Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KELOMPOK

KEBUDAYAAN PANGAN DAERAH

“Produk Pangan Khas Daerah Muna”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK V

RIRIN RUSADI (Q1B1 17 008)

DEDI (Q1B1 17 030)

JUMARDIN (Q1B1 17 047)

YOSI ANANDA DEWI (Q1B1 17 071)

RINTO LEXTRIO (Q1B1 17 086)

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala,

yang telah memberikan rahmat, taufik serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga

pada kesempatan ini kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah yang berjudul “Produk Pangan Khas Daerah Muna” disusun untuk

memenuhi tugas mata kuliah Kebudayaan Pangan Daerah.

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, Untuk itu

pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak

yang telah membantu dalam proses pembelajaran maupun dalam penyusunan

makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan

kesalahan serta masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran

yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Kebudayaan Pangan

Daerah Muna ini bermanfaat bagi kita semua.

Kendari, 20 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................................1


B. Rumusan Masalah .............................................................................................2
C. Tujuan dan Manfaat ..........................................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN

A. Katumbu Gola ...................................................................................................3


B. Susuru (Kue Cucur) ..........................................................................................4
C. Kadada Katembe (Sayur Bening) .....................................................................4
D. Kambuse ...........................................................................................................5
E. Kabuto ...............................................................................................................6
F. Kambewe ..........................................................................................................7
G. Kolope ...............................................................................................................8
H. Tunuha ..............................................................................................................9
I. Wadhe (Wajik) ................................................................................................10

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan .....................................................................................................12
B. Saran ...............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang selalu meningkat


seiring perkembangan zaman. Perkembangan zaman dan masuknya budaya luar
ke Indonesia mengakibatkan timbulnya berbagai macam jenis makanan baru
sehingga makanan lokal yang bersifat tradisional semakin ditinggalkan oleh
masyarakat (Barakati, 2014).
Makanan tradisional atau kuliner lokal adalah jenis makanan yang
berkaitan erat dengan suatu daerah dan diwariskan dari generasi ke generasi
sebagai bagian dari tradisi. Makanan khas adalah makanan unik dimana tidak ada
di daerah lain atau umum makanan tersebut ditemukan di daerah tertentu serta cita
rasa makanan tersebut diterima oleh masyarakat tersebut. Dalam pembuatan
makanan khas daerah, peranan budaya sangat mempengaruhi. Budaya yang umum
mempengaruhi adalah etnik dan kebiasaan makan, golongan etnik ini umumnya
menyukai rasa, tekstur dan aroma makanan tersebut (Agnes, 2019).
Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki berbagai macam kuliner
khas di setiap daerah-daerahnya, salah-satunya di daerah Sulawesi Tenggara
dengan suku yang dominan diantaranya adalah suku Tolaki, Buton, Muna,
Wakatobi, Wawonii dan masih banyak lagi. Setiap suku di Sulawesi Tenggara ini
memiliki budaya pangan lokal yang berbeda-beda namun masih memiliki
kemiripan baik dari segi bahan, proses pembuatan maupun cara mengonsumsinya
(Barakati, 2014).
Daerah Muna merupakan salah satu daerah di Sulawesi Tenggara yang
memiliki beragam makanan khas daerah yang tergolong tradisional diantaranya
adalah kabuto, kambuse, kambewe, kasoami atau kahogo, kapusu, kaparende,
kadada katembe atau sayur bening khas Muna dan lain sebagainya (Barakati,
2014).
Berdasarkan uraian diatas, makalah ini disusun untuk mengetahui produk-
produk pangan yang berasal dari daerah Muna.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah produk pangan daerah Muna ?


2. Bahan baku apa saja yang digunakan dalam pembuatan produk pangan daerah
Muna ?
3. Pada saat upacara apa saja disajikan produk pangan daerah Muna tersebut ?

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui produk-


produk pangan daerah Muna.
Manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memberikan informasi
kepada mahasiswa tentang produk-produk pangan daerah Muna.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Daerah Muna memiliki beragam makanan khas yang dari dulu sudah
menjadi makanan kesukaan masyarakat Muna. Makanan dari Muna ini
sebenarnya memiliki kesamaan dengan makanan-makanan dari daerah lain di
Sulawesi Tenggara, mulai dari bahan yang digunakan, cara pembuatannya
maupun cara mengonsumsinya. Walaupun demikian, tetap saja ada suatu ciri yang
membedakannya dengan daerah-daerah lain. Berikut ini adalah makanan khas dari
daerah Muna:

A. Katumbu Gola

Gambar 1. Katumbu Gola

Katumbu gola merupakan kuliner khas Sulawesi Tenggara, khususnya dari


Kabupaten Muna Barat, di Pulau Muna. Katumbu sudah populer sejak zaman
dahulu kala, ketika wilayah pulau muna masih menganut sistem kerajaan.
Katumbu gola terdiri dari bahan utama jagung dengan campuran gula merah, gula
putih, dan garam. Makanan tradisional ini dibungkus dengan daun jagung lalu
dikukus hingga matang. Olahan ini di sebut "katumbu" karena pada zaman dahulu
jagung di hancurkan dengan cara di tumbuk-tumbuk sedangkan nama "gola"
karena selain jagung olahan ini menggunakan gula yang dalam bahasa muna
berarti gola. Katumbu Biasanya ada dua varian rasa yaitu rasa original dan gula
merah atau masyarakat sekitarnya biasanya menyebutnya katumbu gola. Katumbu
biasanya akan disajikan saat memasuki musim tanam atau panen hasil

3
perkebunan. Selain banyak mengandung banyak serat, jagung juga mengandung
vitamin B1 dan B5 yang baik untuk tubuh (Agnes, 2019).

B. Susuru (Kue Cucur)

Gambar 2. Susuru

Kue cucur merupakan salah-satu makanan penutup khas Masyarakat Muna


maupun Buton yang berbentuk lingkaran. Ukurannya kurang lebih telapak tangan
orang dewasa. Selain nama “Cucur”, masyarakat Muna juga menyebutnya
“Susuru” sebuah kata yang mengikuti kaidah bahasa Muna. Cucur terbuat dari
tepung beras ketan, gula merah, dan santan. Untuk membentuk bulat dan berkelut
pada tengahnya, harus menggunakan keahlian khusus. Makanan ini biasanya
disajikan pada pesta perkawinan, acara keluarga, memasuki awal bulan ramadhan,
syukuran, maupun upacara adat seperti “Haroa” atau yang dikenal dengan istilah
“Baca-Baca”, dimana cucur akan berdampingan dengan kuliner tradisional
lainnya (Dalma, 2017).

C. Kadada Katembe (Sayur Bening)

Gambar 3. Kadada Katembe

4
Kadada katembe adalah sayur yang dapat membuat badan menjadi segar
bertenaga yang sangat akrab dengan masyarakat suku Muna. Sayur Katembe
dalam bahasa Muna seringkali disebut “Kadada Katembe”, kadada artinya sayur
dan katembe artinya tawar, jadi sayur katembe maksudnya sayur yang tawar
(Agnes, 2019).
Meskipun namanya sayur katembe, dari tahun ketahun sampai saat ini
rasanya sudah mengalami banyak penambahan bahkan perubahan radikal pada
bumbunya. Dahulu mungkin hanya menggunakan garam dapur sebagai penyedap
rasa, saat ini ada lebih banyak pilihan untuk penyedap rasa. Di daratan Muna,
tumbuhan kelor tumbuh subur dan sangat gampang ditemui. Hampir setiap rumah
di Kabupaten Muna atau Kota Raha khususnya, memiliki tanaman kelor
dipekarangannya (Agnes, 2019).
Kedekatan orang muna dengan kelor sudah terjalin sejak sekian lama,
mungkin juga merupakan warisan turun temurun dari orang-orang tua. Karena
kedekatan ini maka sayur katembe pun menjadi salah satu menu sayuran sehari-
hari dan juga disediakan pada rumah-rumah makan yang berada di Kota Raha. Di
Muna sendiri dalam mengolah kelor masih dilakukan dengan sangat sederhana,
hal ini belum berubah sejak zaman nenek moyang. Yang membedakan dengan
sekarang ini, selain bumbu yang dipakai, juga campuran sayuran yang digunakan
sangat beragam dan sesuai selera. Ada 2 jenis sayuran yang tidak pernah hilang
dalam sayur katembe yang dibuatnya, yaitu kelor dan daun licin (Agnes, 2019).

D. Kambuse

Gambar 4. Kambuse

5
Kambuse atau kambose merupakan kuliner khast radisional yang dapat
dijumpai pada masyarakat (suku) Muna di Kabupaten Muna provinsi Sulawesi
Tenggara (Sultra). Kabupaten Muna yang terkenal sebagai daerah penghasil
jagung di Sul-Tra, sejak dahulu sudah terbiasa mengkonsumsi jagung sebagai
makanan pokok. Makanan ini terbuat dari biji jagung putih (biasa) yang sudah
terpisah dari tongkolnya kemudian direbus sampai lembek (CDN, 2015).
Kambuse makanan pokok sehari-hari selain nasi. Olehnya sebagian orang
menyebutnya dengan nasi jagung. Makanan ini dikonsumsi dengan lauk
pendamping seperti ikan asin (kenta katunu-tunu) dan sayur bening atau kadada
katembe. Bagi penduduk asli kepulauan Muna, menu kambuse tidak hanya
dihidangkan dalam menu makan sehari-hari tetapi juga dalam acara adat, menu
kambuse sudah menjadi makanan yang wajib dihidangkan¸ apapun suasananya,
jika tanpa kambuse jadi kurang lengkap (Dalma, 2015).

E. Kabuto

Gambar 5. Kabuto

Kabuto sejak zaman dahulu sudah menjadi makanan pokok masyarakat


Muna, Sulawesi Tengggara, sebagai makanan pengganti nasi terutama mereka
yang tinggal di daerah pesisir pantai. Jika masa paceklik tiba, Kabuto sangat di
butuhkan dan banyak di konsumsi oleh masyarakat di sana untuk penguat tubuh.
Masyarakat Muna pesisir, tidak memiliki makanan pokok yang lain selain kabuto
ini karena tanaman padi sangat sulit tumbuh di wilayah mereka (KSMTOUR.com,
2017).

6
Kabuto adalah ubi kayu fermentasi yang dikukus dan memiliki rasa khas,
bertekstur lembek dan lentur saat dihidangkan. Kabuto ini biasa dicampur dengan
parutan kelapa saat dikonsumsi oleh masyarakat Muna. Selain itu, masyarakat
juga lebih suka mengonsumsi kabuto ini dengan ikan asin. Sehingga saat
mengonsumsi kabuto tanpa parutan kelapa dan ikan asin akan terasa kurang
(Febriansah, 2018).
Setelah difermentasi, ubi ini juga kemudian berubah warna dan nama
menjadi ubi kabuto. Sesuai namanya, kabuto dalam masyarakat adat Muna sering
diartikan dengan kata ‘rusak’ atau ‘jelek’, karena pada dasarnya kabuto memang
adalah ubi yang rusak dan menghitam di beberapa bagiannya. Kadang juga
berwarna kuning kecoklatan, coklat kuning kehitaman atau putih bercampur
kuning dan coklat (Paramitha, 2017).

F. Kambewe

Gambar 6. Kambewe Kapute Gambar 7. Kambewe Gola

Kambewe merupakan makanan tradisional yang sudah ada sejak ratusan


tahun lalu di Muna dan Buton, Sulawesi Tenggara. Kambewe artinya jagung yang
direbus. Arti lainnya adalah penyebutan untuk makanan yang dibungkus daun
kelapa atau kulit buah jagung (INDOEPIC.com, 2019)
Kambewe merupakan salah satu makanan khas dari suku muna yang
berbahan dasar jagung muda dan dimasak dengan cara dikukus. Dalam pembuatan
kambewe kapute, bahan dasarnya hanyalah buah jagung yang berumur 70 hari.
Pada usia ini biji jagung tidak terlalu lembek dan tidak terlalu keras serta memiliki
rasa manis yang unik (Dalma, 2018).

7
Makanan khas muna yang hanya dapat dijumpai di jelang musim panen
jagung adalah kambewe gola dan kambewe kapute. Keduanya kurang lebih sama,
berasal dari bahan jagung muda. Bedanya kambewe gola dibuat denan campuran
gula merah sedangkan Kambewe kapute hanya dari jagung muda biasa. Sajian
Kambewe Kapute biasanya dihidangkan dengan beragam makanan tradisional
Muna lainnya seperti Kadada Katembe (sayur bening), Kenta Parende (ikan
kuah), Kenta Katunu (ikan bakar), dan lain sebagainya (Dalma, 2018).
Setiap tahun di musim jagung muda pasti ada acara pembuatan Kambewe.
Biasanya para petani jagung yang mau melakukan panen jagung mengajak
keluarga dan kerabat mereka untuk datang ke acara ini. Dapat dikatakan acara ini
merupakan syukuran atas hasil dari kebun jagung. Acara biasanya disertai
lantunan nyanyian rakyat dengan iringan alat musik gong dan gendang. Tradisi
acara pembuatan Kambewe biasanya hanya bisa dijumpai di daerah-daerah Buton
Tengah, Muna dan Muna Selatan. Hingga kini tradisi ini masih lestari
(INDOEPIC.com, 2019).

G. Kolope

Gambar 8. Kolope

Kolope merupakan salah satu makanan tradisional atau makanan khas


masyarakat Muna. Pada zaman dahulu, kolope menjadi makanan pokok bagi
masyarakat Muna. Karena beras hanya menjadi makanan pokok bagi yang sedikit
lebih beruntung. Karena tidak semua mampu membeli beras. Oleh karena itu,

8
masyarakat Muna harus bertahan hidup dengan memanfaatkan alam. Mengolah
apapun yang disediakan oleh alam, salah-satunya adalah kolope (Arief, 2019).
Dalam bahasa daerah Muna, umbi hutan yang tumbuh liar dengan batang
berduri, daun yang lebar, dan umbinya besar berbulu di hutan disebut kolope.
Makanan ini berbahan dasar atau terbuat dari umbi hutan/gadung yang beracun.
Kalau tidak diolah dengan benar, mengkonsumsinya bisa menyebabkan lolanu
(semacam pusing dan juga mual-mual). Lolanu itu adalah sebutan untuk orang
yang keracunan makanan di daerah Muna (Ramadan, 2017).
Kolope biasanya akan disajikan saat memasuki musim tanam atau panen
hasil perkebunan. Kolope biasanya dicampur dengan kelapa parut dan disantap
bersama sayur bening dan ikan kering atau ikan asin (Arief, 2019).

H. Tunuha

Gambar 9. Tunuha

Tunuha dalam bahasa Muna berarti pembakaran. Sesuai artinya, makanan


tunuha dihasilkan dari proses pembakaran. Pada umumnya, tunuha berasal dari
ubi kayu yang diparut dan dicampur dengan gula merah dan bawang merah. Biasa
juga dicampur parutan kelapa. Setelah itu, campuran dari bahan makanan ini
dimasukan dalam bambu atau tempurung kelapa yang ditutupi daun pisang.
Racikan inilah yang disimpan dalam tanah galian dan ditutupi dengan batu yang
dibakar hingga panas dalam waktu satu malam (Rakyatsultra.com, 2016).
Zaman dulu, selain ungkapan rasa syukur kepada yang maha kuasa, tunuha
juga dijadikan sebagai ajang mencari jodoh. Biasanya, kaum muda dan mudi
membuat tunuha sambil menari. Tarian ini disebut modero. Setiap lelaki yang

9
memiliki hasil panen singkong yang melimpah dan akan melakukan ritual ini,
maka wajib mengundang kaum perempuan untuk mengikutinya. Modero inilah
sebagai ajang pencarian jodoh. Modero dilakukan satu malam sambil menunggu
tunuha matang. Laki-laki berpegangan tangan dengan laki-laki. Sebaliknya,
perempuan berpegangan tangan pula sesama perempuan. Lalu, dua kelompok ini
bernyanyi bersama mengelilingi area tunuha, sambil berbalas pantun
(Rakyatsultra.com, 2016).

I. Wadhe (Wajik)

Gambar 10. Wadhe (Wajik)

Wadhe sama dengan cucur, jenis penganan tradisional Muna yang terbuat
dari beras ketan merah dan gula merah, hanya saja cara membuatnya yang
berbeda. Wadhe sering kali dijumpai pada acara-acara adat ataupun pesta
perayaan hari besar, pesta nikah dan syukuran. Pada saat mengandung anak
pertamanya, sang istri biasanya mengalami perasaan takut dan mempengaruhi
janin atau calon sang bayi yang berbeda-beda dalam kandungan seorang istri.
Oleh karean itu, masyarakat Muna di Desa Kontukowuna melakukan tradisi
Kasambu untuk memberikan semangat dan dorongan agar memiliki perasaan
mental yang kuat terhadap seoarang istri untuk melahirkan anak pertamanya
(Fitriani, 2017).
Salah satu perayaan adat yang menyajikan Wadhe di dalam talang baca-
baca yaitu pada tradisi Kasambu. Tradisi Kasambu merupakan tradisi yang
diwariskan secara turun-temurun dan sampai sekarang tidak bisa ditinggalkan
tradisi yang berlaku. Tradisi Kasambu pada masyarakat Muna hanya dilakukan

10
sekali dalam pernikahan, yaitu saat menanti anak pertamanya. Tradisi Kasambu
ini dilakukan ketika usia kehamilan seorang istri berusia tujuh bulan, maka harus
dilaksanakan Kasambu itu. Tradisi Kasambu pada masyarakat Muna merupakan
tradisi yang dilakukan dengan tujuan untuk mengatasi dan mengantisipasi hal-hal
yang dapat menyulitkan seorang istri pada saat melahirkan anak pertamanya serta
ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT (Fitriani, 2017).
Salah satu proses pelaksanaan dalam tradisi Kasambu yaitu pada penyajian
penganan khas daerah dalam talang baca-baca, yang dimana pada masing-masing
penganan khas tersebut memiliki arti atau makna tersendiri ketika dalam tradisi
Kasambu. Contoh pada Wadhe yang memiliki arti atau makna yaitu Wadhe yang
berwarna merah menggambarkan keberanian dalam bertindak atau melakukan
kebaikan baik terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa, sesama manusia, maupun pada
alam sekitarnya. Ketidakberanian atau sikap skeptis dalam hidup akan membawa
manusia ke dalam derajat yang rendah ((Fitriani, 2017).

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Daerah Muna memiliki beragam makanan khas yang dari dulu sudah
menjadi makanan kesukaan masyarakat Muna. Makanan dari Muna ini
sebenarnya memiliki kesamaan dengan makanan-makanan dari daerah lain di
Sulawesi Tenggara, mulai dari bahan yang digunakan, cara pembuatannya
maupun cara mengonsumsinya. Walaupun demikian, tetap saja ada suatu ciri yang
membedakannya dengan daerah-daerah lain. Makanan khas dari daerah muna
diantaranya yaitu katumbu gola, susuru (kue cucur), kadada katembe (sayur
bening), kambuse, kabuto, kambewe, kolope, tunuha, dan wadhe (wajik).

B. Saran

Saran yang dapat kami diberikan adalah agar seluruh mahasiswa dapat
menyadari betapa pentingnya mengetahui dan mempertahankan makanan atau
pangan lokal sehingga identitas daerah tetap terjaga dan juga kepada tenaga
pengajar agar memberikan pemahaman yang baik dan menanamkan kesadaran
kepada seluruh mahasiswanya agar dapat mempertahankan setiap pangan lokal
daerah masing-masing agar tidak terkikis oleh perkembangan zaman.

12
DAFTAR PUSTAKA

Agnes. 2019. Tugas Makalah Kelompok Tolaki 1.


https://www.scribd.com/document/411682112/tugas-makalah-klpk-tolaki-
1-docx. Diakses pada Rabu, 19 Februari 2020.
Arief M.I.S. 2019. Kolope: Umbi Hutan yang Pernah Menjadi Makanan Pokok
Masyarakat Muna. https://mojok.co/terminal/kolope-umbi-hutan-yang-
pernah-menjadi-makanan-pokok-masyarakat-muna/. Diakses pada 22
Februari 2020.
Barakati S.M. 2014. Makalah Makanan Khas Kabupaten Muna.
https://www.slideshare.net/septianbarakati/makalah-makanan-khas-
kabupaten-muna. Diakses pada Rabu, 19 Februari 2020.
Cendana News. 2015. Mengenal Kambose, Makanan Sehat Asli Pulau Muna.
https://www.cendananews.com/2015/12/mengenal-kambose-makanan-
sehat-asli-pulau-muna.html. Diakses pada 22 Februari 2020.
Dalma M.T 2017. Cucur, Kuliner Khas Tradisional Muna-Buton dalam Acara
Haroa. http://jendelasultra.blogspot.com/2017/04/cucur-kuliner-khas-
tradisional-muna.html. Diakses pada Kamis, 20 Februari 2020.
Dalma M.T. 2018. Renyahnya Kambewe kapute, Makanan Khas Muna dari
Jagung. http://jendelasultra.blogspot.com/2018/07/renyahnya-kambewe-
kapute-makanan-khas.html?m. Diakses pada Jumat, 21 Februari 2020.
Febriansah F. 2018. Makanan Khas Kendari.
http://pebipebriansah77.blogspot.com/p/makanan-khas.html. Diakses pada
22 Februari 2020.
Fitriani dan Pendais H. 2017. Tradisi Kasambu dalam Masyarakat Muna di Desa
Kontukowuna Kecamatan Kontukowuna Kabupaten Muna. Jurnal
Penelitian Pendidikan Sejarah. Vol. 2, No. 2, Hal :52-61.
INDOEPIC. 2019. Kambewe, Camilan Khas Muna dan Buton yang Hanya Hadir
Saat Musim Jagung. https://indoepic.com/kambewe-camilan-khas-muna-
dan-buton-yang-hanya-hadir-saat-musim-jagung/. Diakses pada 22
Februari 2020.
KSMTOUR. 2017. Kabuto Makanan Khas Pesisir Daerah Sulawesi Tenggara.
https://ksmtour.com/wisata-kuliner/kuliner-sulawesi-tenggara/kabuto-
makanan-khas-daerah-pesisir-sulawesi-tenggara.html. Diakses pada 22
Februari 2020.
Paramitha T. 2017. Citarasa Sulawesi Tenggara pada Kabuto, Si Ubi Fermentasi.
https://www.viva.co.id/gaya-hidup/kuliner/973164-cita-rasa-sulawesi-
tenggara-pada-kabuto-si-ubi-fermentasi. Diakses pada Jumat, 21 Februari
2020.

13
Ramadan M. 2017. Kabuto, Kambuse dan Kolope.
https://formuna.wordpress.com/2017/06/11/kabuto-kambuse-dan-kolope/.
Diakses pada 22 Februari 2020.
Sangadji M. 2017. Ikan Parende Kuliner Khas Muna.
https://munabangkit.com/ikan-parende-kuliner-khas-muna/. Diakses pada
22 Februari 2020.

14

Anda mungkin juga menyukai