FILSAFAT SEJARAH
Dosen Pengampu :
Dr. Erniwati,SS,M.Hum
Disusun Oleh:
Kelompok I
Yurike (20046107)
2023
KATA PENGANTAR
Tidak lupa pula penulis ucapkan rasa terima kasih untuk dosen pengampu mata kuliah
Filsafat Sejarah yaitu Dr. Erniwati,SS,M.Hum yang telah membimbing dan memberi
kepercayaan pada kelompok IV untuk menyelesaikan makalah ini. Sehingga dengan
maksimal kami membuat makalah ini walaupun masih belum sempurna dari segi materinya.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan dari segi isi dan penulisannya serta jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan mendidik dari pembaca untuk
perbaikan selanjutnya. Walaupun demikian penulis tetap berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua yang membacanya. Terima kasih.
Kelompok I
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat Sejarah Spekulatif merupakan suatu perenungan filsafati mengenai
tabiat atau sifat-sifat gerak sejarah, sehingga diketahui srtruktur-dalam yang
terkandung dalam proses gerak sejarah dalam keseluruhannya. Menurut Ankersmit
(1987: 17), umumnya terdapat tiga hal yang menjadi kajian filsafat sejarah spekulatif,
yaitu pola gerak sejarah, motor yang menggerakkan proses sejarah, dan tujuan gerak
sejarah. Melalui tiga hal ini, lebih-lebih untuk hal yang ketiga, sistem-sistem sejarah
spekulatif tidak hanya berbeda dengan pengkajian sejarah “biasa” karena secara
khusus meneropong masa depan, juga, dalam pengungkapannya mengenai masa
silam, cara kerja seorang filsuf sejarah spekulatif berbeda dengan cara kerja seorang
peneliti sejarah yang “biasa”. Apa yang ditemukan dan diungkapkan oleh seorang
peneliti sejarah “biasa”, bagi seorang filsof sejarah spekulatif baru merupakan titik
permulaan.
Bila seorang filsuf sejarah spekulatif sudah maklum bagaimana proses
sejarah terjadi (di sini seorang peneliti sejarah “biasa” berhenti), maka ia ingin
menemukan suatu arti atau kecenderungan lebih dalam di dalam proses ini. Sering
kita merasa tidak puas dengan sebuah pemaparan dan penjelasan mengenai proses
sejarah seperti yang terjadi; kita juga ingin memberikan suatu arti kepada masa silam
itu, sehingga aktivitas manusia pada masa silam itu memperoleh suatu makna.
Selanjutnya, Filsafat Sejarah Kontemplatif pun menaruh perhatian terhadap
pembahasan untuk membatasi pola-pola gerak yang diikuti sejarah dalam
perjalanannya dan meneliti tentang faktor-faktor yang membuat timbulnya suatu pola
tertentu dalam gerak sejarah. Langkah ini mereka lakukan lewat penyingkapan
hukum-hukum umum yang mendominasi gerak itu, disamping perhatian para pengkaji
itu untuk menemukan makna gerak itu. Terkadang ada yang berpendapat bahwa
makna gerak itu berkembang ke arah kebebasan, keadilan, perealisasian kehendak
tuhan, kemajuan ke arah penegakan kehendak manusia, dan sebagainya.
Sementara itu, menurut W.H. Walsh (W.H. Walsh, 1967: 16) dalam
bukunya yang berjudul An Intoduction to Phillosophy of History, menyatakan bahwa
sebelum mendefinisikan filsafat sejarah hendaknya memperhatikan pengertian kata
sejarah. Sejarah kadang-kadang diartikan sebagai peristiwa-peristiwa yang terjadi
pada masa lalu (the totality of past human actions) atau history as past actuality, dan
kadang-kadang diartikan pula dengan penuturan kita tentang pertistiwa-peristiwa
tersebut (the narrative or account we construct of them now) atau history as record.
Namun demikian, hingga abad XIX, apa yang disebut Walsh sebagai filsafat sejarah
spekulatif pada dasarnya adalah satu-satunya filsafat sejarah.
Filsafat sejarah spekulatif adalah perenungan filsafati mengenai sifat-sifat
suatu proses sejarah. Seorang filsuf sejarah spekulatif memandang proses sejarah
faktual dalam keseluruhannya dan berusaha menemukan suatu struktur dasar dalam
proses sejarah itu. Filsafat sejarah spekulatif mencari suatu struktur-dalam
tersembunyi yang ada di dalam proses historis yang menjelaskan mengapa sejarah
berlangsung demikian.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas ialah :
1. Apa titik tolak tragedy Sejarah umat manusia ?
2. Bagaimana bidang Garapan FS Spekulatif yang terbagi dari :
a. Homoshitpricus : konsepsi tentang manusia
b. Kekuatan atau factor penggerak Sejarah
c. Pola gerak Sejarah
d. Makna dan tujuan hakiki Sejarah
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan berdasarkan rumusan diatas yaitu :
1. Menjelaskan bagaimana titik tolak tragedy Sejarah umat manusia
2. Menjelaskan bagaimana bidan Garapan FS Spekulatif yangterbagi ke dalam
beberapa bagian yaitu, Homoshitpricus : konsepsi tentang manusia Kekuatan atau
factor penggerak Sejarah,Pola gerak Sejarah Makna dan tujuan hakiki Sejarah.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Aryati, A. (2018). Memahami Manusia Melalui Dimensi Filsafat (Upaya Memahami Eksistensi Manusia). El-
Afkar: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Tafsir Hadis, 7(2), 79-94.
mengamati dan mendeskripsikan setiap kejadian yang mereka amati dan alami dalam
kehidupan tanpa berusaha untuk melibatkan diri ke dalamnya.
a. Tahap Etis
Pada tahap ini merupakan perkembangan karakter yang dimana manusia yang
tadinya estetis menjadi etis, etis yang dimaksud adalah mereka mulai menerima
semua kebijakan kebijakan moral yang ada dan mulai memperbaiki dirinya serta
membuang prilaku yang sebelumnya telah melekat pada dirinya. Pada tahap ini
manusia tidak lagi mengikuti nafsunya dan memilih passion sebagai jalan hidupnya,
yang tadinya seksualitas sebagai kesenangan berubah tujuan menjadi tugas tugas
sebagai manusia yang berkembang biak. Manusia etis mengikat diri mereka kepada
pedoman pedoman yang memiliki nilai kemanusiaan yang tinggi.
b. Tahap Religius
Hidup dalam Tuhan adalah hidup dalam subyektivitas transenden, tanpa
rasionalisasi dan tanpa ikatan pada sesuatu yang bersifat duniawi. ndividu yang
hendak memilih jalan religius tidak bisa lain kecuali berani menerima subyektivitas
transendennya itu- subyektivitas yang hanya mengikuti jalan Tuhan dan tidak lagi
tertarik baik pada nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal (eksistensi etis)
maupun pada tuntutan pribadi dan masyarakat atau zamannya (tahap estetis).
Gerak Sejarah merupakansalah satu di antara empat pokok pembahasan yang lazim
ditemukan dalam kajian filsafat sejarah spekulatif :
Gerak sejarah sebagaimana dipahami filsuf sejarah merupakan suatu hasil perenungan
falsafati tentang tabiat atau sifat-sifat gerak sejarah, sehingga diketahui struktur immanent
(tetap) dalam proses gerak sejarah secara keseluruhan. Di sini berlaku hukum determin isme
sejarah. Ini tentu berbeda dengan narasi sejarah yang biasa, yang hanya menggambarkan
segala sesuatu dalam konteks sejarah tertentu tanpa mencari sebab-sebab mutlak atau sebab
yang pasti (deterministik) yang bersifat tunggal. Dalam sejarah naratif yang biasa, rangkaian
peristiwa historis yang dipelajari terbatas pada konteks peristiwa historis tertentu.
Gerak sejarah yang dikemukakan di atas bersifat deterministik. Namun sejarah ilmiah juga
percaya bahwa gerak sejarah bisa dipelajari dan diprediksi menurut teori ilmiah (hukum
probalitas). Tokoh utama dalam garis ini ialah Fernand Braudel, sejarawan Perancis yang
terkenal itu. Sejarah bergerak menurut irama waktu yang dibaginya ke dalam tiga alur gerak
sejarah sebagai berikut:
1. Gerak sejarah jangka pendek ― the courte durée, biasanya berkenaan dengan sejarah
politik. Braudel menyebutnya histoire événementielle (sejarah peristiwa) yang cenderung
mengalami perubahan atau berfluktuasi secara cepat.
2. Gerak sejarah jangka menengah ― moyenne durée, biasanya berkaitan dengan sejarah
sosial-ekonomi, disebut histoire conjuncturelle, rangkaian kejadian dengan kecepatan sedang.
3. Gerak sejarah jangka panjang – longue durée , yaitu kejadian sejarah yang bergerak
sangat lambat laun, yang berlangsung lama di atas seratus tahun dan bahkan bisa millennium.
Barudel menyebutnya histoire structurelle (sejarah structural), biasanya terkait dengan gejala
perubahan dalam lingkungan alam atau geografi dan sampai tingkat tertentu juga budaya.
Misalnya sejarah iklim atau sejarah mentaliteit (budaya).
Dengan tipe gerak sejarah yang kedua ini kita dapat membangun skema sejarah dalam jangka
periode berbeda-beda. Model Braudelian sangat berpengaruh dalam riset sejarah masa kini
dan mereka biasanya lebih tertarik dalam mempelajari sejarah jangka panjang.
Dalam filsafat sejarah, pola gerak sejarah merujuk pada pola perubahan yang terjadi dalam
sejarah. Ada dua pandangan utama tentang pola gerak sejarah, yaitu pandangan yang
menyatakan bahwa pola gerak sejarah sesuai dengan garis lurus (linear) dan pandangan yang
menyatakan bahwa pola gerak sejarah bersifat melingkar atau siklis (circular). Filsafat sejarah
spekulatif juga membahas mengenai pola gerak sejarah beserta faktor-faktor yang
mempengaruhinya sehingga timbul pola-pola tertentu. Pola gerak sejarah juga dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, dan lingkungan.
Dalam historiografi modern, pola gerak sejarah dipelajari dengan menggunakan metode yang
kritis dan sistematis, menggunakan sumber-sumber primer yang kredibel, verifikasi data,
analisis kritis, dan interpretasi objektif
Pola gerak dalam filsafat sejarah merujuk pada pendekatan atau konsepsi tentang bagaimana
sejarah berkembang atau bagaimana peristiwa sejarah saling terkait dan berubah seiring
waktu. Dalam perkembangan pemikiran sejarah, terdapat beberapa pola gerak yang telah
diusulkan oleh para filsuf dan sejarawan. Dua pola gerak yang sering dibahas dalam filsafat
sejarah adalah pola linear dan pola siklus
1. Pola Linear
Pola gerak linear menekankan pada pandangan bahwa sejarah memiliki arah atau tujuan
tertentu yang dituju dalam perkembangannya. Dalam pola ini, waktu dianggap bergerak maju
secara linear, dari masa lalu ke masa kini, dan menuju ke masa depan. Pemikiran ini sering
dihubungkan dengan filsuf-filsuf progresif yang percaya bahwa manusia dan masyarakat
bergerak menuju kemajuan yang lebih baik secara bertahap.
Konsep-Konsep Terkait:
Teleologi: Teleologi adalah gagasan bahwa ada tujuan atau akhir tertentu dalam peristiwa
sejarah.
Determinisme: Dalam beberapa versi pola gerak linear, determinisme dianggap sebagai
kekuatan yang menggerakkan peristiwa-peristiwa sejarah menuju tujuan akhir yang
ditetapkan.
Pemikiran Hegelian: Filsuf Jerman, Georg Wilhelm Friedrich Hegel, mengusulkan konsep
bahwa sejarah bergerak menuju pemahaman yang lebih baik tentang diri kita sendiri dan
kebebasan manusia. Baginya, proses dialektika (pertentangan antara thesis, antithesis, dan
synthesis) adalah cara utama di mana sejarah berkembang.
2. Pola Siklus
Pola gerak siklus menekankan pada pandangan bahwa sejarah mengikuti pola berulang atau
siklus tertentu. Dalam pola ini, peristiwa-peristiwa sejarah dianggap berulang dengan pola
yang sama atau serupa dari waktu ke waktu. Pandangan ini sering menyoroti bahwa
meskipun masyarakat dapat mengalami kemajuan atau kemunduran, pola dasar kehidupan
manusia dan masyarakat tetap tidak berubah.
Konsep-Konsep Terkait:
Eternal Recurrence: Konsep ini, yang diusulkan oleh filsuf Friedrich Nietzsche, menyatakan
bahwa sejarah dan kehidupan manusia berulang tanpa henti, menciptakan suatu siklus yang
tak berujung.
Pemikiran Cicero: Cicero, seorang filsuf Romawi kuno, percaya bahwa sejarah manusia
mengikuti siklus yang berulang, dengan masyarakat bergerak dari fase kejayaan ke fase
kemunduran, dan kemudian kembali lagi.
Teori Toynbee: Arnold J. Toynbee, sejarawan Inggris abad ke-20, mengusulkan bahwa
peradaban manusia mengalami siklus pertumbuhan, kejatuhan, dan regenerasi. Dia
mengidentifikasi pola-pola ini dalam sejarah peradaban-peradaban kuno.
Pola gerak dalam filsafat sejarah ini sering digunakan sebagai kerangka kerja untuk
menganalisis dan memahami perkembangan sejarah manusia. Namun, perlu dicatat bahwa
tidak ada konsensus tunggal tentang pola gerak mana yang paling tepat atau relevan, dan
pandangan-pandangan ini terus berkembang seiring waktu dengan penemuan baru dan
interpretasi yang berbeda.
Makna sejarah
Sejarah memiliki makna yang dalam dimana tidak hanya Terbatas pada konteks peristiwa
empirik,melainkan makna sejarah secara kesuluruhan. Sejarah memiliki makna apabila ia
mencapai tujuan sesuai dengan prakonsepsi yang dimiliki Menurut cara pandang mazhab atau
aliran filsafat sejarah masing-masing (Hegelian, Matxist, dll.). Dimana dalam hal ini terdapat
4 ide yang mendukungnya yaitu
Pertama, ide tentang kemajuan. Ide tentang kemajuan merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan dalam sejarah kehidupan manusia. Ide tentang kemajuan dalam sejarah filsafat
telah ada sejak filsuf Yunani Kuno, Heraclitus, berpendapat bahwa realitas itu tidak tetap,
semuanya mengalir, (Reck, 1972: 185). Realitas tidak tetap dan terus mengalir menjadi
inspirasi bagi para filsuf abad ke-19, khususnya para filsuf sejarah. Mereka berpandangan
bahwa sejarah sebagai mana realitas pada umumnya bergerak terus-menerus dari masa lam-
pau ke masa kini dan akan menuju ke masa depan Konsep
Kedua, ide tentang waktu. Manusia dalam menjalani kehidupannya mengalami tiga
dimensi waktu, yaitu: waktu lampau, waktu sekarang dan waktu yang akan datang. Di antara
ketiga waktu itu, waktu sekarang menempati tempat istimewa sebab waktu yang sebenarnya
adalah waktu yang sekarang.Berdyaev, salah seorang filsuf sejarah, mengatakan bahwa
manusia dalam menyejarah menghayati waktu dalam tiga bentuk penghayatan. Pertama,
waktu yang dihadapi manusia dalam bentuk pergantian siang dan malam.Kedua, waktu
kesejarahan yang merentang antara masa lampau, sekarang, dan masa yang akan datang. Di
dalam waktu kesejarahan ada perubahan yang menuju kepada pembaruan atau sesuatu yang
baru. Waktu kesejarahan juga dapat dihitung secara matematis. Rentang waktu kesejarahan
dapat dihitung dalam dekade, abad, ataupun milenium. Walaupun waktu kesejarahan dapat
dihitung secara matematis, tetapi setiap peristiwa dalam waktu kesejarahan tidak pernah
terulang kembali.Ketiga, waktu eksistensial, yaitu waktu yang tidak terpengaruh oleh
perhitungan matematis. Waktu eksistensial ditentukan oleh intensitas penghayatan manusia
atas penderitaan dan kebahagiaan.
Ketiga, ide tentang kebebasan. Manusia dalam menjalani hi- dup kesejarahannya
memiliki suatu modal yang utama, yaitu kebebasan. Kebebasan berarti kemampuan untuk
memilih secara merdeka. Manusia dengan kebebasannya itu menciptakan dirinya secara
terus- menerus.Bagi Hegel, kebebasan berkaitan dengan sejarah. Sejarah dunia menyajikan.
perkembangan kesadaran Ruh dari kebebasannya dan aktualisasi yang dihasilkan oleh
kesadaran. Perkembangan ini meru- pakan sebuah proses secara bertahap, serangkaian
determinasi kebe- basan yang muncul dari konsep sejarah dunia. (Hegel, 1953:78).
Keempat, ide tentang makna masa depan. Makna sejarah terletak pada adanya
kemungkinan mewujudkan cita-cita di masa depan. Proses sejarah merupakan jalan agar pada
akhirnya tujuan luhur yang dicita-citakan terwujud. Para filsuf sejarah berpendapat bahwa
makna sejarah terdapat dalam kemampuan manusia untuk mempersiapkan masa depan. Para
ahli filsafat sejarah spekulatif berpendapat bahwa makna sejarah terdapat dalam kemampuan
manusia untuk meramalkan masa depan. Artinya perbuatan manusia yang saling mengait
antara masa lampau, masa kini ditujukan untuk menuju ke masa depan yang dicita- citakan
(Ankersmit, 1987: 372).
Tujuan Sejarah
Tujuan sejarah adalah untuk menyadari hakikat keterlibatan manusia baik Dalam sisi
yang jelek maupun yang baik dalam proses peradaban yang terjadi. Kesadaran akan
keterlibatan manusia dalam proses sejarah membawa Konsekuensi pada konsep diri yang
positif. Manusia dapat Mengulang dan mengembangkan pengalaman yang positif. Pada saat
yang Bersamaan, manusia dapat meminimalkan pengalaman yang negatif. Manusia Dapat
menempatkan dirinya sebagai subjek sekaligus objek sejarah. Untuk itu,Bagi manusia yang
bertanggung jawab tidak dapat mengelak dari posisinya Sebagai makhluk yang menyejarah.
Serta adapun filsafat Sejarah bertujuan untuk
• Menyelidiki sebab-sebab terakhir peristiwa sejarah agar dapat diungkap hakikat dan
makna terdalamnya.
• Memberikan jawaban atas pertanyaan, kemanakah arah sejarah, serta menyelidiki
semua sebab timbulnya perkembangan segala sesuatu.
• Membentuk visi sejarah seseorang agar menjadi luas dan mendalam; Membentuk
pikiran sejarah seseorang agar menjadi analitis, kronologis dan arif-bijaksana.
Membentuk dan menyusun isi, hakikat dan makna sejarah, sehingga mampu
menyusun pandangan Dunia untuk filsafat sejarah Dunia atau pandangan nasional
untuk filsafat sejarah Nasional Indonesia (Tamburaka, 1999: 142-143).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini,kami menyadari bahwa apa yang kami tulis
masih banyak terjadi kesalahan kesalahan,baik dari segi isi (materi) dan
sistematika penulisan.Olehnya itu,penulis meminta sumbangsi saran dan
pemikiran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini,sehingga
menjadi suatu bacaan yang dapat bermamfaat untuk setiap orang yang
membacanya.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, S., Pratama, R. A., & Perdana, Y. (2020). Gerak Laju Sejarah dalam Pandangan Filsafat
Karl Marx. Jurnal Artefak, 7(2).
Zed, M. (2018). Tentang konsep berfikir sejarah. Lensa Budaya: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu
Budaya, 13(1).
Zed, M. (2018). Tentang konsep berfikir sejarah. Lensa Budaya: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu
Budaya, 13(1).
Mestika Zed. (2010) Pengantar Filsafat Sejarah. Padang: UNP Press(hal 22-25)
Munir, Misnal. “Ide-Ide Pokok dalam Filsafat Sejarah.” Jurnal Filsafat 22.3 (2012):
273-299.
Zed, Mestika. “Tentang konsep berfikir sejarah.” Lensa Budaya: Jurnal Ilmiah Ilmu-
Ilmu Budaya 13.1 (2018).
SINDANG: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Kajian Sejarah, Vol. 4, No. 1 (Januari-Juni
2022): 1-10.