Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH SEJARAH PERKEMBANGAN NEGARA TRADISIONAL DI

KAMBOJA, VIETNAM, DAN THAILAND

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Asia Tenggara

Dosen Pembimbing : Alifi Nur Prasetia Nugroho, S.Pd.,M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Agus Setiawan NIM. 18406241050


2. Andini Enggar Pramesti NIM. 18406241025
3. Jeanys Ulfi Putri Nurjana NIM. 18406244001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2018

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayahnya kepada kita semua sehingga pada kesempatan ini kami dapat
menyelesaikan makalah sejarah tentang perkembangan negara tradisional di
Kamboja, Vietnam, dan Thailand dengan tepat dan baik.

Adapun makalah ini kami susun guna memenuhi tugas sejarah Asia
Tenggara. Makalah ini disusun secara sistematis dan sesuai dengan fakta keadaan
yang terjadi. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Alifi Nur Nugroho S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
sejarah Asia Tenggara.
2. Rekan-rekan satu kelompok yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.

kami berharap dengan dibuatnya makalah ini dapat membantu pembaca


untuk mengetahui sejarah tentang perkembangan negara tradisional di kamboja,
Vietnam dan Thailand. Apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan
dan kurang sesuai kami mohon maaf.

Yogyakarta, 19 September 2018

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR................................................................................ 2

DAFTAR ISI................................................................................................3

BAB I PENDAHULUHAN...........................................................4

A. Latar Belakang.........................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................2
C. Metode.....................................................................5
D. Tujuan......................................................................5
E. Manfaat....................................................................5

BAB II ISI........................................................................................7

A. Sejarah negara tradisional di Kamboja......................7


1. Kerajaan Funan.....................................................7
2. Kerajaan Khmer....................................................9
3. Kerajaan Angkor.................................................10
B. Sejarah negara tradisional di Vietnam.....................11
1. Kerajaan Lin-Yi.................................................13
2. Kerajaan Champa...............................................14
3. Kerajaan Annam dan Tonking...........................17
4. Kerajaan Nguyen dan Trinh...............................19
C. Sejarah kerajaan negara tradisional di Thailand......23
1. Kerajaan Sukhotai.............................................23
2. Kerajaan Ayutia................................................24

BAB III PENUTUP.......................................................................28

A. Kesimpulan............................................................28
B. Daftar Pustaka......................................................29

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak zaman prasejarah, perkembangan Asia Tenggara telah
dimulai dari masyarakat dan kebudayaan yang beragam dan spesifik. Hal
ini sebagai dampak adanya pengaruh budaya India dan Tiongkok. Pada
awalnya masyarakat Asia Tenggara memenuhi kehidupan sehari-hari
dengan cara berburu dan seiring berjalannya waktu mengalami perubahan
dan perkembangan. Mulai dari bercocok tanam, mengolah logam, dan
berdagang.
Perkembangan negara tradisional di kawasan Indo Cina berawal
dari berdirinya kerajan-kerajaan besar yang mempengaruhi tatanan
masyarakat pada zaman itu. Contohnya saja seperti negara Kamboja,
Vietnam dan Thailand. Mereka mempunyai kerajaan-kerajaan besarnya
sendiri. Untuk Kamboja terdapat kerajaan Funan, kerajaan Khmer, dan
kerajaan Angkor. Untuk Vietnam terdapat kerajaan Champa dan kerajaan
Annam. Sedangkan untuk Thailand terdapat kerajaan Siam.
Masing-masing kerajaan mempunyai problematika dan cara
penyelesaiannya tersendiri. Adanya problematika inilah yang memicu
terjadinya berbagai dampak ekonomi, dampak sosial, dan budaya. Maka
dari itu, Kami akan mengulas problematika yang ada dalam kerajaan
Kamboja, Vietnam dan Thailand.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana asal-usul negara tradisional di kawasan Asia Tenggara
khususnya di Kamboja, Vietnam, dan Thailand?
b. Bagaimana proses perkembangan kerajaan-kerajaan di kawasan Asia
Tenggara khususnya di Kamboja, Vietnam, dan Thailand?
c. Apa saja konflik serta peperangan yang terjadi di antara kerajaan-
kerajaan tersebut?
d. Bagaimana hubungan antara kerajaan-kerajaan satu dengan yang
lainnya dilingkup kawasan negara Kamboja, Vietnam, dan Thailand?

4
C. Metode
a. Metode membaca
Penulis membaca berbagai sumber tentang perkembangan negara
tradisional di Kamboja, Vietnam dan Thailand di buku acuan, agar
dapat menemukan data yang akurat.
b. Metode pengumpulan data
Penulis mengumpulkan data dan memilah-milah data tentang
perkembangan negara tradisonal di Kamboja, Vietnam, dan Thailand.
D. Tujuan
1. Tujuan umum
a. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai sejarah perkembangan
negara tradisonal di Kamboja, Vietnam, dan Thailand.
b. Untuk menambah pengetahuan dan ilmu mengenai sejarah
perkembangan negara tradisional di Kamboja, Vietnam, dan
Thailand.
2. Tujuan khusus
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah sejarah Asia Tenggara
b. Ingin mengulik lebih dalam tentang perkembangan negara
tradisional di Kamboja, Vietnam dan Thailand.
E. Manfaat
1. Diri sendiri
Agar dapat mengetahui lebih dalam dan mendetail tentang sejarah
perkembangan negara tradisional di Kamboja, Vietnam, dan Thailand.
2. Pembaca
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang sejarah
perkembangan negara tradisonal di Kamboja,Vietnam, dan Thailand.

5
BAB II

ISI

6
A. Sejarah Negara Tradisional di Kamboja
1. Kerajaan Funan
Funan merupakan kerajaan pertama yang berada di kamboja. Nama
funan berasal dari kata bnam atau phnom (dalam bahasa Mon-Khmer,
artinya gunung). Menurut berita Cina, Funan terletak di kawasan
Kamboja sekarang, yang daerahnya meliputi Kamboja Selatan dan
Cho-cina. Untuk pusat kerajaan Funan berada di lembah sungai
Mekong. Kerajaan Funan didirikan oleh Kaundinya 1 pada abad 1 M.
Ia merupakan putra raja India yang datang ke Funan dari arah selatan
melalui jalur laut1.
Catatan yan paling awal yaitu pada pertengahan abad 3 M di Funan
terdapat batu bertuliskan bahasa sanskerta di Vo-canh yang
mengandung unsur-unsur agama Budha dan berhuruf India Selatan.
Kepastian sejarah semakin jelas pada abad ke 3M di mana Funan
berhubungan dengan Cina.
Fan Shin Man yang merupakan penganti Kaudinya adalah
pemimpin militer yang kuat. Selama pemerintahannya dilaksanakan
pembangunan kapal-kapal besar beserta angkatan lautnya.
Kekuasaannya sangat besar meliputi bagian timur Nha-trang, daerah
semenanjung melayu sampai daerah Lower Burma. Kerajaan Funan
sendiri membawahi kurang lebih 10 kerajaan Vasal.
Fan Shin Man meninggal didalam sebuah ekspedisi melawan Chin-
Lin. Ia digantikan oleh Fan Chan, pada pemerintahannya ia lebih
memperhatikan bidang komersial daripada ambisi politiknya. Pada saat
itu Funan memegang kunci rute perdagangan laut di Asia Tenggara.
Hingga tahun 287 M hubungan Funan dengan Cina dan India tetap
terjaga dengan baik. Akan tetapi hubungan keduanya menjadi
renggang setelah Fan Chan mengadakan persekutuan dengan Fan-

1
Mudji Hartono, Ikhtisar Sejarah Asia Tenggara Kuno, (Yogyakarta: FPIPS IKIP Yogyakarta, 18989),
hlm.13.

7
Hsiung dari Lin-Yi untuk menyerang Tonging ( suatu daerah di
provinsi Cina )2.
Pada pertengahan abad ke 4 M sampai ke 5 M situasi di kerajaan
Funan tidak begitu jelas. Sumber Cina mencatat ditahun 357 Kaudinya
II memerintah Funan, ia berasal dari India ( Coede,1966,hal.59 ) akan
tetapi versi lain mengatakan ia berasal dari P’an-P’an, sebuah Negara
di teluk Siam dan menjadi raja pada tahun 400 M
( B.Harrinson,1966,hal.24 )3.
Javavarman mengantikan Kaudinya II yang membuat sejarah
Funan menjadi terang kembali. Ia merupakan raja terbesar dan mampu
menciptakan perdamaian, menurut sejarah dinasti Ch’i. Maka ia
dijuluki “general of the Pacified South, King of Funan”. Kebesarannya
diperlihatkan pula pada tingginya kebudayaan. Ia tidak meninggalkan
prasasti-prasasti sampai meninggalnya ( 514 )4.
Raja Funan yang terakhir yaitu Rudravarman ( 514-550 ), ia berhasil
naik tahta setelah berhasil membunuh raja yang sah yaitu Gunavarman.
Seperti halnya raja-raja sebelumnya ia mengadakan hubungan
diplomatik dengan Cina agar stabilitas politik dalam negeri terjamin.
Sepeninggalan Rudravarman suasana daerah Mekong Tengah diliputi
berbagai pergolakan yang akhirnya para pemberontak ( Chen-La )
berhasil menduduki Funan, yang berarti riwayat kerajaan Funan
berakhir. Meskipun Funan telah runtuh prestisenya masih hidup terus
sampai sekarang.

2. Kerajaan Khmer
2
Ibid., hlm.14
3
Ibid., hlm 15
4
Ibid.

8
merupakan kelanjutan dari Funan yang runtuh akibat
pemberontakan orang-orang Chen-La yang dipimpin oleh
Bhavavarman dan Chitrasena. Alasan mereka menyerang Funan
tidaklah jelas, menurut Coedes ( 1966,hal.90 ) ada 2 kemungkinan,
yaitu :
Bhavavarman adalah anggota dari garis keturunan penguasa dan
mengambil keuntungan setelah kematian raja Rudravarman.
1. Bhavavarman merupakan cucu dari Rudravarman yang ingin
mempertahankan warisan neneknya maka menentang suatu
percobaan restorasi garis keturunan5.

Dalam pemerintahannya, Chen-La masih melanjutkan politik


Funan, termasuk hubungan diplomatik dengan Cina terus terjalin
hingga pemerintahan Chitrasena. Langkah awal yang dilakukan
Bhavavarman ( 550 an ) adalah konsolidasi wilayah dan ekspansi
terhadap vasal-vasalnya. Pada pemerintahan Icanavarman ( 611-635 ),
yang berhasil mengabungkan wilayah Chen-La dengan Funan ( Mac
Donal,1958,hal.78 )6.

Agama Siva merupakan agama Negara dan dasar kesusasteraan


diambil dari cerita sanskerta klasik, seperti Ramayana, Mahabarata dan
Purana. Sementara rakyat masih tetap menganut kebudayaan
tradisionalnya. Hal itu digolongkan oleh Robert Redfield dengan “The
Great Tradition” dari masyarakat bangsawan kota dan “ The Little
Tradition” dari kau petani ( HJ. Benda.1969,hal.114 )7.
Pada tahun 706 M, Chen-La pecah menjadi dua, yaitu Chen-La
Utara dan Chen-La Selatan. Daerah Chen-La utara meliputi daerah
lembah Sungai Mekong bagian tengah sampai pegunungan Dangrek;
dan Chen-La Selatan ialah daerah Kamboja sekarang meliputi delta
Sungai Mekong. Coedes berpendapat bahwa sejarah Kamboja selama
5
Ibid., hlm.16.
6
Ibid., hlm.17.
7
Ibid., hlm.18.

9
abad 8 dan awal abad 9 hanya dapat diketahui jika kita tahu apa yang
terjadi di Indonesia pada akhir abad 7 ( Coedes,1966,hal.95 )8. Menurut
Coedes pengaruh budaya India khususnya Budhis yang telah muncul di
Indonesia. Hal itu membuat eksistensi Chen-La bergeser ke kerajaan
Angkor yang berdiri tahun 802 M dibawah raja Jayavarman II.
2. Kerajaan Angkor
Pada akhir abad 8 di Chen-La Selatan terjadi perebutan supremasi
antara dinasti Aninditapura ( Baladityapura ) dengan dinasti
Sambhupura. Dengan perkawinan politik konflik tersebut dapat selesai
dan Sambhuvarman memindahkan ibukota ke Angkor Borei. Situasi
kerajaan yang belum mapan menerima serangan dari Jawa, dan harus
mengakui raja Sailendra dari Jawa sebagai yang dipertuan
( bandingkan dengan : Mac Donal,1969,hal.41 )9. Bangsa Khmer
dibawah pimpinan Jayavarman berhasil melepaskan diri dari
kekuasaan Jawa, dan ia dianggap sebagai pendiri Angkor.
Di kerajaan Angkor tampak jelas pengaruh India, baik berupa bentuk
pemerintahan, ide-ide, atau bangunan-bangunan besar berdasar sususan
cakrawala. Jayavarman II menciptakan kepercayaan baru, yakni “ dewa
raja kultus”, merupakan bentuk agama Siva yang memusatkan
penghormatan kepada lingga sebagai lambing kekuasaan raja yang
diberikan oleh Siva kepadanya dengan perantaraan pendeta.Konsensi “
dewa raja kultus “menunjukan bahwa raja merupakan pusat agama
sekaligus pusat kegiatan politik.10

Maka ketika itu banyak didirikan candi besar yang menandakan


kebesaran kerajaan Angkor. Pada masa pemerintahan Jayavarman
( 802-850 ) merupakan masa transisi dari stil seni pre-angkor ke seni
8
Ibid., hlm.18.
9
Ibid.
10
Ibid., hlm.19.

10
Angkor. Ciri-cirinya munculnya stil kulen yang menunjukan pengaruh
Cham dan Jawa, dapat disebut juga bentuk awal dari seni pre Angkor
( Coedes,1966,hal.93-97 )11.
Pada abad ke 10-13 tampak sekali perkembangan kebudayaan yang
sangat menonjol baik Hindu atau Budha, diantaranya banyak kuil dan
pagoda megah yang mempunyai nilai budaya yang sangat tinggi, seperti
:
1. Kuil Baphon, merupakan bangunan terbesar untuk penghormatan
lingga yang didirikan oleh Udayadityavarman ( 1050-1066 ).
2. Angkot Wat, sebuah candi Hindhu yang termegah dan setara candi
Borobudur, dibangun oleh Suryavavarman II pada sekitar
pertengahan abad 12.
3. Bayon, merupakan kuil Budha berbentuk pyramid yang dibangun
oleh Jayavarman VII pada pertengahan kedua abad 12 di tengah
kota Angko Thom12.

Pada pemerintahan Indravarman III ( awal abad 13 ) agama Budha


Theravada dianut secara luas oleh masyarakat, agama ini berasal dari
Sailon melalui Birma pada akhir abad 12. Kesederhanan merupakan hal
yang paling menonjol dalam agama Budha Therevada, yang berakibat
rakyat menjadi tidakbersedia mengakui konsepsi “dewa raja kultus”,
sehingga prestise raja merosot. Bagaimanapun pemujaan terhadap raja
sebagai dewa mempengaruhi nasib, penderitaan dan kebencian rakyat
( HJ.Benda,1969,hal.121 )13.

Hal itu mendorong agama Budha Theravada dapat diterima oleh


rakyat Angkor. Pada awal abad ke 11 stabilitas politik di Angkor

11
Ibid.
12
Ibid., hlm.20.
13
Ibid.

11
mengalami goncangan, perebutan kekuasaan dan perang saudara
mewarnai jaman itu. Salah satunya terjadi di barat laut dan dipimpin
oleh seorang jendral kerajaan Kamvau. Yang lain di timur, juga
dihancurkan olehnya14. seesungguhnya Udayadityavarman II mencoba
merintis jalan perdamaian, akan tetapi gagal karena ia disingkirkan oleh
Jayavarman VI, yaitu antara keluarga Udayadityavarman II dan
keluarga Jayavarman VI yang masing-masing menuntut tahta Angkor.
Dan konflik itu selesai saat Suryavarman II ( 1113-1150 )
memenangkan perebutan kekuasaan15.

Suryavarman II adalah seorang yang ambisius dan haus


kekuasaan16. Dia raja yang termasyur sebagai pendiri dan jago perang
karena beliau pendiri angkor Watt17.

Sepeninggalan Suryavarman II, Dharanindravarman menduduki


tahta dengan menyingkirkan Jayavarman VII sebagai pewaris tahta,
akan tetapi Jayavarman VII berhasil merebut kembali haknya di Angkor
dalam sebuah ekspedisi yang dipimpinnya. Program yang dijalankan
Jayavarman terlalu memberatkan bagi rakyat, rakyat yang belum
sembuh dari penderitaan akibat pembangunan tempat-tempat suci,
bendungan raksasa, serta peperangan. Hal itu sebakai akibat dari raja
Indravarman I yang melalukan pembangunan besar-besaran bangunan
irigasi di sebelah utara ibu kota Hariharalaya, yakni dinamakan waduk
yashodhara18.

Raja Angkor yang terakhir adalah Jayavarman Paramesvarman.


Pada masa pemerintahannya semua prasasti berbahasa sanskerta lenyap
serta syair-syair yang dipahatkan pada batu-batu juga tidak dijumpai.
Mungkin karena agama Budha Therevada merupakan agama Negara

14
D.G.E. Hall, sejarah Asia Tenggara, (Surabaya:usaha nasional, 1988), hlm.107.
15
Mudji hartono, op.cit., hlm.22.
16
Mudji Hartono, loc.cit.
17
D.G.E. Hall, op.cit., hlm.109.
18
Mudji Hartono, op.cit., hlm.23.

12
dan bahasa sucinya adalah bahasa Pali19. Mengingat peperangan yang
berkepanjangan pada tahun 1350an dan serangan dari Siam dan
Champa. Sebetulnya tidak tampak tanda-tanda kelemahan bangsa
Khmer, mereka masih mampu membalas serangan ke ibu kota bangsa
Thai. Sekalipun kemenangan di pihak Siam tahun 1431 Angkor dapat
dikuasai, namun harus dipikirkan juga karena jatuhnya Angkor ke Siam
karena adanya penghianatan dalam negeri Kamboja. Pendudukan
bangsa Siam atas bangsa Khmer dapat diatasi oleh Ponha-yat. Setelah
membebaskan diri dari Siam, ia memindahkan ibukota dari Angkor
thom ke Basan ( 1432 ) untuk menghindari ancaman serangan balasan
dari Siam. Ibu kota berpindah lagi setelah dua tahun di Basan ke
Phnom-Penh yang menandai kemunduran kerajaan Angkor20.

B. Sejarah tradisional di negara Vietnam

1. Lin-Yi
Menurut bahasa sanskerta, Lin-Yi artinya Champa. Nama ini
pertama muncul dalam naskah - naskah Cina bersamaan dengan Nama
Funan. Lin-Yi adalah kerajaan inti pokok yang di didirikan oleh Ch'iu-lien
pada tahun 192 M di selatan kota Hue, Quang-Ham. Ch'iu-lien ialah
seorang pengawal yg berhasil memanfaatkan keadaan merosotnya dinasti
Ilan Akhir untuk membangun Jihnan21.

Sejarah Lin-Yi baru terasa lengkap pada masa pemerintahan raja Fan Ilsiung(270).
Linyi membentuk persekutuan dengan Funan untuk perimbangankekuatan
melawan Tonking. Pertempuran ini mwerupakan saingan antar dua kebudayaan

19
Ibid., hlm.23.
20
Ibid, hlm 23-24.
21
Ibid., hlm.25.

13
Hindhu dan Cina. Pada abad 14 ini, bangsa Cam akan mumdur selamanya (Ecole
Franscaised'Ekstreme- Orient,1981, hal.34)22.

Abad ke 5-6 M, Lin-Yi mengalami pergolakan peperangan sosial dan


ekonomi melawan Cina, peristiwa yang dapat dipetik dalam hal ini adalah
penerapan taktik dan strategi yang baik oleh Cambhuvarman (Fan Fan Toho),
karena selama ini Lin-Yi selalu menghindari konflik ketika Cina sedang
kuat,bahkan ia bersedia memberikan imbalan sebagai tanda takluk. Namun, ketika
cina sedang lemah, Lin-YI tidak segan-segan melancarkan serangannya. Kini pada
masa pemerintahan Vikraaevarman (553-686) telah tercipta suasana perdamaian
dalam bidang kesenian yang berkembang pesat di Ni-son dan di mulainya
pemujaan terhadap dewa Wisnu23.

Pada pertengahan abad ke 8, bangsa Sailendra menjadi penguasa di laut


selatan, ini menjadi kecemasan bagi bangsa Cam. Ketika itulah nama Lin-Yi tidak
lagi disebut dalam sumber – sumber Cina , tetapi diganti dengan nama ilouan-
uang. Peristiwa ini sama seperti bangsa khmer, bangsa Cam mendapat serangan
dari Jawa (774) dan di muat pada prasasti berbahasa sanskerta dari Po Magar di
Nha-trang. Serangan tentara Jawa dimulai kembali pada tahun 787, juga tidak
berhasil karena bangsa Cam di bawah Indravarman sudah sangat kuat maka
ancaman dari Jawa pun telah berlalu24.

2. Kerajaan Champa
Secara umum Champa tidak lagi dianggap sebagai kerajaan tunggal, tetapi
serangkaian kerajaan yang memanjang di sepanjang pesisir Vietnam. Bukti
kerajaan ini terlihat semakin jelas sejak abad ke 825.
Kira-kira sekitaran tahun 875 muncullah dinasti baru Indrapura yang
didirikan oleh Lakshmindra Bhumisvara Gramasvamin atau bergelar
Indravarman II. Kerajaan ini disebut dengan nama Chang-cheng. Di
Indrapura bangsa Cam mulai masa damai dan dapat mengembangkan
22
Ibid.
23
Ibid., hlm.26.
24
ibid.
25
M.C Ricklefs, dkk., Sejarah Asia Tenggara dari masa prasejarah sampai kontemporer,
(Jakarta:komunitas bambu, 2013), hlm. 83.

14
kebudayaaanya, saat inilah bangsa Cam menganut agama Budha
Mahayana dan raja-raja selanjutnya mulai memperhatikan bidang
keagamaan, kesenian, dan filsafat pun mengalami kemajuan. Raja
Indravarman III sebagai seorang yang canggih dalam bidang sastra dan
filsafat, dalam pemerintahan berlangsung damai dalam kurun waktu 40
tahun26.
Namun pada abad 10 bangsa Cam mengalami gempuran hebat dari
Dai Co Viet ke Campa, hal ini dikarenakan Paramesvaravarman (Raja
Campa) menolak ajakan Le Iloan untuk bersahabat, akibatnya Le Iloan
merasa terhina dan akhirnya mengirimkan ekspedisi untuk menghukum
Campa. Lalu Paramesvaravarman meninggal dan ibu kota hancur.
Kejadian ini pula di alami oleh Indravarman IV, sehingga harus menguasai
ke daerah selatan27.
Istana Campa kosong, masuklah Luu-Ki-Tong (orang An-nam) dan
menyatakan diri resmi sebagai raja Campa Utara yang diakui oleh Cina.
Timbulah ketidakpuasan bangsa Campa karena tahtanya di duduki oleh
bangsa asing. Rakyat pun mengadakan pemilihan pemimpin pribumi,
akhirnya Harivarman II dikukuhkan menjadi raja di Vijaya (Binh Dinh).
Meskipun tugasnya berat yang dipikul telah berkurang dengan
meninggalnya Luu-Ki-Tong, namun Ia pun belum kuat menangani
serangan Annam. Perdamaian kedua negara ini dapat dibina, namun tidak
berumur panjang dan perselisihan akan tetap terjadi. Untuk menghindari
serangan Annam, ibu kota Campa dipindahkan ke Indrapura. Cara ini
belum dapat mewujudkan keamanan dan peperangan yang tidak dapat
dielakkann28.
Annam merupakan musuh bebuyutan bagi Campa. Padahal
perdamaian itu sudah dirintis sejak Jaya Simhavarman I namun dirusak
oleh Rudravarman III karena mendahului menyerang Annam pada Tahun
1960. Akibatnya harus di terima oleh pnggantinya Indravarman IV dengan
26
Mudji Hartono, op.cit. hlm.28.
27
Ibid.
28
Ibid.

15
menyetujui permintaan Annam sebagai pemenang perang yang berupa 3
provinsi di Campa Utara.
Hubungan membaik setelah di bina oleh Illarivarman I, tetapi
dengan rasa enggan Ia terseret sebuah koalisi yang direncanakan oleh Cina
untuk menyerang Annam, serbuan itu gagal maka Harivarman IV
mengirim upeti kepada Annam secara teratur hingga abad 13. Lama tak
bereaksi dan menjadi tahklukan Annam, kebijakan yang diambil dengan
pertimbangan bahwa Campa sedang diserang bangsa Khmer. Campa pun
ragu meminta bantuan bangsa Cina karena telah dikecewakan pada masa
sebelumnya29.
Pada tahun 1177 terdapat tiga kekuatan di dalam pertempuran,
yaitu: Campa (Jaya Indravarman IV), Kamboja dan Jayavarman VII yang
konsentrasi kekuatannya di Vijaya. Mendekati akhir “perang 100 tahun”
antara bangsa Cam dan bangsa Khmer, waktu demi waktu Campa
membenahi diri dan sebaliknya Kamboja mengurangi invasinya ke
Campa. Sehingga tahun 1220 Campa bersatu kembali dan perang pun
berhenti. Kamboja pun tak berniat menyerang Campa kembali karena
dihadapkan musuh baru, yaitu: Siam30.
Situasi Campa saat itu cukup tenang, stabil, dan persoalan
perebutan daerah di bagian utara terselesaikan, dengan cara perkawinan
politik Col des Nuages diterima kembali dari raja Tran Anh-ton.
Hubungan dengan Annan berubah sejak pemerintahan Jaya Simhavarman
IV (Che Chi). Sering terjadinya pemberontakan di kota-kota yang jadi
perebutan itu. Dalam watu bersamaan Campa dan Annam terjadi
pergantian kekuasaan, Campa diperintah oleh Che Nang dan Annam
diperintah oleh Tran Ninh Tohn (1314)31. Dengan demikian, penyebab
terjadinya perselisihan adalah di karenakan perebutan daerah. Raja Annam
mengangkat Che Anam sebagai pengantinya. Ia adalah mantan pemimpin
militer Campa dan Ia membalik menentang keras pemerintahan Annam.
29
Ibid., hlm.30.
30
Ibid.
31
Ibid., hlm.33.

16
Hal ini pun membuat Campa bangkit dan merdeka dari Annam (1323-
1326), meskipun harus berterima kasih kepada tentara bangsa Mongol
karena telah mebantunya. Pada jaman ini Campa masih diperingatkan agar
tetap hati hati dalam menafsirkannya (Ecole Francaise d’Extreme-
Orient,1981,hal.50).
Kenyataannya Campa terpaksa mengembalikan daerah yg pernah
ditaklukkan oleh Che Bong Nga kepada Annam. Pada tahun 1407 Annam
kembali menyerang Campa, namun pada saat itu Annam keadaannya
belum stabil dan Campa terhindar dari keruntuhan. Annam kembali
menguasai Campa penuh pada tahun 1471. Pertemputan itu menewaskan
60.000 orang dan 30.000 orang beserta raja Campa ditawan Annam.
Annam telah menganeksasi seluruh Campa ke selatan sampai Tanjung
Varella. Annam masih juga belum puas dengan kemenangan itu, sehingga
pada tahun 1720, raja terakhir Campa melarikan diri ke Kamboja32.
3. Annam dan Tonking
Menurut salah satu teori mengatakan bahwa asal-usul mereka berasal dari
percampuran darah Local triben yang berdiam di Tonking dengan ras
Mongoloid yang berimisgrasi sejak jaman pre historis. Sedangkan para
imigran mulanya menempati lembah Sungai Merah dan Sungai Hitam di
Tonking. Mereka itulah pada abad 10 yang menjadi bangsa Annam33.

Asal usul mereka banyak di perdebatkan. Mereka diperkirakan


merupakan hasil perkawinan campuran antara suku-suku setempat setelah
bermukim di Tonking dan orang-orang Mongoloid34.
Eksistensi Negara Man Yueh bergantung pada Cina, apabila Cina
sedang lemah, maka akibat inilah terjadinya perubahan dinasti. Gejala ini
mengakibatkan pula bangsa Annam tampil dipermukaan, dan membangun

32
Ibid., hlm.35.
33
Ibid., hlm.36.
34
D.G.E. Hall, Op.cit., hlm.179.

17
kekuatan saat dinasti Tang Jatuh. Pada tahun (939) inilah bangsa Annam
merdeka.
Bangsa Annam di pimpin oleh Ngo Quyen setelah lepas dari Cina,
Ia mendirikan kerajaan Daico Vietpada tahun 939, dan mulailah dinasti
Ngo bersifat nasional. Pemerintahn ini berlangsung sampai tahun 968,
namun belum dapat pengakuan dari Cina dan belum berhasil menyatukan
rakyatnya karena penguasa – penguasa kecil belum dapat ditundukkan 35.
Selama abad 10-13 vietnam diwarnai perebutan kekuasaan dan siklus
dinasti yang cepat. Dinasti Dinh (968-979) menggeser kekuasaan dinasti
Ngo, dan digantikan dinasti Le I (979-1009). Dinasti Li tampil dan
bertahan lebih lama dari dua abad, barukah diganti dinasti Trap, Le II dst36.
Pemerintahan Le Hoan atau pendiri dinasti Le I, berhasil
memperluas wilayah yang berada di provinsi – provinsi bagian utara
Campa setelah mengalahkan Campa (982) daerah itu terdiri dari Hue,
Quang-Tri dan Quang-Binh. Inilah yang mennyebabkan konflik antar
kedua bangsa.
Akibat penaklukan yang terus – menerus Oleh bangsa Vietnam
maka mengakibatkan Campa kehilangan sedikit demi sedikit bagian
utaranya. Pada abad 11 dan ke 17 hanya sekali saja mendapat tekanan
berat dari Campa di bawah pimpinan Che Bong Nga. Kematian Che Bong
Nga belum juga menjamin situasi aman untuk negeri Dai Viet. Pada tahun
1400 Jendral Ilo Qui LI melancarkan coun terhadap dinasti Tran. Kaum
partisan dinasti Tran bergerak dengan cara meminta bantuan Cina. Tentara
Cina yang dikirim oleh Kaisar Yung Lo (dinasti Ming) berhasil
menaklukan Hanai dan menjadikan Annam sebagai vasalnya. Politik Cina
di Vietnam itu berusaha mendenasionalisasikan rakyat setempat. Masa
pendudukan Cina berakhir pada tahun 1428 dengan ditandai jatuhnya
Hanai ke tangan Le Lo-i.

35
Mudji Hartono, op.cit., hlm.37.
36
Ibid.

18
Le Lo-I menyatakan diri sebagai raja Dai Viet dengan gelar Le
Thai To, disinilah dimulainya pemerintahan dinasti Le II. Beliau pandai
sekali membalikkan kemarahan Kaisar Ming dengan mengirim utusan
beserta tanda ketaklukkannya kepada Cina sebagai atasannya dan peking
berpikir bijaksana membiarkan dirinya sendiri dan menyetujui pengakuan
formalnya37. Pada awal abad 16 misalnya, aksi politik cukup terkenal yang
dilakukan oleh seorang mandarin, beernama Mac Dang Dung, sehingga
berhentilah masa pemerintahan dinasti Le II.
4. Keluarga Nguyen dan Trinh
Keluarga Nguyen memerintah Vietnam atas nama dinasti Le II
setelah dapat menguasai sebagian besar wilayah Vietnam dan
menyingkirkan Mac Dang Dung. Di kalangan pembesar pembesar terjadi
persaingan yang ketat, akibatnya pada tahun 1470 Vietnam diperintah oleh
tiga keluarga, yakni yang pertama, keluarga mac berkuasa di Tongking
dengan ibu kota Hanoi. Kedua, keluarga Nguye memerintag atas nama raja
Le II dengan pusatnya di Quang Tri. Ketiga, keluarga Trinh juga
memerintah atas nama raja Le II atas daerah than-hoa, Nghe-an, dan Ila-
tinh dengan ibu kota di Tay do38.
Masing-masing ingin menjadi penguasa tunggal dengan jalan
mengadu kekuatan, menghasut dan masih banyak lagi. Akhirnya keluarga
Mac di usir dari kedudukannya. Persaingan tinggal dua kekuatan yang
masing-masing mewakili pemerintahan dinasti Le II. Peselisihan ini di
mulai dari pandangan pihak Nguyen yang menuduh pihak Trinh akan
merampas kekuasaan dan menolak membayar pajak serta mengkokohkan
daerah selatan. Kejadian itu mempercepat meletusnya perang saudara.
Dalam perang saudara tersebut tidak ada yang menang dan tidak ada pula
yang kalah. Keduanya memilih jalan perdamaian yang berlangsung selama
satu abad.

37
D.G.E. Hall, op.cit., hlm.184.
38
Mudji Hartono, op.cit., hlm.40.

19
Di sela-sela masa masa damai antara Nguyen dan trinh bangsa
Vetnam mengalami beberapa tantangan, yakni, Annam yang terlibat
konflik perebutan tahta kamboja, Annam kedatangan sekitar 3000 pelarian
dari dari cina, dan pemberontakan tayson bersaudara39.
Nguyen yang melakukan ekspansi ke selatan berhasil menguasi
Udong dan saigon. Hal itu membuat keterlibatan Annam di mulai. Sekitar
tahun 1673, saigon yang di pimpin oleh raja Ang Non berusaha menjajah
kamboja yang saat itu di pimpin oleh Ang sor. Karena angsor kalah, ia
meminta bantuan kepada Siam dan berhasil memukul mundur Ang Non.
Ang non tidak terima, dia juga meminta bantuan pada Annam dan
menyerang lagi sampai pihak Ang sor bersedia mengakui Annam sebagai
overlorshipnya. Perang tersebut baru berkahir setelah di kamboja ada
pemberontakan besar oleh Tayson bersaudara.
Mengenai masalah pelarian dari Cina tidak berdampak besar bagi
pemerintahan. dampak terbesarnya dan menjadi masalah berat adalah
pemberontakan Tayson bersaudara. Gerakan pemberontakan dimulai dari
sektor selatan. Dalam aksinya, mereka melakukan perampokan, kekerasan
dan kesadisan terhadap orang-orang pemerintah. Kaum pemberontak
mulanya merebut kota Qui-ilhon agar mereka dapat mengontrol daerah
Vietnam selatan. Kemudian mereka menguasai Saigon sebagai inti
kekuatan dari pihak Nguyen.
Singkatnya, setelah kota ini di kuasai, tidak ada lagi pergerakan
nguyen yang berarti. Pertahanan terkahir di Saigon di hancurkan dan
pengikut Nguyen di binasakan. Hanya sedikit yang selamat mengiringi
pelarian salah seorang anggota keluarga nguyen bernama Nguen Anh.
Dalam persembunyiannya dia bertemu dengan seorang pendeta kristen
asal prancis bernama Pigneau de Bahaine. Dengan bantuan pendeta ini
Nguyen Anh berhasil merebut kekuasaannya kembali 40. Keduanya sepakat
bekerjasama untuk menumpas pemberontakan. Pemerintah perancis

39
Ibid., hlm.42.
40
Ibid., hlm.43.

20
menyetujui usulan mereka dan memberikan kekuasaan penuh kepada
Pigneau de Behaine untuk menanganinya. Lalu terjadi perjanjian pada
tanggal 20 November 1787 yang isinya, pertama, pihak Perancis
menyanggupi pengiriman kapal-kapal, tentara, dan senjata. Kedua,
Perancis akan mendapatkan P. Condore dan teluk Tourane41.
Sementara kaum pemberontak telah menguasai di
Annam,menduduki Indo Cina, daerah Hue di kuasi Trinh. Serangan di
lanjutkan ke arah utara. Mereka menguasai Quan-tri, Quan Binh dan
Hanoi. Selanjutnya mereka membagi Vietnam menjadi tiga bagian politis,
yaitu Van Hue dengan pusat pergerakannya di Tongking dan Annam
Utara, Van Thac dengan pusat pergerakan di Annam tengah,dan van Lu
berkuasa di Chocin-China42.
Penumpasan gerakan pemberontak Tayson bersaudara berhasil
dilakukan oleh Nguyen Anh karena dipersiapkan dengan matang dan
didukung oleh Siam. Pada tanggal 1 Januari 1820 Nguyen Anh
memproklamasikan diri sebagai raja Vietnam di Hue, dengan gelar Gia-
Long. Ia dianggap sebagai pendiri dinasti Nguyen yang memerintah
sampai tahun 194543. Dalam menjalankan pemerintahannya ia dibantu oleh
4 orang Perancis, yaitu : Vannier, Chaigneu, de Forsana dan Despian tapi
mereka tidak berbuat banyak di Vietnam. Sepeninggalan Gia-Long,
pengantinya : Minh Mang, sangat benci orang barat akibatnya rencana-
rencana Perancis menjadi terhambat dan membuat 4 orang Perancis
kembali ke negerinya karena menganggap tidak ada gunanya tinggal di
Vietnam. Secara resmi Hubungan antara Vietnam dengan Perancis
dinyatakan putus oleh Minh Mang, Salah satu latar belakang pemutusan
hubungan itu adalah soal keagamaan. Ia seorang fanatik Confusianisme
dan pemuja kebudayaan Cina, ia melakukan gerakan anti nasrani dengan
melakukan pengejaran terhadap mereka. Puncak kekejaman terhadap
orang nasrani ada pada pemerintahan Tu Duo ( 1848-1883 ). Pembunuhan
41
Ibid., hlm.44.
42
Ibid.
43
Ibid., hlm.45.

21
terhadap pendeta menyebabkan perancis menghujani peluru-peluru besar
ke arah pelabuhan Vietnam agar Tu Duo takut dan menghentikan
aksinya44. Akhirnya pada tahun 1857 kedua belah pihak mengadakan
perundingan, namun ditolak oleh Tu Duo adapun tuntutan Perancis yang
ditolak yaitu :
a. Bagi kaum nasrani kebebasan agama dijamin
b. Perancis diijinkan mendirikan agen dagangnya di Hue
c. Perancis mendapatkan kekuasaan untuk menunjuk seorang konsulnya
di Hue.
Akibat dari penolakan itu membuat tentara gabungan Perancis-Spanyol
menyerang Tourane ( 1858 ). Tejadilah petempuran yang pada akhirnya
dimenangkan oleh Perancis, bahkan Perancis bisa menguasai wilayah-
wilayah untuk mempersempit posisi Vietnam. Barulah Tu Duo mau
menandatangani perjanjian pada tahun 1862, yang berisi :
a. Tu Duo menyerahkan 3 propinsi di Chocin-China bagian timur kepada
Perancis.
b. Membayar kerugian perang dengan cara mengangsur.
c. Kebebasan agama dijamin
d. Pelabuhan Tourane, Balat dan Kuang An dibuka bagi Perancis45.
Dasawarsa berikutnya timbul kekacauan di Vietnam dan
membanjirnya gerombolan bersenjata dari cina ke daerah perbatasan
Tonking Utara, mereka adalah gerombolan yang kalah dalam
pemberontakan Taiping di Cina. Tu Dou meminta bantuan kepada raja
muda Tongking akan tetapi tidak didengar dan membuat suasana semakin
kacau46. Hal ini membuat Perancis menegarkan kekuasaannya dengan
mengirim Garnier ke Hanoi pada tahun 1873 unuk membuka Sungai
Merah ( Songkai ) bagi pelayaran umum. Ia membuat mata pencaharian
mereka terampas sehingga kaum Mandarin bekerja sama dengan
gerombolan bersenjata untuk menghancurkan Perancis. Garnier terbunuh
44
Ibid., hlm.47.
45
Ibid.
46
Ibid.

22
dalam peristiwa itu. Kematian itu membuat Tu Duo khawatir dan
mengajak berunding Perancis pada tahun 1874 yang berisi :
a. Persyaratan terhadap kapal-kapal dan soal perdagangan oleh
Perancis diberi keringanan daripada yang lain.
b. Perancis diijinkan menempatkan opsir-opsirnya pada posisi penting
di Bea cukai Vietnam.
Namun Tu Duo mengingkari perjanjian itu setelah mendapat dukungan
Cina47. Pada tahun 1881 Perancis mempersiapkan tindakan ofensif ke
Tonking, sementara itu wilayah Tonking didatangi oleh gerombolan
pelarian pemberontak Pautbay dari Yunnan yang disebut “The Black Flag”
dan “The Yellow Flag” . Hal ini dipoliitisir oleh Tu Duo, dan ia
memainkan peranan penting, yakni :
a. Memberi semangat pada para perampok S. Songkai untuk
merampok kapal-kapal milik Perancis
b. Meminta bantuan Cina untuk menindas gerombolan perampok48.
C. Sejarah tradisonal di negara Thailand.

1. Sukhotai
Bangsa Thailand merupakan bangsa pendatang yang berasal dari
Cina Selatan.. Mereka terus-terusan didesak oleh Cina sehingga pergi
ke selatan menyusuri sungai Mekong, sungai Nam, dan Sungai
Irrawadi. Karena hal itu bangsa Thailand tersebar di berbagai daerah.
Di daerah delta sungai Irrawadi orang-orang Thailand menaklukkan
bangsa pyu, sebagian lainnya memasuki Siam utara dan menaklukkan
penduduk setempat. Menjelang berakhirnya pemerintahan Jayavarman
VII, Angkor yang sedang mengalami kemunduran berhasil diduduki
Thailand di bawah pimpinan Rama Kambheng49. Coedes

47
Ibid., hlm.48.
48
Ibid.
49
Ibid., hlm.50.

23
mengungkapkan, bahwa Sukhotai di bawah Rama Kambheng menjadi
negeri yang luas dan makmur.50
Secara politis pada saat itu Sukhotai dalam keadaan relatif stabil
dan tenang. Wilayahnya yang luas dapat terkontol rapi oleh Rama
Kambheng. namun, sesudah kematian Rama Kambheng, Sukhotai
mengalami kemerosotan yang cukup serius dan tidak berumur panjang.
Hal itu disebabkan karena para penggantinya kurang memperhatikan
persoalan politik luar negerinya51.
2. Kerajaan Ayutia
Setelah kehancuran kerajaan Sukhotai, mereka dipaksa mengakui
kekuasaan negara baru, yaitu kerjaan Ayutia. Kerajaan Ayutia sendiri
didirikan oleh Ramadhipati I di daerah lembah sungai menam pada
pertengahan abad 14. Coedes membuat periodisasi sejarah kerajaan
Ayutia, yaitu yang pertama, antara pertengahan abad 14-16 Siam
meluaskan kekuasaan ke timur dan utara. Kedua, Pertengahan ke dua
abad 16 adalah masa peperangan dengan Birma. Ketiga, pada abad 17
hubungan Siam dengan bangsa barat terjadi. Keempat, terjadi
kemerosotan dan jatuhnya ibu kota ke tangan Birma pada tahun 176752.
Sejak Ayutia berdiri, kerajaan tersebut terus melakukan
konsolidasi wilayah dan mengalami banyak perkembangan di bawah
pimpinan Ramadhipati. Ia menciptakan hukum pertama di Siam,
seperti hukum perkawinan, pencurian dan kejahatan. Hukum tersebut
terus berlaku, bahkan tidak tergeser oleh hukum modern.
Sepeninggal Ramadhipati terjadi krisis dinasti daaan keributan
yang meresahkan masyarakat. Sedangkan penggantinya, Pamesuen
hanya mampu memerintah selama satu tahun karena tidak disenangi
rakyatnya. Tahta diserahkan kepada pamannya yakni Plo Ngua mantan
gubernur di Suphan. Selama itu sejarah kerajaan Ayutia di warnai

50
Wawan_Darmawan, 8 Maret 2012, “Perkembangan kerajaan di Asia Tenggara” Direktori file
UPPI. Vol. 1 No 1, 2012, 16.
51
Ibid., Hlm.51.
52
Ibid., hlm.52.

24
peperangan. Selama 24 tahun, kerajaan Ayutia belum tampak
perubahan penting dan program-programnya. Kebanyakan
penggantinya hanya melanjutkan pemerintahan lama. Baru setelah
kekuasaan Boromo Trailokanat bentuk pemerintahan baru mulai
diterapkan, yakni sistem sentralisasi.
Dalam sistem itu dibedakan antara departemen sipil dan militer.
Masing-masing departemen dibagi menjadi beberapa departemen yang
lebih kecil. Bagian-bagian departemen kecil itu dikepalai oleh mentri.
Sistem pemerintahan itu berjalan sampai abad 19. Selain itu Trailok
juga membuat sistem pembagian tanah yang setiap orang berhak
memiliki sejumlah tanah sesuai dengan statusnya. Barangkali sistem
ini yang mengilhami terbentuknya hukum istana yang disebut Kot
Mont’ien Ban dan mulai diberlakukan sejak tahun 1450.
Dengan adanya Kot Mon’ien Ban maka di istana ada ketentuan
pasti yang menempatkan seseorang didalam derajat tertentu. Selain itu
Kot Mon’ien Ban digunakan untuk mengatur upacara, mengatur fungsi
para pegawai, menetapkan hukum dan masih banyak lagi.
Sejalan dengan pergantian masa beberapa ketentuan tersebut mulai
mengalami perubahan. Misalnya pada bidang hukum, terjadi
perkembangan sehubungan dengan masuknya pengaruh Birma. Selain
itu, Siam juga menerima pengaruh dari Birma yang berupa kalender
bernama Chula Sakarat, meskipun Siam sendiri sudah mempunyai
kalender sendiri bernama Maha Sakarat.
Mengenai kependudukan tentara Birma atas Ayutia dimulai pada
tahun 1564, yang melibatkan Laos dan P’itsanulok. Pasalnya raja
Chakrapat dan keluarganya dijadikan tawanan perang, maka dari itu
pangeran Mahendra yang menggantikannya. Pangeran Mahin berusaha
melepaskan diri dari Birma dengan cara menyerang P’itsanulok. Siam
sendiri bersekutu dengan Laos di bawah kekuasaan Settatirat.
Sementara itu raja Chakrapat dibebaskan oleh Bayinaung karena telah
menajdi biksu dan di duga tidak akan menentang lagi. Ternyata dugaan

25
itu meleset. Setelah sampai di siam, ia melepaskan baju kuningnya dan
ikut bergabung bersama putranya melawan Birma. Hal itu diketahui
oleh Birma. Tanpa basa basi Ayutia diserang oleh Bayinaung 53.
Settatirat terpaksa malang melintang di Laos sedangkan P Mahin
meninggal di perjalanan sebagai tahanan. Untuk mengisis kekosongan
kekuasaan di kerajaan Ayutia, Bayinaung mengangkat Maha
Dharmaraja dari P’itsanulok.
Jika di cerna lebih lanjut, Siam dalam perjalanan sejarahnya
mengalami bentrokan bentrokan dengan Birma, Chieng Mai, Laos, dan
bangsa lain yang menjadi tetangganya.
Mereka saling berusaha menjadi kerajaan terkuat. Mereka begitu
berambisi merebut kekuasaan tunggal. Hal itu disebabkan banyak
diantara para penguasa bercita-cita menjadi seorang Cakravartain, di
balik keuntungan politik terdapat keuntungan ekonomis. Ada yang
berpendapat bahwa sebab perang tardisonal dikarenakan
memperebutkan gajah putih. Simbol kemakmuran raja –raja budhis
Asia Tenggara. Namun dalam kenyataan, kemakmuran itu juga harus
dihubungkan dengan bidang ekonomi dan politik yang kongkrit.
Seperti misalnya perebutan kekuasaan atas jalan perdagangan darat ke
negeri Cina melalu Cieng Mai atau tanah genting Kra yang
menghubungkan samudera Hindia dengan teluk Siam dan laut cina
selatan54.
Siam baru mendapatkan kemerdekaan dari Birma sejak
kepemimpinan Nareshvara yang mulai memerintah pada tahun 1590.
Namun karena ambisinya yang besar menyebabkannya mati ditengah
perantauan. Saudaranya, Ekadasaratha, yang mengambil alih
kekuasaan mencoba mengadakan perubahan kebijakan. Ia tidak ingin
mengurusi perang, tetapi ia mulai mencintai perdamaian dengan
mengalihkan pada apek ekonomi, khususunya bidang perdagangan55.
53
Ibid., hlm.55.
54
Ibid., hlm.56.
55
Ibid., hlm.57.

26
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah di atas penulis dapat menyimpulkan :

27
Bahwa kebudayaan Cina dan India mempunyai pengaruh yang sangat
besar terhadap perkembangan negara tradisional dikawasan Kamboja,
Vietnam, dan Thailand. Pengaruh kebudayaan Cina dan India ini meliputi:
konsep “Dewa Raja”, seni bangunan, ekonomi, sistem sosial yang
berlandaskan Hindu-Budha. Namun karena adanya pengaruh tersebut
timbul berbagai konflik yang menyebabkan peperangan antara kerajaan
satu dengan lainnya.
Banyak dampak yang terjadi dalam konflik peperangan ini. Diantaranya
dampak sosial yang meliputi, banyaknya korban akibat perang dan
berpengaruh pada stabilitas kondisi masyarakat. Dampak ekonomi yang
paling terpuruk dialami oleh Vietnam karena banyak mengeluarkan biaya
untuk perang. Kamboja dan Thailand juga mengalami krisis ekonomi
namun tidak seburuk yang ada di Vietnam.

28
DAFTAR PUSTAKA

Hartono, Mudji.1989.Ikhtisar Sejarah Asia Tenggara Kuno.Yogyakarta:FPIPS


IKIP Yogyakarta.

Hall, D.G.E.1988.Sejarah Asia Tenggara.Surabaya:Usaha Nasional.

Ricklefs, M.C.dkk.2013.Sejarah Asia Tenggara dari Masa Prasejarah sampai


Kontemporer.Depok:Komunitas bambu.

Darmawan, Wawan.2012.Perkembangan Kerajaan di Asia Tenggara.Direktori file


UPI.Volume 1 nomor 1.
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/197101011999031-
WAWAN_DARMAWAN/PERKEMBANGAN_KERAJAAN_di_Asteng.pdf

.18 September pukul 11.30 WIB.

29

Anda mungkin juga menyukai