Anda di halaman 1dari 18

Kisah Runtuhnya Majapahit dan Bangkitnya Islam di Tanah Jawa

Majapahit kerajaan besar yang membentang dari ujung utara Sumatera, Selat
Malaka hingga ke Papua mulai melemah akibat perang saudara selama lima tahun yang
terkenal dengan Perang Paregreg (1401-1406 M). Akibat Perang inilah Kerajaan
Majapahit dibawah jurang kehancuran. Sehingga kurang melakukan pengawasan terhadap
beberapa kerajaan yang sebelumnya berada di bawah panji Majapahit yang kemudian
mulai melepaskan diri. Misalnya, tahun 1405 daerah Kalimantan Barat direbut Kerajaan
China, lalu disusul lepasnya Palembang, Melayu, dan Malaka yang tumbuh sebagai
bandar-bandar perdagangan ramai, yang merdeka dari Majapahit.
Kemudian lepas pula daerah Brunei yang terletak di Pulau Kalimantan sebelah
utara. Hal ini diperparah dengan pemberontakan-pemberontakan yang terjadi setelah
Perang Paregreg. Akibatnya perekonomian dan arus perdagangan Kerajaan Majapahit
menjadi menurun.Disaat yang sama penguasa Kekhalifahan Turki Utsmani Sultan
Muhammad I (1394-1421 M) mulai mengirimkan misi dakwah Islam yang berjumlah
sembilan tokoh ke Tanah Jawa yang dipimpin oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim pada
1404 M. Sembilan tokoh yang kemudian disebut Wali Songo angkatan pertama ini
kemudian mendarat di Gresik.
Wali Songo angkatan pertama maisng-masing, Maulana Malik Ibrahim atau
Sunan Gresik; berasal dari Turki yang merupakan ahli mengatur negara dan berdakwah di
Jawa bagian timur. Kedua Maulana Ishak berasal dari Samarkand dekat Bukhara-
Uzbekistan/Rusia. Dia ahli pengobatan, setelah tugasnya di Jawa selesai Maulana Ishak
pindah ke Samudera Pasai dan wafat di sana. Ketiga Syekh Jumadil Qubro, berasal dari
Mesir. Dia berdakwah keliling, makamnya di Troloyo Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.
Selanjutnya Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko, dia berdakwah
keliling, wafat tahun 1465 M, makamnya di Jatinom Klaten, Jawa Tengah.
Lalu Maulana Malik Isroil berasal dari Turki, ahli mengatur negara, wafat 1435
M, makamnya di Gunung Santri. Kemudian, Maulana Muhammad Ali Akbar, berasal
dari Persia Iran, ahli pengobatan, wafat 1435 M, makamnya di Gunung Santri. Ke tujuh
Maulana Hasanuddin berasal dari Palestina berdakwah keliling, wafat pada 1462 M dan
makamnya disamping Masjid Banten Lama. Maulana Alayuddin berasal dari Palestina.
Berdakwah keliling, wafat pada 1462 M, makamnya disamping Masjid Banten Lama.
Yang terakhir Syekh Subakir, berasal dari Persia, ahli menumbali (metode
rukyah) tanah angker yang dihuni jin-jin jahat. (Baca: Kisah Syekh Subakir, Penumbal
Tanah Jawa). Setelah banyak tempat yang ditumbali (dengan Rajah Asma Suci) maka
Syekh Subakir kembali ke Persia pada 1462 M dan wafat di sana. Setelah sampai di
Tanah Jawa Syekh Maulana Malik Ibrahim mulai berdakwah dengan mengajak Prabu
Brawijaya V raja Majapahit kala itu untuk memeluk Islam (Baca: Kisah Raja Brawijaya
V Menjadi Mualaf). Dakwah ini juga dilakukan oleh delapan anggota Wali Songo lainnya
di beberapa wilayah yang menjadi daerah kekuasan Majapahit. Langkah Wali Songo
periode pertama ini akhirnya dilanjutkan oleh para Wali Songo lainnya hingga periode
keempat.
Sehingga perkembangan agama Islam di Tanah Jawa yang pesat melahirkan
masyarakat yang bersifat demokratis dan tidak mau mengakui kekuasaan raja Majapahit
sebagai kekuasaan dewa. Kehidupan agama Islam menggoncangkan sendi-sendi
kehidupan keagamaan dan kepercayaan pada masyarakat Majapahit, yang masih
menganut agama Hindu. Sehingga para adipati yang beragama Islam membebaskan diri

i
dan tidak tunduk lagi pada perintah-perintah raja Majapahit. Pada masa yang hampir
bersamaan di Tiongkok pada masa Dinasti Ming juga telah berdiri kekuasan Islam.
Bahkan Kekaisaran Tiongkok ini mengirimkan misi ke Tanah Jawa yang dipimpin oleh
Laksamana Cheng Ho yang beragama Islam. Laksamana Cheng Ho bersama 27.000
pasukannya sempat singgah di Gresik pada 1406 M. Pada saat singgah di Tanah Jawa ini
sekitar 170 pasukan Laksamana Cheng Ho tewas dibunuh prajurit Majapahit yang salah
paham saat akhir Perang Paregreg. Akibatnya Kaisar China meminta raja Majapahit yang
berkuasa harus membayar ganti rugi 60.000 tahil. Hal ini juga berakibat fatal bagi
Majapahit karena kehilangan wibawa dengan kerajaan bawahan.
Faktor lain yang membuat kemunduran Kerajaan Majapahit pada akhir abad ke-
14 dan awal abad ke-15, karena banyak berdiri Kerajaan yang bercorak Islam seperti
Kesultanan Samudra Pasai di Aceh, Kesultanan Malaka, Kesultanan Ternate, Tidore dan
Gowa Tallo yang notabene adalah bekas wilayah kekuasaan Majapahit. Puncaknya
Kesultanan Demak Bintoro yang berdiri di Jawa Tengah dan menggantikan kekuasaan
Majapahit di Tanah Jawa. Karena Pendiri Kerajaan Demak Raden Patah dianggap sebagai
putra Majapahit terakhir. Karena itu, sejumlah kerajaan pengikut Majapahit mulai
meninggalkan Kerajaan Hindu terbesar ini untuk bergabung dengan Demak Bintoro.
Runtuhnya Kerajaan Majapahit juga disebabkan tidak adanya tokoh besar seperti Raja
Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada yang dapat mempersatukan keluarga kerajaan dan
kerajaan bawahan serta mempertahankan wilayah yang sangat luas.
Sejarah Kerajaan Demak, Pajang dan Mataram
Islam sebagai agama rahmat sudah dapat dirasakan oleh umat islam yang
menyadari bahwa islam merupakan agama yang paling tinggi di antara agama-agama
yang lain. Nabi Muhammad sebagai pembawa agama islam, telah mampu meyakinkan
sebagian besar kafir quraysh sehingga banyak di antara mereka yang mengikuti jejaknya.
Sebagai agama rahmat, ajaran dan nilai-nilai yang terkandung tentunya sangat bijaksana,
sehingga dalam waktu yang cepat, Islam telah tersebar luas dengan jumlah pengikut yang
luar biasa banyaknya. Peta penyebaran agama Islam bermula dari Makkah kemudian
melebarkan sayapnya ke Madinah. Setelah Nabi Muhammad wafat, para Khalifah
selanjutnya tak henti-hentinya terus berjuang melebarkan peta kekuasaan.
Usaha untuk melebarkan peta kekuasaan itu, kebanyakan melalui peperangan dan
pendudukan, akan tetapi tidak dengan Islam Indonesia, agama Islam masuk ke Negara ini
tidak melalui kekerasan. Menurut teori Gujarat, Islam masuk ke Negara ini melalui jalur
perdagangan, para Gujarat India melakukan hubungan dagang dengan Indonesia yang
saat itu masih dikenal dengan Nusantara. Sedangkan menurut teori Arab, Islam masuk ke
Indonesia berkat pedagang Arab yang langsung datang ke Indonesia, salah satu bukti
yang diajukan oleh teori ini adalah adanya kesamaanya madzhab yang dianut muslim
Nusantara dengan Pedagang Arab sejak itu. Selain teori di atas masih banyak teori yang
menyatakan tentang asal-usul masuknya Indonesia, di antaranya adalah teori Persia, Teori
Cina dan lain sebagainya.
Terlepas dari berbagai teori di atas, agama Islam di Indonesia telah berkembang
cepat sehingga sampai saat ini, masih menduduki sebagai agama mayoritas masyarakat
Indonesia. Sebagai agama mayoritas, tentunya telah banyak yang ditorehkan dalam
sejarah dan ajarannya sehingga mampu meyakinkan penduduk Indonesia yang
sebelumnya beragama Hindui-Budha. Ini membuktikan bahwa agama Islam merupakan
agama yang paling sempurna di antara agama-agama yang lain.

ii
Perkembangan Islam di Nusantara tidak lepas dari pernanan kerajaan-kerajaan
Islam yang terus melakukan pengislaman terhadap rakyat-rakyatnya. Kerajaan pertama
adalah kerajaan Samudera Pasai yang dipimpin oleh seorang raja bernama Malim
Ibrohim bin Mahdum. Setelah kerajaan tersebut, maka menjamurlah kerajaan Islam di
berbagai daerah seperti Jawa, Madura dan lain sebagainya.
Sebelum kerajaan Islam berkembang di pulau Jawa, kerajaan Hindu dan budha
telah berdiri kokoh. Dari kerajaan tersebut terciptalah banyak peradaban dintaranya
adalah Candi Borobudur dan Candi Roro Janggrang yang sampai saat ini masih berdiri
sempurna. Perkembangan kerajaan Hindu dan Budha terutama kerajaan besarnya seperti
Majapahit mulai tersendat ketika Islam mulai masuk wilayah Jawa. Pengaruh kerajaan
mulai tertandingi oleh pengaruh para wali Islam yang langsung bersentuhan masyarakat
Jawa. Mulai saat itulah, kharisma kerjaan Majapahit terus menurun drastis sehingga pada
perkembangan selanjutnya, tergantikan oleh kerajaan-kerajaan Islam.
Dilihat dari tahun berdirinya, Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam
pertama kali berkembang di pulau Jawa. Kemudian, disusul oleh kerajaan-kerajaan Islam
lainnya, sehingga pada akhirnya Islam menjadi agama mayoritas yang dianut oleh
masyarakat Jawa dan Madura.
Dalam makalah singkat ini, penulis akan menjelaskan secara singkat kerajaan Islam yang
ada di pulau Jawa termasuk Kerajaan yang ada di pulau Madura karena Madura
merupakan bagian dari Jawa.
A. Kerajaan Demak
Demak merupakan kerajaan Islam pertama di pulau Jawa. Kerajaan ini muncul
setelah kerajaan Majapahit mulai redup. Majapahit mengalami kemunduran pada tahun
1478 dengan ditandai Candra Sangkala: Sirna ilang kertaning bumi yang berarti tahun
1400 Jawa[1]. Akibat melemahnya kerajaan Majapahit itu, banyak daerah di utara pulau
Jawa mulai memisahkan dari kekuasaan Majapahit. Sementera itu, kondisi daerah utara
Pulau Jawa itu semakin kuat dengan masyarakatnya sudah banyak yang beragama Islam.
Kondisi Majapahit yang seperti itu, membuat pemuka agama Islam yaitu para
wali yang jumlahnya sembilan berkumpul. Di bawah pimpinan Sunan Ampel, Walisongo
bersepakat membangun kerajaan Islam dan mengangkat Raden Patah (1478-1518)
sebagai raja pertama kerajaan Demak[2], dengan gelar Sultan Syah Alam Akbar I[3].
Peristiwa agung itu, terjadi pada tahun 1478 M atau dalam kalender Jawa terjadi pada
tahun 1403[4] Saka.
Pada awalnya, Raden Patah adalah adipati di kadipaten Bintara Demak yang
merupakan daerah di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Akan tetapi pada akhirnya,
atas pertimbangan dari Walisongo dan dukungan dari berbagai daerah terutama Jepara,
Tuban, Gresik dan lain sebagainya, Raden Patah memproklamasikan Bintara Demak
sebagai kerajaan Islam dan dapat merobohkan Majapahit yang saat itu sudah tidak
berdaya lagi[5]. Majapahit jatuh kepada kekuasaan Kerajaan Demak pada tahun 1478[6].
Setelah kerajaan Majapahit tidak berdaya, Sultan Raden Patah memindahkan alat
kenegaraan seperti alat upacara dan pusaka-pusaka yang dimiliki Kerajaan Majapahit ke
Kerajaan Demak, sebagai lambang tetap berjalannya kerajaan Majapahit tetapi dalam
bentuk kerajaan lain yaitu Demak yang menganut Islam.
Demak terletak di pesisir utara Pulau Jawa dengan lingkungan alamnya yang
subur, bermula dari sebuah kampung yang berabad-abad lokal disebut Glagahwangi[7].

iii
Letak Demak sangat menguntungkan, baik untuk perdagangan maupun pertanian. Pada
zaman dahulu wilayah Demak terletak di tepi selat di antara Pegunungan Muria di Jawa.
Sebelumnya selat itu agak lebar dan dapat dilayari dengan baik sehingga kapal dagang
dari Semarang dapat mengambil jalan pintas untuk berlayar ke Rembang. Kerajaan
Demak menjalankan sistem pemerintahan teokrasi, yaitu pemerintahan yang berdasarkan
pada agama Islam. Kerajaan Demak memperluas kekuasaannya dengan menaklukan
kerajaan-kerajaan pesisir Pulau Jawa, seperti Lasem, Tuban, Sedayu, Gresik, Cirebon dan
Banten[8].
Adapun para sultan yang pernah meminpin kerajaan Demak adalah Raden Patah
(1478-1518 M), Adipati Unus (1518-1521 M), Sultan Trenggana (1521-1546 M) dan
Sunan Prawoto (1546)[9]. Meski demikian, dalam Babad Tanah Jawi yang dikutip
Purwadi menyatakan bahwa Sunan Prawoto tidak hanya berkuasa selama setahun akan
tetapi tiga tahun terhitung sejak Sultan Trenggana wafat pada tahun 1546 sampai Sunan
Prawoto wafat pada tahun 1561 M[10]. Berikut akan dijelaskan satu persatu:
1. Raden Patah
Raden Patah lahir di Palembang pada tahun 1455 M dan wafat di Demak pada
tahun 1518 M. Beliau adalah putra raja Majapahit, Brawijaya V (1468-1478 M) dan
ibunya adalah seorang putri cina yang bernama Dewi Ni Endang Sasmitapuri[11].
Menurut Babad Tanah Jawi, putri cina itu adalah putri dari Kiai Batong (Tan Go Hwat)
[12]. Ketika Raden Patah dalam kandungan, Bapaknya menitipkannya kepada Gubernur
Palembang, di sanalah Raden Patah lahir[13]. Proses penitipan itu terjadi karena
Brawijaya ingin menobatkan putri Cina itu sebagai permaisuri, akan tetapi permaisuri
Brawijaya yaitu ratu Dwarawati tidak menginginkan hal itu, sehingga Brawijaya meminta
anaknya yang berada di Palembang yaitu Raden Arya Damar untuk membawa putri Cina
tersebut. Dari putri Cina itulah Raden Patah lahir yang kelak menjadi Sultan pertama
kerajaan Demak dan beliau wafat pada tahun 1518 M. Setelah kelahiran Raden Patah,
Arya Damar menikahi putri cina itu dan dikarunia putra yang bernama Raden Kusein.
Kedua anak itu (Raden Patah dan Raden Kusein) kemudian disuru pergi ke pulau
Jawa. Raden Patah disuru belajar ilmu keagamaan kepada Sunan Ampel sedangkan
Kusein disuru mengabdi kepada kerajaan Majapahit. Alhasil, setelah keduanya sampai di
Ampel, Kusein mengajak Patah untuk mengabdi kepada Majapahit, namun Patah tidak
mau karena Raja Majapahit masih beragama Hindu dan lebih memilih tinggal di Ampel
menjadi santri Sunan Ampel[14]. Sebelum menjadi Sultan didaerah Glagahwangi yang
kelak menjadi Demak, Raden Patah ditugasi untuk membuka pesantren di sana[15].
Galgahwangi terletak di tepian sungai tuntang yang sangat luas sehinga bisa dilayari oleh
kapal yang biasa berlayar di lautan. Tak lama kemudian, daerah itu berkembang dengan
jumlah penduduk sekitar 10.000 jiwa[16].
Perkembangan itu akhirnya diketahui oleh Prabu Brawijaya V, dan menanyakan
kepada Adipati Terung Pecattondho yang nama kecilnya adalah Kusein, kemudian
Kusein mengatakan bahwa yang berkuasa di daerah Glagahwangi itu adalah putra Prabu
Brawijaya. Akhirnya Raden Patah diangkat untuk menjadi Adipati di daerah
Glagahwangi yang akhirnya dikenal dengan Demak[17]. Selain nyantri di Sunan Ampel,
Raden patah juga adalah salah satu muridnya Sunan Kudus yang ulung. Setelah
memimpin kerajaan Demak, Raden Patah selalu didampingi Sunan Kudus[18]. Raden
Patah memang sungguh-sungguh ingin mengembangkan Islam sesuai dengan cita-cita
guru-gurunya. Beliau sangat menginginkan agar agama Islam menjadi agama yang

iv
unggul di antara agama-agama yang lain. Usaha untuk mengembangkan Islam, bisa
dibuktikan dengan pembangunan masjid Demak yang pada akhirnya dijadikan pusat
pendidikan kerajaan Demak. Selain dalam bidang keagamaan, Raden Patah juga
membangun sistem pemerintahan Demak yang bagus, hal ini bisa dilihat dari
kelengkapan alat negara terus disusun. Alat upacara kenegaraan mengambil dari kerajaan
Majapahit, sedangkan dalam bidang pertahanan, beliau telah membentuk angkatan
perang.
Pada kepemimpinan Raden Patah, Demak sudah mencapai kesuksesan dan
kejayaan. Dalam masa pemerintahan Raden Patah, Demak berhasil dalam berbagai
bidang, di antaranya adalah perluasan dan pertahanan kerajaan, pengembangan Islam dan
pengamalannya, serta penerapan musyawarah dan kerja sama antara ulama dan umara.
Keberhasilan Raden Patah dalam perluasan dan pertahanan kerajaan dapat dilihat ketika
ia menaklukkan Girindra Wardhana yang merebut tahta Majapahit (1478), hingga dapat
menggambil alih kekuasaan Majapahit. Selain itu, Raden Patah juga mengadakan
perlawan terhada portugis, yang telah menduduki malaka dan ingin mengganggu Demak.
Ia mengutus pasukan di bawah pimpinan putranya, Pati Unus atau Adipati Unus atau
Pangeran Sabrang Lor (1511), meski akhirnya gagal. Setelah Raden Patah wafat,
kepemimpinan Demak dilanjutkan oleh putranya yang bernama Pati Unus
2. Adipati Unus
Setelah Raden Patah wafat, tahta kerajaan Demak dilanjutkan oleh anaknya yang
bernama Pati Unus dengan gelar Sultan Demak Syah Alam Akbar II[19]. Pati Unus
dikenal dengan Pengeran Sabrang Lor, beliau seorang raja yang tegas dalam mengambil
keputusan dan seorang kesatria, bangsawan[20]. Beliau memimpin kerajaan Demak
selama 3 tahun yaitu dari tahun 1518-1521 M. Semangat perang Pati Unus telah tampak
sejak Demak dipimpin oleh bapaknya, sehingga ia pernah ditugasi untuk memimpin
tentara Demak untuk menyerang Portugis, meski akhirnya mengalami kekalahan akibat
ombak yang yang sangat besar dan kuatnya pasukan Portugis.
Tak lama setelah menjabat Sultan kerajaan Demak, ia merencanakan serangan
terhadap Malaka yang saat itu sudah dikuasi oleh Portugis[21]. Pada tahun 1512 Demak
mengirimkan armada perangnya menuju Malaka. Namun setalah armada sampai dipantai
Malaka, armada pangeran sabrang lor dihujani meriam oleh pasukan Portugis yang
dibantu oleh menantu sultan Mahmud, yaitu Sultan Abdullah raja dari Kampar. Serangan
kedua dilakukan pada tahun 1521 oleh pangeran sabrang lor atau Adipati Unus, tetapi
kembali gagal. Selain itu, dia berhasil mengadakan perluasan wilayah kerajaan. Dia
menghilangkan kerajaan Majapahit yang beragama Hindu, yang pada saat itu sebagian
wilayahnya menjalin kerja sama dengan orang-orang Portugis. Adipati Unus wafat pada
tahun 938 H/1521 M. Kemudian kepemimpinan Demak digantikan oleh Sultan
Trenggana.
3. Sultan Trenggana
Setelah Pati Unus wafat pada tahun 1521 M, pemerintahan kerajaan Demak
dilanjutkan oleh saudaranya yang bernama Sultan Trenggana. Sulltan Trenggana
memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M. Di bawah pemerintahannya, kerajaan
Demak mencapai masa kejayaan. Sultan Trenggana berusaha memperluas daerah
kekuasaannya hingga ke daerah barat yaitu sampai daerah Banten dan ke timur sampai ke
kota Malang[22]. Pada tahun 1522 M kerajaan Demak mengirim pasukannya ke Jawa
Barat di bawah pimpinan Fatahillah[23]. Daerah-daerah yang berhasil dikuasainya antara

v
lain Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan terhadap daerah ini bertujuan untuk
menggagalkan hubungan antara Portugis dan kerajaan Padjajaran. Armada Portugis dapat
dihancurkan oleh armada Demak pimpinan Fatahillah. Dengan kemenangan itu,
Fatahillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (berarti kemenangan penuh).
Peristiwa yang terjadi pada tanggal 22 juni 1527 M itu kemudian di peringati sebagai hari
jadi kota Jakarta.
Dalam usaha memperluas kekuasaannya ke Jawa Timur, Sultan Trenggana
memimpin sendiri pasukannya. Satu persatu daerah Jawa Timur berhasil di kuasai, seperti
Maduin, Gresik, Tuban dan Malang. Akan tetapi ketika menyerang Pasuruan 953 H/1546
M Sultan Trenggana gugur. Usahanya untuk memasukan kota pelabuhan yang kafir itu ke
wilayahnya dengan kekerasan ternyata gagal. Dengan demikian, maka Sultan Trenggana
berkuasa selama 42 tahun[24]. Sepeninggalan Sultan Trenggana, keluarganya mengalami
perpecahan terkait dengan siapa yang akan meneruskan kepemimpinan Demak.
Kemudian, adik dari Sultan Trenggana menaiki tahta kerajaan Demak pada tahun 1546
M. Karena banyak keluarganya tidak setuju atas kepemimpnan Prawoto, maka Adipati
Jipang (Bojonegoro), Arya Penangsang, membunuh Prawoto pada tahun 1546 M. Dari
perpecahan itulah timbul pembunuhan yang pada akhirnya kerajaan Demak berakhir pada
saat itu. Bahkan dikabarkan, kerajaan hancur karena pertempuran keluarga tersebut.
4. Sunan Prawoto
Setelah Sultan Trenggana meninggal, maka timbullah perpecahan di antara
keluarga keratin. Mereka berselisih dalam menentukan siapa yang akan menjadi
pemimpin penerus Trenggana. Adiknya Trenggana (Pangeran Seda ing Lepen) merasa
paling pantas untuk meneruskan pemerintahan Demak. Di sisi lain, banyak orang yang
menganggap bahwa anaknya Sultan Trenggana (Pangeran Prawoto) yang berhak
meneruskan. Dari perselisihan tersebut, adiknya Trenggana melawan Prawoto yang
mengakibatkan Pangeran Seda ing Lepen terbunuh[25]. Mulai saat itulah Pangeran
Prawoto menaiki tahta Kerajaan Demak. Akan tetapi tak lama kemudian, Sunan Prawoto
juga dibunuh oleh anaknya Pangeran Seda ing Lepen. Mulai saat itulah kerajaan Demak
mulai hancur yang pada akhirnya diambil alih oleh Jaka Tingkir sebagai Raja Kerajaan
Pajang. Kepemimpinan Pangeran Prawoto berakhir tidak sampi satu tahun. Prawoto
meninggal pada tahun 1546 M. Akan tetapi dalam bukunya Purwadi mengatakan bahwa
Prawoto berkuasa sejak tahun 1546-1561 M[26].
Demak berkuasa kurang lebih setengan abad, keberhasilan yang telah dicapai
bahkan keberhasilan itu masih bisa dirasakan hingga sekarang antara lain sebagai
berikut[27]:
1. Sultan Raden Patah pernah menyusun kitab undang-undang dan peraturan
bidang hukum. Namanya adalah Salokantara. Di Dalamnya menerangkan
tentang kepemimpinan keagamaan yang pernah menjadi hakim, mereka disebut
dharmadhyaksa dan kertopatti.
2. Gelar penghulu (kepala) juga sudah dipakai oleh imam masjid Demak.
3. Bertambahnya bangunan militir di Demak dan ibu kota lainnya di pulau Jawa.
4. Masjid Demak[28] menjadi pusat peribadatan kerajaan Demak.
5. Munculnya kesenian seperti wayang orang, topeng, gamelan, tembang macapat
dan perkembangan sastra lainnya.

vi
B. Kerajaan Pajang
Kerajaan Pajang merupakan kerajaan penerus Demak. Setelah kerajaan Demak
mengalami kekacauan akibat perebutan tahta kepemimpinan Demak. Sepeninggal
Trenggana tahun 1546, Sunan Prawoto naik tahta, namun kemudian tewas dibunuh
sepupunya, yaitu Arya Penangsang bupati Jipang (Bojonegoro). Setelah itu, Arya
Penangsang juga berusaha membunuh Hadiwijaya namun gagal. Dengan dukungan Ratu
Kalinyamat (bupati Jepara dan puteri Trenggana), Hadiwijaya (Jaka Tingkir) dan para
pengikutnya berhasil mengalahkan Arya Penangsang. Ia pun menjadi pewaris tahta
Demak, yang ibu kotanya dipindah ke Pajang[29]. Jaka Tingkir adalah menantu dari
Sultan Trenggana[30]. Penyerangan terhadap Arya Penangsang itu, Jaka Tingkir dibantu
oleh Ki Ageng Pamanahan. Atas jasa Ki Ageng tersebut, Jaka Tingkir memberikan hutan
kepada Ki Ageng Pemanahan tepatnya di hutan Mentoak yang kelak menjadi Mataram.
Pengesahan Jaka Tingkir sebagai sultan Kerajaan Pajang (Boyolali) disahkan
oleh Sunan Giri dan segera mendapat pengakuan dari seluruh kadipaten di Jawa tengah
dan Jawa Timur.[31] Sementara Demak dijadikan Kadipaten dengan adipatinya Arya
Pengiri putra Sunan Prawoto. Kalau kerajaan Demak berada dipesisir akan tetapi kerajaan
Pajang diletakkan di pedalaman yaitu Pajang. Peletakan Kerajaan itu, menuai kritik dari
Sunan Kudus karena menurutnya di daerah pedalaman telah menganut kepercayaan Islam
yang berbeda dengan kepercayaan Islam pesisir. Sunan Kudus menduga aliran
kepercayaan Islam yang berbeda diprakarsai oleh Syekh Siti Jenar. Namun harapan
Sunan Kudus agar tidak memindahkan ibu kota kerajaan ke pedalaman itu tidak
dihiraukan, maka terjadilah pemindahan ibu kota kerajaan Demak ke Pajang dan lebih
dikenal dengan sebutan Kerajaan Pajang.
Adapun raja-raja yang pernah memimpin kerajaan Pajang adalah Jaka Tingkir,
Arya Pengiri, Pangeran Benawa. Lebih lanjut akan dijelaskan secara singkat sebagai
berikut:
1. Jaka Tingkir
Jaka Tingkir nama aslinya adalah Mas Karebet. Ia memimpin Pajang dari tahun
1568-1587 M. Ia adalah menantu dari Sultan Trenggana yang pada awalnya diberi tugas
sebagai Adipati di Kadipaten Pajang. Sepeninggal Sultan Trenggana, kerajaan Demak
mengalami kekacauan karena perebutan pemimpin. Kekacauan itulah yang dimanfaat
oleh Jaka Tingkir untuk menggalang dukungan kepada seluruh kadipaten di Jawa Tengah
dan Jawa Timur. Dari usaha itulah, seluruh Kadipaten menyetujui agar Jaka Tingkir
menjadi Pemimpin penerus pemimpin Demak. Mulai saat itulah seluruh kebesaran
kerajaan Demak dipindah ke Pajang dan jadilah Kerajaan Pajang[32]. Jaka Tinggkir
adalah pemimpin yang sangat berpengaruh di pulau Jawa, karena kegigihannya dalam
memimpin, kemudian ia mendapat gelar Sultan Hadiwijaya.
Selama Jaka Tingkir memimpin Pajang, kesusastraan dan kesenian keraton sudah
maju diperadaban Demak mulai dikenal dipedalaman Jawa Tengah[33]. Pada saat
kepemimpinannya pula, kesusastraan mengalami kemajuan, hal ini bisa dibuktikan
dengan sajak monolistik “Niti Sruti” yang dikarang oleh Pangeran Karang Gayam[34].
Selain kemajuan kesusastraan, pada masa pemerintahan Hadiwijaya juga berhasil
mengepakkan sayap kekuasaannya ke daerah timur tepatnya Madiun, Blora dan Kediri.
Pada tahun 1581 M, ia mendapat pengakuan sebagai Sultan Islam bagi kerajaan-kerajaan
penting di Jawa Timur[35]. Jaka Tingkir meninggal pada tahun 1587 M. dan dikuburkan

vii
di barat Taman Kerajaan Pajang. Setelah itu, kepemimpinan Pajang digantikan oleh Arya
Pengiri yang sebelumnya menjabat Adipati di Kadipaten Demak.
2. Arya Pangiri
Arya Pangiri adalah putra Sunan Prawoto raja keempat Demak, yang tewas
dibunuh Arya Penangsang[36]. Ia kemudian diasuh bibinya, yaitu Ratu Kalinyamat di
Jepara. Arya Penangsang kemudian tewas oleh sayembara yang diadakan Hadiwijaya
bupati Pajang. Sejak itu, Pajang menjadi kerajaan berdaulat di mana Demak sebagai
bawahannya. Setelah dewasa, Arya Pangiri dinikahkan dengan Ratu Pembayun, putri
tertua Sultan Hadiwijaya dan dijadikan sebagai bupati Demak. Arya Pangiri menjadi raja
Pajang sejak awal tahun 1583-1586 M dan bergelar Sultan Ngawantipura. Ia dikisahkan
hanya peduli pada usaha untuk menaklukkan Mataram daripada menciptakan
kesejahteraan rakyatnya. Arya Pangiri melanggar wasiat mertuanya (Hadiwijaya) supaya
tidak membenci Sutawijaya. Ia bahkan membentuk pasukan yang terdiri atas orang-orang
bayaran dari Bali, Bugis, dan Makassar untuk menyerbu Mataram. Arya Pangiri juga
berlaku tidak adil terhadap penduduk asli Pajang. Ia mendatangkan orang-orang Demak
untuk menggeser kedudukan para pejabat Pajang. Bahkan, rakyat Pajang juga tersisih
oleh kedatangan penduduk Demak. Akibatnya, banyak warga Pajang yang berubah
menjadi perampok karena kehilangan mata pencaharian. Sebagian lagi pindah ke Jipang
mengabdi pada Pangeran Benawa. Dari itulah banyak warga yang tidak suka terhadap
Arya Pangiri[37].
3. Pangeran Benawa
Pangeran Benawa adalah putra Hadiwijaya atau Jaka Tingkir, raja pertama
Pajang. Sejak kecil ia dipersaudarakan dengan Sutawijaya, anak angkat ayahnya, yang
mendirikan Kerajaan Mataram. Sejak kepemimpinan Arya Pangiri, masyarakat Pajang
sudah mulai tidak suka, akhirnya keadaan itu dimanfaat oleh Pangeran Benawa untuk
merebut kembali kekuasaan Pajang. Arya Pangiri kalah dan dikembalikan kepada
kadipaten Demak pada tahun 1586 M[38]. Sejak saat itulah Pangeran Benawa memimpin
Kerajaan Pajang. Namun baru satu tahun memimpin Pajang, Pangeran Benawa
meninggal pada tahun 1587[39]. Pada saat itu kerajaan Pajang banyak dikendalikan oleh
orang-orang Mataram, dan pada akhirnya menjadi bagian dari kerjaan Mataram. Ada
riwayat lain yang mengatakan bahwa Pangeran Benawa tidak meninggal tetapi melarikan
diri[40]. Penyebab pelarian itu tidak lain karena Kerajaan Mataram menyerang Pajang
sehingga para pemimpin Pajang melarikan diri ke Giri dan Surabaya[41]. Mulai saat
itulah pajang berada dalam kekuasaan Mataram.
C. Kerajaan Mataram
Kemenangan Jaka Tingkir raja Pajang atas Arya Panangsang karena mendapat
bantuan Ki Ageng Pemanahan beserta adiknya yaitu Danang Sutawijaya. Karena jasanya
tersebut Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir memberikan hadiah kepada Ki Ageng
Pemanahan berupa daerah yaitu alas Mentaok[42]. Dalam Babad Tanah Jawi[43]
diceritakan bahwa Ki Ageng Pemanahan menyulap alas (hutan) Mentaok menjadi sebuah
kadipaten, yaitu kadipaten Mataram pada tahun 1573 M.
Ki Ageng Pemanahan itu sebagai perintis kerajaan Mataram. Dengan demikian ia
lebih dikenal dengan Ki Ageng Gede Mataram. Akan tetapi, tidak sampai menikmati
usahanya untuk menjadikan sebuah kerajaan yang lebih besar, ia wafat pada tahun 1575
M[44]. Setelah itu, kepemimpinan Mataram dilanjutkan oleh putranya yaitu Sultan

viii
Sutawijaya yang dikenal dengan sebutan senopati. Sutawijaya sosok yang cerdas dan
gigih dalam strategi perang. Atas kemampuan itulah ia dikenal dengan sebutan Senopati
ing Alaga (Panglima Perang) bahkan juga mendapat julukan Sayidin Panata Agama (tuan
penata agama)[45].
Panembahan Senopati wafat pada tahun 1601. Beliau diganti oleh putranya yaitu
Mas Jolang. Mas Jolang menerima kerajaan Mataram pada tahun 1613. Mataram terus
melakukan perluasan wilayah. Daerah yang berhasil ditaklukkan antara lain, Ponorogo,
Kertosono, Kediri, dan Wirosobo (Mojoagung). Sebelum perluasan wilayah berhasil, Mas
Jolang gugur. Beliau gugur di wilayah Krapyak. Ia dikenal dengan sebutan Panembahan
Seda ing Krapyak. Selanjutnya Mataram dipimpin oleh Mas Rangsang sebagai raja Mas
Rangsang bergelar Sultan Agung Senopati ing Alaga Ngabdurrahman Kalifullah. Dikenal
dengan sebutan Sultan Agung Anyakra Kusumo. Beliau memerintah pada tahun 1613 –
1645[46]. Pada Mas Rangsang atau Sultan Agung adalah Raja Mataram (Islam)
(kesultanan Mataram) yang ketiga. Beliau memerintah dari dari tahun 1613 sampai tahun
1645. Gelarnya Sultan Agung Hanyokrokusumo tapi lebih terkenal dengan sebutan
Sultan Agung. Beliau merupakan cucu dari Panembahan Senopati yang merupakan
pendiri kerajaan Mataram Islam.
Menurut Ricklefs Pada tahun 1630-an, saat yang menentukan dalam sejarah
sosio-budaya Jawa. Sebelum itu, Sultan Agung sudah berhasil menaklukan lawan-
lawannya di Jawa Tengah dan Timur, terutama di negara-negara pesisir utara. Yang
paling penting dan kuat adalah kota Surabaya, yang menyerah pada tahun 1625.
Peperangan yang berdarah itu mengakibatkan banyak sekali korban dan kerugian, baik
orang maupun harta benda. Tokoh yang berdiri di atas negara baru itu, sang raja yang
berjaya, ternyata harus diakui orang sebagai raja yang tak bisa dikalahkan, yang
dilindungi oleh kekuatan-kekuatan gaib, yang merupakan wawayanging Allah, bayangan
Tuhan di dunia ini[47].
Pada masa kepemimpinan Sultan Agung, Mataram mengalami kejayaan dalam
berbagai bidang di antaranya dalam bidang perekonomian. Mataram adalah sebuah
negara agraris yang mengutamakan mata pencahariannya dalam bidang pertanian.
Kehidupan masyarakatnya berkembang dengan pesat yang didukung oleh hasil bumi
yang berupa beras (padi). Di bidang kebudayaan Sultan Agung berhasil membuat
Kalender Jawa, yang merupakan perpaduan tahun Saka dengan tahun Hijriyah.
Sebelumnya masyarakat Jawa menggunakan sistem penanggalan berdasarkan
pergerakan matahari. Penanggalan matahari ini dikenal sebagai Saka Hindu Jawa, meski
konsep tahun Saka bermula dari India. Pergantian konsep dasar sistem penanggalan
matahari (syamsiyah) menjadi sistem bulan (komariyah) itu berlaku untuk seluruh Pulau
Madura, kecuali Banten, Batavia, dan Banyuwangi (Blambangan). Ketiga daerah terakhir
ini tidak termasuk wilayah kekuasaan Sultan Agung. Pulau Bali dan Palembang, yang
mendapatkan pengaruh budaya Jawa, juga tidak ikut mengambil alih kalender karangan
Sultan Agung ini[48].
Tumbuhnya kerajaan Mataram yang bersifat agraris bersamaan dengan
tumbuhnya susunan masyarakat feodal. Susunan masyarakat feodal Mataram dibedakan
antara penguasa dengan yang dikuasai dan antara pemilik tanah dengan penggarap.
Ketika kekuasaan Mataram dibagi-bagi oleh pemerintah kolonial Belanda, sistem
feodalisme Mataram tetap dipertahankan. Puncak hierarki masyarakat feodal berada di
tangan raja. Untuk melambangkan status kebesaran raja dapat dilihat dari bangunan

ix
keratonnya. Sultan Agung membangun Keraton Mataram di Karta dan Sitinggil
(Yogyakarta) pada tahun 1614 dan 1625 yang dilengkapi dengan alun-alun, tembok
keliling, pepohonan, masjid besar, dan kolam.
Pada tahun 1645, Sultan Agung wafat dan dimakamkan di situs pemakaman di
puncak bukit tertinggi di Imogiri, yang ia buat sebelumnya. Kerajaan Mataram kemudian
dipimpin oleh putranya, Amangkurat I (1647-1677). Pada masa pemerintahannya,
Mataram mengalami kemunduran karena masuknya pengaruh Belanda. Amangkurat I dan
pengganti-pengganti selanjutnya bekerja sama dengan VOC dan penguasa Belanda.
Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Belanda untuk menguasai tanah Jawa yang subur[49].
Belanda berhasil memecah belah Mataram. Pada tahun 1755 dilakukan Perjanjian
Giyanti, yang membagi kerajaan Mataram menjadi dua wilayah kerajaan, yaitu[50]:
a. Daerah kesultanan Yogyakarta yang dikenal dengan nama Ngayogyakarta
Hadiningrat dipimpin oleh Mangkubumi sebagai rajanya dengan gelar Sultan
Hamengkubuwono I.
b. Daerah Kasunanan Surakarta, dipimpin oleh Susuhunan Pakubuwono.
Campur tangan Belanda mengakibatkan kerajaan Mataram terbagi menjadi beberapa
bagian, sehingga pada tahun 1813 terdapat empat keluarga raja yang masing-masing
memiliki wilayah kekuasaan, yaitu: Kerajaan Yogyakarta,Kasunanan Surakarta,
Pakualaman, dan Mangkunegaran.
Perkembangan islam diluar pulau Jawa
Para ulama awalnya mereka berdakwah diPulau Sumatera dan Jawa melahirkan
kader-kader dakwah yang terus menerus mengalir.Islam masuk ke Kalimantan atau yang
lebih dikenal dengan Borneo kala itu.Di pulau ini,ajaran Islam masuk dari dua jalur.Jalur
pertama yang membawa Islam masuk ke tanah Borneo adalah jalur Malaka yang dikenal
sebagai Kerajaan Islam setelah Perlak dan Pasai.Jatuhnya Malaka ke tangan penjajah
Portugis, membuat dakwah semakin menyebar.Para mubaligh-mubaligh & komunitas
Islam kebanyakan mendiami pesisir Barat Kalimantan.Jalur lain yang digunakan
menyebarkan dakwah Islam adalah para mubaligh yang dikirim dari Tanah Jawa.
Ekspedisi dakwah ke Kalimantan ini menemui puncaknya saat Kerajaan Demak
berdiri.Demak mengirimkan banyak mubaligh ke negeri ini
Ialamisasi dan pemerintahan di Bali
Islam di Bali merupakan agama minoritas yang dianut oleh 520.244 jiwa atau
13,37% dari 3.890.757 jiwa penduduk Bali. Konsentrasi terbesar umat Islam di Bali
terdapat di Kota Denpasar dengan jumlah 200 ribu jiwa lebih. Islam masuk ke Bali
diperkirakan pada abad ke-13 dan 14 melalui Kerajaan Gelgel, namun tepatnya belum ada
penelitian yang pasti. Penelitian tentang asal muasal Islam di Bali masih terhitung langka.
Sangat sulit untuk mendapatkan sumber tertulis mengenai sejarah masuknya Islam ke
pulau Bali pertama kali.
Namun beberapa sejarawan melacak keberadaan Islam di Bali melalui tradisi
lisandan adanya berbagai komunitas Islam yang ada di berbagai daerah di Bali. Melalui
penelitian di berbagai komunitas muslim di Bali dapat diketahui kapan Islam mulai
memasuki daearah tersebut, antara lain melalui penelitian masjid-masjid tua yang

x
dibangun dan makam-makam kuno dari pemuka Islam di daerah tersebut yang sekarang
juga dikenal dengan sebutan Wali Pitu dari Bali.
Sejarah Kedatangan Bangsa Eropa ke Indonesia
Hindia Timur atau Indonesia telah lama dikenal sebagai daerah penghasil
rempah-rempah seperti vanili, lada, dan cengkeh. Rempah-rempah ini digunakan untuk
mengawetkan makanan, bumbu masakan, bahkan obat. Karena kegunaannya, rempah-
rempah ini sangat laku di pasaran dan harganya pun mahal. Hal ini mendorong para
pedagang Asia Barat datang dan memonopoli perdagangan rempah-rempah. Mereka
membeli bahan-bahan ini dari para petani di Indonesia dan menjualnya kepada para
pedagang Eropa.
Namun, jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453 ke Turki Utsmani
mengakibatkan pasokan rempah-rempah ke wilayah Eropa terputus. Hal ini dikarenakan
boikot yang dilakukan oleh Turki Utsmani kepada bangsa Eropa. Situasi ini mendorong
orang-orang Eropa menjelajahi jalur pelayaran ke wilayah yang banyak memiliki bahan
rempah-rempah, termasuk kepulauan Nusantara (Indonesia). Dalam perkembangannya,
mereka tidak saja berdagang, tetapi juga menguasai sumber rempah-rempah di negara
penghasil. Sejak saat itu dimulailah era kolonialisasi Barat di Asia.
A. Sebab dan Tujuan Kedatangan Bangsa Barat
Secara umum, kedatangan bangsa Eropa ke Asia termasuk ke Indonesia dilandasi
keinginan mereka untuk berdagang, menyalurkan jiwa penjelajah, dan menyebarkan
agama. Adapun sebab dan tujuan bangsa Eropa ke dunia Timur adalah sebagai berikut :
1. Mencari kekayaan termasuk berdagang (Gold)
2. Mencari kemuliaan bangsa (Glory)
3. Menyebarkan agama (Gospel)
Sejak abad ke-3, rempah-rempah memang merupakan bahan dagang yang sangat
menguntungkan. Hal ini mendorong orang-orang Eropa berusaha mencari harta kekayaan
ini sekalipun menjelajah semudera. Keinginan ini diperkuat dengan adanya jiwa
penjelajah. Bangsa Eropa dikenal sebagai bangsa penjelajah, terutama untuk menemukan
daerah-daerah baru. Mereka berlomba-lomba meninggalkan Eropa. Mereka yakin bahwa
jika berlayar ke satu arah, maka mereka akan kembali ke tempat semula. Selain itu,
orang-orang Eropa terutama Protugis dan Spanyol yakin bahwa di luar Eropa ada Prestor
John (kerajaan dan penduduknya beragama Kristen). Oleh karena itu, mereka berani
berlayar jauh. Mereka yakin akan bertemu dengan orang-orang seagama.
Pada awalnya, tujuan kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia hanya untuk
membeli rempah-rempah dari para petani Indonesia. Namun, dengan semakin
meningkatnya kebutuhan industri di Eropa akan rempah-rempah, mereka kemudian
mengklaim daerah-daerah yang mereka kunjungi sebagai daerah kekuasaannya. Di
tempat-tempat ini, bangsa Eropa memonopoli perdagangan rempah-rempah dan
mengeruk kekayaan alam sebanyak mungkin. Dengan memonopoli perdagangan rempah-
rempah, bangsa Eropa menjadi satu-satunya pembeli bahan-bahan ini. Akibatnya, harga
bahan-bahan ini pun sangat ditentukan oleh mereka. Untuk memperoleh hak monopoli
perdagangan ini, bangsa Eropa tidak jarang melakukan pemaksaan. Penguasaan sering
dilakukan terhadap para penguasa setempat melalui suatu perjanjian yang umumnya

xi
menguntungkan bangsa Eropa. Selain itu, mereka selalu turut campur dalam urusan
politik suatu daerah. Bangsa Eropa tidak jarang mengadu domba berbagai kelompok
masyarakat dan kemudian mendukung salah satunya. Dengan cara seperti ini, mereka
dengan mudah dapat mempengaruhi penguasa untuk memberikan hak-hak istimewa
dalam berdagang.
B. Kedatangan dan Terbentuknya Kekuasaan Kolonial di Indonesia
1. Bangsa Portugis
Ekspedisi pertama untuk mencari jalan langsung ke Indonesia dirintis oleh
bangsa Portugis dan Spanyol. Bangsa-bangsa lain seperti Inggris, Prancis, dan Belanda
baru melakukan ekspedisi setelah kedua bangsa ini menemukan jalan ke Indonesia. Orang
Portugis pertama yang mencoba mencari jalan baru ke Indonesia adalah Bartholomeus
Diaz. Ia meninggalkan Portugal pada tahun 1486. Ia menyusuri pantai barat Afrika
hingga tiba di Tanjung Harapan, tetapi ia gagal mencapai Indonesia. Setelah
Bartholomeus Diaz menemukan jalan ke timur di Tanjung Harapan (Afrika Selatan),
upaya mencari jalan ke Indonesia diteruskan oleh armada-armada Portugis berikutnya.
Armada Portugis berikutnya yang mencoba berlayar ke Indonesia dipimpin oleh
Vasco da Gama. Mereka berangkat pada tahun 1497 dan berhasil melewati Tanjung
Harapan. Sewaktu tiba di Pelabuhan Malinda (Afrika Timur), mereka bertemu dengan
pedagang-pedagang Arab dan India. Namun, jalan ke Asia Tenggara tetap dirahasiakan
oleh para pedagang tersebut. Oleh karena itu, orang-orang Portugis melanjutkan
perjalannya menyusuri pantai timur Afrika. Mereka harus melewati perairan dengan
ombak yang sangat besar. Daerah itu terletak di timur laut Afrika terutama di sekitar
Ujung Tanduk. Oleh karena itu, daerah ini disebut Guadafui (berhati-hatilah).
Ekspedisi ini kemudian berhasil melewati selat di ujung selatan Laut Merah yang
disebutnya Bab el Mandeb (Gapura Air Mata). Pada tahun 1498, Vasco da Gama tiba di
Kalikut (India). Sejak saat itu, perdagangan antara orang Eropa dan India tidak lagi
melalui jalur Laut Tengah melainkan melalui pantai timur Afrika. Namun, penemuan ini
belum juga memuaskan bangsa Portugis. Mereka ingin menjelajahi daerah timur lainnya
yakni Malaka dan Maluku.
Pada waktu itu, di Asia Tenggara terdapat salah satu daerah pusat perdagangan
yang sangat ramai dikunjungi. Daerah tersebut adalah Malaka sedangkan daerah sumber
rempah-rempahnya adalah Maluku. Bagi Portugis, cara termudah menguasai perdagangan
di sekitar Malaka termasuk di Maluku adalah dengan merebut atau menguasai Malaka.
Kolonialisme Portugis di Indonesia dimulai sejak kedatangan Alfonso d’Albuquerque di
Maluku. Pada tahun 1511, ekspedisi Portugis di bawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque
berhasil menaklukkan Malaka. Dari sana, mereka menuju Maluku dan diterima dengan
baik oleh raja Ternate. Mereka diperkenankan berdagang dan membangun benteng di
Ternate.
2. Bangsa Spanyol
Pelopor berkebangsaan Spanyol yang mencari jalan langsung ke Indonesia adalah
Christopher Columbus, ia berlayar ke arah barat. Setelah dua bulan, ia sampai di sebuah
pulau yang kemudian dinamakan San Salvador. Columbus gagal mencapai India. Setelah
Columbus gagal menemukan India, ekspedisi Spanyol selanjutnya ke daerah rempah-
rempah dipelopori oleh Ferdinand Magelhaens. Berbeda dengan armada Portugis, pada
tahun 1519 Magellan berangkat melalui Samudera Atlantik. Setelah melewati ujung

xii
Amerika Selatan, ia masuk ke Samudera Pasifik. Ia tiba di Filipina pada tahun 1521.
Ketika mencoba mengatasi perang antarsuku di Cebu, Magelhaens terbunuh. Posisinya
kemudian digantikan oleh Del Cano. Dalam perjalanan kembali ke Spanyol, mereka
singgah di Tidore. Sejak saat itu, terjalin kerja sama antara Spanyol dan Tidore. Kerja
sama itu tidak hanya dalam hal perdagangan, tetapi juga diperkuat dengan dibangunnya
benteng Spanyol di Tidore. Sementara itu, Portugis yang membuka kantor dagangnya di
Ternate merasa terancam dengan hadirnya Spanyol di Tidore. Hal ini diperkuat lagi
dengan kenyataan bahwa Tidore dan Ternate telah lama bermusuhan. Dengan alasan
tersebut, Portugis yang didukung pasukan Tidore. Berhasil merebut Benteng Spanyol di
Tidore. Namun, berkat perantara Paus di Roma, Portugis dan Spanyol akhirnya
mengadakan perjanjian yang disebut Perjanjian Saragosa. Berdasarkan perjanjian itu,
Maluku dikuasai Portugis sedangkan Philipina dikuasai Sepanyol.
Isi Perjanjian Saragosa:
1. Daerah kekuasaan dan pelayaran Portugis adalah dari Brazilia ke Timur sampai
Halmahera (Maluku).
2. Spanyol berkuasa atas Mexico ke Barat terus sampai Phillipina.
3. Bangsa Inggris
Kedatangan bangsa Inggris ke Indonesia dirintis oleh Francis Drake dan Thomas
Cavendish. Dengan mengikuti jalur yang dilalui Magelhaens, pada tahun 1579 Francis
Drake berlayar ke Indonesia. Armadanya berhasil membawa rempah-rempah dari Ternate
dan kembali ke Inggris lewat Samudera Hindia. Perjalanan beriktunya dilakukan pada
tahun 1586 oleh Thomas Cavendish melewati jalur yang sama.
Pengalaman kedua pelaut tersebut mendorong Ratu Elizabeth I meningkatkan
pelayaran internasionalnya. Hal ini dilakukan dalam rangka menggalakan ekspor wol,
menyaingi perdagangan Spanyol, dan mencari rempah-rempah. Ratu Elizabeth I
kemudian memberi hak istimewa kepada EIC (East Indian Company) untuk mengurus
perdagangan dengan Asia. EIC kemudian mengirim armadanya ke Indonesia. Armada
EIC yang dipimpin James Lancestor berhasil melewati jalan Portugis (lewat Afrika).
Namun, mereka gagal mencapai Indonesia karena diserang Portugis dan bajak laut
Melayu di selat Malaka. Awal abad ke-17, Inggris telah memiliki jajahan di India dan
terus berusaha mengembangkan pengaruhnya di Asia Tenggara, kahususnya di Indonesia.
Kolonialisme Inggris di Hindia Belanda dimulai tahun 1604. menurut catatan sejarah,
sejak pertama kali tiba di Indonesia tahun 1604, EIC mendirikan kantor-kantor
dagangnya. Di antaranya di Ambon, Aceh, Jayakarta, Banjar, Japara, dan Makassar.
Walaupun demikian, armada Inggris tidak mampu menyaingi armada dagang barat
lainnya di Indonesia, seperti Belanda. Mereka akhirnya memusatkan aktivitas
perdagangannya di India. Mereka berhasil membangun kota-kota perdagangan seperti
Madras, Kalkuta, dan Bombay.
4. Bangsa Belanda
Armada Belanda yang pertama berusaha mencapai Indonesia dipimpin Van
Neck, namun ekspedisi ini gagal. Kemudian, pada tahun 1595 armada Belanda dipimpin
Cornelis de Houtman dan Pieter de Kaizer berangkat menuju Indonesia. Mereka
menyusuri pantai barat Afrika lalu sampai ke Tanjung Harapan. Dari sana, mereka
mengarungi Samudera Hindia dan masuk ke Indonesia melalui Selat Sunda lalu tiba di
Banten. Armada ini tidak diterima oleh rakyat Banten karena Belanda bersikap kasar.

xiii
Selain itu, hubungan antara Banten dan Portugis masih baik. Kemudian dari Banten,
armada ini bermaksud menuju Maluku untuk membeli rempah-rempah namun ternyata
gagal mencapai Maluku. Cornelis de Houtman tiba kembali di negerinya pada tahun 1597
dan ia disambut sebagai penemu jalan ke Indonesia.
Setelah de Houtman, armada Belanda datang ke Indonesia susul-menyusul. Hal
ini mengakibatkan lalu lintas Indonesia – Belanda menjadi ramai. Armada Belanda yang
pertama mencapai Maluku adalah armada kedua. Mereka berhasil melakukan pembelian
remapah-rempah di sana.
Pada awalnya, Belanda memang gagal menghadapi persaingan dengan Portugis,
baik di Maluku maupun di pelabuhan-pelabuhan lain di Indonesia. Namun, karena
armada Belanda semakin hari semakin bertambah, sedikit demi sedikit armada Portugis
mulai terdesak. Akhirnya Portugis terusir dari Maluku dan itu menandai era kolonialisme
Belanda di Indonesia. Sejak saat itu, pedagang-pedagang Belanda semakin banyak yang
datang ke Maluku.
Lahirnya VOC
Untuk mengatasi persaingan diantara pedagang-pedagang Belanda sendiri, pada
tanggal 20 Maret 1682 Belanda membentuk VOC (Vereenigde OostIndische Compagnie)
atau persekutuan Dagang Hindia Timur atas usulan Johan Van Oldenbarneveld. Tujuan
pembentukan VOC tidak lain adalah menghindari persaingan antar pengusaha Belanda
(intern) serta mampu menghadapi persaingan dengan bangsa lain terutama Spanyol dan
Portugis sebagai musuhnya (ekstern). VOC dipimpin oleh De Heren Zuventien (Dewan
Tujuh Belas) yang berkedudukan di Amsterdam. Oleh Pemerintahan Belanda, VOC
diberi oktroii (hak-hak istimewa). Artinya dengan hak-hak tersebut berarti VOC memiliki
kekuasaan seperti suatu negara. Mereka dapat bertindak bebas tanpa harus konsultasi
terlebih dulu dengan pemerintah Belanda di negeri induk. Hak-hak istimewa tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Dianggap sebagai wakil pemerintah Belanda di Asia
2. Memonopoli perdagangan
3. Mencetak dan mengedarkan uang sendiri
4. Mengadakan perjanjian
5. Menaklukkan perang dengan negara lain
6. Menjalankan kekuasaan kehakiman
7. Pemungutan pajak
8. Memiliki angkatan perang sendiri
9. Mengadakan pemerintahan sendiri

Untuk melaksanakan kekuasaannya di Indonesia diangkatlah jabatan Gubernur


Jenderal VOC, seperti Pieter Both yang merupakan Gubernur Jenderal VOC pertama
yang memerintah tahun 1610 – 1619 di Ambon. Jan Pieterzoon Coen, merupakan
Gubernur Jenderal kedua yang memindahkan pusat VOC dari Ambon ke Jayakarta

xiv
(Batavia) karena letaknya strategis di tengah-tengah Nusantara sehingga memudahkan
pelayaran ke Belanda. Sedangkan dalam melaksanakan pemerintahan, VOC banyak
mempergunakan tenaga bupati. Sementar bangsa Cina dipercaya untuk pemungutan pajak
dengan cara menyewakan desa selama waktu yang ditentukan.
Setelah berpusat di Batavia, VOC melakukan perluasan kekuasaan dengan
pendekatan serta campur tangan terhadap kerajaan-kerajaan di Nusantara, antara lain
Mataram, Banten, Banjar, Sumatra, Gowa, serta Maluku. Akibat hak monopoli yang
dimilikinya, VOC memaksakan kehendaknya sehingga menimbulkan permusuhan dengan
kerajaan-kerajaan di Nusantara. Untuk menghadapi perlawanan bangsa Indonesia VOC
meningkatkan kekuatan militernya serta membangun benteng-benteng seperti di Ambon,
Makasar, Jayakarta dan lain-lain.
Cara Belanda Memeroleh Monopoli Perdagangan di Nusantara
Melakukan pelayaran Hongi (Hongi Tockten) untuk memberantas
penyelundupan. Tindakan yang dilakukan VOC adalah merampas setiap kapal penduduk
yang menjual langsung rempah-rempah kepada pedagang asing seperti Inggris, Perancis
dan Denmark. Hal ini banyak dijumpai di pelabuhan bebas Makasar. Melakukan
Ekstirpasi, yaitu penebangan tanaman milik rakyat. Tujuannya adalah mepertahankan
agar harga rempah-rempah tidak merosot bila hasil panen berlebihan (over produksi).
Perjanjian dengan raja-raja setempat, terutama yang kalah perang wajib
menyerahkan hasil bumi yang dibutuhkan VOC dengan harga yang ditetapkan VOC.
Penyerahan wajib disebut Verplichte Leverantie.
Rakyat wajib menyerahkan hasil bumi sebagai pajak, yang disebut dengan istilah
Contingenten. Namun, seiring dengan perubahan permintaan dan kebutuhan di Eropa dari
rempah-rempah ke tanaman industri yaitu kopi, gula dan teh maka pada abad ke-18 VOC
mengalihkan perhatiannya untuk menanam ke tiga jenis barang komoditi tersebut.
Misalnya tebu di Muara Angke (sekitar Batavia), kopi dan teh daerah Priangan.
Kemunduran VOC
Pada pertengahan abad ke-18 VOC mengalami banyak kemunduran karena
beberapa hal sehingga pada akhirnya dibubarkan. Berikut ini adalah sebab-sebab
kemunduran VOC:
1. Banyak pegawai VOC yang curang dan korupsi.
2. Banyak pengeluaran untuk biaya peperangan contoh perang melawan Sultan
Hasanuddin dari Gowa.
3. Banyaknya gaji yang harus dibayar karena kekuasaan yang luas membutuhkan
pegawai yang banyak.
4. Pembayaran Devident (keuntungan) bagi pemegang saham turut memberatkan
setelah pemasukan VOC kekurangan.
5. Bertambahnya saingan dagang di Asia terutama Inggris dan Perancis.
6. Perubahan politik di Belanda dengan berdirinya Republik Bataaf 1795 yang
demokratis dan liberal yang menganjurkan perdagangan bebas.

xv
Berdasarkan alasan di atas akhirnya VOC dibubarkan pada tanggal 31 Desember
1799 dengan hutang 136,7 juta Gulden dan kekayaan yang ditinggalkan berupa kantor
dagang, gudang, benteng, kapal serta daerah kekuasaan di Indonesia.
C. Dampak Positif dan Negatif Kedatangan Bangsa Eropa di Indonesia
Dampak Positif
Setelah kedatangan bangsa Eropa di Indonesia, kemajuan bangsa Indonesia
bertambah. Adapun beberapa manfaat atas kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia adalah
sebagai berikut:
1. Banyaknya dibangun pelabuhan-pelabuhan sehingga Indonesia menjadi pusat
perdagangan di Asia tenggara terutama di daerah Malaka.
2. Setelah kedatangan bangsa Eropa di Indonesia banyak berdiri pusat-pasat Industri
yang dapat mengurangi angka penganguran di Indonesia.
3. Dibangunnya sarana jalan darat (jalan raya) sehingga antara kota yang satu
dengan yang lainnya terasa dekat.
4. Didirikannya sekolah yang dapat mencerdaskan para generasi penerus bangsa
Indonesia.
Dampak Negatif
Setelah kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia bangsa Eropa beralih keinginan
untuk untuk menjajah bangsa Indonesia sehingga terjadilah peperangan di mana-mana.
Adapun dampak negatif kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia adalah:
1. Masyarakat Indonesia merasa tertindas dengan kedatangan bangsa Eropa yang
selalu bersikap semena-mena terhadap bangsa Indonesia.
2. Terjadinya pemberontakan dimana-mana yang mengakibatkan banyak nya warga
Negara Indonesia yang meninggal.
3. Bangsa Eropa mengadu domba seluruh masyarakat Indonesia.
4. Terjadinya perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh Bangsa Eropa terhadap
bangsa Indonesia yang akhirnya banyak menelan korban para warga Indonesia.
5. Warga Indonesia merasa tidak bebas dengan adanya bangsa Eropa di Indonesia.
Sebab Umum Terjadinya Perang Diponegoro
1. Daerah kekuasaan mataram dipersempit & para raja serta pribumi kehilangan
kedaulatan.
2. Belanda turut campur tangan urusan internal kesultanan seperti pengangkatan raja
& patih.
3. Kekecewaan para ulama karena budaya Belanda tidak sesuai ajaran islam.
4. Kekecawaan bangsawan karena Belanda tidak mau mengikuti adat istiadat
keraton.

xvi
5. Kehidupan rakyat semakin menderita karena selain melakukan kerja paksa,
rakyat disuruh membayar berbagai macam pajak.
Sebab Umum Terjadinya Perang Diponegoro
Pemasangan pathok oleh Belanda untuk pembangunan jalan yang melewati
makam tanah leluhur Pangeran Diponegoro di Tegalrejo tanpa izin sehingga dianggap
sebagai penghinaan terhadap Pangeran Diponegoro.
Kronologi & Sejarah Terjadinya Perang Diponegoro
Perang Diponegoro merupakan perang besar yang berlangsung 5 tahun (1825-
1830). Perang ini dipimpin oleh Pangeran Diponegoro untuk melawan pasukan belanda
yang dipimpin Jenderal De Kock . Akibatnya sekitar 200.000 pejuang rakyat jawa gugur
& di kubu belanda menewaskan sekitan 8000 tentara belanda. Berbagai dukungan datang
untuk membantu pasukan Diponegoro terutama para ulama antara lain dari Pangeran
Mangkubumi, Sentot Ali Basyah, Haji Mustopo, Haji Badarrudin & Kyai Mojo.
Seusai melihat pemasangan pathok tersebut, maka Pangeran Diponegoro
menggantinya dengan tombak. Akhirnya tentara belanda hendak menangkap Pangeran
Diponegoro karena dinilai memberontak. Seketika itu juga rakyat mendeklarasikan
perang terhadap Belanda.
Pada tanggal 20 Juli 1925, Belanda pun langsung berniat menangkap Pangeran
Diponegoro di kediamannya daerah Tegalrejo. Namun akhirnya beliau dapat lolos &
melarikan diri ke daerah Dekso, Kulonprogo sampai akhirnya tiba di Goa Selarong di
daerah Bantul.
Dalam menghadapi pasukan Belanda, Pangeran Diponegoro menggunakan taktik
Gerilya yaitu dengan melakukan pengelabuan, serangan kilat & pengepungan tak terlihat.
Untuk menghadapi pasukan Diponegoro, pasukan Belanda pimpin De Kock
menggunakan taktik Benteng Stelsel yaitu mendirikan benteng di setiap daerah yang
dikuasainya yang dihubungkan dengan jalan agar komunikasi & pergerakan pasukan
bergerak lancar. Taktik tersebut digunakan untuk mempersempit gerakan Pangeran
Diponegoro dan hasilnya terbukti sukses . Di tahun 1829 , Kyai Mojo yang merupakan
salah satu pemimpin pemberontakan ditangkap , lalu disusul oleh Pangeran Mangkubumi
& Sentot Ali Basyah yang menyerah terhadap belanda.
Akhirnya di tanggal 28 Maret 1830, Pasukan Diponegoro terjepit dan akhirnya
menerima tawaran Jenderal De Kock untuk berunding. Perundingan berlangsung di
Magelang. Namun karena didalam perundingan tidak menemui kesepakatan, Pangeran
Diponegoro ditangkap kemudian dibawa ke Batavia (Jakarta) sampai akhirnya diasingkan
di Manado & dipindah ke Makassar. Pangeran Diponegoro akhirnya wafat di Benteng
Rotterdam Makassar di tanggal 8 Januari 1855. Karena kegemilangannya & kegencaran
dalam perang serta perolehan beberapa kemenangan, Pangeran Diponegoro diberi gelar
Sultan Abdulhamid Cokro Amirul Mukminin Sayidin Panotogomo Khalifatulloh Tanah
Jowo.
Dampak Akibat Terjadinya Perang Diponegoro
1. Penghapusan sistem tanah paksa
2. Kas Belanda terkuras karena membiayai perang

xvii
3. Kekuasaan Belanda di Jawa semakin berkurang

Daftar Pustaka
Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah. 2009.
Hamka. Sejarah Ummat Islam. Jakarta: Bulan Bintang. 1974.
Purwadi. Sistem Pemerintahan Kerajaan Jawa Klasik. Medan: Pujakesuma. 2007.
http://wowgi.blogspot.com/2013/05/sejarah-kerajaan-Demak-dinusantara.html.

xviii

Anda mungkin juga menyukai