Anda di halaman 1dari 86

SKRIPSI

PENGARUH BAWANG PUTIH TERHADAP KADAR


GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DIABETES
MELITUS DI PUSKESMAS RAWAT INAP
GUNUNG TUA

Oleh :
Juliana Simanjuntak
170204027

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2021
SKRIPSI

PENGARUH BAWANG PUTIH TERHADAP KADAR


GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DIABETES
MELITUS DI PUSKESMAS RAWAT INAP
GUNUNG TUA

Skripsi ini diajukan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan


(S.Kep) di Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan

Oleh :
Juliana Simanjuntak
170204027

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2021
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dibimbing dam diperiksa oleh pembimbing dan layak untuk
dipresentasikan dalam sidang skripsi

Medan, Agustus 2021

Pembimbing

(Ns. Agnes Silvina Marbun,M.Kep)

Disetujui Oleh
Program Studi Keperawatan
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia

Ketua

(Ns. Marthalena Simamora, S.Kep., M.Kep)


PERNYATAAN

PENGARUH BAWANG PUTIH TERHADAP KADAR


GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DIABETES
MELITUS DI PUSKESMAS RAWAT INAP
GUNUNG TUA TAHUN 2021

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan
belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di
suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis
yang dicantumkan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2021


Peneliti

(Juliana Simanjuntak)

i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Identitas
Nama : Juliana Simanjuntak
NIM : 170204027
Tempat/Tanggal Lahir : Siancimun,13 Juli 1999
Agama : Kristen Protestan
Anak ke : Kedua dari empat bersaudara
Status Perkawinan : Belum Menikah
Email : julianasimanjuntak595@gmail.com
Nomor HP : 082370715995
Alamat Rumah : Jln. Bhakti luhur GG.Rahayu

2. Data Orang Tua


Nama Orang Tua
Ayah : Jannes Simanjuntak
Ibu : Romastauli Saragih
Perkerjaan Orang Tua
Ayah : Wiraswasta
Ibu : Wiraswasta
Agama : Kristen Protestan
Alamat :Siancimun

3. Riwayat Pendidikan
Tahun 2004 - 2010 : SD N 100780
Tahun 2010 - 2013 : SMP RK Bintang Timur Rantauprapat
Tahun 2013 - 2016 : SMA Budi Murni 1 Medan
Tahun 2017 - sekarang : Sedang Menyelesaikan S1 Keperawatan Di
Program Studi Keperawatan Fakultas
Farmasi Dan Ilmu Kesehatan Universitas
Sari Mutiara Indonesia

ii
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
Skripsi, Agustus 2021
Juliana Simanjuntak
Pengaruh Bawang Putih Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Di
Puskesmas Rawat Inap Gunung Tua Tahun 2021
xi + 45 hal + 5 tabel+ 1 skema + 2 gambar + 14 lampiran

ABSTRAK

Diabetes melitus merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian diseluruh dunia
dikarenakan jumlah prevalensi penyakit DM semakin meningkat. Diabetes Melitus mengatakan
bahwa bawang putih dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa secara bermakna pada
penderita diabetes melitus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh c
terhadap kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus di Puskesmas Rawat Inap Gunung Tua.
Desain penelitian adalah penelitian penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan
metode one group pretest-postest. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita diabetes mellitus
di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Gunung Tua. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 18
orang dengan teknik pengambilan sampel digunakan Purposive sampling. Hasil penelitian
menunjukkananalisa data dengan rata- rata frekuensi kadar glukosa darah sebelum diberikan
bawang putih adalah 175,28 mmHg. Sedangkan kadar glukosa darah setelah diberikan bawang
putih adalah 136,39 mmHg. Hasil uji statistik didapatkan nilai signifikan p value = 0,000 dengan
uji Paired Test dengan nilai α < 0,05. Kesimpulan dari penelitian adalahada pengaruh bawang
putih terhadap kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus di Puskesmas Rawat Inap Gunung
Tua.Saran diharapkan kepada masyarakat agar mampu memanfaatkan bawang putih sebagai salah
satu obat herbal yang bermanfaat bagi kesehatan khususnya untuk penurunan kadar glukosa darah
bagi penderita diabetes miletus sehingga nantinya kadar glukosa darah penderita diabetes miletus
dapat terkontrol dan stabil dalam batas normal.

Kata Kunci : Bawang Putih, Kadar Glukosa Darah, Diabetes Melitus


Daftar Pustaka : 43 (2012 – 2020)

iii
NURSING STUDY PROGRAM
FACULTY OF PHARMACY AND HEALTH SCIENCES
SARI MUTIARA INDONESIA UNIVERSITY
Scription, Agustus 2021
Juliana Simanjuntak
The Effect of Garlic on Blood Glucose Levels in Diabetes Mellitus Patients
at the Gunung Tua Inpatient Health Center in 2021.
xi + 45 pages + 5 tables + 1 scheme + 2 picture + 14 descriptions

ABSTRACT

Diabetes mellitus is one of the health problems of concern throughout the world
because the number of DM disease is increasing. Diabetes Mellitus said that
garlic can significantly reduce blood glucose levels in people with diabetes
mellitus. The purpose of this study was to determine the effect on blood glucose
levels in patients with diabetes mellitus at the Gunung Tua Inpatient Health
Center. The research design was a quasi-experimental with one group pretest-
posttest method. The population in this study were people with diabetes mellitus
in the working area of the Gunung Tua Inpatient Health Center. The sample in
this study found 18 people with the sampling technique used purposive sampling.
The results showed that data analysis showed that the average blood glucose
level before garlic was given was 175.28 mmHg. While the blood glucose level
after being given garlic was 136.39 mmHg. Statistical test results obtained a
significant value of p value = 0.000 with Paired Test with a value of <0.05. The
conclusion of the study is that there is an effect of garlic on blood glucose levels
in patients with diabetes mellitus at the Gunung Tua Inpatient Health Center.
miletus so that later blood glucose levels of diabetes mellitus patients can be
controlled and stable within normal limits.

Keywords : Garlic, Blood Glucose Levels, Diabetes Mellitus


Bibliography : 43 (2012 – 2020)

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: ”Pengaruh Bawang Putih
Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Di Puskesmas
Rawat Inap Gunung TuaTahun 2021”. Skripsi ini adalah untuk memenuhi
salah satu syarat kelulusan dalam meraih gelar Sarjana Keperawatan Program
Studi Keperawatan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari
Mutiara Indonesia Medan.
Selama penulisan dan penyusunan laporan skripsi ini, penulis tidak luput
dari kendala. Kendala tersebut dapat diatasi peneliti berkat adanya bantuan,
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu peneliti ingin
menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Parlindungan Purba, SH, MM Selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth, SP, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia Medan.
3. Taruli Rohana Sinaga, SP, MKM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Ns. Marthalena Simamora, S.Kep,selaku Ketua Program Studi Keperawatan
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
5. Dr. Herlina Sonera Batubara, Selaku Direktur Puskesmas Gunung Tua.
6. Ns. Agnes Silvina Marbun, M.Kep, selaku Ketua Penguji yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan banyak arahan
serta masukan kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
7. Kesaktian Manurung, M.Biomed, selaku Penguji I yang telah meluangkan
waktu untuk membimbing dan memberikan banyak arahan serta masukan
kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
8. Ns. Galvani Volta Simanjuntak, M.Kep, selaku Penguji II yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan banyak arahan

v
serta masukan kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
9. Teristimewa kepada orang tua tercinta, Ayah Jannes Simanjuntak dan Ibu
Romas Tauli Saragih yang telah banyak memberikan semangat, doa restu dan
kasih sayang baik berupa moral, moril maupun material kepada peneliti.
10. Seluruh staf pengajar Universitas Sari Mutiara Indonesia yang telah
membantu peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
11. Teman-teman seperjuangan seluruh mahasiswa tingkat akhir yang telah
berjuang bersama-sama dan saling mendukung dengan peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pembaca


khususnya peneliti. Akhir kata mengucapkan terimakasih.

Medan, Agustus 2021


Peneliti

(Juliana Simanjuntak)

vi
DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ................................................................................................. i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... ii
ABSTRAK ......................................................................................................... iii
ABSTRACT ........................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
DAFTAR SKEMA ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................ 3
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 4
1.4.1 Bagi Responden ............................................................. 4
1.4.2 Bagi Perawat .................................................................. 4
1.4.3 Bagi Puskesmas .............................................................. 4
1.4.4 Bagi Institusi .................................................................. 4
1.4.5 Bagi Peneliti Selanjutnya ............................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 6


2.1 Konsep Diabetes Melitus ........................................................... 6
2.1.1 Pengertian Diabetes Melitus ........................................... 6
2.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus ........................................... 7
2.1.3 Faktor Resiko Diabetes Melitus ...................................... 9
2.1.4 Etiologi Diabetes Melitus................................................ 10
2.1.5 Gejala Diabetes Melitus .................................................. 10
2.1.6 Patofisiologi Diabetes Melitus ........................................ 11
2.1.7 Penatalaksanaan Diabetes Melitus .................................. 12
2.2 Konsep Kadar Glukosa Darah (KGD) ...................................... 13
2.2.1 Pengertian ....................................................................... 13
2.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kadar Glukosa
Darah ............................................................................. 13
2.2.3 Jenis Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah ..................... 16
2.2.4 Patofisiologi Kadar Glukosa Darah ............................... 17
2.3 Konsep Bawang Putih (Allium Sativum) ................................... 17

vii
2.3.1
Pengertian ....................................................................... 17
2.3.2
Klasifikasi Bawang Putih ............................................... 18
2.3.3
Manfaat Bawang Putih .................................................. 18
2.3.4
Kandungan Bawang Putih .............................................. 19
2.3.5
Efek Samping Bawang Putih ......................................... 21
2.3.6
Mekanisme Kerja Bawang Putih Terhadap Kadar Glukosa
Darah .............................................................................. 22
2.3.7 Cara Kerja Pembuatan Bawang Putih ............................ 22
2.4 Penelitian Terkait ....................................................................... 22
2.5 Kerangka Konsep ....................................................................... 24
2.6Hipotesis Penelitian...................................................................... 24

BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................. 25


3.1 Jenis Penelitian ......................................................................... 25
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian.. .................................................. 25
3.2.1 Lokasi Penelitian ............................................................ 25
3.2.2 Waktu Penelitian ............................................................ 25
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................... 26
3.3.1 Populasi Penelitian ......................................................... 26
3.3.2 Sampel Penelitian ........................................................... 26
3.4 Definisi Operasional .................................................................. 27
3.5 Aspek Pengukuran .................................................................... 28
3.6 Alat dan Prosedur Pengumpulan Data ..................................... 28
3.6.1 Alat Pengumpulan Data ................................................. 28
3.6.2 Prosedur Penelitian ......................................................... 29
3.7 Etika Penelitian ......................................................................... 30
3.8 Teknik Pengolahan Data ........................................................... 31
3.9 Teknik Analisa Data ................................................................. 32
3.9.1 Analisa Univariat ........................................................... 32
3.9.2 Analisa Bivariat .............................................................. 32

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 34


4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ..................................................... 34
4.2 Hasil Penelitian .. ....................................................................... 35
4.1.1 Analisa Univariat ........................................................... 35
4.1.2 Analisa Bivariat .............................................................. 37
4.3 Pembahasan ............................................................................... 38
4.4 Keterbatasan Penelitian ............................................................. 43

BAB 5 PENUTUP ...................................................................................... 44


5.1 Kesimpulan .............................................................................. 44
5.2 Saran .. ..................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Definisi Operasional .................................................................. 27


Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi karakteristik Lansia DM Tipe 2
Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan dan
Penghasilan di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Gunug
Tua Tahun 2021 (n = 18)........................................................... 35
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kadar Glukosa Darah Sebelum dan
Setelah Diberikan Bawang Putih Pada Pasien Diabetes
Melitus Di Puskesmas Rawat Inap Gunung TuaTahun 2021 (n
= 18) .......................................................................................... 36
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Rata-Rata Kadar Glukosa Darah
Sebelum dan Setelah Diberikan Bawang Putih Pada Pasien
Diabetes Melitus Di Puskesmas Rawat Inap Gunung
TuaTahun 2021 (n = 18) ......................................................... 36
Tabel 4.4. Analisa Perbedaan Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes
Melitus Sebelum dan Sesudah Pada Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap
Gunung Tua Tahun 2021 ...................................................... 37

ix
DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 2.1 Keragka Konsep ............................................................................ 24

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Glucometer .................................................................................. 17


Gambar 2.2 Bawang Putih ............................................................................. 17
Gambar 3.1 Alat Pengukuran KGD ................................................................ 28

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Survei Awal Penelitian dari Universitas Sari Mutiara
Indonesia
Lampiran 2 : Surat Balasan Izin Survei Awal dari Puskesmas Rawat Inap
Gunung Tua
Lampiran 3 : Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4 : Lembar Informed Consent
Lampiran 5 : Kuesiner Penelitian
Lampiran 6 : Satuan Acara Penyeluhan (SAP)
Lampiran 7 : Hasil Laboratorium
Lampiran 8 : Surat Uji Etik Penelitian
Lampiran 9 : Surat Izin Penelitian dari Universitas Sari Mutiara Indonesia
Lampiran 10 : Surat Balasan Izin Penelitian dari UPTD Puskesmas Rawat Inap
Gunung Tua
Lampiran 11 : Master Data
Lampiran 12 : Hasil Data Output
Lampiran 13 : Lembar Bukti Bimbingan
Lampiran 14 : Dokumentasi

xii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diabetes melitus (DM) adalah salah satu masalah kesehatan yang menjadi
perhatian diseluruh dunia dikarenakan jumlah prevalensi penyakit DM
semakin meningkat. Menurut data penderita diabetes dunia. Hingga 14
Mei 2020, International Diabetes Federation (IDF) melaporkan 463 juta
orang dewasa di dunia menyandang diabetes dengan prevalensi global
mencapai 9,3 persen. Namun, kondisi yang membahayakan adalah 50,1
persen penyandang diabetes tidak terdiagnosis (IDF, 2020).Di China 7.3%
tingkat kematian yang disebabkan oleh diabetesi yang terdiagnosa COVID-
19 (China CDC weekly, 2020). Di Italia, kematian pada pasien Covid-19
ternyata 36% berkaitan dengan diabetes (Onder et al., 2020).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 terjadi kenaikan prevalensi


DM berdasarkan konsensus Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
(Perkeni) yakni sebesar 2,4%. Hasil Riskesdas 2013 prevalensi DM
padausia ≥15 tahun adalah sebesar 8,5% sementara tahun 2018 10,9%.
Proporsi penderita DM lebih tinggi pada wanita yaitu 12,7% dari seluruh
penduduk Indonesia dibandingkan dengan laki-laki 9% (Kemenkes RI, Riset
Kesehatan Dasar, 2018). Di samping itu juga, dapat menimbulkan
kerusakan pembuluh darah besar (makrovaskular), yang komplikasinya
berupa serangan jantung atau stroke.DM merupakan salah satu penyakit
tidak menular, yaitu penyakit kronik atau penyakit yang berkaitan dengan
gaya hidup. Penyakit ini akan menjadi beban yang besar bagi pelayanan
kesehatan dan perekonomian di Indonesia baik secara langsung maupun
tidak langsung melalui komplikasi-komplikasinya(Arisman, 2016).

Upaya pengendalian DM menjadi sangat penting dalam mengendalikan


dampak komplikasi, tantangan terbesar penderita DM adalah menjaga kadar
gula darah tetap stabil dengan penerapan gaya hidup sehat dan menjaga pola
makan (jadwal makan, jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi), banyak

1
2

bahan makanan yang diyakini bermanfaat bagi penderita DM, salah satunya
adalah bawang putih. Dalam penanggulangan diabetes, obat hanya
merupakan pelengkapdari diet. Obat hanya perlu diberikan bila pengaturan
diet secara maksimal tidak berkhasiat mengendalikan kadargula darah. Obat
diabetes Melitus oral yang digunakan pada saat ini adalah golongan
sulfonilurea, biguanida dan akarbose(Damayanti, 2015).

Obat antidiabetes oral kebanyakan memberikan efek samping yang tidak


diinginkan, salah satu efek samping sulfonilurea yaitu hipoglikemik,
toksisitas dan hematologik, sedangkan obat biguanid memiliki efek samping
yaitu gangguan pencernaan, asidosis laktat dan menurunnya absorpsi
vitamin B12 dan obat akarbose memiliki efek samping flatulens, diare dan
nyeri abdomen, maka para ahli mengembangkan system pengobatan
tradisional untuk DM yang relatif aman, dan salah satunya adalah bawang
putih.Bawang putih telah dievaluasi manfaatnya sebagai pengobatan untuk
diabetes. Manfaat bawang putih untuk diabetes memiliki kandungan allicin,
yaitu bahan aktif pada bawang putih, dapat berperan sebagai antidiabetik
dan antibiotik. Penelitian bawang putihbisa menurunkan gula darah pada
manusia dan banyak juga terdapat publikasi yang menunjukan bahwa
bawang putih memiliki potensi farmakologis sebagai agen antibakteri,
antihipertensi dan antitrombotik(Lisiswanti, 2017).

Hasil penelitian Nisel, E.C tahun 2018menunjukkan bahwa bawang putih


(Allium Sativum) dengan lama pemanasan 5 hari pada suhu 750C, dibiarkan
dalam keadaan tertutup dan dikonsumsi 4 gram/hari berpengaruh terhadap
gula darah sewaktu lansia. Ini karena bawang hitam (Allium Sativum) yang
mengandung senyawa antioksidan golongan polifenol yang meningkatkan
aktivitas super-oksida dismutase (SOD) dan enzim katalase (CAT) sehingga
mengurangi stress oksidatif, mampu mengontrol kadar glukosa darah,
mencegah komplikasi diabetes dan efektif dalam menurunkan gula darah
sewaktu. Hal ini juga dikatakan oleh penelitian Yuniarni, U., dkk pada tahun
2012 tentang Pengaruh Penggunaan Kombinasi Ekstrak Bawang Putih Dan
Kunyit Terhadap Hasil Laboratorium Klinik Pada Penderita Diabetes
3

Melitus Tipe 2 yang mengatakan bahwa Uji klinik sebelumnya


menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak bulbus bawang putih (Allium
sativum) dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.). pada dosis 2,4
mg/hari dilaporkan dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa secara
bermakna pada penderita diabetes melitus tipe 2 (DM tipe 2).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti di Wilayah Kerja


Puskesmas Rawat Inap Gunung Tua pada bulan April 2021, berdasarkan
wawancara yang saya lakukan didapatkan 10 dari 6 pasien mengalami
peningkatan kadar gulah darah melakukan pengobatan farmakologi dari
puskesmas. Obat yang diberikan hanya pelengkap dari diet. Obat hanya
perlu diberikan bila pengaturan diet secara maksimal tidak berkhasiat
mengendalikan kadargula darah. Obat diabetes mellitus oral yang digunakan
pada saat ini kebanyakan memberikan efek samping yang tidak diinginkan
sehingga masyarakat lebih mengutamakan melaukan pengobartan alternatif
dengan obat herbal. Hal ini di sebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang penyakit yang di deritanya makan terjadinya ketidakstabilan kadar
gula darah dalam tubuh. Untuk mengurangi kadar gula darah dalam tubuh
pada pasien DM pasien dapat mengkonsumsi obat herbal salah satunya
bawang putih sebagai obat alternatif dengan tujuan untuk menstabilkan
kadar gula darah dalam tuhuh.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengetahui


“Pengaruh Bawang Putih Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Pasien
Diabetes Melitus Di Puskesmas Rawat Inap Gunung Tua Tahun 2021”

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan data yang telah diuraikan pada latar belakang tersebut, maka
rumusan masalah yang diteliti adalah : Adakah pengaruh bawang putih
terhadap kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus di Puskesmas
Rawat Inap Gunung Tua Tahun 2021 ?
4

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh bawang putih terhadap kadar glukosa darah
pada pasien diabetes melitus di Puskesmas Rawat Inap Gunung Tua
Tahun 2021.

1.3.2. Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui kadar glukosa darah sebelum pemberian bawang
putih pada pasien diabetes melitus di puskesmas.
2. Untuk mengetahui kadar glukosa darah setelah pemberian bawang
putih pada pasien diabetes melitus di puskesmas.
3. Untuk mengetahui kadar glukosa darah perbedaan sebelum dan
setelah pemberian bawang putih pada pasien diabetes melitus di
puskesmas.

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Bagi Responden
Dapat memberikan informasi kepada masyarakat kemungkinan
manfaat pemberian bawang putih bagi kesehatan, terutama diabetes
melitus.
1.4.2. Bagi Perawat
Perawat dapat menerakan/mendemostrasikan pemberian bawang putih
terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes Melitus sehingga
dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan keperawatan.
1.4.3. Bagi Puskesmas
Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan
strategi dalam penerapan bawang putih terhadap kadar gula darah
pada pasien diabetes melitus sesuai standar operasional prosedur di
puskesmas.
1.4.4. Bagi Institusi
Dapat menambah referensi dan acuan sehingga meningkatkan kualitas
peneliti selanjutnya
5

1.4.5. Bagi Peneliti Selanjutnya


Dapat memberikan informasi dan data dasar untuk melaksanakan data
lebih lanjut yang berkaitan dengan bawang putih terhadap kadar gula
darah pada pasien diabetes melitus.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Diabetes Melitus (DM)


2.1.1.Pengertian Diabetes Melitus (DM)
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit gangguanmetabolik
menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulinatau tubuh
tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secaraefektif.
Insulin merupakan hormon yang mengatur keseimbangan guladarah,
sehingga terjadi peningkatan konsentrasi glukosa didalam darahakibat
gangguan metabolisme insulin dalam tubuh (hiperglikemia)(ADA,
2018).

Diabetes Melitus ditandai dengan kadar glukosa dalam darahmelebihi


batas normal dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemakdan
protein ditimbulkan karena kadar insulin secara relatif.Pemeriksaan
Glukosa Darah Sewaktu (GDS) ≥ 200 mg/dl dan hasilpemeriksaan
Glukosa Darah Puasa (GDP) ≥ 126 mg/dl juga dapatdigunakan untuk
pedoman diagnosis DM. Sementara glukosa setelah 2jam makan (2
jam pp) adalah ≥ 200 mg/dl (Nadra., S. 2018).

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan


karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Banyak komplikasi yang
muncul akibat penyakit diabetes ini, hal yang dapat dilakukan oleh
penderita DM adalah mencegah komplikasi dengan cara mengontrol
dan mengendalikan penyakitnya agar dapat mempertahankan
kehidupan yaitu dengan mematuhi atau menjalankan empat pilar
pengelolaan diabetes sehingga penderita DM terhindar dari kejadian
rehospitalisasi, dimana suatu keadaan yang dialami penderita diabetes
melitus dimana penderita mengalami kegagalan dalam menjaga kadar
gula darahnya. Untuk menghindari peningkatan kadar gula darah pada

6
7

penderita diabetes melitus dibutuhkan perilaku yang baik, yaitu


dengan cara melaksanakan empat pilar yakni peningkatan edukasi,
pengaturan diet, olahraga, dan mengkonsumsi obat secara teratur
(Marbun, 2020).

2.1.2. Klasifiaksi Diabetes Melitus


Klasifikasi etiologi DM menurut American Diabetes Association 2018
dibagi dalam 4 jenis yaitu (ADA, 2018) :
1. Diabetes Melitus Tipe I atau Insulin Dependent Diabetes Melitus/
IDDM
Diabetes Melitus tipe I terjadi karena adanya distruksi sel beta
pankreas karena sebab autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit
atau tidak sama sekali sekresi insulin dapat ditentukan dengan level
protein c-peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeksi sama
sekali. Manifestasi klinik pertama dari penyakit ini adalah
ketoasidosis. Faktor penyebab terjadinya DM tipe I adalah infeksi
virus atau rusaknya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan karena
reaksi autoimun yang merusak sel-sel penghasil insulin yaitu sel β
pada pankreas secara menyeluruh. Oleh sebab itu, pada DM tipe I
pankreas tidak dapat memproduksi insulin. Penderita DM untuk
bertahan hidup harus diberikan insulin dengan cara disuntikkan pada
area tubuh penderita. Apabila insulin tidak diberikan maka penderita
akan tidak sadarkan diri, disebut juga dengan koma ketoasidosis atau
koma diabetik (Nurrahmani, 2016).

2. Diabetes Melitus tipe II atau Insulin Non-dependent Diabetes Melitus/


NIDDM
Diabetes Melitus tipe II disebabkan oleh kegagalan relatif sel β
pankreas dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya
kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh
jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati.
Sel β pankreas tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini
sepenuhnya, artinya terjadi defensiensi relatif insulin. Ketidak
8

mampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada


rangsangan glukosa maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan
perangsang sekresi insulin lain (Sulistiyowati, 2018).

Salah satu penyebab penyakit diabetes khususnya DM tipe 2 adalah


keadaan stress oksidatif yang dapat menginduksi resistensi insulin dari
sel beta pankreas. Selain itu, hiperglikemia juga terlibat dalam proses
pembentukan radikal bebas. Hiperglikemia menyebabkan autooksidasi
glukosa, glikasi protein dan aktivasi jalur metabolisme poliol yang
selanjutnya mempercepat pembentukan senyawa oksigen reaktif.
Oksidasi lipid yang berlebihan dapat membentuk senyawa radikal
sehingga diperlukan senyawa antioksidan untuk meredamnya (Nanda,
2016).

3. Diabetes Melitus Tipe Lain.


Diabetes Melitus tipe ini terjadi akibat penyakit gangguan metabolik
yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah akibat faktor genetik
fungsi sel β, penyakit eksokrin pankreas, penyakit metabolik endokrin
lain, infeksi virus. Diabetes tipe ini dapat dipicu oleh obat atau bahan
kimia (seperti dalam pengobatan HIV/AIDS atau setelah transplantasi
organ) (ADA, 2018).

4. Diabetes Melitus Gestasional.


Diabetes Melitus tipe ini terjadi selama masa kehamilan dimana
intoleransi glukosa didapati pertama kali pada masa kehamilan,
biasanya pada trimester kedua dan ketiga. DM gestasional
berhubungan dengan meningkatkan komplikasi perinatal. Penderita
DM gestasional memiliki risiko lebih besar untuk menderita DM yang
menetap dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan
(Lanywati, 2015).
9

2.1.3. Faktor Risiko Diabetes Melitus


1. Faktor yang dapat dirubah
a. Obesitas
Obesitas menjadi salah satu faktor risiko utama untuk terjadinya
penyakit DM. Obesitas dapat membuat sel tidak sensitif terhadap
insulin (retensi insulin). Semakin banyak jaringan lemak dalam
tubuh semakin resistensi terhadap kerja insulin, terutama bila
lemak tubuh terkumpul di daerah sentral atau perut (Widiardani,
2016). Makan makanan yang berlebihan dapat menyebabkan gula
darah dan lemak mengalami penumpukan dan menyebabkan
kelenjar pankreas bekerja lebih ekstra memproduksi insulin untuk
mengolah gula darah yang masuk. Seseorang yang mengalami
obesitas apabila memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) lebih dari
25, maka dapat meningkatkan risiko untuk terkena DM. Obesitas
dapat menimbulkan resistensi insulin melalui beberapa mekanisme
seperti peningkatan lemak visceral yaitu tipe jaringan adipose
yang berbeda secara fungsional yang dapat mempengaruhi
keseimbangan glukosa (Widiardani, 2016).
b. Gaya Hidup
Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam
aktivitas sehari-hari. Makanan cepat saji (junk food), kurangnya
berolahraga dan minum-minuman yang bersoda merupakan faktor
pemicu terjadinya DM tipe II (Abdurrahman, 2016).Penderita DM
diakibatkan oleh pola makan yang tidak sehat dikarenakan pasien
kurang pengetahuan tentang bagaimana pola makan yang baik
dimana mereka mengkonsumsi makanan yang mempunyai
karbohidrat dan sumber glukosa berlebihan, kemudian kadar
glukosa darah menjadi naik sehingga perlu pengaturan diet yang
baik bagi pasien dalam mengkonsumsi makanan yang bisa
diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya(Bertalina, 2016).
10

2. Faktor resiko yang tidak dapat dirubah


a. Usia
Semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi risiko terkena
DM tipe II terjadi pada orang dewasa setengah baya, paling sering
setelah usia 45 tahun. Penelitian epidemiologi pada berbagai
populasi, prevalensi DM memperlihatkan peningkatan yang
spesifik menurut usia. Kategori usia 50-60 tahun pada populasi
masyarakat di Eropa merupakan usia meningkatnya risiko DM
(Gibney, 2016).
b. Riwayat Keluarga
Seseorang akan lebih cepat terkena penyakit DM apabila seseorang
tersebut memiliki garis keturunan dari ibu dan akan terkena
penyakit DM lebih mudah lagi bila memiliki riwayat garis
keturunan DM dari ayah dan ibu (Santosa, A. 2017).
c. Riwayat Diabetes pada Kehamilan (Gestasional)
Seorang ibu yang hamil akan menambah konsumsi makanannya,
sehingga berat badannya mengalami peningkatan 7-10 kg, saat
makanan ibu ditambah konsumsinya tetapi produksi insulin kurang
mencukupi maka akan terjadi DM. Memiliki riwayat diabetes
gestasional pada ibu yang sedang hamil dapat meningkatkan risiko
DM (Gibney, 2016).

2.1.4.Etiologi Diabetes Melitus


Penyebab utama gangguan metabolisme pada diabetes tipe 1 adalah
penyakit autoimun yang menyerang sel beta pankreas, sedangkan pada
DM Tipe 2, DM adalah resistensi insulin sel β dan sekresi insulin
relatif menurun Pankreas disebabkan oleh sekresi insulin yang tidak
mencukupi (ADA, 2018).

2.1.5. Gejala Diabetes Melitus


Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi akut dan kronik. Gejala
akut diabetes melitus yaitu: poliphagia (banyak makan), polidipsia
11

(banyak minum), poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam


hari), nafsu makan bertambah namun berat badan turun dengan cepat
(5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah.Gejala kronik
diabetes melitus yaitu : kesemutan, kulit terasa panas atau seperti
tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah
mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah
lepas, kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi
impotensi, pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian
janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg.
Para ibu hamil sering mengalami gangguan atau kematian janin dalam
kandungan, atau melahirkan bayi dengan berat lebih dari 3,5 kg
(Tjokroprawiro. 2015).

2.1.6.Patofisiologi Diabetes Melitus


Pada penderita diabetes tipe 1, terdapat kelainan autoimun Sejauh ini,
ini idiopatik, atau penyebabnya tidak diketahui.Respon autoimun ini
menyerang sel beta pankreas yang memproduksinya Insulin, akibatnya
insulin tidak mencukupi sehingga sekresi tidak mencukupi Memenuhi
kebutuhan metabolisme harian. Insulin tidak mencukupi Mengontrol
fungsi metabolisme gula darah Meningkatkan kadar gula darah dan
menjadikan penderita DM 1 Bertahan hidup dengan insulin eksternal
setiap hari (IDF, 2015).

Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi


insulin, namun karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu
merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai
“resistensi insulin”. Resistensi insulin banyak terjadi akibat dari
obesitas dan kurangnya aktivitas fisik serta penuaan. Pada penderita
diabetes melitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa hepatik
yang berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan sel-sel β langerhans
secara autoimun seperti diabetes melitus tipe 2. Defisiensi fungsi
insulin pada penderita diabetes melitus tipe 2 hanya bersifat relatif dan
tidak absolut. Perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel β
12

menunjukan gangguan pada sekresi insulin fase pertama, artinya


sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin dimana
perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-sel β pankreas.
Kerusakan sel-sel β pankreas akan terjadi secara progresif seringkali
akan menyebabkan defisiensi insulin, sehingga akhirnya penderita
memerlukan insulin eksogen. Pada penderita diabetes melitus tipe 2
memang umumnya ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu resistensi
insulin dan defisiensi insulin(ADA, 2018).

2.1.7.Penatalaksanakan Diabetes Melitus


1. Edukasi
Memberikan materi pendidikan kesehatan bagi penderita diabetes
Melitus dengan tujuan perawatan kesehatan pencegahan pencegahan
dan pengobatan yang di berikan seperti obat farmakologi maupun obat
non farmakologi (obat tradisional) salah satunya pemberian ekstra
bawang putih terhadap penurunan kadar gula darah dalam tubuh.
2. Jasmani
Dianjurkan untuk berolahraga 3-5 kali dengan intensitas berlatih 30-
45 menit setiap minggu dengan tujuan untuk menurunkan berat badan,
juga bisa menjaga kesehatan pasien, dan meningkatkan sensitivitas
glukosa.
3. Terapi Nutrisi Medis
Diet yang direkomendasikan termasuk karbohidrat 45-65%, lemak 20-
25%, protein 10-20%, serat 20-35 gr/hari, natrium < 2300 mg/hari.
Pada penderita diabetes Melitus di ijinkan menggunakan pemanis
alternatif sebagai pengganti glukosa, tapi tidak melebihi batas, lalu
bahan makanannya dibatasi antara lain : yang mengandung minyak
jenuh dan lemak trans, batasi asupan kolesterol hingga < 200 mg /hari.
4. Terapi Farmakologi
Pemberian terapi medis atau obat-obatan termasuk obat-obatan anti
hiperglikemia oral terdapat beberapa kategori, yaitu peningkat sekresi
insulin untuk meningkatkan sensitivitas, insulin untuk penghambat
13

penyerapan glukosa di saluran pencernaan, dan penghambat


kotransporter natrium-glukosa.
5. Pemeriksaan Laboratorium
Lakukan pengukuran glukosa darah puasa dan kadar Hb A1c. Selain
itu, penting untuk melakukan beberapa tes untuk mengetahuinya
Pasien yang terdiagnosis DM mengalami komplikasi, seperti Tes
kolesterol total, tes fungsi hati dan ginjal, pemeriksaan rontgen dada,
dll (PARKENI, 2016).

2.2. Kadar Glukosa Darah (KGD)


2.2.1. Pengertian
Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk
dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di
hati dan otot rangka. Glukosa merupakan sumber energi utama bagi
sel manusia. Glukosa dibentuk dari karbohidrat yang dikonsumsi
melalui makanan dan disimpan sebagai glikogen dihati dan otot
(Lestari, 2017). Gula darah terdiri dari glukosa, fruktosa, dan
galaktosa. Glukosa merupakan monosakarida yang paling dominan,
sedangkan fruktosa akan meningkat pada saat hamil dan laktasi.
Sebagian besar karbohidrat yang dapat dicerna di dalam makanan
akan membentuk glukosa, yang kemudian akan dialirkan kedalam
darah dan gula lain akan dirubah menjadi glukosa di hati(Kasengke,
2015).

2.2.2.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Glukosa Darah


1. Makanan dan Minuman
Konsentrasi glukosa darah bervariasi, tergantung pada respon
metabolisme yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Pada orang
normal, konsentrasi glukosa meningkat selama jam pertama atau
setelah makan, tetapi sistem umpan balik yang mengatur kadar
glukosa darah dengan cepat mengembalikan konsentrasi glukosa ke
nilai kontrolnya, biasanya terjadi dalam waktu 2 jam sesudah absorbsi
14

karbohidrat yang terakhir. Nilai normal glukosa darah dua jam


postprandial ialah < 140 mg/dl.
2. Penyakit
Beberapa jenis penyakit dapat mempengaruhi metabolisme glukosa.
Diantaranya yaitu penyakit penkreas dan hati, infeksi, dan keganasan.
Kenaikkan kadar glukosa darah karena infeksi dapat terjadi karena
peningkatan Basal Metabolism Rate (BMR) dan glikolisis anaerob.
Sedangkan penyakit pada hati dapat menimbulkan hipoglikemia
akibat kegagalan degradasi insulin. Sel kanker mengkonsumsi glukosa
dalam jumlah yang lebih besar dari sel di sekelilingnya. Kecepatan
pertumbuhan sel kanker yang mencermin kan tingkat keganasannya
sebanding dengan tingkat konsumsi glukosa.
3. Hormon
Konsentrasi glukosa dalam darah diatur oleh beberapa hormon,
terutama insulin dan glukagon. Glukagon menaikkan konsentrasi
glukosa darah dengan mendorong glikogenolisis di dalam liver.
Sekresi glukagon dipengaruhi oleh konsentrasi gula darah, tetapi
berlawanan dengan mekanisme pada insulin.
4. Genetik
Selain meningkatkan kadar glukosa darah, faktor genetik juga dapat
mengakibatkan penurunan kadar glukosa darah. Gloyn et al. (2015)
menjelaskan tentang glukokinase sebagai enzim pengatur dalam sel
beta pankreas dan mengkatalisis sel beta dalam metabolisme glukosa.
5. Berat Badan
Ukuran tubuh secara tidak langsung mempengaruhi keseimbangan
konsentrasi glukosa darah. Hal ini berhubungan dengan fungsi
keseimbangan cairan. Individu dengan berat badan lebih (IMT > 23
kg/m²) komponen lemaknya tinggi dan cenderung mengalami
kenaikan kadar glukosa darah. Sebaliknya mereka dengan indek
massa tubuh rendah akan mempunyai komponen lemak relatif kecil
(Soegondo, 2017).
15

6. Jenis Kelamin dan Usia


Responden yang berjenis kelamin perempuan dengan usia berkisar
antara 40-71 tahun adalah responden yang paling banyak (17,81%)
menderita penyakit diabetes Melitus di laboratorium Sumberpucung.
Selain itu, diketahui bahwa pada wanita, pemakaian glikogen otot
25% lebih rendah daripada pria, sedangkan total oksidasi karbohidrat
pada wanita 43% lebih rendah daripada pria (Indriani, 2016).
7. Stres
Hormon sistem simpatoadrenal (katekolamin) dibutuhkan untuk
adaptasi terhadap stres akut dan kronik. Katekolamin (dopamin,
epinefrin, dan norepinefrin) mempermudah respon fight or flight
bersama dengan glukokortikoid, GH, dan glukokagon. Epinefrin
merupakan 80% katekolamin dalam medula. Adanya stres dapat
meningkatkan sekresi ACTH sehingga sekresi hormon glukokortikoid
juga akan meningkat dan akibatnya glukosa darah mengalami
kenaikan. Glukokortikoid lebih langsung terlibat dalam respon
terhadap stres mendadak biasanya pada tindakan pembedahan, trauma,
dan infeksi. Sekresi kortisol dipengaruhi oleh stres fisik dan emosional
input dari fomasio retikularis yang menghantar respon terhadap nyeri.
Respon ini dapat melampaui sistem umpan balik negatif dan irama
diurnal irama diurnal sehingga kadar kortisol plasma dapat meningkat
beberapa kali melebihi 25μg/dl. Hormon kortisol dapat merangsang
sekresi glukagon (Murray, 2015).
8. Aktivitas Fisik
Menurut Indriani pada tahun 2016 menyatakan bahwa peningkatan
aktifitas fisik juga dapat meningkatkan penggunaan glukosa secara
efisien melalui peningkatan pemakaian energi. Responden yang
memiliki pekerjaan swasta merupakan responden yang memiliki kadar
glukosa yang paling tinggi yaitu 31,5 %.
9. Obat
Kenaikan kadar glukosa darah dapat terjadi pada penggunaan
beberapa jenis obat. Diantaranya adalah kortikosteroid karena
16

merupakan racun yang mempengaruhi pembentukan insulin dengan


menyebabkan kerusakan sel beta pankreas sehingga produksi insulin
berkurang, produk yang mengandung estrogen, INH, dan obat diuretik
seperti furosemide serta thiazide (Putranti, 2016). Penurunan kadar
glukosa darah juga dapat disebabkan oleh berbagai jenis obat.
Konsumsi insulin dan obat hipoglikemia oral (terutama sulfonilurea)
paling sering menjadi penyebab penurunan tersebut, terkadang
penurunan kadar glukosa darah dapat pula terjadi setelah konsumsi
kinin, pentamidine, salisilat, dan sulfonamide (Sugondo, 2015).

2.2.3. Jenis Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah


Pemeriksaan gula darah adalah serangkaian untuk proses pemeriksaan
gula darah klien dalam sewaktu, keadaan puasa dan 2 jam setelah
makan. Gula darah sewaktu dilakukan kapan saja tanpa persiapan
puasa. Kadar gula darah tentang kemampuan fungsi metabolisme
tubuh(Hadijah, 2016).

Beberapa jenis pemeriksaan yang berhubungan dengan pemeriksaan


glukosa darah yaitu :
1. Gula darah puasa
Sebelum dilakukan pemeriksaan pasien harus puasa 10-14 jam.
2. Glukosa darah sewaktu
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien tanpa perlu
memeperhatikan waktu terakhir pasien makan.
3. Glukosa darah 2 jam PP
Pemeriksaan ini sukar sekali distandarisasikan, karena makanan
yang dimakan baik jenis maupun jumlahnya sukar disamakan
dan juga sukar diawasi dalam tenggang waktu 2 jam untuk tidak
makan dan minum lagi(Hadijah, 2016).
17

Gambar 2.1. Glucometer

2.2.4.Patofisiologi Kadar Glukosa Darah


Hiperglikemi atau tingginya gula darah dalam tubuh yang disebabkan
sekresi insulin, kerja dari insulin atau keduanya. Defisiensi insulin
dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu (ADA, 2018):
1. Rusaknya sel-sel β pancreas. Rusaknya sel beta ini dapat
dikarenakan genetik, imunologis atau dari lingkungan seperti
virus. Karakteristik ini biasanya terdapat pada Diabetes Melitus
tipe 1.
2. Penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas.
3. Kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer.

2.3. Konsep Bawang Putih (Allium Sativum)


2.3.1. Pengertian
Bawang putih (Allium sativum) adalah tanaman herba semusim
berumpun yang mempunyai ketinggian sekitar 60 cm. Bawang putih
banyak ditanam di ladang-ladang di daerah pegunungan yang cukup
mendapat sinar matahari. Bawang putih adalah tanaman dari Allium
sekaligus nama dari umbi yang dihasilkan. Umbi dari tanaman
bawang putih merupakan bahan utama untuk bumbu dasar masakan
Indonesia(Rahmawati, 2017 : 1-3).

Gambar 2.1. Bawang Putih


18

2.3.2.Klasifikasi Bawang Putih


Menurut Rahmawati, 2017 : 2 klasifikasi dari bawang putih, antara
lain :
1. Kerajaan : Plantae
2. Divisio : Spermatophyta
3. Kelas : Monocotyledonae
4. Bangsa : Liliales
5. Suku : Liliaceae
6. Marga : Allium
7. Jenis : Allium sativum

Bawang putih termasuk kedalam tumbuhan berumbi lapis atau disebut


juga dengan tumbuhan siung yang bersusun. Bawang putih tumbuh
secara berumpun dan berdiri tegak sampai 30 – 75 cm, bawang putih
ini memilikibatang yang semu yang terbentuk dari pelepah-pelepah
daun. Helaian daunnya mirip pita, berbentuk pipih dan memanjang.
Bawang memiliki akar berupa serabut-serabut kecil yang berjumlah
banyak. Setiap daun bawang putih terdiri dari sejumlah anak bawang
(siung) dimana setiap siungnnya terbungkus kulit tipis yang berwarna
putih. Semula bawang putih merupakan tumbuhan pada daerah
dataran tinggi, namun sekarang di Indonesia, pada jenis tertentu
bawang putih pun banyak dibudidayakan di dataran rendah. Bawang
putih berkembang dengan baik pada ketinggian berkisar 200 – 250
meter di atas permukaan laut (Untari, 2015).

2.3.3.Manfaat Bawang Putih


Tidak banyak yang tahu bawang putih memiliki beragam khasiat dan
kegunaan. Salah satunya, khasiat bawang putih bisa mencegah dan
mengobati berbagai macam penyakit. Dikalangan masyarakat bawang
putih popular untuk pengobatan berbagai jenis penyakit, selain itu
bawang putih berkhasiat sebagai penambah stamina (Rahmawati,
2017 : 100-101). Sejak zaman Yunani dan Romawi kuno, bawang
19

putih telah banyak dikonsumsi dan digunakan sebagai obat, seperti


halnya di dalam resep makanan Libanon, bawang putih ini digunakan
sebagai resep untuk diet. Di Negara Asia, seperti Jepang atau Cina,
bawang putih bisa dikonsumsi tanpa harus ditumbuk seperti
kebanyakan bumbu di Indonesia, namun satu siung bawang putih bisa
langsung dibakar di atas api atau dimakan langsung (Untari, 2015).

Bawang putih juga bermanfaat sebagai penurun kadar kolesterol. Hal


ini karena bawang putih memiliki zat ajoene yang terkandung di
dalamnya, yaitu suatu senyawa yang bersifat antikolesterol dan
membantu mencegah penggumpalan darah. Ada pula penelitian yang
menemukan bahwa mengkonsumsi bawang putih secara teratur sekitar
2 – 3 siung setiap hari dapat membantu mencegah serangan jantung.
Hal ini karena bawang putih bermanfaat membantu mengecilkan
sumbatan pada arteri jantung sehingga menimimalkan terjadinya
serangan jantung (Untari, 2015).

Berdasarkan laporan WHO, bawang putih dapat digunakan sebagai


terapi pendamping hiperglikemia. Sepertiga pasien diabetes
menggunakan pengobatan alternatif yang mereka anggap berkhasiat,
diamana bawang putih yang paling banyak mereka gunakan. Bawang
putih dan komponen yang terdapat dalam bawang putih tersusun atas
berbagai unsur yang menunjukkan aktivitas antidiabetes. Alisin,
senyawa mengandung sulfur yang memberikan bau tajam khas
bawang putih dan menunjukkan aktifitas hipoglikemik yang
signifikan. Aktifitas ini diduga disebabkan oleh metabolisme hepar
yang meningkat, peningkatan pelepasan insulin dari sel beta pankreas
dan/atau peningkatan sensitifitas insulin (Londhe. dkk, 2017).

2.3.4. Kandungan Bawang Putih


Dalam 100 gr bawang putih terkandung 71,0 gr air, 95 kalori, 4,5 gr
protein, 0,2 gr lemak, 23,1 gr karbohidrat, 42 mg kalsium, 346 gr
kalium, 134 mg fosfor, 1,0 mg besi, 0,22 mg vit B1, dan 15 md vit C.
20

Melalui ekstraksi dan isolasi kimiawi, dapat diketahui beberapa


senyawa aktif yang terkandung dalam bawang putih, seperti allicin
yang ditemukan oleh Bailey dan Cavallito tahun 1944, allicin yang
ditemukan oleh Stoll dan Seebeck tahun 1448, ajoene, Sallycyctein,
dan scordinin (Rahmawati, 2017 : 34).

Allicin pada bawang putih mempunyai daya antibiotik yang kuat,


namun senyawa ini merupakan senyawa yang labil, jika dalam satu
menit berada di udara bebas akan mengalami dially disulfide.
Kandungan allicin dalam bawang putih sangat kecil, selain itu rentan
terhadap dekomposisi jika berada di udara bebas. Menurut Yuhua dan
Eddy, menyatakan bahwa 100 gr bawang putih memiliki kadungan
kimia yang terdiri dari 1,5% Allicin yaitu merupakan komponen
penting dalam efek antibiotik, 4,5 gram protein, lemak 0,2 gram,
hidrat arang 23,10 gram, Vitamin B1 0,22 miligram, Vitamin C 15
miligram, Kalori 95 kalori, Posfor 134 miligram, Kalsium 42
miligram, Zat besi 1 miligram, Air 71 gram (Untari, 2015).

Allicin merupakan senyawa kimia pada bawang putih yang berperan


sebagai antibiotik. Dalam penghambatannya allicin merusak dinding
sel bakteri dan juga menghambat sintesis RNA. Perusakan dinding sel
bakteri bakteri dilakukan allicin dengan cara menginhibisi biosintesis
dipeptidoglikan yang berperan dalam memberikan kekuatan dan
rigidasi pada dinding sel, sedangkan penghambatan sintesin RNA
dilakukan allicin dengan cara membentuk ikatan yang sangat kuat
pada enzim bakteri yaitu DNA Dependent RNA Polymerase sehingga
sintesis RNA pada bakteri terhambat (Akintobi et al. dalam Bayati,
2017).

Bawang putih (Allium sativum) mengandung minyak atsiri yang


diduga memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Semantara itu, zat
yang diduga berperan memberi aroma bawang putih yang khas adalah
21

alisin karena alisin mengandung sulfur dengan struktur tidak jenuh


dan dalam beberapa detik saja terurai menjadi senyawa dialil-
disulfida. Scordinin berperan sebagai enzim pertumbuhan dalam
germinasi (pembentukan tunas) dan pengeluaran akar bawang putih.

Kandungan kimia lain yang ada dalam bawang putih per 100 gram
sebagai berikut (Syamsiah, 2016):
1. Air dengan jumlah 66,2 – 71,0 g.
2. Kalori 95,0 – 122 kal.
3. Kalsium yang bersifat menenangkan sehingga cocok sebagai
4. pencegah hipertensi, sebesar 26 – 42 mg.
5. Saltivine yang bisa mempercepat pertumbuhan sel dan jaringan
6. serta merangsang susunan sel.
7. Sulfur 60 – 20 mg.
8. Protein 4,5 – 7 g.
9. Lemak 0,2 – 0,3 g.
10. Karbohidrat 23,1 – 24,6 g.
11. Fosfor 15 – 109 mg.
12. Besi 1,4 – 1,5 mg.
13. Vitamin A, B, dan C.
14. Kalium 346 – 377 mg.
15. Selenium

2.3.5. Efek Samping Bawang Putih


Efek samping yang banyak dilaporkan pada beberapa uji klinik antara
lain bau napas dan bau badan yang tidak sedap akibat mengonsumsi
bawang putih. Selain itu dilaporkan juga adanya efek samping ringan
terhadap pencernaan (mual dan kembung), serta potensi reaksi alergi
akibat mengonsumsi bawang putih, antara lain dermatitis kontak,
urtikaria, angioedema, pemfigus, anafilaksis dan fotoalergi, perubahan
pada fungsi platelet dan koagulasi (dengan resiko perdarahan), serta
rasa terbakar ketika bawang putih diaplikasikan secara
22

topikal.Konsumsi suplemen bawang putih pada ibu menyusui tidak


mempengaruhi secara signifikan terhadap frekuensi bayi menyusu
maupun produksi air susu ibu(Borrelli. F, 2017).

2.3.6. Mekanisme Kerja Bawang Putih Terhadap Kadar Glukosa Darah


Mekanisme kerja alisin pada bawang putih sebagai antidiabetes
bekerja melalui insulin di dalam plasma, yaitu dengan meningkatkan
sekresi insulin dari sel beta pankreas. Alisin pada bawang putih
menstimulasi sel beta pankreas untuk menghasilkan lebih banyak
insulin, dengan cara tersebut, glukosa di dalam darah akan masuk
kedalam jaringan tubuh dengan adanya insulin yang diberikan dari
stimulasi alisin bawang putih tersebut. Efek antidiabetes dari bawang
putih menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih dapat menjaga kadar
glukosa dalam kadar normal. Bahkan ekstrak bawang putih
dinyatakan dalam penelitian yang telah dilakukan lebih efektif
dibandingkan dengan glibenklamid(Liliswanti, 2017).

2.3.7. Cara Kerja Pembuatan Ekstrak Bawang Putih


Cara pengolahan bawang putih untuk kestabilan kadar glukosa darah
adalah 3 siung bawang putih dihaluskan, lalu dimasukkan kedalam
200 ml air biasa, dan disaring. Larutan bawang putih ini diberikan
kepada responden dan diminumsatu kali sehari. Larutan diminum
selama tujuh hari.

2.4. Penelitian Terkait


1. Menurut penelitian Lisiswanti. R, & Haryanto. F.P, 2017tentang Allicin
Pada Bawang Putih (Allium sativum) Sebagai Terapi Alternatif Diabetes
Melitus Tipe 2 mengatakan bahwa Secara klinis, bawang putih telah
dievaluasi manfaatnya dalam berbagai hal, termasuk sebagai pengobatan
untuk hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes, rheumatoid arthritis, demam
atau sebagai obat pencegahan atherosclerosis, dan juga sebagai penghambat
tumbuhnya tumor. Bawang putih memiliki potensi farmakologis sebagai
23

agen antibakteri, antihipertensi dan antitrombotik. Bawang putih memiliki


kandungan 65% air, 28% karbohidrat (terutama fruktosa), 2,3% bahan
organosulfur (terutama allinase dan ajoene), 2% protein 1,2 % asam amino
bebas (terutama arginin). Efek farmakologi pada bawang putih berasal dari
allicin dan turunannya yaitu diallyl disulfide (DADS), diallyl sulfide (DAS),
diallyl trisulfide (DTS) dan sulfur dioxide. Allicin dalam bentuk aktifnya
berperan sebagai antibiotik serta antidiabetik di dalam tubuh manusia.
Rendahnya kepercayan masyarakat akan obat-obatan kimiawi menjadikan
terapi herbal menjadi fokus banyak peneliti saat ini, dan bawang putih
adalah satu bahan herbal yang digunakan dalam penanganan Diabetes
Melitus. Hadirnya terapi menggunakan bawang putih seakan membuka
harapan baru untuk menjalani terapi Diabetes Melitus yang efektif dan aman
2. Menurut penelitianYuniarni. U. dkk, 2012tentang Pengaruh Penggunaan
Kombinasi Ekstrak Bawang Putih Dan Kunyit Terhadap Hasil Laboratorium
Klinik Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 yang mengatakan bahwa Uji
klinik sebelumnya menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak bulbus bawang
putih (Allium sativum) dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.). pada
dosis 2,4 mg/hari dilaporkan dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa
secara bermakna pada penderita diabetes melitus tipe 2 (DM tipe 2).
Penderita DM tipe-2 yang disertai dislipidemia yang belum pernah
mendapatkan terapi dengan obat antidiabetes ataupun insulin sebelumnya
pada pria atau wanita usia > 35 tahun. Subyek yang mengikuti penelitian
berjumlah 32 orang pasien intention to treat. Hasil pemeriksaan minggu ke-
12 setelah terapi dibandingkan terhadap minggu ke-2 setelah diet
menunjukkan tidak adanya perubahan terhadap hasil pemeriksaaan
laboratorium klinik pada pasien diabetes Melitus Tipe 2 yang menggunakan
kombinasi ekstrak bawang putih dan kunyit.
3. Menurut penelitian Cahya. B, dkk. 2015tentang Uji efek ekstrak umbi
bawang putih (Allium sativum) terhadap kadar glukosa darah tikus wistar
(Rattus norvegicus) yang diinduksi aloksan yang mengatakan bahwa
Bawang putih (Allium sativum) diyakini masyarakat sebagai salah satu
tanaman obat yang mampu mencegah dan mengobati berbagai penyakit,
24

salah satunya diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah


pemberian ekstrak umbi bawang putih dapat menurunkan kadar glukosa
darah tikus Wistar (R. norvegicus) yang diinduksi aloksan. Subjek penelitian
berupa tikus Wistar jantan berjumlah 18 ekor yang dibagi dalam 6
kelompok, terdiri atas satu kelompok kontrol negatif dan lima kelompok
tikus Wistar yang diberi aloksan dengan dosis 130 mg/kgBB yang
menyebabkan tikus Wistar dalam keadaan hiperglikemik. Tikus
hiperglikemik diberi ekstrak umbi bawang putih dengan dosis 3 mg/200
gBB tikus, 6 mg/200 gBB tikus, dan 12 mg/200 gBB tikus, kelompok
kontrol positif diberi analog insulin, dan satu kelompok hanya diberi
aloksan. Data diperoleh dari pemeriksaan kadar glukosa darah pada semua
kelompok tikus Wistar pada hari ke nol, pertama, dan kedua pada jam ke-0,
6, 12, 18, dan 24. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak
umbi bawang putih dengan dosis 6 mg/200 gBB tikus dan 12 mg/200 gBB
tikus mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah tikus Wistar.

2.5. Kerangka Konsep


Pre Perlakuan Post

Kadar Konsumsi Kadar


Glukosa Bawang Putih Glukosa
Darah (Allium Sativum) Darah

Skema 2.1.
Kerangka Konsep

2.6. Hipotesis
Ha : Ada pengaruh bawang putih terhadap kadar glukosa darah pada
pasien diabetes melitus di Puskesmas Rawat Inap Gunung Tua
Tahun 2021.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimen dengan metode
pretest-postest with control groupdimana rancangan ini menggunakan satu
kelompok subjek, pengukuran dilakukan sebelum (Pre-test) dan sesudah
(Post-test) perlakuan. Penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu
kelompok perlakuan dan kontrol. Pembagian kelompok dilakukan dengan
cara acak (random) dimana setiap subjek yang memenuhi kriteria inklusi
memiliki kesempatan yang sama untuk masuk dalam kelompok perlakuan
maupun kontrol.

Pengaruh Bawang Putih Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Pasien


Diabetes Melitus Di Puskesmas Rawat Inap Gunung Tua Tahun 2021.

Pre-test Post-test
01 X1 02
03 X0 04

Keterangan :
01 = Pengukuran KGD sebelum intervensi
02 = Pengukuran KGD kedua setelah intervensi
X1 = Kelompok Intervensi
03 = Pengukuran KGD sebelum tanpa intervensi
04 = Pengukuran KGD setelah tanpa Intervensi
X0 = Kelompok kontrol

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1. Lokasi Peneltian
Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap
Gunung Tua.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April s/d Agustus Tahun 2021

25
26

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia : klien)
yang memenuhi kriteria yang telah di tetapkan (Nursalam, 2016).
Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah penderita diabetes
Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Gunung Tua Tahun
2021. Jumlah penderita diabetes Melitustiga bulan terakhir pada tahun
2021 adalah sebanyak 180 orang
3.3.2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan
sebagai subjek penelitian melalui teknik sampling(Nursalam, 2016).
Rumus sampel yang digunakan adalah rumus sampel menurut
Nursalam tahun 2016, yaitu :

Keterangan :
n = Perkiraan jumlah sampel
N = Perkiraan besar populasi
z = Nilai standar normal untuk
α = 0,05 (1,96)
p = Perkiraan proporsi 50% (0,5)
q = 1 – p (100% - p)
d = Derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan (0,05)
Perhitungan :
180 x(1,92) 2 x0,5 x0,5
n= = 17,57 ~ dibulatkan = 18
0.05(180) + 1,92 x0,5 x0,5
Maka peneliti mengambil jumlah sampel adalah 18 responden.
Kriteria Inklusi :
1. Kadar gula darah >125 mg/dL
2. Penderita diabetes melitus yang bersedia di teliti
3. Penderita diabetes melitus yang berada di wilayah kerja Puskesmas
Rawat Inap Gunung Tua saat penelitian
27

Kriteria Eksklusi :
1. Pasien yang tidak hadir/ mengundurkan diri saat dilakukan penelitian
2. Pasien dengan penurunan kesadaran (delirium) atau meninggal saat
dilakukan penelitian.
3. Pasien dengan gangguan kejiwaan

Penelitian ini merupakan penelitian yang membandingkan dua kelompok


yaitu kelompok kontrol dengan kadar glukosa darah normal dan kelompok
perlakuan dengan kadar glukosa darah tidak normal. Sehingga besar sampel
yang diperlukan dalam penelitian ini sebanyak 18 orang. Pada penelitian ini,
sampel akan diambil dengan menggunakan teknik Purposive Sampling.
Purposive sampling adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara
memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti
(tujuan/masalah dalam penelitian)(Nursalam, 2016).

3.4. Definisi Operasional


Tabel 3.1.
Definisi Operasional

Definisi Skala
No Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
1 Bawang Meminum larutan SAP dan - - -
putih bawang putih Lembar
(Allim yang diolah Observasi
sativum menjadi obat
Linn). herbal (Bawang
putih sebanyak 3
siung diolah
dengan 200 ml air
biasa di minum1
kali sehari selama
7 hari).
2 Kadar Gula Kadar gula darah Kuesioner Darah diambil 1 : Normal Nominal
Darah merupakan Glucometer dari ujung jari (≤ 125 mg/dl)
pemeriksaan yang dengan 2 :Tidak Normal
di ambil melalui menggunakan (≥ 125 mg/dl)
pembuluh darah jarum yang
kapiler yang di disebut lancet,
periksa lalu kadar gula
mengunakan alat darah akan
glucometer yang dideteksi oleh
dilakukan oleh sensor yang ada
peneliti. pada blood
glucose test strip.
28

3.5. Aspek Pengukuran


1. Konsumsi Bawang Putih
Cara pengolahan bawang putih untuk kestabilan kadar glukosa darah
adalah 3 siung bawang putih dihaluskan, lalu dimasukkan kedalam 200
ml air biasa, dan disaring. Larutan bawang putih ini diberikan kepada
responden dan diminumsatu kali sehari. Larutan diminum selama tujuh
hari
2. Pemeriksaan KGD
Alat cek gula darah merupakan alat yang berfungsi untuk mengukur
kadar gula di dalam darah. Cara kerjanya, darah diambil dari ujung jari
dengan menggunakan jarum yang disebut lancet. Lalu, kadar gula darah
akan dideteksi oleh sensor yang ada pada blood glucose test strip.
Menurut WHO tahun 2018 :
Normal : ≤ 125 mg/dl
Tidak Normal : ≥ 125 mg/dl

3.6. Alat dan Prosedur Pengumpulan Data


3.6.1. Alat Pengumpulan Data
1. Alat Ukur Kadar Gula Dalam Darah
Alat yang di gunakan untuk mengukur kadar gula dalam darah
dengan menggunakan glukometer dengan metode Strip.
Glukometer adalah alat portabel yang dapat digunakan untuk
mengukur kadar gula darah, dimana hasil dapat diketahui dalam
waktu sekitar 11 detik, dimana alat glukometer akan menampilkan
hasil kadar gula darah adalah :
a. <125 mg/dl
b. >125 mg/dl

Gambar 3.1 Glukometer


(Alat Pengukuran Kadar Gula Darah)
29

2. Lembar Observasi
Lembaran observasi kadar gula darah sebelum (Pre) dan sesudah
(Post) perlakuan Dan SAP Konsumsi bawang putih pada pasien
DM. Cara pengolahan bawang putih untuk kestabilan kadar
glukosa darah adalah 3 siung bawang putih dihaluskan, lalu
dimasukkan kedalam 200 ml air biasa, dan disaring. Larutan
bawang putih ini diberikan kepada responden dan diminum satu
kali sehari. Larutan diminum selama tujuh hari. Sedangkan untuk
cek gula darah merupakan alat yang berfungsi untuk mengukur
kadar gula di dalam darah. Cara kerjanya, darah diambil dari
ujung jari dengan menggunakan jarum yang disebut lancet. Lalu,
kadar gula darah akan dideteksi oleh sensor yang ada pada blood
glucose test strip.

3.6.2. Prosedur Penelitian


1. Pelaksanaan penelitian dimulai dari menetapkan responden penelitian.
Responden dalam penelitian ini adalah 18 orang.
2. Sebelum melakukan pengambilan data, terlebih dahulu peneliti
melakukan pengurusan proses penelitian, mulai dari perizinan dari
lembaga pendidikan,
3. Selanjutnya peneliti memberikan surat izin tersebut kepada kepala
Puskesmas Rawat Inap Gunung Tua untuk pengambilan data.
4. Selanjutnya peneliti bersama dengan petugas puskesmas atau kader
untuk mengunjungi rumah calon responden.
5. Setelah ditemukan calon responden yang sesuai dengan kriteria
sampel, maka peneliti menjelaskan maksud penelitian dan manfaat
dari konsumsi bawang putih terhadap kadar gula darah pada penderita
diabetes melitus.
6. Jika calon responden sudah bersedia menjadi responden maka
selanjutnya responden diminta menandatangani informent consent.
7. Setelah itu peneliti mulai melakukan pengukuran tekanan darah
pretest, pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali untuk memastikan
30

bahwa responden memang penderita diabetes melitus, dan dilakukan


pencatatan.
8. Selanjutnya peneliti melakukan pemberlakuan konsumsi bawang putih
terhadap penderita diabetes melitus.
9. Penelitian ini berlangsung selama 14 hari, dimana masing-masing
responden harus mengkonsumsi bawang putih sebanyak dua kali
dalam sehari
10. Kemudian mengukur kembali kadar gula darah. responden setelah
intervensi dilakukan secara penuh dalam sehari dan melihat perubahan
kadar gula darah setelah intervensi dilakukan selama 14 hari berturut-
turut.
11. Pada kunjungan pertama larutan bawang putih dibuat oleh peneliti
sendiri sehingga responden bisa langsung meminumnya, sedangkan
untuk kunjungan kedua peneliti menyediakan bahan untuk selanjutnya
membuat larutan bawang putih bersama-sama dengan responden
dirumahnya, dan pada pertemua terakhir responden diminta untuk
membuat larutan bawang putih secara mandiri.
12. Setelah semua data dari penelitian telah terkumpul, peniliti melakukan
perhitungan dengan pengolahan data pada komputerisasi.

3.7. Etika Penelitian


Sebelum melakukan pengambilan data, terlebih dahulu peneliti melakukan
pengurusan proses penelitian, mulai dari perizinan dari lembaga pendidikan,
kemudian memperoleh izin penelitian, selanjutnya peneliti memberikan
surat izin tersebut kepada kepala Puskesmas Rawat Inap Gunung Tua untuk
pengambilan data dan penelitian ini telah lulus uji etik etik ke KEP USM
Indonesia dengan No.912/F/KEP/USM/VII/2021 yang menekankan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut: dengan memperhatikan etika penelitian
yang meliputi :
1. Informed consent
Peneliti akan menemui responden untuk dimintai persetujuan untuk
menjadi sampel dalam penelitian. Peneliti akan menjelaskan tujuan dan
31

manfaat penelitian, jika responden bersedia maka akan diminta untuk


menandatangani lembar persetujuan tetapi jika lansia menolak untuk
menjadi sampel maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap
menghormati haknya.
2. Non-malefecience
Peneliti ini menggunakan prosedur yang tidak menimbulkan bahaya bagi
responden dan terbebas dari rasa tidak nyaman, dalam hal ini peneliti
menyakinkan responden bahwa ini tidak merugikan responden peneliti,
setelah itu peneliti membagi kuesioner dan di isi oleh responden
3. Beneficience
Penelitian yang dilakukan harus memberikan manfaat kepada responden,
baik secara langsung maupun secara tidak langsung salah satu manfaat
yang diberikan bawang putih dapat menstabilkan kadar glukosa darah
dalam tubuh pada penerita diabetes miletus.
4. Autonomy
Peneliti memberikan jaminan pada responden dengan cara tidak
mencantumkan nama lengkap responden tetapi hanya mencantumkan
inisial responden pada lembar pengumpulan data karakteristik dan hasil
penelitian yang disajikan. Peneliti juga menjamin kerahasian semua
informasi hasil penelitian yang telah dikumpulkan dari responden.
5. Confidentiality
Peneliti akan menjaga kerahasiaan informasi data-data mengenai
responden maupun masalah-masalah lain yang diberikan responden
kepada peneliti.

3.8. Teknik Pengolahan Data


1. Editing
Setalah data terkumpulkan, peneliti melakuka pengecek kembali data yang
telah dikumpulkan. Hal ini dilakukan untuk menghindari pemeriksaan kadar
gula dalam darah berulang dan memastikan bahwa semua data yang
diperlukan dalam penelitian sudah lengkap.
32

2. Coding
Memberikan kode-kode pada setiap jawaban yang diberikan oleh responden
atau pengkodean dilakukan dengan cara memberikan kode pada setiap
lembar pengumpulan data berdasarkan ketentuan yang ditetapkan penelitian
untuk mempermuda analisa data yaitu pengkodean umur pada umur 20-40
tahun dengan skor 1, umur 40-65tahun dengan skor 2, dan umur > 65 tahun
dengan skor 3. Jenis kelamin : laki-laki dengan skor 1 dan perempuan
dengan skor 2. Pendidikan : pendidikan rendah dengan skor 1, pendidikan
menegah dengan skor 2, dan pendidikan tinggi dengan skor 3. Pekrjaan :
PNS dengan skor 1, wiraswasta dengan skor 2, petani dengan skor 3, dan
tidak bekerja/IRT dengan skor 4. Penghasilah : < dari UMR dengan skor 1,
> dari UMR dengan skor 2. Kadar glukosa darah sebelum diberikan bawang
putih : normal dengan skor 1, tidak normal dengan skor 2Kadar glukosa
darah setelahdiberikan bawang putih: normal dengan skor 1, tidak normal
dengan skor 2.
3. Tabulating
Memasukkan data kedalam tabel distribusi frekuensi maupun tabulasi silang
dari kedua variabel untuk mempermudah pengolahan dan analisa data dan
pengambilan keputusan apakah ada pengaruh bawang putih terhadap kadar
glukosa darah pada pasien diabetes melitus di Puskesmas Rawat Inap
Gunung Tua.

3.9. Teknik Analisa Data


3.9.1.Analisa Univariat
Analisis penelitian ini dilakukan dengan komputerisasi, dengan
menggunakan analisa distribusi frekuensi untuk melihat pengaruh
bawang putih terhadap kadar gula darah pada diabetes melitus di
Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Gunung Tua Tahun 2021.

3.9.2.Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk melihat
pengaruh setelah konsumsi bawang putih, dimana dapat dilakukan
dengan mengukur kadar gula darah pada penderita diabetes melitus
33

sebelum dan sesudah dilakukan pemberlakuan. Data yang


dikumpulkan diolah dengan menggunakan uji T dependen, dengan
derajat kepercayaan ≤ 0,05. berarti ada pengaruh bawang putih
terhadap kadar gula darah pada penderita diabetes melitus, dan
sebaliknya apabila nilai derajat kepercayaan ≥ 0,05 berarti tidak ada
pengaruh bawang putih terhadap kadar gula darah pada penderita
diabetes melitus.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bawang putih terhadap
kadar glukosa darah pada pasien diabetes miletus di Wilayah Kerja
Puskesmas Rawat Inap Gunung Tua tahun 2021. Adapun sampel pada
penelitian ini berjumlah 18 orang penderita diabetes miletus. Data
dikumpulkan dengan cara melakukan pengukuran kadar glukosa darah
sebelum dan sesudah diberikan larutan bawang putih. Penelitian dilakukan
di wilayah kerja puskesmas Gunung Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap
Gunung Tua Tahun 2021.

Puskesmas Rawat Inap Gunung Tua merupakan puskesmas rawat inap yang
berada di Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara.
Puskesmas Rawat Inap Gunung Tua memiliki layanan unggulan di bagian
pemeriksaan kadar gula darah gratis secara berkala dibawah pengawas
kepala Puskesmas Rawat Inap Gunung Tua.

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengukur kadar glukosa dalam darah
pada penderita diabetes miletus sebelum diberikan intervensi, kemudian
akan diberikan bawang putih dan selanjutnya dilakukan pengukuran kadar
gula darah setelah intervensi kepada responden penelitian. Meningkatkanya
jumlah pasien yang dirawat inap setiap tahunnya menandakan bahwa
Puskesmas Rawat Inap Gunung Tua merupakan puskesmas yang cukup
menjadi pilihan masyarakat, baik yang tinggal di wilayah daerah Gunung
Tua maupun yang datang dari luar.

34
35

4.2. Hasil Penelitian


4.2.1 Analisa Univariat
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin,
Pendidikan, Pekerjaan dan Penghasilan
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi karakteristik Lansia DM Tipe 2 Berdasarkan
Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan dan Penghasilan di
Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Gunug Tua
Tahun 2021 (n = 18)

Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol


Karakteristik
n % n %
Umur :
20-40 tahun 4 22.2 5 27.8
40-65 tahun 9 50 6 33.3
≥ 65 tahun 5 27.8 7 38.9
Jenis Kelamin :
Laki-laki 6 33.3 10 55.6
Perempuan 12 66.7 8 44.4
Pendidikan :
Pendidikan Rendah 5 27.8 8 44.5
Pendidikan Menegah 10 55.6 6 33.3
Pendidikan Perguruan 3 16.6 4 22.2
Tinggi
Pekerjaan :
PNS 3 16.7 6 33.3
Wiraswasta 6 33.3 5 27.8
Petani 5 27.8 4 22.2
Tidak Bekerja//IRT 4 22.2 3 16.7
Penghasilan :
≤ dari UMR 11 61.1 8 44.4
≥ dari UMR 7 38.9 10 55.6

Berdasarkan tabel 4.1 mengatakan bahwa karakteristik pasien


diabetes melitus berdasarkan data demografi di Wilayah Kerja
Puskesmas Rawat Inap Gunung Tua menunjukkan bahwa pada
kelompok intervensi mayoritas umur 40-65 tahun sebanyak 50%,
jenis kelamin perempuan sebanyak 66,7%, pendidikan menegah
sebanyak 55,56%, pekerjaan wiraswasta sebanyak 33,3% dan
penghasilan ≤ dari UMRsebanyak 61.1%. Sedangkan pada
kelompok kontrol kelompok intervensi mayoritas umur >65 tahun
sebanyak 38,9%, jenis kelamin laki-laki sebanyak 55,6%,
pendidikan rendah sebanyak 44,5%, pekerjaan tidak bekerja PNS
sebanyak 33,33% dan penghasilan ≥ dari UMRsebanyak 55.6%.
36

2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kadar Glukosa Darah


Sebelum dan Setelah Diberikan Bawang Putih
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Setelah
Diberikan Bawang Putih Pada Pasien Diabetes Melitus
Di Puskesmas Rawat Inap Gunung Tua
Tahun 2021 (n = 18)

Kadar Glukosa Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol


Darah n % n %
Sebelum :
Normal 3 16.7 2 11.1
Tidak Normal 15 83.3 16 88.9
Setelah :
Normal 11 61.1 10 55.6
Tidak Normal 7 38.9 8 44.4

Berdasarkan tabel 4.2. dilihat dari kelompok intervensi kadar


glukosa darah sebelum diberikan intervensi bawang putih
mayoritas tidak normal sebanyak 83,3%. dan setelah diberikan
intervensi bawang putih mayoritas normal sebanyak 61,9%.
Sedangkan pada kelompok kontrol sebelum tanpa diberikan
intervensi bawang putih mayoritas tidak normal normal sebanyak
88,9%. dan setelah tanpa diberikan intervensi bawang putih
mayoritas normal sebanyak 55,6%

3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Rata-rata Kadar Glukosa


Darah Sebelum dan Setelah Diberikan Bawang Putih
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Rata-Rata Kadar Glukosa Darah Sebelum
dan Setelah Diberikan Bawang Putih Pada Pasien Diabetes
Melitus Di Puskesmas Rawat Inap Gunung Tua
Tahun 2021 (n = 18)

Kadar Glukosa Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol


Darah n Mean SD n Mean SD
Sebelum 18 175,28 50,181 18 185,78 52,931
Setelah 18 136,39 37,038 18 152,94 47,821

Berdasrkan tabel 4.3 dapat dilihat nilai rata-rata pada kelompok


intervensi sebelum diberikan bawang putih sebesar 175,28 mmHg
dengan standar deviasi 50,181 dan setelah diberikan bawang putih
37

sebesar 136,39 mmHg dengan standar deviasi 37,038. Sementara


pada kelompok kontrol sebelum tanpa diberikan bawang putih
sebesar 185,78 mmHg dengan standar deviasi 52,931 dan setelah
diberikan bawang putih sebesar 152,94 mmHg dengan standar
deviasi 47,821.

4.2.2. Analisa Bivariat


Tabel 4.4
AnalisaPerbedaan Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes
Melitus Sebelum dan Sesudah Pada Kelompok Intervensi
dan Kelompok Kontrol Di Wilayah Kerja Puskesmas
Rawat Inap Gunung Tua Tahun 2021

Kadar Glukosa Mean Mean Mean


n SD P value
Darah Sebelum Setelah Selisih
Intervensi 18 175,28 136,39 38,89 21,210
0.000
Kontrol 18 185,78 152,94 32,84 12,354

Berdasarkan tabel 4.4 rata- rata kadar glukosa darah pada penderita
diabetes miletus pada kelompok intervensi sebelum diberikan bawang
putih sebesar 175,28 mmHg sedangkan kadar glukosa darah pada
penderita diabetes miletus setelah diberikan bawang putih sebesar
136,39 mmHg serta diketahui rata-rata penurunan kadar glukosa darah
sebelum dan setelah diberikan bawang putih adalah 38,89 mmHg.
Sementara pada kelompok kontrol sebelum tanpa diberikan bawang
putih sebesar 185,78 mmHg sedangkan kadar glukosa darah pada
penderita diabetes miletus setelah tanpa diberikan bawang putih
sebesar 152,94 mmHg serta diketahui rata-rata penurunan kadar
glukosa darah sebelum dan setelahtanpa diberian bawang putih adalah
32,84 mmHg. Hasil uji statistik yaitu uji Paired T-test didapatkan nilai
p value = 0,000 maka pada alpha 5% terdapat perbedaan yang
signifikan rata-rata penurunan kadar glukosa darah pada penderita
diabetes melitus sebelum dan sesudah mengkonsumsi bawang putih.
38

4.3. Pembahasan
1. Kadar Gula Darah Sebelum Diberikan Bawang Putih Pada Penderita
Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Gunung
Tua.
Berdasarkan hasil didapat kadar glukosa darah sebelum diberikan intervensi
bawang putih mayoritas tidak normal sebanyak 83,3% dengan nilai rata-rata
kadar glukosa darah sebelum diberikan bawang putih adalah 175,28 mmHg.
Penelitian sebelumnya menunjukkan dosis kombinasi ekstrak bulbus
bawang putih efektif untuk menurunkan kadar glukosa darah adalah 2,4
g/hari.

Secara klinis, bawang putih telah dievaluasi manfaatnya dalam berbagai hal,
termasuk sebagai pengobatan untuk hipertensi, hiperkolesterolemia,
diabetes, rheumatoid arthritis, demam atau sebagai obat pencegahan
atherosclerosis, dan juga sebagai penghambat tumbuhnya tumor. Banyak
juga terdapat publikasi yang menunjukan bahwa bawang putih memiliki
potensi farmakologis sebagai agen antibakteri, antihipertensi dan
antitrombotik. Dari beberapa kandungan yang terdapat pada bawang putih,
alisin adalah yang digunakan sebagai agen antidiabetes. Alisin adalah
senyawa organik alami yang ada pada tumbuhan secara umum. Alisin alami
banyak memainkan peran penting dalam pencegahan diabetes.

Diabetes melitus merupakan penyakit multifaktorial dengan komponen


genetik dan lingkungan yang sama kuat dalam proses timbulnya penyakit
tersebut. Pengaruh faktor genetik terlihat dengan tingginya penderita
diabetes yang berasal dari orang tua yang memiliki riwayat DM
sebelumnya. Diabetes melitus juga disebut diabetes life style karena
penyebabnya selain faktor keturunan, faktor lingkungan meliputi usia,
obesitas, resistensi insulin, makanan, aktifitas fisik, dan gaya hidup
penderita yang tidak sehat juga berperan dalam terjadinya diabetes ini
(Betteng, et.al., 2014).
39

Ada 2 faktor resiko pada Diabetes melitus yaitu unchangeable risk faktor-
faktor resiko yang tidak dapat diubah dan changeable risk faktor-faktor
yang dapat diubah. Dalam unchangeable risk faktor terdiri dari kelainan
genetik dan usia, lalu changeable risk faktor terdiri dari pola makan yang
salah, obesitas, merokok, hipertensi, minimnya aktivitas fisik dan stress.
Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makan yang manis-
manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar serotonin otak,
dimana serotonin ini memiliki efek penenang sementara untuk meredakan
stres tapi kandungan glukosa.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang di lakukan oleh Setiawan tahun 2015


tentang efek antidiabetes kombinasi ekstrak bawang putih (allium sativum
linn.) dengan pembanding glibenklamid pada penderita diabetes melitus tipe
2 menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak bulbus bawang putih dapat
mempercayai efek antidiabetes, tetapi tidak sebaik glibenklamid. Kombinasi
ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan pilihan untuk terapi diabetes
melitus tipe 2, akan tetapi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan
subjek yang lebih banyak.

Penelitian Sadikin and Subekti, (2013) bahwa stress dapat meningkatkan


hormon adrenalin yang dapat mengubah cadangan glikogen dalam hati
menjadi glukosa serta meningkatkan gula darah pasien DM serta terjadinya
komplikasi diabetes. Stress juga dapat meningkatkan selera makan dan
membuat penderita lapar khususnya pada makanan kaya karbohidrat dan
lemak (Sadikin and Subekti, 2013).

Hal ini di dukung data demografi bahwa karakteristik pasien diabetes


melitus berdasarkan data demografi di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat
Inap Gunung Tua menunjukkan bahwa pada kelompok intervensi mayoritas
umur 40-65 tahun sebanyak 50%, jenis kelamin perempuan sebanyak
66,7%, pendidikan menegah sebanyak 55,56%, pekerjaan wiraswasta
sebanyak 33,3% dan penghasilan ≤ dari UMRsebanyak 61.1%. Sedangkan
40

pada kelompok kontrol kelompok intervensi mayoritas umur >65 tahun


sebanyak 38,9%, jenis kelamin laki-laki sebanyak 55,6%, pendidikan
rendah sebanyak 44,5%, pekerjaan tidak bekerja PNS sebanyak 33,33% dan
penghasilan ≥ dari UMR sebanyak 55.6%

2. Kadar Gula Darah Setelah Diberikan Bawang Putih Pada Penderita


Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Gunung
Tua.
Berdasarkan hasil didapat kadar glukosa darah setelah diberikan
intervensibawang putihmayoritas normal sebanyak 61,9% dengan nilai rata-
rata kadar glukosa darah sebelum diberikan bawang putih adalah
136,39mmHg. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Faridatul (2012)
yaitu rata-rata kadar glukosa darah responden sesudah diberikan terapi
bawang putih yaitu 140 mmHg. Sehingga disimpulkan mengkonsumsi
bawang putih dapat menurunkan kadar glukosa darah.

Penggunaan kombinasi ekstrak bulbus bawang putih dapat menurunkan


kadar glukosa darah puasa, hal ini menunjukkan perbaikan kemampuan sel
β dalam mensekresikan insulin sehingga insulin dapat digunakan untuk
melepaskan glukosa dari hati ke dalam sel dan kemudian disimpan dalam
bentuk glikogen dan dikeluarkan menjadi energi. Ekstrak bawang putih
dinyatakan lebih efektif dibandingkan dengan glibenklamid. Efek hipogli-
kemik ini ditunjukkan dengan adanya komponen aktif dari bawang putih,
yaitu allicin.

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nisel, E.C tahun 2018
menunjukkan bahwa bawang putih (Allium Sativum) dengan lama
pemanasan 5 hari pada suhu 750C, dibiarkan dalam keadaan tertutup dan
dikonsumsi 4 gram/hari berpengaruh terhadap gula darah sewaktu lansia. Ini
karena bawang hitam (Allium Sativum) yang mengandung senyawa
antioksidan golongan polifenol yang meningkatkan aktivitas super-oksida
dismutase (SOD) dan enzim katalase (CAT) sehingga mengurangi stress
41

oksidatif, mampu mengontrol kadar glukosa darah, mencegah komplikasi


diabetes dan efektif dalam menurunkan gula darah sewaktu.

Hal ini juga dikatakan oleh penelitian Yuniarni, U., dkk pada tahun 2012
tentang Pengaruh Penggunaan Kombinasi Ekstrak Bawang Putih Dan
Kunyit Terhadap Hasil Laboratorium Klinik Pada Penderita Diabetes
Melitus Tipe 2 yang mengatakan bahwa Uji klinik sebelumnya
menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak bulbus bawang putih (Allium
sativum) dan dilaporkan dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa
secara bermakna pada penderita diabetes melitus tipe 2 (DM tipe 2).

3. Pengaruh Bawang Putih Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada


Penderita Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap
Gunung Tua Tahun 2021.
Berdasarkan hasil yang didapat rata- rata kadar glukosa darah pada
penderita diabetes miletus sebelum mengkonsumsi bawang putih adalah
175,28mmHg sedangkan kadar glukosa darah pada penderita diabetes
miletus setelah mengkonsumsi bawang putih adalah 136,39 mmHg serta
diketahui rata-rata penurunan kadar glukosa darah sebelum dan sesudah
mengkonsumsi bawang putih adalah 38,89 mmHg. Hasil uji statistik yaitu
uji Paired T-test didapatkan nilai p value = 0,000 maka pada alpha 5%
terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata penurunan kadar glukosa darah
pada penderita diabetes melitus sebelum dan sesudah mengkonsumsi
bawang putih.

Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan


adanya hiperglikemi karena abnormalitas dalam metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein yang dapat diperparah dengan komplikasi mikrovaskular,
makrovaskular dan neuropati. Penemuan obat baru untuk terapi antidiabetes
berkembang dengan cepat baik untuk antihiperglikemia oral maupun
preparat insulin baru saat ini. Kombinasi ekstrak bulbus bawang putih dan
rimpang kunyit telah dibuktikan baik secara praklinik maupun klinik
memiliki efek sebagai antidiabetes. (Dewi, 2017; Ame, 2018).
42

Mekanisme kerja alisin pada bawang putih sebagai antidiabetes bekerja


melalui insulin di dalam plasma, yaitu dengan meningkatkan sekresi insulin
dari sel beta pankreas. Alisin pada bawang putih menstimulasi sel beta
pankreas untuk menghasilkan lebih banyak insulin, dengan cara tersebut,
glukosa di dalam darah akan masuk kedalam jaringan tubuh dengan adanya
insulin yang diberikan dari stimulasi alisin bawang putih tersebut. Efek
antidiabetes dari bawang putih menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih
dapat menjaga kadar glukosa dalam kadar normal. Bahkan ekstrak bawang
putih dinyatakan dalam penelitian yang telah dilakukan lebih efektif.

Penelitian uji klinik mengenai aktivitas kombinasi ekstrak bulbus bawang


putih dan rimpang kunyit telah dilakukan dengan tujuan mencari dosis yang
memberikan khasiat antidiabetes pada penderita DM tipe-2. Berdasarkan
studi klinik tersebut diketahui penggunaan kombinasi ekstrak bawang putih
dan kunyit dapat menurunkan glukosa darah pada (Dewi, 2017). Penelitian
lanjutan mengenai khasiat kombinasi ekstrak bawang putih dibandingkan
dengan obat standar glibenklamid pada penderita DM tipe-2 dengan atau
tanpa disertai dislipidemia menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak bawang
putih dapat menurunkan glukosa darah puasa, glukosa dua jam post prandial
dan HbA1C secara bermakna walaupun efeknya tidak sekuat glibenklamid
(Ame, 2018).

Hasil penelitian Nisel, E.C tahun 2018 menunjukkan bahwa bawang putih
(Allium Sativum) dengan lama pemanasan 5 hari pada suhu 750C, dibiarkan
dalam keadaan tertutup dan dikonsumsi 4 gram/hari berpengaruh terhadap
gula darah sewaktu lansia. Ini karena bawang hitam (Allium Sativum) yang
mengandung senyawa antioksidan golongan polifenol yang meningkatkan
aktivitas super-oksida dismutase (SOD) dan enzim katalase (CAT) sehingga
mengurangi stress oksidatif, mampu mengontrol kadar glukosa darah,
mencegah komplikasi diabetes dan efektif dalam menurunkan gula darah
sewaktu. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi
43

tahun 2017 tentang pengaruh penggunaan kombinasi ekstrak bawang putih


terhadap hasil laboratorium klinik pada penderita diabetes melitus tipe 2
menunjutkan bahwa menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak bulbus bawang
putih (Allium sativum Linn.) dilaporkan dapat menurunkan kadar glukosa
darah puasa secara bermakna pada penderita diabetes melitus tipe 2 (DM
tipe 2).

Hal ini juga dikatakan oleh penelitian Ame, dkk pada tahun 2018
mengatakan bahwa kombinasi ekstrak bulbus bawang putih (Allium sativum
Linn.) dapat digunakan sebagai obat antidiabetes oral pada penderita
diabetes melitus (DM) tipe 2, dan secara klinis telah terbukti dapat
menurunkan kadar glukosa darah. Penelitian klinis dilakukan untuk melihat
efek antidiabetes kombinasi ekstrak dibandingkan dengan antidiabetik oral,
glibenklamid. Subjek adalah usia >35 tahun dengan DM tipe 2 yang berobat
ke poliklinik Penyakit Dalam dan Endokrin Rumah Sakit Hasan Sadikin
Bandung periode November 2007–Agustus 2008 dan telah mendapat terapi
gizi medis selama 2 minggu.

4.4. Keterbatasan Penlitian


Peneliti mempunyai berbagai macam keterbatasan dalam melakukan
penelitian ini, yaitu keterbatasan pada lokasi untuk melakukan ekstra
bawang putih kurang mendukung karena suasana yang kurang nyaman dan
banyak orang bertamu sehingga menganggu konsentrasi pasien karena mata
pasien tertuju pada orang tersebut.
BAB 5
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Di Wilayah Kerja
Puskesmas Rawat Inap Gunung Tua Tahun 2021, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Kadar glukosa darah pada kelompok intervensi sebelum diberikan
bawang putihmayoritas tidak normal sebanyak 83,3% dengan nilai rata-
rata kadar glukosa darah sebesar 175,28 mmHg. Sementara pada
kelompok kontrol sebelum tanpa diberikan bawang putihmayoritas
tidak normal sebanyak 88,9% dengan nilai rata-rata kadar glukosa darah
sebesar 185,78 mmHg.
2. Kadar glukosa darahpada kelompok intervensi setelah diberikan
bawang putihmayoritas normal sebanyak 61,9% dengan nilai rata-rata
kadar glukosa darah sebesar 136,39 mmHg. Sementara pada kelompok
kontrol setelah diberikan bawang putihmayoritas normal sebanyak
55,6% dengan nilai rata-rata kadar glukosa darah sebesar 152,94 mmHg
3. Terdapat penurunan yang signifikan antara kadar glukosa darah
sebelum dan sesudah diberikan bawang putih dengan p value = 0,000.

5.2. Saran
1. Bagi Responden
Diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
kemungkinan manfaat pemberian bawang putih bagi kesehatan,
terutama diabetes melitus.
2. Bagi Perawat
Diharapkan kepada perawat dapat menerakan/mendemostrasikan
pemberian bawang putih terhadap kadar gula darah pada pasien
diabetes Melitus sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan dan keperawatan.

44
45

3. Bagi Puskesmas
Diharapkan agar penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam menentukan strategi dalam penerapan bawang putih terhadap
kadar gula darah pada pasien diabetes melitus sesuai standar
operasional prosedur di puskesmas.
4. Bagi Institusi
Diharapkan dapat menambah referensi dan acuan sehingga
meningkatkan kualitas peneliti selanjutnya
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dapat memberikan informasi dan data dasar untuk
melaksanakan data lebih lanjut yang berkaitan dengan bawang putih
terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes melitus.
DAFTAR PUSTAKA

ADA, A. D. (2018). Standards of Medical Care in Diabetes 2017. (hal. 41). USA:
ADA.

Abdurrahman. (2016). Faktor Pendorong Perilaku Diet Tidak Sehat pada


Mahasiswi. Ejournal Psikologi Vol 2, No 2 : 163-170.

Alimul Hidayat, A. Aziz. (2014). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika.

Akintobi et al, (2015). dalam Bayati, 2017. EFEKTIVITAS PENGGUNAAN


SALEP EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum) TERHADAP
POTENSI PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus (Doctoral
dissertation, FKIP UNPAS).

American Diabetes Association. (2016). Diagnosis and classification of diabetes


Melitus. USA: American Diabetes Association.

Ame Suciati (2018). Uji Khasiat Antidiabetes Kombinasi Ekstrak Bulbus Bawang
Putih (Allium sativum Linn.) dan Rimpang Kunyit (Curcuma domestica
Val.) dengan Pembanding Glibenklamid pada Penderita Diabetes Melitus
Tipe 2, Tesis, Institut Teknologi Bandung.

Arisman. (2016). Diabetes Melitus& Dislipidemia. Jakarta: EGC

Bertalina, P. (2016). Hubungan Lama Sakit, Pengetahuan, Motivasi Pasien dan


Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Melitus .
Jurnal Kesehatan Poltekkes Tanjung Karang Vol 7 No 2.

Borrelli F, Capasso R, Izzo A. Garlic (Allium sativum L.): adverse effects and
drug interactions in humans. Mol Nutr Food Res. 2017;51(11):1386–97.

Cahya, B. P., Mambo, C., & Wowor, M. P. (2015). Uji efek ekstrak umbi bawang
putih (Allium sativum L.) terhadap kadar glukosa darah tikus wistar (Rattus
norvegicus) yang diinduksi aloksan. eBiomedik, 3(1).

Damayanti, S. (2015). Diabetes Melitus dan Penatalaksanaan Keperawatan.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Dewi Mardiah (2017). Khasiat Penurunan Kadar Glukosa Darah Kombinasi


Ekstrak Bulbus Bawang Putih dan Rimpang Kunyit pada Penderita Diabetes
Melitus Tipe 2 yang disertai Dislipidemia, Tesis, Institut Teknologi
Bandung

Gloyn A.L., Nordam K., Willemsen M.A.A.P., Ellard S., Lam W.W.K., Campbell
I.W., Midgley P., Shiota C., Buettger C., Magnuson M.A., Matschinsky
F.M., Hattersley A.T. (2015). Insights Into the Biochemical and Genetic
Basis of Glucokinase Activation From Naturally Occurring Hypoglycemia
Mutations. Diabetes. 52(9). 2433-40.

Gibney. (2016). Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit buku kedokteran


EGC.

Hadijah, Indrayani. (2016). Pengantar kesehatan masyarakat dan kedokteran


komunitas. Jakarta : IDI

Indriani D. (2016). Faktor Pencetus Diabetes Melitus (DM) Hasil Pemeriksaan


pada Pasien di Laboratorium Poliklinik Rumah Bersalin Muhammadiyah
Desa Sumberpucung Kecamatan Sumberpucung Kabupaten Malang.
Universitas Muhammadiyah Malang. Thesis.

IDF. (2020). IDF Diabetes Atlas (S. Karuranga, B. Malanda, P. Saeedi, & P.
Salpea (eds.); 9th ed.).

KemenkesRI. (2018). Situasi dan Analisis Diabetes. Jakarta Selatan: Pusat Data
dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Kasangke, J., Assa Y.A, & Panutu, M.E. (2015). Gambaran Kadar Glukosa Darah
Sesaat pada Dewasa Muda. Jurnal e-Biomedik (eBM), Vol.3, Bo.3, SepDes
2015.

Lanywati, E. (2015). Diabetes Melitus. Yogyakarta: Kanisius

Lestari, I,. (2017). Pengaplikasian menggunakan Program SPSS. Semarang,


Badan Penerbit-UNDIP

Lisiswanti, R., & Haryanto, F. P. (2017). Allicin Pada Bawang Putih (Allium
sativum) Sebagai Terapi Alternatif Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal
Majority, 6(2), 33-38.

Londhe VP, Gavasane AT, Nipate SS, Bandawane DD, Chaudhari PD. Role of
garlic (Allium sativum) in various diseases: an overview. J Pharm Res Opin.
2017; 1:129–34.

Marbun, A. S. (2020). Hubungan Pelaksanaan Empat Pilar Dengan Kejadian


Rehospitalisasi Pada Penderita Diabetes Melitus. Jurkessutra: Jurnal
Kesehatan Surya Nusantara, 8(1)

Murray, R. K., Granner, D. K., dan Rodwell, V. W., (2013). Biokimia Harper.
Edisi 7. Jakarta: EGC, 119, 139-151,179-181.

Nanda Triandita, F. R. (2016). Perbaikan Status Antioksidan Penderita Diabetes


Tipe 2 Dengan Tahu Kedelai Hitam Kaya Serat. Jurnal Teknologi
danIndustri Pangan , 123-130.
Ndara, S. (2018). Diabetes Melitus Tipe II dan Tatalaksana Terkini. Medicinus 9,
27:3-5.

Nisel, E. C. (2018). Pengaruh Black Garlic terhadap Gula Darah Sewaktu


(GDS)Lansia di Posyandu Lansia Baturetno Kabupaten Wonogiri. Stikes
KusumaHusada Surakarta

Nurrahmani, U. (2016). Stop Diabetes. Yogyakarta: Familia.

Nursalam. (2016). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

PERKENI (2016). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe


2 di Indonesia

Putranti K.H.A. (2016). Analisis preferensi dan persepsi konsumen susu


khususdiabetes Indriani. Institut Pertanian Bogor. Thesis.

__________ . (2018). Riset Kesehatan Dasar 2018. Jakarta: Badan Penelitian


danPengembangan Kesehahatan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia

Santosa,. A. (2017, September 9). Hubungan Riwayat Garis Keturunan dengan


Usia Terdiagnosis Diabetes Melitus Tipe II. Urecol, 1-6

Soegondo S. (2017). Kontrol Diabetes - Faktor Risiko agar Tetap Sehat.


http://www.alatkesehatan.com/articles.php?articles_id=33 (9 Maret 2019).

Sulistiyowati, E. (2016). Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran EGC.

Syamsiah, Iyam Siti. (2016). Khasiat & Manfaat Bawang Putih Raja Antibiotik
Alami. Depok: Agromedia Pustaka

Untari, Ida. (2015). Bawang Putih Sebagai Obat Paling Mujarab Bagi Kesehatan.
Artikel Penelitian: Dosen Akper Pku Muhammadiyah Surakarta.

WHO. (2016). Definition and diagnosis of diabetes Melitus and intermediate


hyperglycemia. Geneva: World Health Organization.

Widiardani, N. K. (2016). Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran EGC.

Yuniarni, U., Sukandar, E. Y., Adyana, I. K., & Sudjana, P. (2012). Pengaruh
Penggunaan Kombinasi Ekstrak Bawang Putih Dan Kunyit Terhadap Hasil
Laboratorium Klinik Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Prosiding
SNaPP: Sains, Teknologi, 3(1), 81-86.
Rahmawati, F. (2017). Buku Panduan Budidaya Bawang Putih(Doctoral
dissertation, Universitas Gadjah Mada). Hal 2-102

Tjokroprawiro, A. (2015). Astaxanthin — Stres Oksidatif — Diabetes


Melitus. Dari Dasar ke Klinik dan dari Umum ke Khusus. Folia
Med. Indones , 44 , 293-299.

.
.

.
Lampiran 1

Lampiran 2
Lampiran 2
Lampiran 3

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth:
Calon Responden Penelitian
Di
Tempat

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Program Sarjana
Keperawatan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara
Indonesia Medan :
Nama : Juliana Simanjuntak
NIM : 170204027
Dengan ini saya memohon kesediaan bapak/ ibuk/ saudara/i untuk menjadi
responden dalam penelitian saya yang berjudul “Pengaruh Bawang Putih
Terhadap Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Di Wilayah
Kerja Puskesmas Rawat Inap Gunung tua Tahun 2021”.
Adapun tujuan dari penelitian ini hanya untuk kepentingan pendidikan saya
dan segala informasi yang bapak/ibu/saudara/i berikan akan dijamin
kerahasiaannya dan saya bertanggung jawab apabila informasi yang diberikan
merugikan bapak/ibu/ saudara/i. Apabila bapak/ ibu/saudara/i menyetujui untuk
menjadi responden, maka saya mohon kesediaan bapak/ ibuk/ saudara/i untuk
menanda tangani lembaran persetujuan yang disertakan bersama surat ini.
Demikian informasi yang diberikan atas bantuan dan kerja sama bapak/ibu/
saudara/i saya ucapkan terima kasih.

Medan, Agustus 2021


Peneliti

(Juliana Simanjuntak)
Lampiran 4

INFORMED CONSENT
(FORMAT PERSETUJUAN)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
Menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian ini yang berjudul
“Pengaruh Bawang Putih Terhadap Kadar Gula Darah Pada Pasien
Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Gunung tua
Tahun 2021”. Saya tidak akan menuntut terhadap segala kemungkinan yang
dapat terjadi dalam penelitian ini.

Demikianlah surat persetujuan ini saya sampaikan dengan sadar tanpa


pemaksaan dari siapapun.

Medan, Agustus 2021

Responden Peneliti

( ) (Juliana Simanjuntak)
Lampiran 5

KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH BAWANG PUTIH TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH


PADA PASIEN DIABETES MELITUS DIPUSKESMAS RAWAT INAP
GUNUNG TUA

Pentujuk :
1. Bacalah pernyataan yang tersedia dengan baik.
2. Pilihlah jawaban pertanyaan dengan baik, menurut pendapat pribadi Bapak/
Ibu.
3. Beri tanda chek list (√) pada kotak yang tersedia untuk setiap jawaban.
4. Selamat mengisi dan terima kasih atas kerjasamanya.

A. Data Demografi
Umur :
20-40 tahun
40-65 tahun
≥ 65 tahun
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Perempuan
Pendidikan :
Pendidikan Rendah
Pendidikan Menegah
Pendidikan Perguruan Tinggi
Pekerjaan :
PNS
Wiraswasta
Petani
Tidak Bekerja/ Ibu Rumah Tangga
Penghasilah :
≤ Dari UMR
≥ Dari UMR
B. KUESIONER KADAR GULA DARAH

KADAR GULA DARAH PRE – POST


(dalam satuan mg/dL)
Kadar Glukosa Kadar Glukosa
Inisial
No. Darah Darah
Responden
Pre – Test Post - Test
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Lampiran 6

SATUAN ACARA PENYELUHAN (SAP)

Pokok bahasan : Diabetes Melitus


Sub pokok bahasan : Penatalaksanaan keperawatan pasien dengan diabetes
melitus (Konsumsi Bawang Putih)
Pertemuan :1 x pertemuan
Hari/Tanggal : Rabu, Mei 2021
Waktu : 35 menit
Tempat : Puskesmas Rawat Inap Gunung Tua
Sasaran : Pasien DM

A. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti pelajaran tentang penyakit diabetes melitus dan
perawatannya dalam waktu 35 menit, diharapkan sasaran mampu
menjelaskan tentang penyakit diabetes Melitus dan menerapkan
perawatan yang tepat pada diri sendiri dan anggota keluarga dengan
penyakit diabetes melitus.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan, diharapkan sasaran mampu :
a. Menjelaskan pengertian diabetes melitus
b. Menyebutkan penyebab diabetes melitus
c. Menyebutkan tanda dan gejala diabetes melitus
d. Menyebutkan komplikasi diabetes melitus
e. Menyebutkan manfaat konsumsi bawang putih terhadap kadar
glukosa darah pad pasien diabetes melitus

B. Materi Penyuluhan
1. Pengertian penyakit diabetes melitus.
2. Penyebab penyakit diabetes melitus.
3. Tanda dan gejala dari penyakit diabetes melitus.
4. Komplikasi penyakit diabetes melitus.
5. Demostrasi konsumsi bawang putih terhadap kadar glukosa darah pada
pasien diabetes melitus

C. Penatalasanaan Kegiatan
Rencana Kegiata Penyeluhan Kegiatan Peserta Waktu
Persiapan :
1. Ruangan
2. Media (kursi)
3. Peralatan 5 menit
4. Bahan dan alat dalam
mendemostrasikan konsumsi
bawang putih
Penatalaksanaan :
1. Menjelaskan pengertian diabetes
melitus
2. Menyebutkan faktor-faktor
penyebab penyakit diabetes
Melitus
3. Menyebutkan tanda dan gejala- Menyimak dan
gejala diabetes melitus memberikan
20 menit
4. Menyebutkan komplikasi dari kesempatan untuk
diabettes Melitus bertanya
5. Menjelaskan cara mengurangi
faktor diabetes Melitus
6. Cara mendemostrasikan
konsumsi bawang putih
terhadap kadar glukosa darah
pada pasien diabetes Melitus
Evaluasi : Menyimak dan
1. Uraian penjelasan berpartisipasi aktif
2. Tanya jawab dalam menjawab
10 menit
3. Penutup pertanyaan
Mengerjakan
evaluasi

Metode : Ceramah, tanya jawab dan mendemostrasikan


Media dan Alat : Demostrasi dan PPT
Sumber :
1. ADA. (American Diabetes Association), (2016). Standards For Medical
Care In Diabetes, Diabetes Care.
2. Ernawati, (2017). Penatalaksanaan Keperawatan Diabetes Melittus
Terpadu. Jakarta. Mitra Wacana Media
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11

MASTER DATA
PENGARUH BAWANG PUTIH TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS
DIPUSKESMAS RAWAT INAP GUNUNG TUATAHUN 2021

Stadium
Usia
No Usia JK Pendidikan Pekerjaan Klinik KGD KGD KGD KGD
K Ket Ket Ket Ket
Penyakit Pre – Test Post - Test Pre - Test Post – Test
1 32 1 1 1 1 1 220 2 124 1 230 2 176 2
2 46 2 1 3 2 2 280 2 210 2 295 2 249 2
3 72 3 2 2 4 1 119 1 110 1 129 2 118 1
4 31 1 2 2 3 1 239 2 192 2 249 2 221 2
5 47 2 2 3 2 2 230 2 178 2 240 2 210 2
6 71 3 2 2 1 1 159 2 121 1 165 2 124 1
7 49 2 2 1 4 1 231 2 167 2 251 2 189 2
8 72 3 2 2 4 1 220 2 180 2 240 2 210 2
9 74 3 1 3 2 2 129 2 89 1 139 2 105 1
10 36 1 2 2 1 1 150 2 113 1 160 2 123 1
11 43 2 1 1 3 1 176 2 150 2 186 2 160 2
12 49 2 1 2 3 1 129 2 100 1 139 2 115 1
13 46 2 1 2 4 1 119 1 95 1 125 1 102 1
14 41 2 2 1 2 2 121 1 110 1 123 1 98 1
15 44 2 2 2 2 2 140 2 110 1 150 2 119 1
16 48 2 2 2 3 2 197 2 169 2 207 2 189 2
17 34 1 2 2 2 2 150 2 123 1 160 2 125 1
18 69 3 2 1 3 1 146 2 114 1 156 2 120 1

Keterangan:
Usia : Jenis Kelamin : Pekerjaan : Pendidikan : Stadium Klinis Penyakit :
1 = 61-65 Tahun 1 = Laki-laki 1 = Petani 1 = SD 1 = < dari UMR
2 = 66-70 Tahun 2 = Perempuan 2 = Wiraswasta 2 = SMP 2 = > dari UMR
3 = 71-75 Tahun 3 = PNS 3 = SMA
4 = 76- 80 Tahun 4 = IRT 4 = S1 Kadar Glukosa Darah :
5 = DLL 5 = S2 1 = < 125 mmHg
2 = > 125 mmHg
Lampiran 12

Data Output SPSS :

Kelompok Intervensi

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid 20-40 tahun 4 22,2 22,2 22,2
40-65 tahun 9 50 50 72,2
≥ 65 tahun 5 27,8 27,8 100.0
Total 18 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid Laki-laki 6 33,3 33,3 33,3
Perempan 12 66,7 66,7 100.0
Total 18 100.0 100.0

Tingkat Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid Pendidikan Rendah 5 27,8 27,8 27,8
Pendidikan Menegah 10 55,6 55,6 83,4
Pendidikan Perguruan Tinggi 3 16,6 16,6 100.0
Total 18 100.0 100.0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid PNS 3 16,7 16,7 16,7
Wiraswasta 6 33,3 33,3 50
Petani 5 27,8 27,8 77,8
Tidak Bekerja/IRT 4 22,2 22,2 100.0
Total 18 100.0 100.0
Penghasilan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid ≤ dari UMR 11 61,1 61,1 61,1
≥ dari UMR 7 38,9 38,9 100.0
Total 18 100.0 100.0

Kadar Glukosa Darah Pre-test

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Normal (<125 mmHg) 3 16,7 16,7 16,7
Tidak Normal (>125 15 83,3 83,3 100,0
Valid
mmHg)
Total 18 100,0 100,0

Kadar Glukosa Darah Post-test

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Normal (<125 mmHg) 11 61,1 61,1 61,1
Tidak Normal (>125 7 38,9 38,9 100,0
Valid
mmHg)
Total 18 100,0 100,0
Kelompok Kontrol

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid 20-40 tahun 5 27,8 27,8 27,8
40-65 tahun 6 33,3 33,3 61,1
≥ 65 tahun 7 38,9 38,9 100.0
Total 18 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid Laki-laki 10 55,6 55,6 55,6
Perempan 8 44,4 44,4 100.0
Total 18 100.0 100.0

Tingkat Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid Pendidikan Rendah 8 44,5 44,5 44,5
Pendidikan Menegah 6 33,3 33,3 77,8
Pendidikan Perguruan Tinggi 4 22,2 22,2 100.0
Total 18 100.0 100.0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid PNS 6 33,3 33,3 33,3
Wiraswasta 5 27,8 27,8 61,1
Petani 4 22,2 22,2 83,3
Tidak Bekerja/IRT 3 16,7 16,7 100.0
Total 18 100.0 100.0
Penghasilan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid ≤ dari UMR 8 44,4 44,4 44,4
≥ dari UMR 10 55,6 55,6 100.0
Total 18 100.0 100.0

Kadar Glukosa Darah Pre-test

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Normal (<125 mmHg) 2 11,1 11,1 11,1
Tidak Normal (>125 16 88,9 88,9 100,0
Valid
mmHg)
Total 18 100,0 100,0

Kadar Glukosa Darah Post-test

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Normal (<125 mmHg) 10 55,6 55,6 55,6
Tidak Normal (>125 8 44,4 44,4 100,0
Valid
mmHg)
Total 18 100,0 100,0
Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean


Sebelum Diberikan 175,28 18 50,181 11,828
Intervensi
Pair 1
Setelah Diberikan 136,39 18 37,038 8,730
Intervensi
Sebelum Tanpa Intervensi 185,78 18 52,931 12,476
Pair 2
Setelah Tanpa Intervensi 152,94 18 47,821 11,272

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.
Sebelum Diberikan 18 ,925 ,000
Pair 1 Intervensi & Setelah
Diberikan Intervensi
Sebelum Tanpa Intervensi 18 ,975 ,000
Pair 2
& Setelah Tanpa Intervensi

Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair Sebelum 38,889 21,210 4,999 28,341 49,436 7,779 17 ,000
1 Diberikan
Intervensi -
Setelah
Diberikan
Intervensi
Pair Sebelum 32,833 12,354 2,912 26,690 38,977 11,276 17 ,000
2 Tanpa
Intervensi -
Setelah
Tanpa
Intervensi
Lampiran 13

LEMBAR KEGIATAN BIMBINGAN SKRIPSI


Tanda
No Tanggal Materi Hasil Konsul
Tangan
7. 07 Agustus BAB 3 Perbaikan BAB 3 :
2021 - Rancangan penelitian
- Pengolahan data pada
coding
- Etika penelitian
BAB 4 PerbaikanBAB 4 :
- Penulisan
- Gambaran lokasi
penelitian
- Tabel karakteristik
- Tabel distribusi
digabungkan
- Tabel analisa bivariat
di gabungkan
- Pembahasan
BAB 5 - Kerterbatasan
penelitian
Perbaikan BAB 5 :
- Penulisan, spasi
- Kesimpulan dan saran
8. 08 Agustus ABSTRAK Lengkapi abstrak
2021 BAB 3 Perbaikan BAB 3 :
- Lokasi dan waktu
penelitian
- Pengolahan data
- Etika penelitian
BAB 4 PerbaikanBAB 4 :
- Pembahasan
- Keterbatasan penelitian
9. 14 Agustus BAB 4 Perbaikan BAB 4 :
2021 - Penulisan
- Pembahasan
- Keterbatasan penelitian
LAMPIRAN Lengkapi lampiran
10. 16 Agustus BAB 1
2021 BAB 2
BAB 3 ACC Sidang Skripsi
BAB 4
BAB 5
Lampiran 14

DOKUMENTASI PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai