Anda di halaman 1dari 5

A.

Biografi Giambattista Vico


Giambattista Vico (23 Juni 1668- 23 Januari 1744) adalah seorang filusuf politik
Italia, ahli pidato, sejarawan, dan ahli hukum. Vico seorang kritikus rasionalisme
modern dan apologis kuno klasik. Vico sering diklaim sebagai filosof yang memiliki
filsafat sejarah modern, meskipun istilah ini tidak ditemukan dalam teks.1
Giambattista Vico lahir dari penjual buku dan putra seorang pembuat kereta di Neples,
Itali, Vico menghadiri serangkaian sekolah tata bahasa, tapi sakit dan ketidakpuasan
dengan skolastik Yesuit menyebabkan ia memilih home schooling. Setelah sembuh
dari penyakitnya, pada tahun 1686 Vico menerima posisi Les de Vatolla (sebuah
Farazione dari pemerintah ataupun dari Perdifumo), selatan Salerno, yang
berlangsung selama Sembilan tahun. Pada 1699, ia menikah dengan teman masa kecil,
Teresa Destito, dan mengambil kursi dalam retorika di Universitas Naples. Pada tahun
1734, ia diangkat menjadi penulis sejarah kerajaan oleh Charles III, raja Naples, dan
diberikan gaji yang jauh melebihi yang dari jabatan professor. Dalam keadaan sakit
Vico masih bisa mempertahankan jabatannya sebagai penulis sejarah kerajaan Italia,
namun dia terpaksa pensiun pada tahun 1741. Giambattista Vico wafat pada 23
Januari 1744.
B. Tokoh yang mempengaruhi Pemikiran Giambattista Vico
Apabila orang lupa bahwa Vico mendahului Herder, Kant dan Hegel, mudah
untuk mengabaikan kontribusinya terhadap filsafat sejarah. Akan tetapi, pada saat
para pemikir tersebut dikaji dalam urutan kronologis, orang mulai menghargai
pengaruh yang penting dari pandangan Vico terhadap para filsuf sesudahnya. Dalam
kenyataannya, pengaruh Vico disediakan hampir secara eksklusif kepada para pemikir
sesudahnya karena pengarang sebayanya tidak mampu menghargai kegeniusan dan
keaslian karya dari Vico.
Tahapan atau arah pemikiran Vico dipengaruhi oleh Rene Descartes (1596-1650)
dalam kontribusi pemikiran filsafat di barat, yang kemudian mempunyai pengaruh
besar terhadap filsafat sejarah. Descartes telah mengamati bahwa terlalu banyak
waktu yang dihabiskan untuk mengkaji sejarah yang tak sebanding dengan waktu
yang dihabiskan untuk mengkaji masa kini. Descartes menyatakan keingintahuan
1 https://peradabandansejarah.blogspot.co.id/2015/08/tokoh-filsafat-sejarah.html

yang terlalu besar terhadap adat istiadat masa lalu yang sebenarnya mengabaikan adat
istiadat di masa kini.
Ketika Descartes dan para pengikutnya mengagung-agungkan ilmu pengetahuan
fisika dan matematika dengan mengorbankan sejarah, Vico menjawab bahwa sejarah
sesungguhnya dapat dipahamai oleh manusia. Vico mendasarkan pernyataannya pada
prinsip verum factum-nya: Kebenaran dan yang diciptakan adalah sama. Orang dapat
mengetahui sesuatu dengan kepastian hanya ketika mereka telah membuatnya.2
Kebenaran dan pengetahuan merupakan dua istilah yang luas dan dapat ditukar
bagi Vico. Apa yang benar bagi kita adalah semua yang kita ketahui. Tidak ada
kebenaran manusia diluar pengetahuan manusia, sama seperti tidak ada kebenaran
Tuhan diluar pengetahuan ketuhanan. Tidak ada kebenaran yang tidak diketahui. Jika
ada, mereka adalah kebenaran yang tidak dibuat atau dihasilkan, dan kriteria tidak
akan diterapkan. Kebenaran adalah apa yang diketahui; untuk diketahui hal itu harus
dibuat; pengetahuan dan pembentukan kebenaran adalah dua hal yang tak dapat
dipisahkan. Vico menghubungkan prinsip verum factum-nya dengan kasus ketuhan.
Karena Tuhan telah membuat semuanya, ia tahu segala hal.
Pemikiran Wilhelm Diltheys dan pandangan R.G. Colling Woods bahwa
sejarahwan harus mencoba untuk benar-benar mengerti tentang pemikiran seseorang
di masa lampau, telah diantisipasi oleh Vico dimana ia berpendapat bahwa salah satu
jalan terpenting yang harus ditempuh oleh seseorang yaitu dengan belajar dari suatu
yang telah dihasilkan seseorangnya, sebagai contoh : bahasanya sejarah, hukum,
agama dan mitologi.
Sumber utama sejarah filosofi Vico adalah Scienza Nuova ( The New Science ),
The new science mempunyai dua sumber tujuan. 1) Vico berharap untuk dapat
menemukan, kalau ada suatu unsur hukum yang menguasai diwaktu lampau. Dalam
kata lain apakah ada suatu pola sejarah. 2) Dia berkeinginan untuk melihat bagaimana
hukum itu menggambarkan dalam Sejarah berdasarkan keterangan manusia.
C. Pemikiran Filsafat Giambattista Vico

2 Collingwood, R.G. Ideas of History (Speculative Approaches to History) Vol.1. E.P Dutton

& Co., Inc. New York. 1969. hlm. 27.

Giambatistta Vico, adalah seorang yang dikenal sebagai filsuf besar Italia,
yang memunculkan filsafat modern tentang pemunculan ilmu pengetahuan baru. Vico
adalah orang pertama yang berusaha membuat sejarah dunia atas dasar empiris. Ia
berpikir bahwa ia telah menemukan sebuah hukum perkembangan yang kekal didalam
sejarah. Polanya tidak sikluk seperti pola Greek dan juga tidak linier seperti pola
Augustine. Polanya adalah pola spiral yang mengkombinasikan antara keadaan
perulangan dari pandangan sikluk dengan perkembangan dari pola linier.3
Teladan Vico menemukan dalam sejarah terdapat sebuah spiral seperti
pergerakan, ada pengulangan dan kemajuan dalam sejarah. Periode-periode dalam
sejarah terlihat kembali menyerupai perkembangan. Bagian dari perkembangan ini
(Corsa) yaitu akan terjadi berulang kali atau (Ricarsa) dalam periode yang berbeda,
tidak di dalam peristiwa yang sama meyakinkan, tetapi dalam kerangka umum.
Oleh karena Vico bersikeras bahwa bagian dari manusia adalah sebuah
perubahan dari mentalitas primitif kepada cara-cara hidup yang agamis, dan pada
akhirnya kepada masa rasionalitas yang reflektif. Akan tetapi, setiap periode sejarah
manusia pada akhirnya larut kedalam masa penurunan, dekadensi dan barbarisme
yang memungkinkan permulaan sebuah siklus baru. Bahwa yang membuat sejarah
berkembang, kata Vico, adalah Tuhan. Seringkali sulit untuk mendeteksi keberadaan
Tuhan dalam penelitian sejarah. Manusia itu memikirkan diri sendiri dan sejarah
hanya terlalu jelas mencatat haisl-hasil dari pencarian diri manusia. Akan tetapi,
apabila manusia ditinggalkan sendiri, ia pada akhirnya akan merusak semua jenisnya.
Pemeliharaann Tuhan tetap ada dalam sejarah untuk mengawasi manusia didalam
aturan-aturan keluarha, masyarakat, dan negara.
Vico juga memunculkan ilmu pengetahuan baru yang disebut aksioma. 4
Aksioma merupakan prinsip besar yang membuktikan gagasan umum tentang ras
manusia sebagi criteria yang diajarkan kepda bangsa-bangsa oleh Keberadaan Tuhan
untuk mendefinisikan apa yang pasti didalam hukum bangsa-bangsa tersebut. Dan
bangsa-bangsa mencapai kepastian ini dengan mengakui perjanjian yang mendasari
yang, meskipun perinciannya bervariasi, antara lain memperoleh penghormatan dari

3 Ibid., hlm. 25.


4 Ibid., hlm. 31.

hukum ini.5 Aksioma yang sama ini jauh dari semua gagasan yang sampai saat ini
dianut berkenaan dengan hukum alam bangsa-bangsa, yang dianggap berasal dari satu
bangsa dan telah disebarkan ke bangsa lain.
Aksioma ini membuktikan bahwa ada Tuhan dan selanjutnya bahwa Tuhanlah
yang memiliki pikiran untuk membuat undang-undang. Karena diluar nafsu manusia,
masing-masing membelok kepada keuntungan pribadinya, demi mereka yang akan
hidup seperti binatang liar di hutan belantara, hal ini membuat aturan sipil yang
dengannya mereka bisa hidup dalam masyarakat manusia.
Manusia tidak mengetahui kebenaran sesuatu mencoba memperoleh kepastian
tentang mereka, sehingga, apabila mereka tidak dapat memuaskan intelek mereka
dengan ilmu pengetauan, keinginan mereka setidaknya dapat bersandar pada hati
nurani. Filsafat merenungkan alasan, darimana datangnya pengetahuan tentang
kebenaran; filsafat mengamati kekuasaan pilihan manusia, darimana datangnya
kesadaran tentang kepastian.
Aksioma ini sebagian mendefinisikan ahli tata bahasa, ahli sejarah dan kritikus
yang menyibukkan dirinya dengan penelitian tentang kebahasaan dan perbuatan
manusia sebagai ahli filologi; baik mereka menanganai urusan dalam Negeri seperti
adat istiadat dan hukum maaupun urusan internal seperti perang, perdamaian,
persekutuan, perjalanan dan perdagangan.
Aksioma yang sama ini menunjukkan bagaimana para filsuf sebagian gagal
dalam tidak memberikan kepastian pada alasan mereka dengan seruan kepada para
ahli filologi, dan juga bagaimana ahli filologi sebagian gagal dengan ketidakpedulian
mereka dalam memberikan sanksi kebenaran kepada para hali mereka dengan seruan
pada alasan para filsuf. Apabila mereka telah melakukan keduanya, mereka akan lebih
bermanfaat bagi persemakmuran mereka dan mereka akan mengantisipasi kita dalam
memahami ilmu pengetahuan ini.
Menurut Vico, sejarah tidak akan lengkap apabila berdasarkan fakta-fakta
ilmiah seperti halnya yang terdapat di dalam ilmu pengetahuan alam. Fakta-fakta ilmu
pengetahuan alam dianggap sebagai suatu kenyataan yang tidak akan berubah atau
statis dari masa ke masa. Fakta-fakta ilmiah bukan wewenang penelitian sejarah,
5 Ibid., hlm. 32.

karena penelitian sejarah termasuk suatu usaha manusia untuk melihat dan memahami
suatu hubungan yang lebih hidup antara peristiwa masa lampau dan sekarang terdapat
dinamika dalam kejadian-kejadian yang saling berhubungan. Kemudian Vico
mendekati sejarah dengan perkembangan kebudayaan dan ia mencoba suatu pola
perkembangan kebudayaan berdasarkan takdir (nasib) manusia sebagai kelompok
masyarakat. Sebagai individu, manusia berkembang pada tingkatan masa kanakkanak, dewasa, dan masa tua. Sejarah memiliki gerak yang saling berhubungan
diantara tiap-tiap tahap perkembangan pada tingkatan manusia. Konsepsi-konsepsi
semacam ini di dalam teori Vico disebut siklus perkembangan sejarah, dimana
masyarakat-masyarakat manusia bergerak melalui tahap-tahap pertumbuhan dan
kemunduran.
D. Karya-karya Giambattista Vico
Karya pertama Vico adalah On the Method of the Studies of Our Time, terbit
pada tahun 1709 dan kemudian diikuti karya berikutnya yaitu On the Most Ancient
Knowledge of the Italians. Beberapa tahun kemudian terbit karyanya yang lain yaitu
Diritto Universale yang membahas tentang prinsip tunggal dan tujuan hukum
universal. Kemudian pada abad ke-18 karya Vico yang paling utama dan penting yaitu
Scienza Nouva (The New Science).6
Karyanya Scienza Nouva juga merupakan salah satu teori Vico untuk menentang
pandangan Descrates tentang dunia sejarah. Vico mempersoalkan kriteris-kriteria
Cartesian tentang ilmu pengetahuan dan kebenaran. Menurut Vico, pengetahuan
ilmiah yang benar adalah pengetahuan melalui sebab-sebab. Berdasarkan prinsip ini,
Vico mengaku bahwa studinya mengenai dunia sejarah manusia adalah bersifat
lemah.

6 Drs. Purwo Husodo, M. Hum. Filsafat Sejarah Oswald Spengler. Interaksi Publisher.

Yogyakarta. 2010. hlm. 56.

Anda mungkin juga menyukai