Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PERENCANAAN KAWASAN WISATA KULINER DI


GORONTALO

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mingguan Mata Kuliah Perancangan Kawasan Wisata oleh
Dosen Ibu Sri Sutarni Arifin, M.Si

Oleh :
Andre Halid (551 417 021)
Nazifa Firda Nisa (551 417 054)
Zulkifli Pakaya (551 417 057)

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ” Perencanaan Kawasan
Wisata Kuliner di Gorontalo”.

Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Sri


Sutarni Arifin, M.Si selaku dosen mata Kuliah Perancangan Kawasan Wisata yang
sudah memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah
pengetahuan juga wawasan menyangkut wisata kuliner dengan merencanakan kawasan
wisata sehingga dapat menarik wisatawan dari luar maupun dari dalam gorontalo dan
meningkatkan ekonomi kawasan tersebut.

Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya
kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang


khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat
kata-kata yang kurang berkenan.

Gorontalo, 23 Maret 2020

Penyusun
DAFTAS ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. II


DAFTAS ISI .......................................................................................................................... III
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... IV
1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................................................ IV
1.2 RUMUSAN MASALAH ......................................................................................................V
1.3 TUJUAN PENULISAN ...................................................................................................... VI
1.4 MANFAAT PENULISAN .................................................................................................. VI
1.5 BATASAN PENULISAN ................................................................................................... VI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... VII
2.1 STUDI BANDING OBJEK................................................................................................ VII
2.2 KESIMPULAN OBJEK STUDI BANDING ........................................................................... 15
BAB III KARAKTERISTIK LOKASI ................................................................................ 17
3.1 GAMBARAN UMUM ....................................................................................................... 17
3.2 PENENTUAN LOKASI ..................................................................................................... 18
BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini perkembangan masyarakat dengan konsep modernisasi
mendorong minat masyarakat mengarah untuk mengkonsumsi western food.
Konsekuensinya adalah makin digantikan dan ditinggalkannya makanan
tradisional. Dalam arus modernisasi ini, ada kekhawatiran akan mulai
hilangnya makanan tradisional yang merupakan identitas sebuah daerah,
maka perlu kembali dipertimbangkan bagaimana membangun sebuah produk
makanan tradisional agar dapat bersaing dengan pokok kuliner lainnya.
Keanekaragaman dan keunikan pangan nusantara yang bersumber dari etnik
dan budaya beragam ialah kekayaan yang pertumbuhannya harus terus
ditingkatkan. Setiap daerah mempunyai pangan khas yang menjadi bagian
dari ciri khas daerah tersebut. Pangan dapat menjadi bagian dari daya tarik
atau pesona suatu daerah.

Pangan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari nilai jual pariwisata
suatu daerah, baik sebagai makanan khas yang dinikmati di tempat maupun
sebagai ole-ole yang bisa dibawa pulang. Dalam kaitan ini, wisata kuliner di
tanah air memiliki potensi luar biasa. Oleh sebab itu, perlu upaya
perlindungan agar wisata kuliner berkembang dan mampu bersaing di era
mondial saat ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa keunikan dan
keanekaragaman kuliner indonesia termasuk di Gorontalo perlahan bisa
tergerus oleh waktu, zaman, dan perubahan pola gaya hidup masyarakat bila
tidakdiperhatikan.

Kuliner Gorontalo merupakan perwujudan tradisi budaya daerah.


Hampir seluruh masakan gorontalo kaya dengan bumbu yang berasal dari
rempah-rempah seperti kemiri, cabai, lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa,
dan gula aren. Bahkan, pedas menjadi ciri khas masakan Gorontalo.
Gorontalo mempunyai keunikan tersendiri dalam hal kuliner yang
tidak kalah enak dan lezat jika dibandingkan dengan kuliner khas dari daerah
lainnya. Gorontalo dikenal sebagai daerah penghasil jagung. Banyak
makanan-makanan Gorontalo berbahan dasar jagung, salah satu yang terkenal
adalah Binte Biluhunta. Binte artinya jagung dan Biluhunta artinya disiram.
Makanan ini adalah semacam sup jagung dengan pelengkap suwiran ikan
cakalang dan sayuran. Makanan ini juga kerap disebut dengan milu siram.

Faktor penunjang yang memudahkan berwisata di daerah Gorontalo yaitu


dengan adanya transportasi dan akomodasi yang memadai, seperti tersedianya
perusahaan jasa travel sebagai sarana untuk lebih mengetahui informasi berbagai
tempat wisata di Daerah Gorontalo.

Wisatawan yang berada di daerah Gorontalo mempunyai banyak pilihan


untuk memilih prioritas tempat wisata yang akan dikunjungi, sehingga berdampak
terhadap efektifitas waktu dan biaya yang kurang optimal. Dalam hal ini
wisatawan perlu dibantu untuk diberikan rekomendasi tempat wisata tersebut
dengan kondisi tertentu, misalnya jenis wisata yang diinginkan oleh wisatawan
dan kriteria serta fasilitas objek wisata yang dikehendaki.Bagi wisatawan yang
tidak mengetahui obyek wisata di Provinsi Kota Gorontalo sangat dibutuhkan
informasi dan pelayanan seperti itu. Sistem informasi tempat wisata merupakan
suatu hal yang perlu dikembangkan, agar memudahkan wisatawan dalam
memperoleh informasi mengenai obyek – obyek wisata yang ada di Gorontalo.

Maka dari itu kami merencanakan sebuah wadah untuk memudahkan


wisatawan yang datang ke gorontalo dengan merancang kawasan wisata kuliner di
Gorontalo.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditarik sebuah rumusan masalah yaitu
bagaimana merancang dan menerapkan pendekatan arsitektur ecowisata pada kawasan
wisata kuliner di Gorontalo :

a. Memanfaatkan potensi ruang terbuka publik untuk di jadikan sebagai tempat


kawasan wisata kuliner di Gorontalo
b. Bagaimana menjadikan kawasan wisata kuliner yang dapat tertarik oleh wisatawan
luar Gorontalo.
c. Bagaimana menjadikan wisata kuliner sebagai wadah para wisatawan yang
mencerminkan Gorontalo sebagai obyek wisata.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam perencanaan kawasan wisata kuliner di
Gorontalo:

a. Menggali dan menampilkan potensi wisata kuliner pada kawasan tersebut sehingga
dapat menarik wisatawan.
b. Menjadikan wisata kuliner sebagai tempat berkunjung atau dimana tempat para
wisatawan luar dapat merasakan makanan khas gorontalo.
c. Menjadikan Gorontalo sebagai meningkatkan ekonomi masyarakat pada wisata
kuliner.

1.4 Manfaat Penulisan


a. Mengatahui adanya wisata kuliner daerah Gorontalo.
b. Terwujudnya wisata kuliner sebagai ciri khas Gorontalo.
c. Terwujudnya kawasan wisata kuliner sebagai peningkatan ekonomi masyarakat
gorontalo

1.5 Batasan Penulisan


Pada perancanaan ini, pembahasan lebih kepada wisata dan perancangan berskala
kawasan. Wisata yang dirancangan berada di provinsi Gorontalo dengan memliki
wisata kuliner khas Gorontalo.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Studi Banding Objek
2.1.1 Studi Banding 1

Kuliner Lokal Pondok Daun Semarang (Bozhart, 2008)

Pondok Daun Semarang diresmikan pada tanggal 18 Agustus 2008. Lokasi


Pondok Daun yaitu arah menuju ke pantai Marina. Dalam perjalanan menuju pantai
Marina akan ditemukan sebuah Vihara Kwan Im terbesar di kota Semarang, lokasi
Pondok Daun di sebelah kiri jalan, kurang lebih 75 meter dari Vihara Kwan

Gambar. Entrance Pondok Daun Semarang Sumber: Bozhart (2008)

Pondok Daun merupakan tempat berkumpulnya kuliner terkenal sekota Semarang,


ada 60 kuliner top Kota Semarang. Suasana di sekitar Marina semakin semarak
dengan hadirnya foodcourt Pondok Daun yang berlokasi di depan gereja JKI Marina
dan Perumahan Grand Royal (sebelah Vihara Mahavira).

Foodcourt yang secara resmi dibuka pada 18 Agustus 2008 lalu menyediakan
bermacam jenis makanan terbaik di Semarang. Rumah makan yang bernuansa
pantai ini lokasinya di depan real estate sunrise di sekitar pantai Marina (dekat
lokasi PRPP). Rumah makan yang menyajikan ribuan makanan ciri khas Semarang.
Dengan dibukanya rumah makan Pondok Daun tersebut bakal dijadikan aset
kuliner di Semarang bahkan menjadi daya tarik wisatawan.

Adapun poin perbandingan antara obyek rancangan dengan obyek studi banding,
diantaranya meliputi bentuk, ruang, analisa kelebihan dan kekurangan obyek studi
banding. Berikut penjelasan perbandingan obyek:
a. Bentuk
Ciri khas Pondok Daun tersendiri terdiri dari beberapa masa bangunan yang
menjadi satu kesatuan dalam satu kawasan. Pondok Daun yang bernuansa pantai ini
mempunyai makna tersendiri, selain itu Pondok Daun yang juga akrab dengan alam
yakni masa-masa material bahan bangunan terbuat dari bahan-bahan alami seperti
bambu, anyaman daun kelapa kering dan sejenisnya. Selain tersusun dari masa-masa
bangunan, Pondok Daun juga mempunyai ruangan (masa) untuk menampung
pengunjung lebih banyak.

Gambar. Skema konsep ecotourism bahari Sumber: Heillbronn (1996)

b. Ruang
Ruang (area) pendukung yang menyusun Pondok Daun hampir menyerupai ruang-
ruang yang terdapat pada restoran atau rumah makan pada umumnya. Adapun ruang
(area) yang terdapat pada Pondok Daun, diantaranya:

1. Area makan pengunjung (ruang luar dan ruang dalam bangunan)

2. Ruang display makanan dan minuman

3. Area kasir

4. Ruang pengelola

5. Ruang karyawan

6. Area dapur (dapur bersih dan dapur kotor)

7. Area pramusaji

8. Area hiburan (berupa panggung hiburan musik)

9. Toilet pengunjung (pria dan wanita)

10. Gudang (stok bahan makanan dan minuman)

11. Area penurunan bahan baku


c. Analisa Kelebihan dan Kekurangan Obyek Studi Banding
1. Kelebihan (strenght) obyek studi banding
 Pemakaian bahan-bahan alam sebagai bahan material bangunan, seperti atap
menggunakan anyaman daun kelapa, kolom menggunakan bambu, dan lain-
lain, sehingga membuat kawasan terkesan alami.
 Pola tatanan massa yang sesuai dengan konsep radial yang tanggapan
terhadap pergerakan angin yang dominan pada kawasan pantai.
 Massa dibuat memanjang arah sumbu timur-barat dan desain site yang
terdapat kolam-kolam ikan yang dapat mereduksi panas pada permukaan
site.
 Sirkulasi yang tercipta didasarkan pada keterkaitan antar fungsi ruang-
ruang, sifat ruang dan juga organisasi fungsi ruang.
 Konsep keterbukaan pada bangunan sehingga meniadakan akan adanya AC
atau sejenisnya yang bisa menghemat energi.
2. Kekurangan (weakness) obyek studi banding
 penggunaan material bangunan seperti anyaman daun kelapa kering dan
kolom menggunakan bambu sangat rentan terhadap bahaya kebakaran.
 kurang akan adanya vegetasi sehingga site terasa panas dan gersang.
 kurang memperhitungkan akan adanya view yang maksimal sehingga
pengunjung cepat merasa bosan.

Gambar. Skema konsep ecotourism bahari Sumber: Heillbronn (1996)


2.1.2 Studi Banding 2
Fortuin Cafe Pantai Kedonganan Jimbaran Seafood Bali (Jochen, 2008)
Jimbaran Bali, tempat wisata favorit di Bali, yang menawarkan berbagai
daya tarik seperti pusat makanan laut (Seafood center) dan suasana malam pantai
Jimbaran yang indah dan romantis. Kawasan Kedonganan Jimbaran dikenal
sebagai kampung penghasil ikan, sebagian warga Kedonganan berprofesi sebagai
nelayan yang berinisiatif untuk mendirikan restoran/cafe khusus untuk olahan dari
hasil laut.

Gambar. Suasana malam hari Jimbaran Seafood Sumber: Jochen (2008)

Selain menikmati indahnya malam dan desiran lembut ombak pantai


Jimbaran, pengunjung juga bisa menikmati lezatnya olahan berbagai menu dari
hasil ikan laut. Pilihannya cukup banyak dan memanjakan diri dari olahan hasil
laut. Kawasan wisata Jimbaran juga memiliki fasilitas wisata yang lengkap
sepertiakomodasi (Intercontinental, Four seasons resort, Karma Villa). Restoran
dengan menu masakan lokal maupun internasional, spa, tempat belanja, game
room, fitness, sauna, lahan parkir, mushola dan fasilitas lainnya.Adapun poin
perbandingan antara obyek rancangan dengan obyek studi banding, diantaranya
meliputi bentuk, ruang, analisa kelebihan dan kekurangan obyek studi banding.
Berikut penjelasan perbandingan obyek:
a. Bentuk
Kekhasan Jimbaran Seafood adalah suatu restoran yang menyatu dengan
alam, yakni pantai Jimbaran. Restoran dengan suasana alam ini sangat menyatu
dengan pantai, ini terlihat dari kawasan restoran yang berada di pesisir yang hanya
terdapat meja dan kursi makan, tanpa adanya atap ata sejenisnya sebagai peneduh
di siang hari, jadi kawasan Jimbaran Seafood dapat langsung menikmati desiran
ombak maupun hembusan udara/angin pantai

Gambar. Kesatuan restoran dengan pantai Sumber: Jochen (2008)

b. Ruang
Ruang makan yang ada diJimbaran Seafood adalah ruang terbuka yang
menyatu dengan alam, yakni pantai Jimbaran. Adapun ruang tertutup hanya
ruangan yang digunakan sebagai tempat stok bahan makanan dan tempat untuk
pengolahan bahan makanan tersebut. Adapun ruang (area) yang menyusun

Jimbaran Seafood semuanya hampir menyerupai ruang-ruang yang terdapat pada


restoran atau rumah makan pada umumnya.

Gambar. Ruang terbuka Jimbaran Seafood Sumber: Jochen (2008)


Adapun ruang (area tertutup) yang terdapat pada Jimbaran Seafood diantaranya:
area makan pengunjung (ruang terbuka), ruang display makanan dan minuman,
area kasir, ruang pengelola atau ruang karyawan, area dapur (dapur bersih dan
dapur kotor), area pramusaji, area hiburan (berupa hiburan musik), Toilet
pengunjung (pria dan wanita), Gudang (stok bahan makanan dan minuman), dan area
penurunan bahan baku. Kawasan wisata kuliner Jimbaran Seafood juga memiliki
fasilitas wisata yang lengkap seperti akomodasi ( Intercontinental, Four seasons
resort, Karma Villa), restoran dengan menu masakan lokal dan internasional, spa,
tempat belanja, game room, fitness, sauna, lahan parkir, musholla dan fasilitas
lainnya.

c. Analisa Kelebihan dan Kekurangan Obyek Studi Banding


1. Kelebihan (strenght) obyek studi banding
 View ke arah pantai sangat maksimal sehingga dapat menikmati indahnya
suasana pada malam hari dan desiran lembut ombak di pantai dan
keindahan sunset.
 Obyek yang menyatu dengan alam sehingga membuat pengunjung betah di
lokasi wisata.
 Kawasan hemat energi karena tidak membutuhkan akan adanya AC atau
sejenisnya, karena obyek berada pada pantai dengan desiran angin yang
lembut.
2. Kekurangan (weakness) obyek studi banding
 Area pengunjung hanya terdapat pada ruang luar yang kurang
memperhitungkan cuaca, seperti panas, hujan dan lain-lain. Sehingga
pengunjung kurang bisa menikmati kawasan wisata tersebut.
 Kurang memperhitungkan sirkulasi pengunjung karena perletakan meja
yang tertata berjajar memanjang.
 Tidak adanya pedestrian pada kawasan wisata sehingga waktu hujan akan
becek karena kawasan berupa pasir.
2.1.3 Studi Banding 3
Ancol Jimbaran Resto (Mijarto, 2009)
Lokasi Ancol Jimbaran Resto terletak di area paling timur Ancol Taman
Impian, di area Pantai Carnaval Ancol. Bangunan dan arsitektur restoran ini
dirancang bergaya Bali oleh I Nyoman Suarjana bekerja sama dengan PT.
Pembangunan Jaya Ancol. Masuk kawasan ini akan disambut gapura khas Bali
dengan arca dan payung di kedua sisinya. Selepas gapura, taman mungil menambah
kesejukan bagi pengunjung. Terdapat patung hanoman, lampu-lampu, dan kain
yang menutupi batang pohon palem menciptakan suasana pulau Dewata. Tanaman
khas seperti tanaman bunga kamboja juga ada di taman ini. Para pelayan, baik
wanita atau pria juga menggunakan pakaian adat Bali dan berasal dari Bali.

Adapun poin perbandingan antara obyek rancangan dengan obyek studi


banding, diantaranya meliputi bentuk, ruang, analisa kelebihan dan kekurangan
obyek studi banding. Berikut penjelasan perbandingan obyek studi.

a. Bentuk
Tempat untuk menikmati kuliner Bali di Ancol Jimbaran Resto ada beberapa
pilihan. Ada bangunan kayu dua lantai yang dapat dipilih, apakah ingin makan di
lantai bawah, lantai atas, atau suasana outdoor di lantai atas. Sedangkan di lantai
bawah, juga dapat memilih apakah ingin makan di dalam bangunan yang
berpendingin ruangan, atau di luar ruangan yang beratap, atau di pinggir pantai, di
bawah naungan pohon palem dan beralas pasir. Tempat terakhir ini yang menjadi
favorit para pengunjung, karena dapat merasakan uniknya menikmati makanan di
pantai.

Gambar. Area pantai Carnaval Ancol Sumber: Mijarto (2009)


b. Ruang
Menikmati makanan di tepi pantai tentu merupakan pengalaman yang
menyenangkan dan dapat menciptakan suasana romantis. Merasakan halusnya
pasir, suara deburan ombak, atau memandang lautan luas dan matahari terbenam.
Tempat ini cocok menjadi tempat untuk merayakan pesta bersama keluarga,
sahabat atau yang lain.

Gambar. Gapura khas Bali di Ancol Jimbaran Resto Sumber: Mijarto (2009)

Adapun ruang (area tertutup) yang terdapat pada Ancol Jimbaran Resto diantaranya:
area makan pengunjung (ruang terbuka), ruang display makanan dan minuman,
area kasir, ruang pengelola atau ruang karyawan, area dapur (dapur bersih dan
dapur kotor), area pramusaji, area hiburan berupa alunan musik "Rindik Bambo"
yaitu musik tradisional Bali. Pada hari tertentu juga disajikan tarian khas Bali
seperti Barong dan Legong. Toilet pengunjung (pria dan wanita), Gudang (stok
bahan makanan dan minuman).

c. Analisa Kelebihan dan Kekurangan Obyek Studi Banding


1. Kelebihan (strenght) obyek studi banding
 Dapat merasakan halusnya pasir, suara deburan ombak, atau memandang
lautan luas dan matahari terbenam.
 Kawasan hemat energi karena tidak membutuhkan alat penerangan (siang
hari), AC atau sejenisnya, karena obyek berada pada pantai dengan desiran
angin yang lembut.
2. Kekurangan (weakness) obyek studi banding
 Kurang adanya pedestrian pada kawasan wisata sehingga di waktu hujan
akan becek karena area berupa pasir.
 Area pengunjung hanya terdapat pada ruang luar yang kurang
memperhitungkan cuaca, seperti panas, hujan dan lain-lain. Sehingga
pengunjung kurang bisa menikmati kawasan wisata tersebut.

2.2 Kesimpulan Objek Studi Banding


2.2.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari obyek studi banding diantaranya:

1. Konsep ruang dan sirkulasi site yang ideal adalah dapat memberikan
kenyamanan dan kesenangan bagi pengunjung.
2. Konsep pengelolaan menempatkan obyek yang terkait dengan kemampuan
kawasan tersendiri.
3. Rangkaian unsur-unsur dalam ruang harus tertata dengan baik yang dapat
diintepretasikan oleh pengunjung, kaitan fungsi site harus sesuai dengan
kemampuan kawasan.
4. Dasar suatu konsep bahari meliputi enam poin yang terkait, diantaraya:
 View
 Pola tata masa
 Sirkulasi
 Keunikan alam
 Karakteristik ekosistem
 Kekhasan seni budaya dan
 Karaktersitik masyarakat setempat

5. Ruang (area/fasilitas) yang harus ada pada Wisata Kuliner, diantaranya:


 Area makan pengunjung (ruang luar ataupun ruang dalam bangunan)
 Ruang display makanan dan minuman
 Area kasir
 Ruang pengelola
 Ruang karyawan
 Area dapur (dapur bersih dan dapur kotor)
 Area pramusaji
 Toilet pengunjung (pria dan wanita)
 Tempat ibadah
 Gudang (stok bahan makanan dan minuman)
 Area penurunan bahan baku
6. Fasilitas penunjang
 Pusat souvenir
 Panggung hiburan musik dan sejenisnya.

2.2.2 Tabel Penjelasan Kriteria Perbandingan Studi Banding

No. Kriteria Pondok Daun Jimbaran Seafood Ancol Jimbaran Resto

Konsep Sifat keterbukaan dan Tempat makan berupa ruang Tempat makan ada
ruang organisasi fungsi terbuka yang menyatu beberapa pilihan,
1
ruang yang saling dengan alam (pantai). sehingga pengunjung
berhubungan. bebas memilih.
Sirkulasi Sirkulasi yang Pengunjung tidak diarahkan, Sirkulasi tidak
tercipta lebih sehingga bebas untuk diarahkan, sehingga
Didasarkan pada menuju tempat yang Pengunjung bebas
2
keterkaitan antar diinginkan. memilih.
fungsi ruang, sehingga
akses lebih mudah.
View Kawasan diikat oleh View ke laut maksimal,
View ke laut maksimal,
ruang terbuka berupa sehingga dapat menikmati
sehingga pengunjung
kolam ikan, sehingga indahnya suasana padadapat memandang
pengunjung tidak siang maupun malam hari
lautan luas dan matahari
3
mudah merasa bosan. desiran lembut ombak dan
terbenam serta dapat
keindahan sunset di pantai.
merasakan halusnya
pasir dan suara deburan
ombak.
Pola tata Dalam mengatasi Kawasan Jimbaran Seafood Ancol Jimbaran Resto
masa panas matahari, pola tidak Terdapat masa hanya terdapat satu
massa dibuat bangunan, sehingga masa bangunan kayu
memanjang arah pengunjung terasa bebas dua lantai, selebihnya
4
sumbu Timur-Barat, menikmati view ke pantai berupa ruang terbuka,
yang dapat mereduksi tanpa ada batasan. sehingga pengunjung
panas pada permukaan bebas menikmati view
kawasan. kepantai.
Ruang Angin pantai Kawasan Jimbaran Seafood Bangunan kayu dua
nyaman ditangkap oleh open dapat langsung menikmati lantai, lantai atas
space kemudian desira ombak maupun dengan suasana
disebarkan ke segala hembusan udara/angin outdoor. Lantai bawa
5
arah, sehingga semua pantai, sehingga panas ruang berpendingin.
massa dapat menerima terhapus oleh angin. Ruang luar pinggir
kualitas angin yang pantai, di bawah
sama. naungan pohon palem.
BAB III KARAKTERISTI K LOKA SI

KARAKTERISTIK LOKASI
3.1 Gambaran Umum

Kabupaten Gorontalo adalah sebuah kabupaten di Provinsi Gorontalo. Ibu kota


kabupaten ini terletak di Limboto. Kabupaten Gorontalo memiliki luas wilayah
1.750,83 km² dengan jumlah penduduk 392.679 tahun 2017.

Letak Kabupaten Gorontalo terletak pada posisi di antara 00.24" - 10.02 Lintang
Utara (LU) dan 121².59" - 123o.32 Bujur Timur (BT) dengan batas-batas wilayah
sebagai berikut:

 Utara Kabupaten Gorontalo Utara


 Selatan Teluk Tominip
 Barat Kabupaten Boalemo
 Timur Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo

Luas seluruh daratan Kabupaten Gorontalo sebesar 3466,99 Km2 dari luas Provinsi
Gorontalo, merupakan kabupaten terluas di Provinsi Gorontalo. Jika dilihat dari batas-
batas wilayah administrasinya, Kabupaten Gorontalo mempunyai posisi penting karena
menghubung dua propinsi yang cukup besar yaitu Propinsi Sulawesi Tengah dan
Sulawesi Utara yang sedang berkembang dengan pesat. Kedekatan Kabupaten
Gorontalo dengan Kota Gorontalo sebagai lbu Kota Provinsi Gorontalo merupakan
keuntungan geografis tersendiri.
Keunturgan lain dari Kabupaten Gorontalo adalah memiliki dua garis pantai, di Utara
yaitu langsung menghadap ke Laut Sulawesi yang merupakan laut lepas sehingga
memungkin akses langsung ke mancanegara maupun wilayah - wilayah lain di
Indonesia, dan disebelah Selatan, menghadap langsung ke Teluk Tomini yang tenang
dengan kedalaman cukup, yang memungkinkan terbukanya akses langsung ke Sulawesi
Tengah dan Sulawesi Tenggara ataupun ke wilayah lain di Nusantara ini, disamping
berpotensi untuk penghasil ikan, hasil laut dan budi daya laut lainnya serta
pengembangan pariwisata.

3.2 Penentuan Lokasi


Perancangan Kawasan Wisata Kuliner di Gorontalo menjadi suatu daya tarik
sendiri untuk Provinsi Gorontalo, terutama dalam bidang Kuliner. Oleh sebab itu,
diperlukan kondisi site yang strategis untuk menunjang perkembangan dari kawasan
wisata tersebut. Kondisi site yang menjadi bahan pertimbangan dalam perancangan
adalah sebagai berikut :

Terletak di Provinsi Gorontalo, mengikuti peraturan RDTR Kabupaten


Gorontalo
Letak site yang cukup strategis
Terletak di akses utama, sehingga mudah dijangkau oleh transportasi apapun
Memiliki pemandangan (view) yang cukup menarik
Utilitas disekitar site yang memadai, seperti distribusi air yang lancar hingga listrik
Lokasi terletak di sebelah kiri Jalan Tol Baru (Gorontalo Outer Ringroad), Desa
Talulobutu Selatan, Kecamatan Tapa, Kabupaten Bone Bolango. Jalan di sekitar site
ini yang menghubungkan Kota Gorontalo dengan Kabupaten Gorontalo. Luas site yang
digunakan ±91.000m2.

Adapun batasan-batasan yang ada pada site adalah sebagai berikut :


1. Sebelah Utara berbatasan langsung dengan Jalan utama
2. Sebelah Selatan berbatasan langsung dengan pemukiman warga
3. Sebelah Barat berbatasan langsung dengan Sungai Bone
4. Sebelah Timur berbatasan langsung dengan pemukiman warga

Anda mungkin juga menyukai