Anda di halaman 1dari 11

MODUL PEMBELAJARAN

SEJARAH INDONESIA

SEJARAH DUNIA /
PEMINATAN
PROGRAM ILMU SOSIAL
KELAS XI
SEMESTER I

[Year]
DISUSUN OLEH
LIA DWI SUSANTI, S.Pd.

PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
SEJARAH INDONESIA

BAB 1
PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN
IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA

A. Berkembangnya Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia

1. Pengertian Kolonialisme dan Imperialisme


 Secara etimologi, kolonialisme barasal dari kata colunus (colonia) yang berarti menguasai.
Jadi makna kolonialisme adalah suatu usaha yang dilakukan oleh suatu bangsa untuk
menguasai bangsa yang lain di luar dari wilayahnya sendiri. Ada banyak tujuan bangsa-
bangsa barat melakukan kolonialisme, yaitu ingin mencari dominasi kekuatan baik itu dari
segi ekonomi, sumber daya alam, sumber daya mansia, maupun politik. Terlebih lagi, suatu
anggapan yang telah sangat berkembang yang menganggap bahwa bangsa yang melakukan
kolonisasi lebih baik dari bangsa yang dikolonikan.
 Sedangkan imperialisme secara etimologi berasal dari kata “imperare” yang berarti
memerintah. Oleh karena itu, pengertian dari imperialisme yaitu suatu usaha yang dilakukan
oleh suatu bangsa untuk memerintah bangsa lain di luar dari wilayahnya sendiri. Imperialisme
dijalankan dengan penuh paksaan demi mencapai tujuan bangsa yang melakukannya.
 Secara umum, kolonialisme dan imperialisme yang dilakukan bangsa Barat di Indonesia
didasari oleh beberapa hal, yaitu mencari kekayaan sebanyak-banyaknya (gold), menyebarkan
paham atau agama mereka (gospel), dan mencari kejayaan dan kedaulatan (glory). Dengan
dasar tersebutlah, bangsa-bangsa Barat melakukan kegiatan kolonialisme dan imperialisme
nya di seluruh penjuru dunia.

2. Proses Kedatangan Bangsa Barat Hingga Terbentuknya Pemerintahan Kolonial

a. Latar belakang (Faktor-Faktor) kedatangan Bangsa Eropa ke Indonesia


 Adanya paham merkantilisme di Eropa, yaitu suatu aliran/filsafat ekonomi yang tumbuh dan
berkembang pesat pada abad ke-16 sampai abad ke-18 di Eropa Barat. Paham ini menyatakan
bahwa kesejahteraan suatu negara hanya ditentukan oleh banyaknya aset atau modal (logam
mulia) yang disimpan oleh negara yang bersangkutan.
 Adanya Perang Salib (abad 11 - 13); Perang ini mengakibatkan kota Konstantinopel
(Byzantium) jatuh ke tangan Turki Utsmani pada tahun 1453. Sehingga penguasa Turki pada
saat itu yakni Sultan Mahmud II menutup pelabuhan Konstantinopel bagi orang-orang Eropa.
Hal ini membuat orang-orang Eropa kesulitan mendapatkan rempah- rempah.
 Keinginan mencari rempah-rempah; Keadaan ini karena adanya hal-hal di atas, sehingga
rempah-rempah sulit dicari dan mahal harganya. Oleh sebab itu orang-orang Eropa berupaya
untuk mencari daerah asal rempah-rempah.
 Penjelajahan samudra; Faktor pendorong penjelajahan samudra diantaranya keinginan
mencari kekayaan (gold), keinginan menyebarkan agama (gospel), keinginan mencari
kejayaan (glory).
 Adanya semangat reconguesta (semangat pembalasan terhadap kekuasaan Islam di mana pun
yang dijumpainya sebagai tindak lanjut dari Perang Salib).
 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu dengan ditemukan peta dan kompas
yang sangat penting bagi pelayaran.
 Adanya buku Imago Mundi yang menceritakan perjalanan Marco Polo ke dunia Timur(1271-
1292)
 Adanya teori Heliosentris dari ajaran Copernicus yang menyatakan bahwa bumi itu bulat.

MATERIKELASXIIPSSEMESTER1/SMAN1PASIRSAKTI/LDS Page 2
SEJARAH INDONESIA
b. Bangsa Eropa yang melakukan penjelajahan
 Bangsa Portugis, tokoh yang melakukan penjelajahan diantaranya:
1) Bartholomeu Diaz (1450-1500), berhasil mengarungi samudra hingga ke Benua Afrika
(Tanjung Harapan) pada tahun 1486.
2) Vasco da Gama (1469-1524), berhasil mendarat di Calkuta India pada 22 Mei 1498.
3) Alfonso d’ Albuquerque (1453-1515), berhasil mendarat di Malaka dan merebutnya pada
tahun 1511.
 Bangsa Spanyol, tokoh yang melakukan penjelajahan diantaranya:
1) Christopher Columbus (1451-1506), bersama Amerigo Vespucci menemukan Benua
Amerika.
2) Ferdinand Magelhaens (1519-1521), melakukan ekspedisi hingga ke Kepulauan Filipina
pada tahun 1920.
3) Ferdinand Cortez, berhasil menduduki Mexico tahun 1519 dengan menaklukkan suku
Indian yaitu Kerajaan Aztec dan suku Maya di Yucatan.
4) Pizzaro, berhasil menaklukkan kerajaan Indian di Peru yaitu suku Inca tahun 1530.
 Bangsa Inggris, tokoh yang melakukan penjelajahan diantaranya:
1) Sir Francis Drake (1577-1580), melakukan pelayaran keliling dunia hingga memborong
rempah-rempah di Ternate.
2) Pilgrim Fathers, melakukan pelayaran pada tahun 1607 hingga mendarat di Amerika
Utara.
3) Sir James Lancester berhasil mendarat di Aceh dan Penang pada tahun 1591, pada tahun
1602 berhasil mendarat di Aceh yang dilanjutkan ke Banten.
4) Sir Henry Middleton, pada tahun 1604 berhasil mendarat di Ternate, Tidore, Ambon dan
Banda.
5) William Dampier, pada tahun 1688 berhasil mendarat di Australia kemudian melanjutkan
pelayaran dengan menelusuri pantai ke arah Utara.
6) James Cook, pada tahun 1770 berhasil mendarat di Pantai Timur Australia sehingga
diklaim sebagai penemu Benua Australia.
 Bangsa Belanda, tokoh yang melakukan penjelajahan diantaranya:
1) Barentz, pada tahun 1594 mencari daerah Timur (Asia) melalui jalur lain yaitu ke Utara.
2) Cornelis de Houtman, pada tahun 1595 ia melalui jalur orang-orang Portugis dan pada
tahun 1596 berhasil mendarat di Banten.
3) Jacob van Neck, berhasil mendarat di Banten pada 28 November 1598 dan berhasil
mendapatkan rempah-rempah yang banyak. Sehingga banyak pedagang Belanda yang
datang ke Indonesia.
4) Abel Tasman, berhasil berlayar mencapai perairan di sebelah Tenggara Australia dan
menemukan Pulau Tasmania pada tahun 1642.

3. Terbentuknya VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie)

 VOC ialah Perusahaan Dagang Hindia Timur atau Kongsi Dagang Belanda yang dibentuk
pada 20 Maret 1602 atas prakarsa dari dua tokoh Belanda yakni Pangeran Maurits,dan Johan
van Olden Barnevelt yang terdiri dari berbagai macam perusahaan kecil yang dipersatukan
untuk melakukan perdagangan di Samudra Hindia.
 Tujuan dibentuknya VOC
 Menghindari persaingan yang tidak sehat antara sesama pedagang lain.
 Memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan dengan bangsa-bangsa Eropa
lainnya maupun dengan bangsa-bangsa Asia.
 Membantu pemerintah Belanda yang berjuang menghadapi Spanyol yang masih menduduki
Belanda.
 Agar dapat leluasa melaksanakan tugasnya maka VOC juga diberi hak-hak Istimewa yang
disebut dengan Hak Octroi dari sini jugalah alasan mengapa VOC disebut sebagai Negara
dalam Negara adapun hal tersebut meliputi :
 Monopoli Perdagangan

MATERIKELASXIIPSSEMESTER1/SMAN1PASIRSAKTI/LDS Page 3
SEJARAH INDONESIA
 Mencetak dan Mengedarkan Uang
 Mengangkat dan memberhentikan Pegawai
 Mengadakan Perjanjian Dengan Raja-Raja
 Memiliki Tentara untuk Mempertahankan Diri
 Mendirikan Benteng
 Menyatakan Perang Dan Damai
 Mengangkat Dan Memberhentikan Penguasa-Penguasa Setempat
 VOC dipimpin oleh Gubernur Jenderal, Sebagai Gubernur Jenderal yang pertama yaitu
Gubernur Jenderal Pieter Both (1610-1614) yang berkedudukan di Ambon, namun VOC
beranggapan Ambon terlalu jauh dari Selat sehingga kurang strategis dijadikan pangkalan
dagang yang kuat, sehingga perhatian VOC tertuju ke Jayakarta.
 Beberapa gubernur jenderal VOC yang dianggap berhasil usaha dagang dan kolonisasi antara
lain:
 Jan Pieterszoon Coen (1619-1629), ia dikenal sebagai pendiri Kota Batavia dan peletak
dasar imperialisme Belanda di Indonesia. Ia dikenal pula dengan rencana kolonisasinya
dengan memindahkan orang-orang Belanda bersama keluarganya ke Indonesia. Hal itu
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja Belanda di Indonesia.
 Antonio van Diemen (1636-1645), ia berhasil memperluas kekuasaan VOC ke Malaka
pada tahun 1641. Ia juga mengirimkan misi pelayaran yang dipimpin oleh Abel Tasman ke
Australia, Tasmania, dan Selandia Baru.
 Joan Maetsycker (1653-1678), ia berhasil memperluas kekuasaan VOC ke Semarang,
Padang, Manado.
 Cornelis Speelman (1681-1684), ia berhasil menghadapi perlawanan Sultan Hasanudin
dari Makasar, pemberontakan Trunojoyo di Mataram, dan mengalahkan Sultan Ageng
Tirtayasa dari Banten.
 Dalam melaksanakan pemerintahan, VOC menerapkan sistem pemerintahan tidak langsung
(indirect rule) dengan memanfaatkan sistem feodalisme yang sudah berkembang di Indonesia.
 Politik Ekonomi VOC:
 Verplichte Leverantie, yaitu penyerahan wajib hasil bumi dengan harga yang telah
ditetapkan oleh VOC. Peraturan ini melarang rakyat menjual hasil buminya selain kepada
VOC.
 Contingenten, yaitu kewajiban bagi rakyat untuk membayar pajak berupa hasil bumi.
 Peraturan tentang ketentuan areal dan jumlah tanaman rempah-rempah yang boleh
ditanam.
 Ekstirpasi, yaitu hak VOC untuk menebang tanaman rempah-rempah agar tidak terjadi
kelebihan produksi yang dapat menyebabkan harganya merosot.
 Pelayaran Hongi, yaitu pelayaran dengan perahu kora-kora (perahu perang) untuk
mengawasi pelaksanaan monopoli perdagangan VOC dan menindak pelanggarnya.
 Kemunduran dan Kebangkrutan VOC terjadi sejak awal Abad ke 18 yang disebabkan oleh
dari faktor ekstern dan faktor intern berikut adalah penjelasannya :
Faktor Intern:
 Utang VOC yang sangat besar
 Banyak Korupsi yang dilakukan oleh pegawai-pegawai VOC
 Anggaran Pegawai terlalu besar akibat semakin luasnya wilayah kekuasaan VOC
 Pemberian deviden (keuntungan) kepada pemegang saham walaupun usahanya mengalami
kemunduran.
Faktor Ekstern:
 Biaya Perang yang teramat besar
 Persaingan dengan Kongsi Dagang Negara lainnya, seperti kongsi dagang Portugis
(Compagnie des Indies) dan kongsi dagang Inggris (East Indian Company)
 Berkembangnya paham liberalisme (kebebasan) yang menghendaki adanya perdagangan
bebas
 Pendudukan Prancis pada tahun 1795.

MATERIKELASXIIPSSEMESTER1/SMAN1PASIRSAKTI/LDS Page 4
SEJARAH INDONESIA
 VOC dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799 dengan saldo kerugian sebesar 134,7 juta
gulden. Selanjutnya semua utang dan kekayaan VOC diambil alih oleh pemerintahan
Kerajaan Belanda

4. Kebijakan Pemerintah Kolonial serta Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Ekonomi Rakyat

a. Kebijakan pemerintahan kolonial pada masa Herman Willem Daendels (1808-1811)


 Gubernur Jenderal Daendels di kirim ke Indonesia pada tanggal 1 Januari 1808 atas perintah
dari Kaisar Louis Napoleon Bonaparte dari Prancis. Tugas utama dari Daendels yaitu
mempertahankan Pulau Jawa agar tidak jatuh ke tangan Inggris. Untuk melaksanakan
tugasnya tersebut Daendels mengambil langkah-langkah yaitu merekrut tentara, pendirian
benteng, pabrik mesiu/senjata di Semarang dan Surabaya serta rumah sakit tentara; membuat
jalan dari Anyer sampai Panarukan dengan panjang sekitar 1.100 km; membangun pelabuhan
di Anyer dan Ujung Kulon untuk kepentingan perang; memberlakukan kerja rodi atau kerja
paksa untuk membangun pangkalan tentara.
 Untuk memperoleh dana guna membiayai program-programnya tersebut, Daendels
melakukan tindakan yaitu contingenten (kewajiban menyerahkan sebagian hasil
bumi),verplichte leverantie (kewajiban rakyat menjual hasil bumi kepada Belanda), preanger
stelsel (kewajiban bagi rakyat Priangan menanam kopi), menjual tanah-tanah milik negara
kepada kalangan kaum swasta.
 Karena langkah-langkahnya yang kejam tersebut, maka Kaisar Louis Napoleon Bonaparte
pada tahun 1811 menarik Daendels kembali ke negeri Belanda dan digantikan oleh Gubernur
Jenderal Jan Willem Janssens.

b. Kebijakan pemerintahan kolonial pada masa Jan Willem Janssens (1811)


 Sebagai seorang Gubernur Jenderal, ternyata Janssens seorang yang lemah dan kurang
cakap. Pada saat Inggris melakukan serangan ke Jawa, Janssens tidak dapat berbuat banyak.
Ia menyerah kepada Inggris dan menandatangani perjanjian yang disebut Kapitulasi Tuntang
pada 17 September 1811. Di mana isi dari perjanjian tersebut yaitu seluruh militer Belanda
yang berada di wilayah Asia Timur harus diserahkan kepada Inggris dan menjadi tawanan
militer Inggris, utang pemerintah Belanda tidak diakui oleh Inggris, Pulau Jawa dan Madura
serta semua pelabuhan Belanda di luar Jawa menjadi daerah kekuasaan Inggris. Atas dasar
perjanjian tersebut Indonesia dikuasai Inggris dengan Thomas Stamford Raffles sebagai
Gubernur Jenderalnya.

c. Kebijakan pemerintah pada masa Thomas Stamford Raffles (1811-1816)


 Bidang ekonomi, diantaranya:
1) Menghapus kebijakan contingenten dari Daendels dan menggantinya dengan sistem sewa
tanah (landrente). Sistem sewa tanah yang diterapkan oleh Raffles mengalami kegagalan,
karena: besar kecilnya pajak bagi setiap pemilik tanah sulit ditentukan, jumlah pegawai
yang sangat terbatas, masyarakat pedesaan belum mengenal uang.
2) Menjual tanah antara lain di Surabaya, Semarang, Surakarta, Priangan, dan Karawang
kepada kalangan Partikelir.
3) Penghapusan pajak dan penyerahan wajib hasil bumi juga dihapuskan.
4) Penghapusan kerja rodi dan perbudakan.
5) Penghapusan sistem monopoli.

 Bidang pemerintahan diantaranya:


1) Membagi Pulau Jawa menjadi 16 karesidenan termasuk Yogyakarta dan Surakarta.
2) Membentuk Badan Pengadilan (landroad) di setiap karesidenan.
3) Menjadikan para Bupati sebagai pegawai pemerintahan dengan memberi gaji setiap bulan.
 Sumbangan Raffles yang diberikan kepada Indonesia diantaranya:
1) Membentuk susunan baru dalam pengadilan yang didasarkan pengadilan Inggris.
2) Menulis buku yang berjudul History of Java.

MATERIKELASXIIPSSEMESTER1/SMAN1PASIRSAKTI/LDS Page 5
SEJARAH INDONESIA
3) Menemukan bunga Rafflesia-Arnoldi.
4) Merintis adanya Kebun Raya Bogor.
Karena adanya perubahan politik di Eropa, mengakibatkan pemerintahan di Indonesia juga
berubah. Menyerahnya Kaisar Louis Napoleon Bonaparte kepada Inggris membuat Belanda lepas
dari Perancis. Pada tahun 1814, Belanda dan Inggris melakukan pertemuan di London yang
hasilnya termuat dalam Convention of London yang berisi penyerahan kembali daerah kekuasaan
kepada pihak Belanda yang dulu direbut Inggris termasuk Indonesia. Penyerahan wilayah Hindia
Belanda dari Inggris kepada Belanda berlangsung di Batavia pada tanggal 19 Agustus 1816.
Inggris diwakili oleh John Fendall dan Belanda diwakili oleh Mr. Ellout, van der Capellen dan
Buyskes.

d. Kebijakan pemerintah kolonial Belanda II


 Tanam paksa (cultuur stelsel)
1) Pengertian tanam paksa
Sistem tanam paksa adalah kebijakan yang mewajibkan petani menyerahkan tanahnya
untuk ditanami tanaman yang laku di pasar internasional seperti kopi, teh, lada, kina, dan
tembakau.
2) Latar belakang diberlakukannya tanam paksa
Latar belakang diberlakukannya tanam paksa yaitu untuk memperoleh pendapatan
sebanyak mungkin dalam waktu yang singkat agar utang Belanda cepat diatasi. Sistem
tanam paksa dilaksanakan pada masa pemerintahan Johannes van den Bosch.
3) Ketentuan-ketentuan Tanam Paksa termuat di dalam Staatblat (Lembaran Negara) No. 22
Tahun 1834, yang isinya sebagai berikut:
 Rakyat wajib menyiapkan 1/5 dari lahan garapan untuk ditanami tanaman wajib.
 Lahan tanaman wajib bebas pajak, karena hasil yang disetor sebagai pajak.
 Setiap kelebihan hasil panen dari jumlah pajak akan dikembalikan.
 Tenaga dan waktu yang diperlukan untuk menggarap tanaman wajib, tidak boleh
melebihi waktu yang diperlukan untuk menanam padi.
 Rakyat yang tidak memiliki tanah wajib bekerja selama 66 hari dalam setahun di
perkebunan atau pabrik milik pemerintah.
 Jika terjadi kerusakan atau gagal panen, menjadi tanggung jawab pemerintah.
 Pelaksanaan tanam paksa diserahkan sepenuhnya kepada para penguasa pribumi (kepala
desa).
Dalam pelaksanaan tanam paksa banyak mengalami pelanggaran dari ketentuan semula,
banyak petani dan pribumi yang sangat dirugikan. Pelanggaran yang lain yaitu adanya cultuur
procenten (hadiah yang diberikan kepada pegawai tanam paksa bila dapat menyetorkan hasil
melebihi ketentuan yang ditetapkan). Dampak yang diakibatkan dari tanam paksa yaitu
menimbulkan reaksi dari Belanda sendiri, di mana terjadi pertentangan antara golongan
liberal dan humanis terhadap pelaksanaan sistem tanam paksa. Tokoh yang menentang sistem
tanam paksa diantaranya:
1) Baron van Hoevell (1812-1879) berupaya menghapus tanam paksa melalui parlemen.
2) Edward Douwes Dekker (1820-1887) menulis buku Max Havelaar (1860) yang
menceritakan tentang keadaan pemerintahan kolonial yang bersifat menindas dan korup di
Jawa. Dalam bukunya tersebut ia menggunakan nama samaran yaitu Multatuli.
3) Fransen van de Putte menerbitkan artikel Suiker Contracten (perjanjian gula).
Menghadapi berbagai reaksi yang ada, pemerintah Belanda mulai menghapus sistem tanam
paksa secara bertahap. Tanam paksa lada dihapus pada tahun 1860, tanam paksa nila dan teh
dihapus pada tahun 1865. Dan sistem tanam paksa secara resmi dihapuskan pada tahun 1870
berdasarkan UU Landreform (UU Agraria).

 Pelaksanaan politik pintu terbuka


Untuk mengganti sistem tanam paksa yang diterapkan Belanda di Indonesia, pemerintah
Belanda menerapkan kebijakan politik liberal (politik pintu terbuka). Untuk melaksanakan
politik tersebut pemerintah Belanda mengeluarkan UU Agraria tahun 1870, yang pokok-

MATERIKELASXIIPSSEMESTER1/SMAN1PASIRSAKTI/LDS Page 6
SEJARAH INDONESIA
pokoknya berisi tentang: Pribumi diberi hak memiliki tanah dan menyewakannya kepada
pengusaha swasta; Pengusaha dapat menyewa tanah dari gubernemen dalam jangka waktu 75
tahun. Selain UU Agraria 1870, pemerintah Belanda juga mengeluarkan UU Gula (Suiker
Wet) tahun 1870. Isi dari UU ini yaitu: Perusahaan-perusahaan gula milik pemerintah akan
dihapus secara bertahap; Pada tahun 1891 semua perusahaan gula milik pemerintah harus
sudah diambil alih oleh swasta.

 Politik etis
Politik ini dikemukakan oleh van Deventer dan disebut politik balas budi karena Belanda
memiliki banyak utang budi kepada rakyat Indonesia yang dianggap telah membantu
kemakmuran Belanda. Dalam politik ini berisi tentang tiga hal yang sering disebut Trilogi van
Deventer. Isi dari trilogi van Deventer yaitu: Irigasi (pengairan); Edukasi (pendidikan);
Migrasi (perpindahan penduduk).

5. Perbedaan Pengaruh Kolonial


Kolonialisme sangat memengaruhi kehidupan di Indonesia. Pengaruh kolonial Barat mencakup
aspek ekonomi, politik, sosial dan budaya. Akan tetapi pengaruh di satu daerah dengan daerah
lain dapat berbeda, hal ini tergantung dari adanya:
a. Persaingan bangsa Eropa dalam menguasai wilayah Indonesia sehingga diperlukan kekuatan
untuk tetap mengusainya.
b. Daerah jajahan yang strategis dalam jalur pelayaran dan perdagangan internasional.
c. Perbedaan persebaran sumber daya alam dan sumber daya manusia.
d. Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial.
Daerah Indonesia yang dijadikan sebagai pusat kolonial yaitu Pulau Jawa, selain itu di pulau ini
juga dijadikan sebagai tempat perkebunan, pertanian, pertambangan, maupun pemerintahan.
Sehingga Pulau Jawa lebih cepat berkembang bila dibanding dengan pulau-pulau lain di
Indonesia.

B. Perubahan Politik, Ekonomi, Sosial, dan Budaya Akibat Perluasan Kolonialisme dan
Imperialisme di Indonesia

1. Di bidang politik, pengaruh kekuasaan Belanda semakin kuat karena intervensi yang intensif
dalam masalah-masalah istana. Aneksasi wilayah juga mengakibatkan menyempitnya wilayah
kekuasaan pribumi.

2. Di bidang ekonomi, penghasilan penguasa pribumi dari upeti dan hasil bumi makin berkurang.
Kewajiban rakyat untuk mengolah tanah sesuai aturan pemerintah kolonial juga mengakibatkan
runtuhnya perekonomian rakyat.

3. Di bidang demografi, pada tahun 1900 penduduk Jawa telah mencapai hampir 28,5 juta jiwa.
Perkembangan penduduk pada abad ke-19 dipengaruhi oleh faktor, antara lain: (1) membaiknya
tingkat hidup pribumi, (2) meluasnya pelayanan kesehatan, (3) terwujudnya ketertiban dan
perdamaian oleh pemerintah Belanda.

4. Di bidang sosial, kedudukan dan perekonomian penguasa pribumi melemah sehingga derajat dan
kehormatannya pun menurun.

5. Di bidang budaya, makin meluasnya pengaruh kehidupan Barat dalam lingkungan kehidupan
tradisional. Tata cara kehidupan Barat seperti bergaul, gaya hidup, cara berpakaian, dan
pendidikan mulai dikenal di kalangan atas atau istana. Beberapa tradisi di lingkungan istana
mulai luntur.

MATERIKELASXIIPSSEMESTER1/SMAN1PASIRSAKTI/LDS Page 7
SEJARAH INDONESIA
C. Perlawanan di Berbagai Daerah dalam Menentang Dominasi Asing

1. Perlawanan sebelum tahun 1800


Ditandai dengan perang/perlawanan langsung terhadap kekuasaan bangsa barat, dan juga ditandai
dengan persaingan antara kerajaan – kerajaan Nusantara dalam memperebutkan hegemoni di
kawasan tersebut. Dalam persaingan tersebut kerajaan – kerajaan di Nusantara sering melibatkan
bangsa barat untuk membantu mengalahkan pesaingnya. Kondisi inilah yang menyebabkan
kegagalan dalam mengusir bangsa – bangsa barat dari nusantara.

Bentuk – bentuk perlawanan rakyat Indonesia :

a. Perlawanan Rakyat Maluku


Upaya rakyat Ternate yang dipimpin Sultan Hairun maupun Sultan Baabulah(1575), sejak
kedatangan bangsa Portugis pada 1512 tidak berhasil, penyebabnya adalah tidak ada kerja sama
antara kerajaan Ternate, Tidore, dan Nuku. Kekuatan Portugis hanya dapat diusir oleh kekuatan
bangsa Belanda yang lebih kuat.

b. Perlawanan Rakyat Demak


Perlawanan ini dipimpin oleh Adipati Unus terhadap Portugis di Malaka. Serangan pasukan
Adipati Unus dilakukan dua kali (1512 & 1513) mengalami kegagalan. Pada saat yang sama,
penguasa kerajaan Pajajaran melakukan kerja sama dengan Portugis, setelah mendapat ancaman
dari kekuatan Islam di pesisir utara pulau Jawa, yaitu Cirebon dan Banten.

c. Pelawanan Rakyat Mataram


Sultan Agung yang memiliki cita – cita mempersatukan pulau Jawa, berusaha mengalahkan VOC
di Batavia. Penyerangan yang dilakukan pada 1628 & 1629 mengalami kegagalan, karena selain
persiapan pasukannya yang belum matang, juga tidak mampu membuat blok perlawanan
bersama kerajaan lainnya.

d. Perlawanan Rakyat Banten


Setelah Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putranya yang bergelar Sultan Haji sebagai Sultan
Banten, Belanda ikut campur dalam urusan Banten dengan mendekati Sultan Haji. Sultan Agung
yang sangat anti VOC, segera menarik kembali tahta putranya. Putranya yang tidak terima,
segera meminta bantuan VOC di Batavia untuk membantu mengembalikan tahtanya, akhirnya
dengan bantuan VOC, dia memperoleh tahtanya kembali dengan imbalan menyerahkan sebagian
wilayah Banten kepada VOC.

e. Perlawanan Rakyat Makasar


Konflik antara Sultan Hasanuddin dari Makasar dan Arupalaka dari Bone, memberi jalan bagi
Belanda untuk menguasai kerajaan – kerajaan Sulawesi tersebut. Untuk memperkuat
kedudukannya di Sulawesi, Sultan Hasanuddin menduduki Sumbawa, sehingga jalur
perdagangan Nusantara bagian timur dapat dikuasai. Hal ini dianggap oleh Belanda sebagai
penghalang dalam perdagangan. Pertempuran antara Sultan Hasnuddin dengan Belanda yang
dipimpin Cornelis Speelman selalu dapat dihalau pasukan Sultan Hasanuddin. Lalu Belanda
meminta bantuan Arupalaka yang menyebabkan Makasar jatuh ke tangan Belanda, dan Sultan
Hasanuddin harus menandatangani perjanjian Bongaya pada 1667, yang berisi :
 Sultan Hasanuddin harus memberikan kebebasan kepada VOC berdagang di Makasar dan
Maluku.
 VOC memegang monopoli perdagangan di Indonesia bagian timur, dengan pusat Makasar.
 Wilayah kerajaan Bone yang diserang dan diduduki Sultan Hasanuddin dikembalikan kepada
Arupalaka, dan dia diangkat menjadi Raja Bone.

MATERIKELASXIIPSSEMESTER1/SMAN1PASIRSAKTI/LDS Page 8
SEJARAH INDONESIA
f. Pemberontakan Untung Surapati (1686 – 1706)
Untung Surapati bersekutu dengan Sunan Amangkurat II untuk melawan VOC. Untuk meredam
pemberontakan Untung Surapati, VOC mengutus Kapten Tack ke Mataram, namun gagal. Sunan
Amangkurat II berterima kasih kepada Untung Surapati dengan memberikan daerah Pasuruan
dan menetapkannya menjadi Bupati di sana dengan gelar Adipati Wiranegara. Pada 1803 Sunan
Amangkurat II meninggal dan digantikan oleh putranya yang bergelar Sunan Amangkurat III,
pamannya yang bernama Pangeran Puger menginginkan tahta raja di Mataram. Dia kemudian
bersekutu dengan VOC, dan kemudian membuat perjanjian dengan VOC, dengan menyerahkan
sebagian wilayah kekuasaan Mataram. Pada 1705 Pangeran Puger dinobatkan menjadi Sunan
Mataram dengan gelar Sunan Pakubuwana I, setelah itu dimulailah peperangan antara Sunan
Pakubuwana I dengan Untung Surapati yang dibantu Sunan Amangkurat III. Pada 1706, VOC
berhasil melumpuhkan Untung Surapati di Kartasura.

2. Perlawanan sesudah tahun 1800


Tidak banyak perbedaan dengan perlawanan sebelum tahun 1800, yang hanya dilakukan secara
kedaerahan dan sedikit ditandai dengan persaingan memperebutkan hegemoni antara kerajaan-
kerajaan tersebut.

Bentuk – bentuk perlawanan rakyat Indonesia :

a. Perlawanan sultan Nuku (Tidore)


Sultan Nuku adalah raja dari Kesultanan Tidore yang berhasil meningkatkan kekuatan perangnya
hingga 200 kapal perang dan 6000 pasukan untuk menghadapi Belanda. Selain itu dia juga
menjalankan perjuangan melalui diplomasi. Untuk menghadapi Belanda , dia mengadakan
hubungan dengan Inggris untuk meminta bantuan dan dukungan. Dia mengadu domba antara
Inggris – Belanda. Pada 20 Juni 1801 dia berhasil membebaskan kota Soa – Siu dari Belanda,
akhirnya Maluku Utara dapat dipersatukan di bawah kekuasaan Sultan Nuku.

b. Pelawanan Pattimura (1817)


Dimulai dengan penyerangan terhadap benteng Duurstede di Saparua, dan berhasil merebut
benteng tersebut dari tangan Belanda. Perlawanan ini meluas ke Ambon, Seram, dan tempat –
tempat lainnya. Untuk menghadapi serangan tersebut, Belanda harus mengerahkan seluruh
kekuatannya yang berada di Maluku. Akhirnya Pattimura berhasil ditangkap dalam suatu
pertempuran dan pada 16 Desember 1817, dia dan kawan – kawannya dihukum mati di tiang
gantungan. Perlawanan lainnya dilakukan oleh pahlawan wanita, Martha Christina Tiahahu.

c. Perang Paderi (1821 – 1837)


 Dilatar belakangi konflik antara kaum agama dan tokoh – tokoh adat Sumatera Barat. Kaum
agama (Pembaru/Paderi) berusaha untuk mengajarkan Islam kepada warga sambil menghapus
adat istiadat yang bertentangan dengan Islam, yang bertujuan untuk memurnikan Islam di
wilayah Sumatra Barat serta menentang aspek-aspek budaya yang bertentangan dengan
aqidah Islam.
 Tujuan ini tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena kaum adat yang tidak ingin
kehilangan kedudukannya, serta adat istiadatnya menentang ajaran kaum Paderi, perbedaan
pandangan ini menyebabkan perang saudara serta mengundang kekuatan Inggris dan Belanda.
Kaum adat yang terdesak saat perang kemudian meminta bantuan kepada Inggris yang sejak
1795 telah menguasai Padang, dan beberapa daerah di pesisir barat setelah direbut dari
Belanda. Golongan agama pada saat itu telah menguasai daerah pedalaman Sumatra Barat dan
menjalankan pemerintahan berdasarkan agama.
 Pada tahun 1819, Belanda menerima Padang dan daerah sekitarnya dari Inggris. Golongan
adat meminta bantuan kepada Belanda dalam menghadapi golongan Paderi. Pada Februari
1821, kedua belah pihak menandatangani perjanjian. Sesuai perjanjian tersebut Belanda mulai
mengerahkan pasukannya untuk menyerang kaum Paderi. Pertempuran pertama terjadi pada
April 1821 di daerah Sulit air, dekat danau Singkarak, Solok.

MATERIKELASXIIPSSEMESTER1/SMAN1PASIRSAKTI/LDS Page 9
SEJARAH INDONESIA
 Belanda berhasil menguasai Pagarruyung, bekas kedudukan kerajaan Minangkabau, namun
gagal merebut pertahanan Paderi di Lintau, Sawah Lunto dan Kapau, Bukittinggi. Untuk
mensiasati hal ini, belanda mengajak berunding Tuanku Imam Bonjol (pemimpin Paderi)
pada 1824, namun perjanjian dilanggar oleh Belanda.
 Saat pertempuran Diponegoro, Belanda menarik pasukannya di Sumatra Barat untuk menunda
penyerangan pada kaum Paderi, dan memusatkan perhatian di Sumatra Barat untuk
menangkap Tuanku Imam Bonjol.
 Dengan serangan yang gencar, kota Bonjol jatuh ke tangan Belanda pada September 1832,
dan pada 11 Januari 1833, dapat direbut kembali oleh kaum Paderi. Pertempuran berkobar di
mana – mana, dan golongan adat berbalik melawan. Sehingga Belanda memerintahkan Sentot
Alibasha Prawirodirjo (bekas panglima perang diponegoro) untuk memerangi Paderi, tetapi
tidak mau dan bekerja sama dengan kaum Paderi.
 Pada 25 Oktober 1833, Belanda melakukan Maklumat Plakat Panjang, yang berisi ajakan
kepada penduduk Sumatra Barat untuk berdamai dan menghentikan perang. Namun pada Juni
1834, Belanda kembali menyerang kaum Paderi. Pada 16 Agustus 1837, Tuanku Imam Bonjol
jatuh ke tangan Belanda, dan berhasil meloloskan diri.
 Pada 25 Oktober 1837, Tuanku Imam Bonjol berunding di Palupuh. Namun Belanda
berhianat dengan menangkap dan membuangnya ke Cianjur, Ambon, dan terakhir kota dekat
Manado. Dia wafat pada usia 92 tahun dan dimakamkan di Tomohon, Sulawesi Utara.

d. Perang Diponegoro (1825 – 1830)


 Penyebab perang ini adalah rasa tidak puas masyarakat terhadap kebijakan – kebijakan yang
dijalankan pemerintah Belanda di kesultanan Yogyakarta. Belanda seenaknya mencampuri
urusan intern kesultanan. Akibatnya, di Keraton Mataram terbentuk 2 kelompok, pro dan anti
Belanda.
 Pada pemerintahan Sultan HB V, Pangeran Diponegoro diangkat menjadi anggota Dewan
Perwalian. Namun dia jarang diajak bicara karena sikapnya yang kritis terhadap kehidupan
keraton yang dianggapnya terpengaruh budaya barat dan intervensi Belanda. Oleh karena itu,
dia pergi dari keraton dan menetap di Tegalrejo.
 Di mata Belanda, Diponegoro adalah orang yang berbahaya. Suatu ketika, Belanda akan
membuat jalan Yogyakarta – Magelang. Jalan tersebut menembus makam leluhur Diponegoro
di Tegalrejo. Dia marah dan mengganti patok penanda jalan dengan tombak. Belanda
menjawab dengan mengirim pasukan ke Tegalrejo pada 25 Juni 1825.
 Diponegoro dan pasukannya membangun pertahanan di Selarong. Dia mendapat berbagai
dukungan dari daerah – daerah. Tokoh – tokoh yang bergabung antara lain : Pangeran
Mangkubumi, Sentot Alibasha Prawirodirjo, dan Kyai Maja. Oleh karena itu Belanda
mendatangkan pasukan dari Sumatra Barat dan Sulawesi Utara yang dipimpin Jendral Marcus
de Kock.
 Sampai 1826, Diponegoro memperoleh kemenangan. Untuk melawannya, Belanda melakukan
taktik benteng Stelsel. Sejak 1826, kekuatannya berkurang karena banyak pengikutnya yang
ditangkap dan gugur dalam pertempuran. Pada November 1828, Kyai Maja ditangkap
Belanda. Sementara Sentot Alibasha menyerah pada Oktober 1829. Jendral De Kock
memerintahkan Kolonel Cleerens untuk mencari kontak dengan Diponegoro. Pada 28 Maret
1830, dilangsungkan perundingan antara Jendral De Kock dengan Diponegoro di kantor
karesidenan Kedu, Magelang. Namun Belanda berhianat, Diponegoro dan pengikutnya
ditangkap, dia dibuang ke Manado dan Makasar. Dengan demikian, berakhirlah perang
Diponegoro.

e. Perang Aceh
 Aceh dihormati oleh Inggris dan Belanda melalui Traktat London pada 1824, karena Terusan
Suez dibuka, yang menyebabkan kedudukan Aceh menjadi Strategis di Selat Malaka dan
menjadi incaran bangsa barat. Untuk mengantisipasi hal itu, Belanda dan Inggris
menandatangani Traktat Sumatra pada 1871.

MATERIKELASXIIPSSEMESTER1/SMAN1PASIRSAKTI/LDS Page 10
SEJARAH INDONESIA
 Melihat gelagat ini, Aceh mencari bantuan ke luar negeri. Belanda yang merasa takut disaingi
menuntut Aceh untuk mengakui kedaulatannya di Nusantara. Namun Aceh menolaknya,
sehingga Belanda mengirim pasukannya ke Kutaraja yang dipimpin oleh Mayor Jendral J.H.R
Kohler. Penyerangan tersebut gagal dan Jendral J.H.R Kohler tewas di depan Masjid Raya
Aceh.
Serangan ke – 2 dilakukan pada Desember 1873 dan berhasil merebut Istana kerajaan Aceh di
bawah pimpinan Letnan Jendral Van Swieten. Walaupun telah dikuasai secara militer, Aceh
secara keseluruhan belum dapat ditaklukkan. Oleh karena itu, Belanda mengirim Snouck
Hurgronye untuk menyelidiki masyarakat Aceh.
 Pada 1891, Aceh kehilangan Teuku Cik Ditiro, lalu pada 1893, Teuku Umar menyerah
kepada Belanda, namun pada Maret 1896, ia kabur dan bergabung dengan para pejuang
dengan membawa sejumlah uang dan senjata. Pada 11 Februari 1899, Teuku Umar tewas di
Meulaboh. Kemudian perjuangannya dilanjutkan oleh istrinya, Cut Nyak Dhien.
 Pada November 1902, Belanda menangkap 2 isteri Sultan Daudsyah dan anak – anaknya.
Belanda memberi 2 pilihan, menyerah atau keluarganya dibuang. Lalu pada 1 Januari 1903,
Sultan Daudsyah menyerah. Demikian pula Panglima Polim pada September 1903. Pada
1905, Cut Nyak Dhien tertangkap di hutan, Cut Nyak Meutia gugur pada 1910. Baru pada
1912, perang Aceh benar – benar berakhir.

f. Perang Bali
 Pulau Bali dikuasai oleh kerajaan Klungkung yang mengadakan perjanjian dengan Belanda
pada 1841 yang menyatakan bahwa kerajaan Klungkung di bawah pemerintahan Raja Dewa
Agung Putera adalah suatu negara yang bebas dari kekuasaan Belanda.
 Pada 1844, perhu dagang Belanda terdampar di Prancak, wilayah kerajaan Buleleng dan
terkena hukum Tawan Karang yang memihak penguasa kerajaan untuk menguasai kapal dan
isinya. Pada 1848, Belanda menyerang kerajaan Buleleng, namun gagal.
 Serangan ke – 2 pada 1849, di bawah pimpinan Jendral Mayor A.V Michies dan Van
Swieeten berhasil merbut benteng kerajaan Buleleng di Jagaraga. Pertempuran ini diberi nama
Puputan Jagaraga.
 Setelah Buleleng ditaklukkan, banyak terjadi perang puputan antara kerajaan – kerajaan Bali
dengan Belanda untuk mempertahankan harga diri dan kehormatan. Diantaranya Puputan
Badung (1906), Puputan Kusamba (1908), dan Puputan Klungkung (1908).

g. Perang Banjarmasin
 Sultan Adam menyatakan secara resmi hubungan kerajaan Banjarmasin – Belanda pada 1826
sampai beliau meninggal pada tahun 1857. sepeninggal Sultan Adam, terjadi perebutan
kekuasaan oleh 3 kelompok :
 Kelompok Pangeran Tamjid Illah, cucu Sultan Adam.
 Kelompok Pangeran Anom, Putra Sultan Adam.
 Kelompok Pangeran Hidayatullah, cucu Sultan Adam.

 Di tengah kekacauan tersebut, terjadi perang Banjarmasin pada 1859 yang dipimpin Pangeran
Antasari, seorang putra Sultan Muhammad yang anti Belanda. Dalam melawan Belanda,
Pangeran Antasari dibantu oleh Pangeran Hidayatullah.
 Pada 1862, Pangeran Hidayatullah ditangkap dan dibuang ke Cianjur. Dalam pertempuran
dengan Belanda pada tahun tersebut, Pangeran Antasari tewas.

"KALAU IMPIANMU TAK BISA MEMBUATMU TAKUT,


MUNGKIN KARENA IMPIANMU TAK CUKUP BESAR"

MATERIKELASXIIPSSEMESTER1/SMAN1PASIRSAKTI/LDS Page 11

Anda mungkin juga menyukai