KELOMPOK 1
RUDI FITRA
NURHAMIZA
PEDIDIKAN SEJARAH
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebangkitan Nasional adalah masa di mana bangkitnya rasa dan semangat persatuan,
kesatuan dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia yang
sebelumnya tidak pernah muncul selama masa penjajahan. Dalam masa ini muncul sekelompok
masyarakat Indonesia yang menginginkan adanya perubahan karena penindasan dan penjajahan.
Kebangkitan nasional Indonesia ditandai dengan berdirinya organisasi Budi Utomo. Tanggal
kelahiran Budi Utomo dianggap sebagai mulainya kebangkitan nasional karena menggunakan
strategi perjuangan yang baru dan berbeda dengan perjuangan sebelumnya.selain itu juga
munculberbagi organisasi lainnya seperti: Gerindo, Partai Sarekat Islam,PBI dan PPPKI, tujuan
dari organisasi- organisasi tersebut adalah untuk mencapai Indonesia merdeka.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan awal lahirnya gerindo dan perkembangannya?
2. bagaimana perkembangan perkembangan budi utomo dari tahun 1927-1942 Budi
Utomo?
3. bagaimana perkembanganPartai Sarekat Islam
4. bagaimana perkembangan dan masalah yang dihadapi PBI dan PPPKI
BAB II
PEMBAHASAN
Perkembangan organisasi pergerakan kebangsaan Indonesia tahap II (1927-1942)
Gerindo
Melihat fenomena tersebut, para bekas anggota Partindo berketetapan hati untuk
mengubah asas perjuangan mereka dari nonkoperasi ke kooperasi. Mereka berniat mendirikan
partai kooperator baru. Pada pertengahan bulan Mei 1937 di Jakarta dibentuk sebuah komite
pendiri partai baru. Akhirnya, tanggal 23 Mei 1937 diJakarta didirikan partai baru bernama
Gerakan Rakyat Indonesia “Gerindo”. Sebagai pengurus partai adalah Adnan Kapau Gani
(Ketua), Mansyur (wakil Ketua), Ipih Asmara Hadi (sekretaris merangkap bendahara).
Dengan lahirnya Gerindo, partai sayap kiri pergerakan nasional dengan wajahnya yang
baru, yaitu kooperasi, berjalan lagi. Asas Gerindo yaitu kebangsaan –kerakyatan. Gerindo
berjuang untuk mencapai kemerdekaan nasional. Asas kebangsaan Gerindo tidak didasarkan atas
dasar “satu darah, satu turunan”. Asas kerakyatan (demokrasi) dari Gerindo adalah demokrasi
dalam berbagai lapangan masyarakat yaitu demokrasi politik, demokrasi ekonomi, dan
demokrasi sosial. Menurut Gerindo, yang menjadi pedoman partai adalah asas dan tujuan partai.
1
Djoened Poesponegoro Marwati, 2008, Sejarah Nasional Indonesia,Jakarta, Balai Pustaka Hlm 378
Setiap anggota harus tunduk pada aturan partai. Jalan untuk mencapai tujuan adalah (a).
Membimbing rakyat sampai mencapai tingkat keinsafan politik, ekonomi, dan sosial. (b).
Menyusun kekuatan rakyat diluar dan didalam dewan-dewan.
2. Perkembangan gerindo
Lahirnya Gerindo disambut gembira oleh para bekas anggota Partindo. Dalam waktu
singkat mereka mendirikan cabang-cabang. Cabang-cabang Gerindo tersebar hampir merata
diseluruh Indonesia. Pada umumnya suatu cabang Partindo secara otomatis menjadi cabang
Gerindo. Pemerintah kolonial masih berusaha untuk menghambat perkembangannya. Kecurigaan
pemerintah terhadap para mantan anggota partindo tidak hilang sehingga ada beberapa rapat
pendirian cabang Gerindo dibubarkan.
Aktivitas dibidang politik pertama kali ditunjukkan dengan sikapnya terhadap Petisi
Sutarjo, Gerindo menyokong bagian petisi yang menuju komferensi imperial dimana utusan-
utusan Belanda dan Indonesia yang mempunyai hak sama untuk memusyawarahkan kedudukan
Indonesia. Kemudian, sehubungan dengan pecahnya perang antar Jepang dan Tiongkok, Gerindo
menganjurkan kepada anggota khususnya dan rakyat Indonesia umumnya untuk membantu
bangsa Tionghoa di Indonesia. Gerindo dalam manifesnya menyatakan sikapnya yang
antifasisme.
2
Djoened Poesponegoro Marwati, 2008, Sejarah Nasional Indonesia,Jakarta, Balai Pustaka Hlm 379
Dalam hal ini Gerindo disebut sebagai partai baru dimana partai ini mengadakan kongres
diantaranya:3
3
Pringgodigdo, 1991, sejarah pergerakan rakyat Indonesia,: Jakarta Dian Rakyat. Hlm 116- 1117
4
Djoened Poesponegoro Marwati, 2008, Sejarah Nasional Indonesia V,Jakarta, Balai Pustaka Hlm 380
Sehubungan dengan rencana pembentukan badan federasi baru Gabungan Politik
Indonesia (GAPI), Gerindo ikut serta dalam rapat dan masuk menjadi anggota. Setelah
pemberlakua negara dalam keadaan perang pada tanggal 11 mei 1940, suasana pergerakan sepi.
Gerindo menunda perjuangannya dibidang politik dan semua kegiatannya dcurahkan dilapangan
ekonomi dan sosial.
Budi Utomo
sesuai dengan keptusan yang diambil dalam bulan april 19301, yaitu supaya budi utomo
di buka bagi semua glongan bangsa Indonesia, maka di kongres yang dadakan dalam bulan april
di Jakarta perkumpulanitu mengubah anggran dasarnya sehinga semenjak itu perkumpulan
tersebut terbuka bagi semua golongan banga Indonesia . ejaan namanya di ubah menjadi Budi
Utama. Sangat pesatya pengaruh aliran persatuan Indonesia dalam kalangan BU. Yang antara
lainnya menimbulkan cita-cita pemusatan tenaga kebangsaan dengan cara lebih sempura,
ternyata pula pada keputusan kongresitu akan memperdapat satu ada persatuan. ( fusi ) dengan
perkumpulan lain-lain. Yang juga berdasaran koperasi, untuk mencapai ini pengurus besar BU
diserahi pekerjaan supaya bermusyawarat dengan perkumpulan yang lain-lain itu (sesudah
merancang anggaran dasar yang perlu untuk badan persatuan itu) dan supaya memberikan
rencana tentang hasil kerjanya pada rapat tahun yang akan diadakan di dalam tahun 1932.
Di konferensi yang diadakan dalam bulan desember 1932 di solo, di beritahukan bahwa
disetujui adanya suau badan persatuan, terdiri dari organisasi-organisasi yang anggotanya
hanyalah bangsaindonesia semeta-mata. Tujuanya ialah berusaha mencapai Indonesia merdeka.
Badan persatuan itu umumya akan bersifat koperasi, tetapi kadang-kadang dapat terjadi bahwa
terhadap suatu hal akan diambilsikap non-koperasi.
Selanjutnya BU pada kongrs itu mengambil keputusan sebelum adanya badan persatuan u
akan bekerja sebaik-baiknya dalahal urusan perbaikan bagi orang-orang yangsudah kena
hukuman penjara ( reclassering )didalam daftar usaha-usaha yang akan dijalankan dengan
secepat-cepatnya di muat terutama raangan-rancangan untuk mendirikan kursus-kursus dalam
lapangan ilmu pengetahuan, kebudayaan dan sosial, selanjutnya diadakan panitia penasehat bagi
urusan pengajaran.
Dikonperensi yang diadakan di bulan desember 1932 di solo di ubah juan Budi Utomo
dengan cara radikal sejak itu ia akan berusaha mencapai Indonesia merdeka. Ia meperingati
usianya 25 ahun di kongresnya yang ke 32 yang diadakan di solo pada 3-5 juni 1933. Sebab ialah
partai yang tertua, maka dngan memperingati ini teperingatilah pula 25 tahun usianya seluruh
perrakan bangsa Indonesia. Ketika itu BU mempunyai kira-kira 1.750 anggota, oleh beberapa
cabang di peringatilah hal itu sudah pada tanggal 21 mei bersama-sama dengan aksi serentak
yang diadakan oleh P.P.P.K.I yang dipergunakan juga untuk menentang pembatasan hak
berserikat dan berkumpul. Di dalam kongres itu di bicarakan pula tindakan-tindakan untuk
memajukan pertanian dan peternakan dengan jalan mengadakan perkumpulan-perkumpulan
kaum tani.
Konperensi di solo pada 25 mei 1935 mengambil keputusan akan mengadakan
badapersatuan yang suadah di setujui adanya itu semenjaktahun 1931, dengan partai yang lain-
lain, yang bersaman tuuannya atau hampir bersamaa. Badan persatua itu, partai Indonesia raya,
terdirilah dalam bulan desember tahun 1935.5
Budi Utomo baru terbuka bagi seluruh penduduk Indonesia sesudah kongres pada bulan
Desember tahun1930. Ditijau 10 tahun pertama perkembangan Budi Utomo, adanaya sikap yang
lunak di kalangan priyayi dalam menghadapi perubahan social yang terjadi di Indonesia pada
abad ke – 20. Pada tingkat pertama samar- samar Budi Utomo mengemukakan keinginan
golongan yang telah berpendidikan tentang kemajuan nasional dan budaya. Kemudian
pendidikan dipusatkan kepada pendidikan secara Barat yang dianggap satu-satunya jalan untuk
mencapai promosi bagi golonan priyayi rendahan didalam jenjang ke pegawai kolonial.
Keinginan untuk pendidikan yang lebih tertinggi sejajar dengan munculnya golongan menengah
pribumi dan usaha –usaha ke arah kemakmuran ekonomi. Usaha- usaha memajukan
kesejahteraan social di kalangan pribumi makin luas dijadikan di daerah- daerah dan usaha-
usaha di bidang ekonomi mulai berubah menjadi berpolitik.
Perubahan itu sendiri mungkin sekali disebabkan tidak adanya program politik yang
nyata, tidak adanya pemimpin tunggal yang berwibawa seperti partai- partai lain, dan tidak
adanya dana. Lain dari pada itu anggota Budi Utomo mengakui bahwa mereka mempunyai harap
baik bagi masa depannya karena itu tidak berani menangung resiko. Tidak dapat dipungkiri
bahwa Budi Utomo sebagai organisasi golongan, mencerminkan kemampuannya yang luar biasa
untuk melindung dirinya. Seperti pernah dikatakan oleh Dwidjosewojo sebagi jawaban kepada
dr. Tjipto S Mangunkusumo “ bertindak tenang dan lunak merupakan sifat Budi Utomo”.
5
Pringgodigdo, 1991, sejarah pergerakan rakyat Indonesia,: Jakarta Dian Rakyat. Hal 118-119
Karakteristik semacam itu memeng sudah merupakan naluri yang dalam berakar didalam budaya
Jawa.6
1. PBI
Sejarah dari PBI (Persatuan Bangsa Indonesia) dapat kita lihat lebih dari Indonesische
Studieclub (lSC). Pada awalnya merupakan sebuah perkumpulan kaum terpelajar yang bekerja di
Surabaya saja, kemudian mempunyai pengaruh cukup luas. Satu tahun setelah berdiri,
mengadakan Interinsulaire Vag atau Hari Nusantara di Surabaya, yang merupakan pertemuan
besar antara berbagai suku bangsa, seperti Jawa, Madura, Sumatera, Bali, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, dll. Tujuan utamanya adalah menyebarluaskan prinsip-prinsip persatuan dan solidaritas
Indonesia. Dr. Sutomo adalah perintis Indonesische Studie Club. Untuk mempertegas idenya
tentang Indonesische Vereniging, pada 1925 Sutomo keluar dari Budi Utomo.
Pada tanggal 16 Oktober 1930, ISC mengadakan reorganisasi, dan mengubah namanya
menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Latar belakang reorganisasi ini adalah tekanan
yang makin kuat dari pihak pemerintah Hindia Belanda terhadap organisasi-organisasi non-
kooperatif dan kesadaran akan kebangsaan semakin kuat. Anggaran dasar organisasi diubah,
sehingga anggota organisasi tidak lagi terbatas pada kaum terpelajar, tetapi juga kepada
masyarakat umum. Dalam anggaran dasar dicanturnkan pula bahwa PBI bertujuan mencapai
kebahagiaan yang sempurna bagi tanah air dan rakyat Indonesia atas dasar nasionalisme
6
Djoened Poesponegoro Marwati, 1993, Sejarah Nasional Indonesia V,Jakarta, Balai Pustaka Hlm 182- 183
Indonesia. PBI berpendapat rakyat Indonesia telah sadar akan kedudukanya dan mempunyai
hasrat kuat memperbaiki kedudukanya. Program kerja PBI PBI sendiri menekankan pemberian
perlindungan, penerangan, dan pimpinan. Pada tahun 1935, bersama-sama dengan Budi Utomo ,
PBI menjelma menjadi Partai Indonesia Raya (Parindra) dengan dr. Sutomo sebagai ketuanya.
Jadi Parindra merupahan hasil fusi antara Budi Utomo dengan FBI.7
2. PPPKI
Sebagai Organisasi yang berasal dari kumpulan organisasi besar maupun kecil. PPKI
melakukan berbagai aktivitas sebagai berikut:
7
Kartodirdjo, Sartono, 1992 Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
4. Membentuk dana untuk membiayai propaganda Indonesia di luar negeri dan dalam
negeri.
5. Berusaha mempersatukan dan memperkuat haluan aksi kebangsaan terutama
menggalang kekuatan dan kekuasaan ke dalam.
6. Untuk menghindari perslisihan paham antar tubuh federasi, maka tidak akan
membicarakan masalah non kooperasi, keagamaan, asas perhimpunan, dan
sebagainya yang dapat menimbulkan perpecahan.
7. Keputusan yang diambil dengan suara bulat mengikat semua anggota federasi,
sedangkan apabila keputusan yang diambil tidak dengan suara bulat dijalankan hanya
atas nama partai yang menyetujui.
Pembentukan organisasi PPPKI sebagai ide persatuan sejak awal mengandung benih-
benih kelemahan dan keretakan. Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan keretakan
tersebut, yaitu:
PPKI tidak memiliki asas dan dasar yang sama. Ada yang berasas agama, asas kebangsaan dan
kedaerahan.8
Tahun 1927 merupakan tahun terakhir dari masa transisi PSI untuk menciptaka stuktur
partai yang kuat. Pada tahun 1928 dan 1929 pemimpin-pemimpin PSI merasa khawatir atas
dominasi partai nasional Indonesia (PNI) dalam gelenggang politik. Usaha PSI untuk
mengorganisasi kembali itu ternyata tidak mampu mencegah kemundurannya yang berjalan terus
secara pelan-pelan.
8
Kartodirdjo, Sartono, 1992 Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
PSI sebagai anggota badan federasi PPPKI, lambat laun tidak senang terhadap badab
federative itu. Dalam kongres PPPKI Mohammad Husni Thamrin menyatakan sangat keberatan
terhadap sikap PSI cabang Batavia yang menolak ikut serta dalam rapat-rapat protes PPPKI
terhadap poenale sanctie yang dilaksanakan bulan September 1929 . menggapi kritik itu PSI
mengancam akakn keluar dari PPPKI. Kemudian, salah satu keputusan kongres PSI tahun 1930
adalah mengubah nama partai menjadi partai sarikat islam (PSSI). Perubahan itu dilakukan untuk
menunjukkan, seperti juga partai-partai laiinya, sama berbakti kepada pembentukan Negara
kesatuan Indonesia.9
Dalam tahun 1931 komite mengadakan suatu kongres Al-islam untuk mempertahankan
kepentingan-kepentingan islam. P.S.I.I mengalami ganjaran dari pada aksinya itu dengan
bertambah anggotanya dalam tahun 1931 dengan kira-kira 23.000 dengan perantara pelajar-
pelajar Indonesia pada universitas Azhar di Kairo. P.S.I.I dapat pula mengadakan perhubungan
dengan politik-politik islam di sana.
Pada akhir tahun 1931 P.S.I.I mengadakan kongresnya yang membicarakan hal-hal yang
bersangkut dengan timbulnya krisis ekonomi semenjak penghabisan tahun 1939, yaitu antara lain
rancangan-rancangan pemerintah tentang penghentian belanja di negeri dan maksud pemerintah
hendak memperhentikan banyak pegawai sekaligus berhubungan dengan penghematan itu.
Pada 11 dan 18 desember 1932 rapat diadakan kembali untuk membicarakan program-
program keritis yang suadh di susun oleh pengurus partai dan undang-undang tentang sekolah
liar( yaiti sekolah partikulir yang tak dapat sokongan dari pemerintah) aturan tentang sekolah liar
itupun juga jadi soal hangat yang dieprhatikan segenap lapisan pergerakan .
9
Djoened Poesponegoro Marwati, 2008, Sejarah Nasional In donesia,Jakarta, Balai Pustaka hal345
Dalam bulan maret 1933 P.S.I.I mengadakan kongres antara lain di bicarakan dalam
kongres ini ialah : perlunya penghapusan undang-undang perkawinan antara orang islam dan
daya upaya yang perlu untuk memajukan kesentosaan kaum tani, ( menyerahkan kepada
penduduk tanah-tanah hutan yang bekan persediaan kehutanan, menghentikan pemberian tanah
erfpah , tidak memperpanjang tentang hak tanah erfpah yang telah diberikan, mengambil kembali
tanah =-tanah erfpah yang belum diusahakan, mendirikan kembali perkumpulan-perkumpulan
kaum tani supaya dapat mengadakan perusahan-perusahaan bersama-sama). P.S.I.I aksi nya yang
bertambah keras itu meyebabkan ia lebih di gemari orang. Ketika berkongresnya itu jumlah
anggotanya ada kira-kirav 30.000. tetapi perselihan antara sam anggota pengurus besar partai itu.
( tjokrominoto dan Agus Salim lawan Dr. Sukiman dan Surjopranoto) menimbulkan perpecahan
dalam badan P.S.I.I di pimpin oleh Dr.Sukiman yang pada akhir tahun 1933 di pecat dari P.S.I.I
dan orang-orang keluar dari P.S.I.I itu mendirikan di Yogyakarta partai islam Indonesia (parri).10
Partai ini bertujuan kearah perkembangan yang harmonis dari nusa dan bangsa atas dasar agama
islam. Perselisiahan dalam tubuh partai terus bertambah ketua partai menghendaki agar PSII
bekerja sam dengan pemerintah Agus Salim meragukan kegunaan nonkorepasi pada tanggal 7
maret H,. Agus Salim itu mengakibatkan perpecahan dalam pimpinan PSSI. Waktu sebelum dan
sesudah kongres tahun 1935 kedua aliran saling memberontak. H.Agus Salim terpilih sebagai
ketua dewan partai. Lawannya H.Agus Salim adalah Abikusno Cokrosuyoso dan S.M
Kartosuwiryo. Akan tetapi H.Agus Salim meutuskan untuk mengundurkan diri sebagai ketua
partai.
10
Pringgodigdo, 1991, sejarah pergerakan rakyat Indonesia,: Jakarta Dian Rakyat. Hal 125
Kongres ke 23 di bandung 19-25 1937 memutuskan mencaburt pemecatan atas diri
anggota tahun 1933 yang keluar dari PSII dan mendirikan partai PARRI, mereka di beri
kesempatan untuk kembali ke PSSI. Pada tanggal 17 september 1937 PSII berstu kembali, akan
tetapi,perdamaian dengan dolongan Yogyakarta ( dr. Sukiman ) tidak berlangsung lama, setelah
kongresnya di Surabaya mereka keluar dari PSSI karena tidak setuju dengan politik PSSI. Pada
tanggal 6 desember 1938 di solo didirikan partai baru bernama partai islam Indonesia PII oleh
bekas anggota PARII, menurut anggaran dasar tujuan PII adalah mempersiapkan rakyat
Indonesia untuk menerima kedudukan islam dan pengkitutnya yang sempurna yang bertujuan
mempeerat ikatan persaudaraan diantara orang-orang islam . ketua PII adalah R.M Wiwoho
partai ini bergabung dengan gabungan politik Indonesia (Gapi). Program perjuangannya bahwa
PII hendak mengadakan sebuah Negara kesatuan Indonesia, di perintah oleh suatu pemerintah
pusat. Orang yang duduk dalam pengurus besar di samping Wiwoho adalah Dr. Sukiman, K,B
Hadikusumo, Wali Alfatah dll.
Dalam kongres PSSI di Palembang bulan januari 1940, antara lain di putuskaan
menyetujui pemecatan atas diri ketua muda dewan partai S.M Kartosuwiryo, sebab pemecatan
ini ialah karena Kartosuwiryo dan beberapa temannya bantahannya dengan cara yang di pandang
tiak baik terhadap perbuatan PSII menggabungkan diri dalam Gapi. Demikianlah berdiri PSII
kedua, bendera dan nama PSII di pakai. Partai ini mempunyai anggran dan dasar yang sama,
dalam kelompok ini sudah di mulai tampak cita-cita teokratis islam yang kelak akan menjadi
dasar dari perjuangan darul islam Kartosuwiryo.11
11
Djoened Poesponegoro Marwati, 2008, Sejarah Nasional In donesia,Jakarta, Balai Pustaka hal345
BAB III
KESIMPULAN
Kartodirdjo, Sartono, 1992 Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Djoened Poesponegoro Marwati, 1993, Sejarah Nasional Indonesia V,Jakarta, Balai Pustaka