PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
pada tahun 1511 Albuquerque menaklukkan Malaka (Raffles, 2008: xvii). Disusul
oleh kedatangan bangsa Eropa lainnya seperti Spanyol, Inggris, dan Belanda.
Orang-orang Belanda lah yang paling lama menduduki Nusantara dan mereka
tersebar hampir di seluruh wilayah Nusantara. Mereka yang pada awalnya hanya
sepenuhnya.
Orang-orang Belanda yang datang pertama kali pada bulan Juni tahun
pelabuhan lada terbesar di Jawa Barat (Ricklefs, 2007: 38). Kedatangan mereka
tidak disambut dengan baik di Banten karena berseteru dengan Portugis dan
Pulau Jawa dan tiba di Sidayu. Di sana sempat terjadi insiden antara awak kapal
pribumi. Setelah kejadian itu mereka banyak kehilangan awak kapal, tetapi
39).
1
2
Pada tahun 1598 sebanyak 22 buah kapal milik lima perusahaan berbeda
pimpinan Jacob van Neck pertama kali tiba di Maluku pada Maret 1599. Mereka
disambut dengan baik, dan kembali lagi ke Belanda pada 1599-1600 dengan
sebuah Perserikatan Maskapai Hindia Timur atau yang dikenal dengan nama
berpendapat bahwa tempat tersebut tidak cukup baik untuk tempat tinggal tetap
sehingga mereka pindah ke Batavia, yang kemudian pada tahun 1621 dijadikan
kembali berkibar di Batavia (Raffles, 2008: xviii). Dari tahun ke tahun VOC
sama dengan kerajaan-kerajaan tersebut digunakan agar tujuan untuk ikut serta
yang telah meninggal atau disebut juga dengan pekuburan. Sebuah pemakaman
mempunyai peran sebagai persembahan untuk orang yang meninggal itu sendiri,
keluarga dan juga kerabat yang ditinggalkan sebagai bagian dari sejarah untuk
sebutan kerkop. Kata tersebut berasal dari bahasa Belanda kerkhof. Secara
harafiah, kerk berarti gereja (Moeimam dan Steinhauer, 2008: 511) dan hof berati
taman (Moeimam dan Steinhauer, 2008: 436), istilah tersebut digunakan untuk
pemakaman yang terletak di halaman gereja dan secara umum dapat diartikan
sebagai makam atau pekuburan (Moeimam dan Steinhauer, 2008: 511). Makam
Belanda terkesan lebih megah, dan memiliki hiasan serta ornamen yang raya bila
Speelwijk Banten yang berdiri tahun 1686 (Rahardjo, 2011: 57). Kemudian,
4
makam Belanda Kebon Jahe Kober di Batavia yang diresmikan pada tahun 1795
(http://www.dodenakkers.nl/artikelen/buitenland/733-peneleh.html?start=1)
Soerabaja dengan luas wilayah 4,5 ha. Makam tersebut diresmikan pada tahun
1847 dan terletak di Jalan Peneleh Surabaya. Makam ini dibangun karena
(http://www.dodenakkers.nl/artikelen/buitenland/733-peneleh.html?start=1)
variasi baik dari sisi ragam hias, bentuk maupun bahan. Variasi ragam hias pada
makam tersebut antara lain berupa simbol kekristenan, angels, tengkorak, dan
papan (slab), balok, dan silinder. Selain itu, bahan nisan yang digunakan juga
cukup bervariasi, yang banyak dijumpai adalah nisan dengan bahan marmer,
bata, dan logam. Pada saat ini, kondisi Makam Belanda Peneleh dalam keadaan
kurang terawat, bahkan ada beberapa nisan yang sudah rusak dan hilang.
Selain Merkus juga dimakamkan seorang pendeta ordo Yesuit di Surabaya yaitu,
Martinus van den Elzen. Kemudian, satu kelompok makam untuk menguburkan
54 orang biarawati Ursulin, satu liang kubur untuk Mr. S. van der Tuuk seorang
Neubronner van der Tuuk seorang pakar linguistik. Selain itu, terdapat pula
5
Lalu, makam Letnan Satu Artileri J. Welter, juga makam Letnan Kolonel Artileri
merupakan salah satu kota penting yang dikelola oleh pemerintahan Hindia
fungsi tidak diperlukan karena fungsi nisan kubur sejak semula hingga sekarang
sudah jelas, yaitu sebagai tanda adanya jenazah yang dikubur di tempat itu. Di
dalam budaya barat, batu-batu nisan juga memuat informasi tentang peran
mereka semasa hidup. Batu nisan dapat dipandang sebagai buku kenangan atau
seseorang mencapai usia senja dan tidak lagi aktif dalam jabatannya. Tema
yang dipilih atau tertulis pada nisan biasanya adalah tema yang paling disukai
oleh orang yang telah meninggal tersebut semasa hidupnya (Suratminto, 2007:
1).
Menurut Fagan (1975: 7) dan Sharer & Ashmore (1979: 11), Arkeologi
adalah ilmu yang mempelajari keadaan sosial budaya masa lalu melalui
aspek-aspek kehidupan masa itu. Dalam hal ini, nisan merupakan tanda kubur
yang memuat banyak informasi mengenai si mati baik dari segi identitas hingga
ragam nisan yang ada di makam Belanda Peneleh Surabaya, maka diperoleh
Peneleh Surabaya, dan tidak ada deskripsi mengenai tipologi nisan yang
Makam Belanda Peneleh saat ini yang cukup memprihatinkan karena kurang
-“Teks pada Batu Nisan Baron van Imhoff dilihat Melalui Analisis Semiosis
mengenai batu nisan Gustaaff Willem Baron van Imhoff yang terdapat di
semiosis mikro dan makro. Melalui analisis tersebut, dapat diketahui pada
teks batu nisan Baron van Imhoff menunjukkan bahwa data verbal dan
Imhoff.
-“Abreviasi dan Akronim pada Batu Nisan Masa VOC di Batavia” pada
sistem ejaan yang tidak konsisten, pergeseran makna kosa kata dan juga
Pada tahun 2009 menjelaskan tentang beragam bentuk yang ada pada
apa saja yang ada pada nisan. Selain itu, nisan-nisan tersebut juga dilihat
berdasarkan ragam hias dan letak inskripsi pada nisan. Dalam skripsinya
disebutkan beberapa jenis bentuk nisan dan ragam hias yang terdapat di
nisan bentuk papan (slab), nisan bentuk balok, nisan bentuk silinder, nisan
bentuk bangunan, nisan bentuk buku, nisan bentuk salib, dan nisan bentuk
bintang.
D. BATASAN PENELITIAN
1. Batasan Wilayah
2. Batasan Kajian
Batasan kajian dalam penelitian ini adalah kajian tentang bentuk dan
ragam hias nisan. Data pokok berupa variasi ragam hias, bentuk, dan bahan
nisan yang terdapat pada makam Belanda Peneleh Surabaya. Melalui ragam
hias nisan yang ada akan diperoleh makna dari masing-masing ragam hias
tersebut.
E. METODE PENELITIAN
penalaran induktif, yaitu penalaran yang bergerak dari kajian fakta-fakta atau
umum atau generalisasi empiris. Sifat penelitian ini adalah deskriptif yang
data daripada menerapkan konsep-konsep, hipotesis atau teori tertentu. Jika ada
10
1. Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini merupakan data primer dan
variasi ragam hias yang terdapat pada keseluruhan nisan yang terdapat
untuk melihat data yang berasal dari penelitian yang pernah dilakukan
2. Deskripsi Data
digambarkan baik secara tulisan maupun gambar atau foto untuk bisa
11
menjelaskan kondisi fisik nisan (bahan, bentuk, dan ragam hias nisan)
akan diketahui jenis-jenis ragam hias, bentuk, dan bahan nisan apa saja
diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu ragam hias raya, sedang, dan
atas tujuan dan pertimbangan tertentu. Dalam hal ini sampel yang
dimaksud ialah nisan yang secara fisik masih relatif utuh dan memiliki
ragam hias yang termasuk dalam ketegori raya, sedang dan sederhana.
Selain itu, sampel nisan juga memiliki inskripsi yang masih dapat terbaca
SAMPLING).
variasi ragam hias nisan. Analisis variasi ragam hias nisan bertujuan
4. Sintesis
hias nisan yang ada pada Makam Belanda Peneleh (Clarke, 1978: 14).
5. Penarikan Kesimpulan
Tahap terakhir ini adalah menarik kesimpulan dari data yang telah
bahannya serta makna ragam hias nisan. Dari hasil akhir penelitian ini
Pengumpulan Data
Analisis Bentuk
Analisis Kontekstual
Analisis Ragam Hias
Sintesis
Bentuk dan Ragam Hias Nisan
Makam Belanda Peneleh
Kesimpulan