Disusun Oleh :
KELAS B
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.Adapun
tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Dr. Sunarto
Kadir, M.Kes pada mata kuliah Dasar Kuliner Bergizi Berbasis Budaya.
Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik
segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi
acuan agar penulis bias menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Kami mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu penyusunan
makalah ini dan permohonan maaf jika terdapat kekurangan pada makalah ini.
Tim Penyusun
(kelompok 2)
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Wisata kuliner merupakan salah salah satu jenis wisata yang memiliki dampak dalam
perkembangan suatu daerah. Wisata kuliner juga berperan dalam menciptakan lapangan
pekerjaan dan mengurangi pengangguran serta menciptakan kesejahteraan masyarakat.Nilai
positive yang dapat diperoleh dari Wisata yang satu adalah menumbuhkembangkan makanan
asli daerah yang sudah mulai tergeser oleh produk produk asing seperti pizza, spaghetti,
masakan jepang dan masakan luar lainya. Untuk mendukung kemajuan sektor wisata kuliner.
maka diperlukan adanya partisipasi dari masyarakat dan kerja sama dengan pengelola wisata
kuliner tersebut. Untuk itu perlu dibuat sebuah usaha untuk meningkatkan potensi ekonomis
ini dengan memberikan sentuhan atau dukungan untuk dapat menarik wisatawan lokal atau
asing dalam menikmati kuliner asli daerah.
Hal ini terbukti semakin banyaknya tempat pariwisata di Indonesia yang terkenal akan
wisata kuliner. Usaha kuliner seperti restoran yang sangat marak sekarang ini tidak hanya
memanjakan lidah saja selain itu juga memanjakan mata, karena di Era Globalisasi sekarang
ini resto yang hanya menyuguhkan makanan khas daerah itu saja akan tertinggal dengan
resto yang sekaligus menyuguhkan pemandangan alam dan wisata alam lainya. Usaha kuliner
seperti restoran merupakan salah satu kegiatan usaha
yang memiliki peluang besar, disamping itu mengingat kebutuhan ini tidak akan putus
dalam kehidupan manusia, karena manusia membutuhkan makanan dan minuman dalam
melakukan kegiatan sehari hari. Sekarang ini banyak bermunculan tempat makan baik yang
berupa restoran, rumah makan, atau warung lesehan. Hal ini bisa dilihat di kota kota besar,
pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan naiknya pendapatan perkapita masyarakat dikota
kota besar membuat standar masyarakatnya meningkat sehingga menimbulkan perubahan
perilaku konsumen dimana konsumen akan menginginkan sesuatu yang siap saji meski harga
makanan dan minuman lebih mahal.
Disetiap daerah di Nusantara masing-masing memiliki keragaman kuliner yang khas,
1
mulai dari rasa sampai cara penyajianya yang dengan cepat menimbulkan selera makan
masyarakat. Tidak berbeda dengan daerah lainya, kota Ambarawa juga memiliki keragaman
kuliner yang dapat menarik wisatawan lokal maupun asing untuk mencicipi aneka Hasil
Rawa yang tersedia. Namun selama ini informasi tentang tempat kuliner sendiri belum
terpublikasi dengan baik karena informasi yang diterima hanya dari mulut ke mulut sehingga
menyulitkan para wisatawan yang ingin mencari informasi dengan mudah dan cepat
Menciptakan pengalaman menarik bagi pelanggan terus dilakukan pihak pelaku bisnis agar
pelanggan mau meluangkan waktu untuk datang kembali serta mau merekomendasikannya
terhadap orang lain.
Menjaga kepuasan konsumen merupakan salah satu cara dapat bertahan dalam persaingan
dunia bisnis. Produsen harus bisa mengusahakan bermacam cara dalam mempertahankan
kepercayaan konsumen. Hal ersebut diupayakan karena akhir-akhir mempunyai cara cerdas
dalam menentukan pilihannya dalam kegiatan konsumsi. Hal ini juga cukup dipengaruhi
faktor dimana konsumen merasa mendapatkan kemudahan dalam penentuan pilihannya,
selain itu konsumen juga
Salah satu cara mempertahankan kelangsungan bisnis ditengah ketatnya persaingan yaitu
dengan menjaga kepuasan konsumen. Produsen harus mengupayakan berbagai cara untuk
menjaga kepuasan konsumen. Hal ini dikarenakan saat ini konsumen dinilai cukup cerdas
dalam menentukan pilihan konsumsi sebagai akibat dari kemudahan memperoleh informasi,
konsumen juga menuntut produk dengan kualitas benar benar bagus, dan yang lebih penting
konsumen didekati banyak produk dari pesaing. Inilah alasan bagi produsen harus
mengupayakan dan mempertahankan kepuasan konsumennya.
2
1.3 Tujuan Pembahasan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a) Untuk mengetahui potensi wisata kuliner di Indonesia
b) Untuk mengethaui factor yang mempengaruhi pengembangan wisata kuliner
1.4 Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a) Agar dapat mengidentifikasi potensi wisata kuliner di Indonesia
b) Agar dapat memahami dan mengetahui potensi dan factor yang mempengaruhi wisata
kuliner
c) Menambah wawasan pembaca dan penulis mengenai potensi wisata kuliner Indonesia
3
BAB 2
PEMBAHASAN
Pada pencarian sebelum tahun 2000 pada goggle scholar menggunakan kata kunci
“wisata kuliner” tidak ditemukan literatur terkait, ketika mengganti pencarian pada rentang
4
waktu 2000-2000 baru ditemukan 2 literatur terkait, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1
berikut.
Gambar 1. Hasil pencarian literatur pada google scholar menggunakan kata kunci “wisata
kuliner” pada awal Desember 2019
Berdasarkan data yang dapat dilihat pada Gambar 1, hanya terdapat 2 tulisan terkait kata
kunci“wisata kuliner” yang pertama studi oleh Setiyawan (2000) yang melakukan diversifikasi
sawah diluar fungsinya untuk bercocok tanam sehingga menjadi tempat untuk berwisata kuliner,
konsepnya adalah pembuatan pondok tengah sawah yang menawarkan sajian yang biasa disantap
oleh petani ketika istirahat setelah menggarap sawah, yang kedua Widarto (2000) pada penelitian
yang dilakukan olehnya wisata kuliner sebagai latar belakang penelitiannya, potensi kuliner
berupa oleh-oleh khas jogja yaitu salak pondoh yang diolah menjadi sari buah salak, produsen
mengalami masalah karena kapasitas produksi terbatas mengingat alat produksi dan manajemen
masi kurang bagus. Berdasarkan paparan tersebut belum banyak peneliti dimasa itu yang
meneliti tentang bagaimana mengembangkan wisata kuliner pada suatu daerah, baru dua tulisan
saja yang tercatat dan keduanya lebih fokus pada pengembangan produk wisata kuliner.
Berdasarkan hasil pencarian pada goggle scholar yang dapat dilihat pada Gambar 2 berikut tren
jumlah literatur terkait “wisata kuliner” yang tercatat di goggle scholar.
5
Gambar 2. Tren Jumlah Literatur terkait “wisata kuliner” yang tercatat di Goggle Scholar.
*hasil pencarian pada awal Desember 2019
Berdasarkan data Gambar 2 mengenai tren literatur terkait “wisata kuliner” yang
dicaripada laman google scholar dengan kata kunci “wisata kuliner” diketahui mengalami
peningkatan yang signifikan dalam 20 tahun terakhir, terutama pada rentang waktu antara 2011-
2014 ke 2015-2019 dengan jumlah selisih 6.740 hasil pencarian. Berdasarkan analisis, Tren topik
mengenai wisata kuliner pada tahun 2015 hingga 2019 adalah penggalian potensi, pemetaan,
bauran pemasaran, preferensi wisatawan, peran wisata kuliner terhadap perkembangan destinasi,
rancang bangun sistem, aplikasi dan media sebagai sarana penyebaran informasi serta promosi
wisata kuliner.
Dari beberapa topik yang paling banyak dilakukan adalah studi terhadap potensi wisata
kuliner di Indonesia, sebagaimana yang diteliti oleh Besra (2015: 74) yang mengkaji secara
deskriptif kualitatif tentang potensi keanekaragaman kuliner khas Minang sebagai potensi wisata
kuliner di Kota Padang, Provinsi Sumatra barat, Indonesia. Kajian mengenai potensi kuliner
menurut Besra harus dilakukan secara berkelanjutan mengingat bahwa kuliner Indonesia sangat
beragam. Kuliner adalah produk penunjang pariwisata, yang dalam perkembanganya kuliner
menjadi daya tarik wisata bukan hanya sebagai penunjang, selain itu agar kuliner Indonesia lebih
dikenal secara internasional, sehingga wisatawan mancanegara juga tertarik.
Wisata kuliner menurut Besra dibagi menjadi dua, yang pertama wisata kuliner oleholeh
makanan yaitu wisatawan menjadikan makanan sebagai buah tangan dan sebagai tanda bahwa
mereka pernah mengunjungi suatu daerah wisata, yang kedua adalah wisata kuliner yang
disajikan di rumah makan atau restoran yaitu makanan khas yang dijual oleh penduduk asli suatu
daerah wisata. Menurut Besra terdapat beberapa kendala dalam mengembangkan wisatakuliner
6
yaitu secara internal keterbatasan sumber informasi tentang kuliner khas meliputi nama dan
deskripsi (cita rasa, dan gambar) makanan serta petunjuk lokasi dimana wisatawan bisa
mendapatkan makanan khas yang dimaksud. Secara eksternal kendalanya adalah adanya
persaingan dengan kuliner dari daerah lain yang bukan merupakan khas daerah wisata yang
dikunjungi wisatawan, kemudian juga kuliner dari luar negeri yang membuka cabangnya di
Indonesia.
Beberapa upaya dicetuskan oleh Besra berdasarkan analisis SWOT yang ia gunakan
dalam penelitiannya untuk mengembangkan wisata kuliner di Kota Padang yaitu, penyedia
kuliner dianjurkan untuk bekerjasama dengan agen travel, mempromosikan kuliner melalui
sosial media, dan melakukan perbaikkan serta peningkatan kualitas, bagi pemerintah mendesain
program pengembangan wisata kuliner misalnya dengan memfasilitasi pembuatan catalog
kuliner padang dan sentra wisata kuliner. Bagi perguruan tinggi diharapkan dukungannya dengan
menyelenggarakan pelatihan yang menambah pengetahuan dan keterampilan pelaku usaha
wisata kuliner agar produk yang ditawarkan stabil atau bahkan menjadi lebih baik kualitasnya.
Kristiana (2018:18) melakukan penelitian serupa dengan yang dilakukan Besra di lain
lokasi yaitu di Tanggerang, berangkat dari penilaiannya bahwa wisata kuliner adalah daya tarik
wisata yang potensial tetapi belum didukung dengan adanya informasi yang memadai mengenai
kuliner di Kota Tanggerang, selain itu terdapat masalah lainnya yang menghambat
perkembangan wisata kuliner disana sehingga perlu adanya penelitian yang dapat
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah tersebut. Berdasarkan hasil penelitain yang
dianalisis menggunakan teknik analisis SWOT, strategi yang dapat dilakukan menurut Kristiana
adalah membuat kawasan kuliner, mengembangkan kerjasama dalam bentuk promosi antar
pemerintah daerah, meliput potensi kuliner dilihat dari sejarah dan penyedia kuliner, membuat
media berupa buku panduan wisata kuliner dan meletakkan buku tersebut di pusat informasi
wisatawan (tourist information center), mendorong kesadaran penyedia kuliner akan kebersihan,
memanfaatkan laman dan media sosial yang resmi dimiliki pemerintah sebagai sarana promosi
secara online, mengembangkan kerjasama antar pemerintah dengan akademisi menyusun
referensi mengenai wisata kuliner. Beberapa peneliti lain yang melakukan penelitian serupa
Besra dan Kristiana yang muncul pada hasil pencarian teratas dan relevan pada google scholar
yaitu Purnama (2019), Suteja (2019), Muliani (2019).
7
Berbeda dengan Besra dan Kristiana, Prayogi (2017) memaparkan potensi wisata kuliner
harusnya tidak hanya pada makanan khas yang sudah populer, sebagaimana Kota Malang yang
terkenal akan Baksonya. Menurut Prayogi kearifan lokal atau sumber daya local bisa
dikembangkan dan dimanfaatkan untuk mendukung pengembangan wisata kuliner dan
memberdayakan masyarakat lokal dengan inovasi atau modifikasi makanan. Penelitian dilakukan
dengan mengidentifikasi hasil produksi sumber daya lokal destinasi, yang dapat dilihat dari letak
geografis sehingga diketahui jenis jenis sumber daya lokal apa saja yang paling banyak
diproduksi, setelah itu merancang inovasi, modifikasi danproduksi produk kuliner yang
menggunakan sumber daya lokal yang ada sebagai bahan baku utamanya. Gagasan yang
dipaparkan Prayogi pada penelitiannya di Kota Malang, beberapa sumber daya lokal yang dapat
dimanfaatkan adalah ketela rambat, singkong, daun kelor dan markisa, Prayogi menyarankan
bahan bahan tersebut diolah menjadi makanan yang langsung bisa dikonsumsi oleh konsumen
yaitu wisatawan. Penelitian serupa dengan yang dilakukan Prayogi yang muncul pada hasil
pencarian teratas dan relevan pada google scholar yaitu Kusmarwanto (2019), Suteja (2019), dan
Saeroji (2017).
Berdasarkan hal tersebut dapat wisata kuliner menurut Prayogi terkait dengan makanan
yang disajikan oleh penduduk lokal yang dapat dibeli dan dinikmati langsung oleh wisatawan, ia
tidak memperhitungkan bahwa wisata kuliner termasuk makanan yang dapat dibawa pulang oleh
wisatawan sebagai oleh-oleh sebagaimana Besra. Penelitian tentang potensi oleh-oleh makanan
sebagai daya tarik masih sangat terbatas, apabila ada peneliti selanjutnya yang tertarik untuk
meneliti hal tersebut salah satu tulisan yang bisa dirujuk adalah tulisan Sunaryo (2019) yang
meneliti tentang perkembangan dan potensi oleh-oleh makanan di Kota Malang. Beberapa
penelitian serupa dilakukan oleh Margono (2018) dan Pangangkah (2019).
Setelah studi tentang potensi wisata kuliner yang paling banyak ditemui berdasarkan
saran penelitian terdahulu tentang kurangnya sumber informasi yang ada, melatarbelakangi
beberapa peneliti melakukan studi tentang rancang bangun sumber informasi tetang wisata
kuliner yang memanfaatkan jaringan internet agar bisa diakses secara mudah oleh wisatawan.
Sumber informasi yang paling banyak dibuat adalah laman/website dan aplikasi bebasis android,
tema perancangan terfokus pada pengembangan sistem informasi geografis (GIS) yang
terintregasi dengan GPS (global positioning system) untuk memetakan wisata kuliner yang ada di
8
suatu daerah sehingga dapat membantu wisatawan mengetahui titik tempat dimana wisata
kuliner yang dituju berada.
Beberapa artikel penelitian tentang sistem informasi geografis yang ditemui pada hasil
pencarian teratas pada goggle scholar membuat sistem berdasarkan destinasi tujuan wisata
kuliner diantaranya yang sudah ada adalah untuk Kabupaten Kudus (Syaikhuddin, 2011), Kota
Balikpapan (Palabiran, 2016), Daerah Istimewa Yogyakarta (Sunjaya, 2013), Bandar Lampung
(Muludi, 2016), selain tingkat kota atau kabupaten terdapat juga pembuatan sistem untuk tingkat
provinsi yaitu Provinsi Sumatra Barat (Afnarius, 2014). Total hasil pencarian dengan
menggunakan kata kunci “sistem informasi geografis wisata kuliner” diperkirakan oleh google
scholar terdapat 3.370 tulisan yang terkait. Hal tersebut berarti telah cukup banyak tulisan yang
dapat dijadikan rujukan untuk penelitian selanjutnya, peneliti selanjutnya tinggal menentukan
mana tulisan yang cocok untuk digunakan sebagai rujukan disesuaikan dengan tema, tujuan, dan
masalah penelitian.
a. Identitas / Citra dari Gastronomi (persepsi citra dari gastronomi di suatu destinasi)
Makanan dan minuman di sebuah wilayah dapat menjadi sebuah potensi atraksi
wisata yang dapat menarik minat wisatawan. Menurut Jonnes dan Jenkins (2002), makanan
adalah sebuah elemen budaya yang dapat mempresentasikan suatu destinasi. Makanan dapat
menjadi pembangunan identitas dan budaya dari suatu destinasi, konsumsi makanan dapat
digunakan dalam pengembangan citra destinasi (Quan dan Wang, 2004) dan makanan dapat
menjadi atraksi turis (Hjaleger & Richards, 2002). Makanan adalah sebuah atraksi, sebuah
komponen produk, sebuah pengalaman, dan sebuah fenomena budaya (Tikkanen,2007).
Menurut Karim (2006), suatu destinasi wisata kuliner akan menggunakan makanan
sebagai atraksi utama dan pengembangan strategi pemasaran akan berfokus kepada makanan.
Hal ini sangat penting bagi pemasar dari sebuah destinasi kuliner untuk mengetahui citra
dalam menentukan target pelanggan dan bagaimana dampak minat pelanggan untuk
mengunjungi melalui strategi pemasaran yang efektif. Ketika kita ingin memperkenalkan
9
suatu produk dan jasa kepada pelanggan, diperlukan sebuah alat yang disebut komunikasi
pemasaran. Komunikasi pemasaran mempresentasikan suara perusahaan dan mereknya serta
merupakan sarana dimana perusahaan dapat membuat dialog dan membangun hubungan
dengan konsumen. Berikut adalah beberapa media yang dapat kita gunakan untuk melakukan
komunikasi pemasaran antara lain media sosial, e-mail, in-product communication, dan
branding.
d. Servicescape
Servicescape adalah konsep yang dikembangkan oleh Booms dan Bitner menekankan
dampak dari lingkungan secara fisik dalam layanan. Konsep dari servicescape adalah dapat
membantu penilaian dalam perbedaan pengalaman pelanggan antara fastfood, franchise
restaurant, warung kecil dan restoran keluarga. Sedangkan kualitas dari makanan mungkin
sama, konsumen berharap kualitas yang tinggi pada akhirnya berdasarkan lingkungan yang
menyediakan jasa. Servicescape adalah lingkungan dimana jasa dirakit yang dimana penjual
10
dan pembeli dapat berinteraksi, serta performa dari fasilitas dan komunikasi jasa.
Servicescape meliputi fasilitas bagian luar (pemandangan, desain tampak luar, penanda,
tempat parkir, dan lingkungan sekitar) dan bagian dalam (desain tampak dalam dan dekorasi,
peralatan, penanda, kualitas udara, suhu, suasana, dan tata ruang). Menurut Bitner (1992),
sebuah kerangka pemahaman servicescape berpengaruh pada perilaku pelanggan. Kerangka
ini dikenal dengan konsep “SOR” (Stimulus = bukti fisik, Organism = pelanggan dan
pengawai memberi respon terhadap rangsangan, Response = berubah atau tidak berubahnya
perilaku tergantung pada konsumen dan reaksi pegawai didalam perusahaan terhadap bukti
fisik).
e. Cuaca
Menurut Simpson et al., (2008), musim dapat mempengaruhi perilaku wisatawan dan
kepuasan. Turis dihadapkan dengan cuaca yang mereka temui ketika diperjalanan seperti
panas, lembap, hujan, topan, atau polusi. Di sisi lain, wisatawan juga mempersepsikan cuaca
lebih abstrak seperti “baik atau buruk”, “nyaman atau tidak nyaman”. Denstaldi, Lohmann,
dan Steen Jacobson (2011) mencatat perkiraan cuaca di suatu destinasi dan perbedaan antara
yang diperkirakan dengan cuaca yang ditemui mempengaruhi perilaku wisatawan. Cuaca di
Kota Bandung sangat nyaman karena memiliki suhu udara rata-rata yang lebih rendah,
memiliki panorama alam yang indah karena letak geografisnya di daerah pegunungan, serta
pemandangan yang indah dan udara yang sejuk. Oleh karena itu Bandung sangat nyaman
dijadikan tempat wisata terutama wisata kuliner. Iklim kota Bandung dipengaruhi oleh iklim
pegunungan yang lembab dan sejuk dengan suhu rata-rata 23,5 °C, curah hujan ratarata 200,4
mm dan jumlah hari hujan rata-rata 21,3 hari per bulan.
11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pembahasan makalah ini antara lain
1. Wisata kuliner adalah program yang mengangkat tema beragam makanan, khususnya yang
disajikan warung-warung pinggir jalan dan berharga murah serta dipenuhi pelanggan.
Istimewanya, tempat-tempat yang dikunjungi tersebar diseluruh pojok kota, kabupaten,
kota propinsi atau Ibukota
12
DAFTAR PUSTAKA
13