
periksaan peoral. meningkat dengan
4. Tingkatkan sosialisasi.
lingkungan yang 5. Makanan hangat dapat
menenangkan untuk meningkatkan nafsu
makan dengan teman makan.
jika memungkinkan. 6. Membantu memenuhi
5. Berikan makanan kebutuhan dan
dalam keadaan meningkatkan
hangat. pemasukan.
6. Berikan makanan Meningkatkan pengetahuan
selinga (Mis. Keju, sesuai dengan kondisi klien
biskuit, buah-buahan)
yang tersedia dalam
24 jam.
Kolabrasi tentang
pemenuhan diet klien.

1. Evaluasi keperawatan
S: : Pasien mengatakan sekret mulai hilang dan jalan napas lebih efektif.

O: Pasien mengatakan kepalanya sudah tidak nyeri lagi

A: Klien tidak terlihat meringis kesakitan.

P:masalah teratasi

BAB V
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
2. Fungsi sistem imun adalah melindungi pejamu dari invasi organisme asing dengan
membedakan diri (self) dari bukan diri (non-self). Sistem semacam ini diperlukan untuk
kelangsungan hidup. Sistem imun yang berfungsi baik tidak saja melindungipejamu dari
faktor eksternal seperti mikroorganisme atau toksin tetapi juga mencegah dan menolak
serangan oleh faktor endogen seperti tumor atau fenomena autoimun.
3. Tak hanya aktivitas sehari-hari yang terganggu jika adanya gangguan pada sistem
imunitas, biaya yang dikeluarkan untuk berobat akan semakin mahal apabila gangguan
sistem imunitas ini tidak diatasi.
4. Sebagai pelayan kesehatan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang
efektif guna membantu memperbaiki kondisi pasien. Serta memberikan edukasi pada
pasien agar pasien koperatif dalam menjaga kesehatannya.

4.1 Saran
Di jaman seperti sekarang ini banyak hal-hal yang mengakibatkan sistem dalam tubuh
kita mengalami gangguan. Seperti gangguan pada sistem imunitas ini. Gangguan ini di
karenakan faktor lingkungan serta bakteri, virus dan jamur yang ada dialam. Maka dari
itu lebih baiknya juka kita menjaga kesehatan kita sendiri dengan memiliki kesadaran
akan pentingnya menjaga kesehatan.
Membangun lingkungan yang bersih serta udara yang segar. Karena bisa sewaktu-waktu
gangguan itu akan terjadi. Menghimbau pada masyarakat lainnya tentang gaya hidup
sehat. Alangkah baiknya jiga melangkah bersama menuju bangsa yang sehat.

Daftar Pustaka
1. Carpenito, Lynda Juall 2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis
Edisi 9. Jakarta : EGC.
2. Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
3. Price, Syilvia. 2005. Patofisiolois : Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit. Jakarta :
EGC.
4. McPhee, Stephen J. 2010. Patofisiologi Penyakit : Pengantar Menuju Kedokteran
Klinis. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai