Anda di halaman 1dari 9

FILSUF SEJARAH SPEKULATIF ST.

AUGUSTINUS

Mata Kuliah Filsafat Sejarah 3


Dosen Pengampu Dr. Mulyono, M.Hum.

Disusun oleh :

Intan Widiani 13030117140014


Alvin Nurhidayah 13030117140019
Reyhan Vallerian Andera 13030117140025
M. Nasya Khalif Fahreza 13030117140044

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO


SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Santo Agustinus adalah filsuf dan teolog yang lahir pada 13 November 354
di Tegaste, Afrika Utara. Ibunya adalah pemeluk Kristen yang taat dalam beragama,
tetapi ayahnya dianggap masih kafir. Namun, ayahnya bertobat menjelang
kematiannya. Pengaruh ayahnya banyak tertanam pada diri Agustinus. Ini terlihat
ketika dimasa mudanya dia mencela agama karena menganggap kitab suci tidak
memuaskan secara intelektual. Baru setelah diusia 30 tahunan awal, dia memeluk
Kristen dan ingin membuktikan bahwa nalar dapat memperlihatkan kebenaran
ajaran agama. Di belahan bumi barat bahkan Agustinus disebut sebagai ahli
spiritualis barat.

Santo Agustinus banyak menelurkan pemikiran-pemikiran tentang sejarah


yang dihubungkan dengan konsep ketuhahan. Diantaranya Santo Agustinus
menulis karya yang terus menerus menjadi buah bibir, yakni filsafat sejarah yang
ditulis dalam bukunya dengan judul “City of God”. Di dalamnya Santo Agustinus
menulis tentang teori gerak sejarah. Secara garis besar menurutnya pergerakan
sejarah adalah kehendak Tuhan untuk mencapai suatu masa. Jadi menurutnya
hukum alam, kodrat alam, dan takdir manusia telah diatur Tuhan, manusia tinggal
menerimanya saja dalam pergerakannya, sehingga manusia ditempatkan sebagai
yang pasif. Tujuan daripada gerakan sejarah itu adalah mewujudkan kehendak
Tuhan dalam kota yang disebut “City of God”. Lalu yang menolak kehendak Tuhan
ditempatkan dalam Kerajaan Setan.

Pemikiran lainnya yang saling berkaitan dengan pola gerakan sejarahnya


adalah mengenai penebusan dosa manusia. Dalam membahas tentang dosa
manusia, tidak sedikit Santo Agustinus menyinggung dosa Adam dan Hawa ketika
mereka memakan buah apel yang dilarang Tuhan. Menurutnya hakikat kehidupan
manusia di dunia adalah sebagai penebusan dosa yang dilakukan Adam dan Hawa
Adam dan Hawa dikatakan sebagai permulaan geraknya sejarah di dunia.
Selanjutnya pada bab pembahasan akan diulas lebih dalam lagi mengenai pemikiran
Santo Agustinus tentang pola gerak sejarah.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana pandangan pola gerak sejarah Santo Agustinus hingga mewujudkan
City of God?
2. Mekanisme pemikiran sejarah Santo Agustinus.
3. Apa tujuan dalam pemikirannya?

1.3. Tujuan
1. Mampu mengidentifikasi pola gerak sejarah spekulatif dari pemikiran Santo
Agustinus.
2. Mampu menjabarkan hasil pemikiran filsuf Santo Agustinus.
3. Mampu menjabarkan tujuan (nilai) sejarah spekulatif dari filsuf Santo
Agustinus.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pola Sejarah Spekulatif Pemikiran St. Augustinus


Agustinus berpendapat bahwa jalannya sejarah memiliki pola linear. Pemikiran
filsafat sejarah Agustinus dituntun oleh suatu pandangan dunia yang bersifat
teleologis atau bertujuan (Mayer, 1960: 364). Sejarah berjalan dengan suatu tujuan
tertentu.

Teori gerak sejarah menurut Santo Augustinus ditentukan oleh kehendak


tuhan. Hukum alam menjadi hukum Tuhan, kodrat alam menjadi kodrat Tuhan,
Tuhan menentukan takdir, manusia menerima nasib. Gerak manusia bersifat pasif
karena segala sesuatunya ditentukan oleh Tuhan. Santo Augustinus dalam kitabnya
juga menerangkan bahwa tujuan gerak sejarah ialah terwujudnya kehendak tuhan
dalam civitas dei atau kerajaan Tuhan. Civitas dei merupakan tempat manusia
pilihan Tuhan yang menerima ajaran Tuhan dan yang menolaknya akan ditampung
didalam civitas diaboli (kerajaan setan) atau neraka. Selanjutnya ia mengajarkan
bahwa hakikat sesungguhnya kehidupan adalah penembusan dosa. Seperti yang ia
singgung dalam bukunya “The City of God” bahwasannya Adam sebelum
kejatuhannya pernah memilki kehendak bebas dan bisa terbebas dari dosa. Namun
karena dia dan hawa memakan buah apel maka kerusakan pun merasuki mereka
dan terwariskan kepada seluruh anak keturunannya, sehingga tak seorang pun dari
mereka yang bisa terbebas dari dosa, kecuali berdasarkan upaya mereka sendiri.
Oleh karena itu Santo Augustinus mengatakan bahwa hakikat kehidupan manusia
di bumi ini hanyalah sebuah penebusan dosa yang dilakukan oleh adam dan hawa
terdahulu.

Pemikiran yang terkenal dari Agustinus dalam termuat karya besarnya yang
berjudul De Civitate Dei merupakan tempat manusia pilihan Tuhan (kerajaan
Tuhan) yang menerima ajaran Tuhan dan yang menolaknya akan ditampung
didalam Civitas Diaboli (kerajaan setan) atau neraka. Selanjutnya ia mengajarkan
bahwa hakikat sesungguhnya kehidupan adalah penembusan dosa.
2.2. Mekanisme Sejarah Spekulatif Pemikiran St. Augustinus
Mirip dengan ajaran Plato, Agustinus membagi dua negara yaitu Negara
Tuhan ialah negara yang sempurna, ideal, dan Negara Duniawi ialah negara
yang tidak sempurna atau terbatas. Agustinus ingin menunjukkan bahwa
apabila negara di dunia ini ingin memperoleh kebaikan dan keadilan maka ia
harus berkiblat dan mencari rohnya ke gereja. Negara harus dibimbing oleh
gereja karena gereja merupakan cermin dan bayang-bayang dari Negara Tuhan
yang sempurna.
Barangkali satu-satunya kontribusi yang terbesar Agustinus bagi filsafat
Barat (dan bukan hanya pemikiran Kristen) ialah penekanannya pada kehidupan
personal, kehidupan batiniah seseorang. “Aku berpikir maka aku ada” yang
lazimnya dianggap berasal dari Descartes, dalam kenyataannya sudah tampak
pada Agustinus dua belas abad lebih awal. Lebih dari filsuf lainnya,
Agustinuslah yang memperkenalkan pengalaman “batin” atau “subjektif” atas
waktu. Pengakuan-pengakuan tetap menjadi salah satu penyelidikan diri yang
paling berani dan paling jujur dalam literatur Barat. Minat yang luas terhadap
akal budi manusia dapat ditemukan di sana, tetapi perhatian yang nyata ditaruh
pada nafsu-nafsu jiwa. Hal ini meliputi terutama cinta dan keyakinan, tetapi
juga desakan-desakan, dorongan-dorongan dan kebusukan-kebusukan (seperti
nafsu berahi, kesombongan, dan “rasa ingin tahu”) yang kita temukan di dalam
diri kita.
Agustinus melihat hubungan antara Tuhan dan jiwa manusia sebagai
perhatian utama agama. Karena jiwa diciptakan “dalam citra Allah”,
pengetahuan diri menjadi alat untuk mengenal Tuhan.
Menurut Augustinus, dalam kita mencari kebenaran, keindahan, kebaikan,
kita sebenarnya dibimbing oleh konsep ada kebenaran, ada keindahan, dan ada
kebaikan, yang absolut. Maksud argumen ini adalah bahwa banyak kebenaran
tentang benar, banyak kebenaran tentang indah, banyak kebenaran tentang baik.
Menghadapi keadaan ini manusia didesak pada harus adanya yang absolut serta
abadi itulah Tuhan. Jadi, ada semacam desakan kebutuhan yang ada dalam diri
manusia, kebutuhan pada ukuran absolut tertinggi tatkala ia dihadapkan pada
keanekaan objek. Menurut Augustinus, keesaan itu adalah Tuhan. Jadi, Tuhan
itu ditemukan dengan rasa, bukan dengan proses pemikiran.
Sejarah manusia telah dirancang oleh Tuhan. Ia memerintahkan dan
menguji manusia. Agustinus juga mengatakan bahwa masa lalu manusia
menentukan apa yang akan terjadi di masa depan. Seluruh kejadian di dalam
sejarah manusia merupakan pelajaran, dan dari sana dapat diambil pelajaran
tentang apa yang dibutuhkan bagi keselamatan di masa yang akan datang
(Jones, 1969: 133-134).
Santo Agustinus menghimpun suatu teori sejarah berdasarkan fiat voluntas
tua itu. Gerak sejarah dunia diibaratkan riwayat hidup manusia, babakan waktu
disusun menurut tingkatan-tingkatan hidup manusia:

No Santo Agustinus Artinya Zaman


1 Intifia Bayi Adam sampai Nuh
2 Pueritia Kanak-kanak Sem, Jafet
3 Adulescentia Pemuda Ibrahim sampai Daud
4 Inventus Kejantanan Daud
5 Gravitas Dewasa, Babilonia
dewasa
bijaksana
6 Kiamat Tua Pemilihan antara baik-
jahat

2.3. Sejarah Memiliki Tujuan (Nilai)


Awal sejarah manusia, menurut Agustinus, adalah peristiwa jatuhnya
Adam-Hawa, atau dosa pertama manusia. Sedangkan akhir dari sejarah adalah
kemenangan Tuhan atas kekuatan jahat (Mayer, 1960: 364). Tidak ada sesuatu
yang irasional. Jika manusia tidak dapat mengerti peristiwa di dalam sejarah,
maka sesungguhnya hal ini karena manusia belum bisa memahami maksud dari
kehendak Tuhan membuat peristiwa tersebut. Ketika manusia telah memahami
maksud Tuhan, maka mereka akan memahami alasan terjadinya suatu peristiwa
di dalam sejarah yang hal ini berkaitan dengan tujuan akhir dari maksud Tuhan
(Jones, 1969: 135)
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Santo Agustinus ada seorang ilmuwan atau ahli filsuf yang memiliki pemikiran
bahwa jalannya sejarah memiliki pola linear. Pemikiran filsuf Santo Agustinus
dituntun oleh pandangan suatu dunia yang bersifat teologis. Santo Agustinus
berpendapat bahwa teori gerak sejarah menurutnya ditentukan oleh kehendak
Tuhan. Hukum alam dan kodrat alam merupakan kehendak Tuhan, sedangkan
manusia hanya menerima nasib. Manusia hanya bisa merubah nasibnya saja,
sedangkan semuanya sudah diatur oleh Tuhan. Karna dalam bukunya yang berjudul
"City of God" menerangkan bahwa Adam dan Hawa diturunkan ke bumi karna
penebusan kesalahannya memakan buah dan cucu-cucunya yang menebus dosanya
dengan hidup di bumi melanjutkan hidup.
Jika manusia tidak bisa memahami setiap peristiwa sejarah dalam kehidupannya,
maka manusia tersebut tidak bisa memahami kehendak Tuhan dari suatu peristiwa
yang terimanya, karna seharusnya manusia bisa memahami dari peristiwa sejarah
yang sudah dikehendaki oleh Tuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Russel, Bertrand. 2002. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Pustaka pelajar offset.
Tamburaka, Rustam E. 1999. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat
Sejarah,Sejarah Filsafat dan IPTEK. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Solomon, Robert C., Higgins. 2002. Sejarah Filsafat Barat. Jogjakarta: Yayasan
Bentang Budaya.
Mulyono, Subekti S. 2011. Sejarah Pemikiran Modern. Jakarta: Universitas
Terbuka.
http://idsejarah.net/2015/09/pemikiran-dan-kontribusi-dari-santo.html

Anda mungkin juga menyukai