AUGUSTINUS
Disusun oleh :
Santo Agustinus adalah filsuf dan teolog yang lahir pada 13 November 354
di Tegaste, Afrika Utara. Ibunya adalah pemeluk Kristen yang taat dalam beragama,
tetapi ayahnya dianggap masih kafir. Namun, ayahnya bertobat menjelang
kematiannya. Pengaruh ayahnya banyak tertanam pada diri Agustinus. Ini terlihat
ketika dimasa mudanya dia mencela agama karena menganggap kitab suci tidak
memuaskan secara intelektual. Baru setelah diusia 30 tahunan awal, dia memeluk
Kristen dan ingin membuktikan bahwa nalar dapat memperlihatkan kebenaran
ajaran agama. Di belahan bumi barat bahkan Agustinus disebut sebagai ahli
spiritualis barat.
1.3. Tujuan
1. Mampu mengidentifikasi pola gerak sejarah spekulatif dari pemikiran Santo
Agustinus.
2. Mampu menjabarkan hasil pemikiran filsuf Santo Agustinus.
3. Mampu menjabarkan tujuan (nilai) sejarah spekulatif dari filsuf Santo
Agustinus.
BAB II
PEMBAHASAN
Pemikiran yang terkenal dari Agustinus dalam termuat karya besarnya yang
berjudul De Civitate Dei merupakan tempat manusia pilihan Tuhan (kerajaan
Tuhan) yang menerima ajaran Tuhan dan yang menolaknya akan ditampung
didalam Civitas Diaboli (kerajaan setan) atau neraka. Selanjutnya ia mengajarkan
bahwa hakikat sesungguhnya kehidupan adalah penembusan dosa.
2.2. Mekanisme Sejarah Spekulatif Pemikiran St. Augustinus
Mirip dengan ajaran Plato, Agustinus membagi dua negara yaitu Negara
Tuhan ialah negara yang sempurna, ideal, dan Negara Duniawi ialah negara
yang tidak sempurna atau terbatas. Agustinus ingin menunjukkan bahwa
apabila negara di dunia ini ingin memperoleh kebaikan dan keadilan maka ia
harus berkiblat dan mencari rohnya ke gereja. Negara harus dibimbing oleh
gereja karena gereja merupakan cermin dan bayang-bayang dari Negara Tuhan
yang sempurna.
Barangkali satu-satunya kontribusi yang terbesar Agustinus bagi filsafat
Barat (dan bukan hanya pemikiran Kristen) ialah penekanannya pada kehidupan
personal, kehidupan batiniah seseorang. “Aku berpikir maka aku ada” yang
lazimnya dianggap berasal dari Descartes, dalam kenyataannya sudah tampak
pada Agustinus dua belas abad lebih awal. Lebih dari filsuf lainnya,
Agustinuslah yang memperkenalkan pengalaman “batin” atau “subjektif” atas
waktu. Pengakuan-pengakuan tetap menjadi salah satu penyelidikan diri yang
paling berani dan paling jujur dalam literatur Barat. Minat yang luas terhadap
akal budi manusia dapat ditemukan di sana, tetapi perhatian yang nyata ditaruh
pada nafsu-nafsu jiwa. Hal ini meliputi terutama cinta dan keyakinan, tetapi
juga desakan-desakan, dorongan-dorongan dan kebusukan-kebusukan (seperti
nafsu berahi, kesombongan, dan “rasa ingin tahu”) yang kita temukan di dalam
diri kita.
Agustinus melihat hubungan antara Tuhan dan jiwa manusia sebagai
perhatian utama agama. Karena jiwa diciptakan “dalam citra Allah”,
pengetahuan diri menjadi alat untuk mengenal Tuhan.
Menurut Augustinus, dalam kita mencari kebenaran, keindahan, kebaikan,
kita sebenarnya dibimbing oleh konsep ada kebenaran, ada keindahan, dan ada
kebaikan, yang absolut. Maksud argumen ini adalah bahwa banyak kebenaran
tentang benar, banyak kebenaran tentang indah, banyak kebenaran tentang baik.
Menghadapi keadaan ini manusia didesak pada harus adanya yang absolut serta
abadi itulah Tuhan. Jadi, ada semacam desakan kebutuhan yang ada dalam diri
manusia, kebutuhan pada ukuran absolut tertinggi tatkala ia dihadapkan pada
keanekaan objek. Menurut Augustinus, keesaan itu adalah Tuhan. Jadi, Tuhan
itu ditemukan dengan rasa, bukan dengan proses pemikiran.
Sejarah manusia telah dirancang oleh Tuhan. Ia memerintahkan dan
menguji manusia. Agustinus juga mengatakan bahwa masa lalu manusia
menentukan apa yang akan terjadi di masa depan. Seluruh kejadian di dalam
sejarah manusia merupakan pelajaran, dan dari sana dapat diambil pelajaran
tentang apa yang dibutuhkan bagi keselamatan di masa yang akan datang
(Jones, 1969: 133-134).
Santo Agustinus menghimpun suatu teori sejarah berdasarkan fiat voluntas
tua itu. Gerak sejarah dunia diibaratkan riwayat hidup manusia, babakan waktu
disusun menurut tingkatan-tingkatan hidup manusia:
3.1.Kesimpulan
Santo Agustinus ada seorang ilmuwan atau ahli filsuf yang memiliki pemikiran
bahwa jalannya sejarah memiliki pola linear. Pemikiran filsuf Santo Agustinus
dituntun oleh pandangan suatu dunia yang bersifat teologis. Santo Agustinus
berpendapat bahwa teori gerak sejarah menurutnya ditentukan oleh kehendak
Tuhan. Hukum alam dan kodrat alam merupakan kehendak Tuhan, sedangkan
manusia hanya menerima nasib. Manusia hanya bisa merubah nasibnya saja,
sedangkan semuanya sudah diatur oleh Tuhan. Karna dalam bukunya yang berjudul
"City of God" menerangkan bahwa Adam dan Hawa diturunkan ke bumi karna
penebusan kesalahannya memakan buah dan cucu-cucunya yang menebus dosanya
dengan hidup di bumi melanjutkan hidup.
Jika manusia tidak bisa memahami setiap peristiwa sejarah dalam kehidupannya,
maka manusia tersebut tidak bisa memahami kehendak Tuhan dari suatu peristiwa
yang terimanya, karna seharusnya manusia bisa memahami dari peristiwa sejarah
yang sudah dikehendaki oleh Tuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Russel, Bertrand. 2002. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Pustaka pelajar offset.
Tamburaka, Rustam E. 1999. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat
Sejarah,Sejarah Filsafat dan IPTEK. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Solomon, Robert C., Higgins. 2002. Sejarah Filsafat Barat. Jogjakarta: Yayasan
Bentang Budaya.
Mulyono, Subekti S. 2011. Sejarah Pemikiran Modern. Jakarta: Universitas
Terbuka.
http://idsejarah.net/2015/09/pemikiran-dan-kontribusi-dari-santo.html