Dosen Pengampu :
1. Dr. Maria Montesori, M.Ed., M.Si.
2. Dr. Hasrul, M.Pd.
Disusun Oleh :
1. Elfia Sutriani (22230016)
2. Tiara Wulandari (22230022)
PEMBAHASAN
Francis Bacon melihat ilmu atau filsafat sebagai salah satu hasil pemahaman atau
belajar manusia melalui pemikiran. Berdasarkan objeknya, ilmu atau filsafat dibedakan
menjadi tiga kelompok, yaitu; 1) Filsafat Tuhan (de Numine) atau teologi Rasional/alamiah,
2) Filsafat Alam dan 3) Filasafat manusia. Teologi alamiah merupakan pengetahuan tentang
Tuhan yang dapat diperoleh melalui cahaya alam dan perenungan tentang hal-hal yang
diciptakan oleh Tuhan, yang mengungkapkan tentang adanya Tuhan dan sifatNya, serta
ditambah dengan ajaran tentang malaikat-malaikat dan roh (doctrina de angles et spiritibus)
(Redja Mudyahardjo, 2010).
Dorongan ingin tahu (curiosity) sebagai hasrat alamiah manusia merupakan entry
point bagi lahirnya segala ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, kelahiran ilmu pengetahuan
akan selalu diawali oleh rasa keingintahuan manusia akan segala sesuatu. Apa yang
diketahui manusia disebut pengetahuan. Ilmu yang mengkaji pengetahuan manusia disebut
Filsafat Pengetahuan (Epistemology atau Theory of Knowledge) (Suharto, 2020).
Kunto Wibisono mengatakan ilmu ini lahir semenjak Immanuel Kant (1724-1804
M) menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang menunjukkan batas-batas dan
ruang lingkup pengetahuan secara tepat. Ilmu ini sebagai kelengkapannya mempunyai
empat sarana untuk mengkaji pengetahuan manusia, yaitu bahasa, logika, matematika dan
statistika. Bahasa digunakan untuk menyampaikan isi pikiran kepada orang lain dengan
didasarkan pada proseslogika deduktif dan induktif. Matematika berperan membantu
berfikir deduktif, sedangkan statistika berperan membantu berfikir induktif (Thaha, 1996).
Ilmu sebagai hasil atau produk berupa pengetahuan sistematis, ilmu dipahami
sebagai seluruh kesatuan ide yang mengacu ke obyek (dunia obyek) yang sama dan saling
berkaitan secara logis. Ilmu, karena itu, dipandang sebagai sebuah koherensi sistematik,
dengan prosedur, aksioma, dan lambang–lambang yang dapat dilihat dengan jelas melalui
pembuktian-pembuktian ilmiah. Ilmu memuat di dalam dirinya hipotesis-hipotesis
(jawaban-jawaban sementara) dan teori-teori (hipotesis-hipotesis teruji) yang belum mantap
sepenuhnya. Ilmu sering disebut pula sebagai konsep pengetahuan ilmiah karena ilmu harus
terbuka bagi pengujian ilmiah (pengujian keilmuan).
Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional kognitif, dengan berbagai
metode berupa anek prosedur dan tata langkah, sehingga menghasilkan kumpulan
pengetahuan yang sitematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan, dan
keorangan untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan
penjelasan, atau penerapan.
c. Tomas S Kuhn
d. Jurgen Habermas.
Pandangan Jurgen Habermas tentang klasifikasi ilmu pengetahuan sangat terkait
dengan sifat dan jenis ilmu, pengetahuan yang dihasilkan, akses kepada realitas, dan
tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Dalam hal ini Ignas Kleden menunjukkan tiga
jenis metode ilmiah berdasarkan sifat dan jenis ilmu seperti terlihat dalam bagan
berikut :
Jika dilihat dan ditinjau dari hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam memiliki beberapa
hakikat. Sebagai berikut.
Produk yang dimaksud segala sesuatu yang mempelajari tentang fakta, hukum,
konsep, konsep dan teori. Dimana produk tersebut dicari untuk memahami dan
menjelaskan alam dan segala fenomena yang ditampakkan.
Seperti yang kita tahu bahwa jenis ilmu pengetahuan satu ini mempelajari tentang
peristiwa alam. Saat mempelajari sebuah peristiwa, pasti berdasarkan pada proses
ilmiah. Bentuk proses yang dimaksud di sini memang ada banyak sekali bentuknya,
ada yang berbentuk observasi, interpretasi, klasifikasi, prediksi, hipotesis dan masih
banyak lagi.
Sementara yang dimaksud sebagai sikap disini menonjolkan pada sikap ilmiah yang
mana manusia memiliki rasa penasaran tinggi. Berawal dari rasa penasaran tinggi
inilah yang akan mencari solusi. Hasil solusi itulah yang nantinya dapat menciptakan
sebuah sikap.
Sebab, biologi sebagai ilmu telah memenuhi syarat menjadi ilmu pengetahuan, yaitu
memiliki obyek kajian, metode ilmiah yang sistematis, bersififat obyektif, analitik,
universal, dan dapat diverifikasi.
Ilmu sosial adalah cabang ilmu yang memiliki turunan cabang ilmu seperti cabang ilmu
sastra, bahasa, ilmu hukum, ekonomi (termasuk manajemen & perdagangan), ilmu
sosiologi dan ilmu hubungan internasional
Sementara yang disebut dengan ilmu pengetahuan budaya adalah cabang ilmu yang
mempelajari tentang kebudayaan. Kita tahu bentuk kebudayaan di Negara kita sangat
beragam, dan tiap budaya memiliki pesan dan nilai sentimentilnya.
Tujuan dari pengetahuan budaya tidak lain memberikan pemahaman dan mencari makna
yang bersifat manusiawi. Setiap kali kita mempelajari tentang ilmu budaya, kita akan
menemukan peristiwa dan realitas yang unik.
Batasan dari ilmu pengetahuan budaya meliputi ilmu filsafat dan kesenian. Keduanya jika
dibedah lagi, akan dibagi-bagi lagi menjadi bidang keahlian lain, misal pada kesenian dan
seni tari, seni rupa, seni musik dan masih banyak lagi.
Ilmu pengetahuan agama adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang ketuhanan. Ada
banyak sub cabang ada agama islam, agama kristen protestan, agama katolik, agama hindu
agama Kong Hu Cu dan agama budha.
Ilmu pengetahuan sastra adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang seni. Cabang ilmu
satu ini ternyata cukup tua dan sudah dipelajari sejak zaman Yunani Kuno. Ilmu
pengetahuan sastra itu sendiri memiliki tiga cabang yang dapat kamu pelajari, yaitu cabang
ilmu sastra, sejarah sastra dan kritik sastra.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan
dengan
metode tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis itu mendatangkan pengetahuan yang
sistematis. Oleh karena itu ciri dari ilmu adalah empiris, sistematis, obyektif, analitis, dan
verifikatif.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara
mendadak, melainkan terjadi secara bertahap dan evolutif. Oleh karena untuk
memahami sejarah perkembangan ilmu harus melakukan pembagian atau klasifikasi
secara periodik, karena setiap periode menampilkan ciri khas tertentu dalam
perkembangan ilmu pengetahuan. Periodisasi perkembangan ilmu itu bisa dibagi
kedalam enam zaman yakni zaman Pra Yunani Kuno, Yunani Kuno, Abad Pertengahan,
Renaissance, Modern, dan Kontemporer.
3. Klasifikasi atau penggolongan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan atau
perubahan sesuai dengan semangat zaman. Para filsuf menggolongkan ilmu pengetahuan
berbeda-beda.
4. Strategi pengembangan ilmu bagi Bangsa Indonesia yang paling tepat yaitu visi dan
orientasi filosofik ilmu harus diletakkan pada nilai-nilai Pancasila di dalam menghadapi
masalah-masalah yang harus dipecahkan sebagai data/fakta obyektif dalam satu
kesatuan integratif. Sedangkan visi dan orientasi operasionalnya diletakkan pada tiga
dimensi yakni teleologis, etis, dan integral.
Saran
Upaya untuk mendalami sejarah dan strategi perkembangan ilmu adalah lewat
pemberian mata kuliah filsafat ilmu pada semua tingkat pendidikan tinggi baik Diploma,
Sarjana, maupun Magister, sebab mahasiswa adalah calon-calon ilmuwan yang akan
mengembangkan ilmu, supaya dalam perkembangan ilmu tidak terjerumus ke hal-hal
yang
tidak diharapkan oleh manusia itu sendiri. Para ilmuwan harus taat asas dan patuh pada
norma-norma keilmuan, dan juga ilmuwan harus dilapisi moral dan akhlak, baik moral
umum yang dianut oleh masyarakat atau bangsanya maupun moral religi yang dianutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Amsal Bakhtiar. 2008. Filsafat Ilmu (edisi revisi). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Bertens, K., Ringkasan Sejarah Filsafat, Kanisius, Yogyakarta, 1988. Cetakan keenam.
Daoed Joesoef, ‘Pancasila Kebudayaan dann Ilmu Pengetahuan’, dalam Pancasila Sebagai
Orientasi Pengembangan Ilmu, Editor Soeroso Prawirahardjo, dkk., PT
Badan Penerbit Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, 1987.
Rizal Mustansyir, ‘Sejarah Perkembangan Ilmu’ dalam Filsafat Ilmu, Tim Dosen Filsafat
Ilmu Fak Filsafat UGM, Liberty bekerja sama dengan YP Fakultas Filsafat
UGM, Yogyakarta, 1996
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer, 1996, Jakarta: Sinar Harapan