Nina Herlina Lubis, Mumuh Muhsin Z., Kunto Sofianto, Dade Mahzuni,
Widyonugrohanto, R.M. Mulyadi, Undang Ahmad Darsa
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran
ninaherlinalubis@gmail.com
ABSTRACT ABSTRAK
The title of this research is Reconstruction of Judul penelitian ini adalah Rekonstruksi Galuh
Galuh Kingdom in 8th-15thcentury. Issue that Raya di abad ke-8-15. Masalah yang akan dipela-
will be studied is how to unravel the location of jari adalah bagaimana mengungkap lokasi dari
the capital and palace shape of Galuh Kingdom. bentuk modal dan istana Kerajaan Galuh. Untuk
To answer the issue is used the historical method menjawab masalah tersebut digunakan metode
which consists of four steps, namely heuristic, sejarah yang terdiri dari empat langkah, yaitu
criticism, interpretation, and historiography. heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.
Result of this research is that the existence of Hasil penelitian ini adalah bahwa keberadaan
Galuh Kingdom is a history, not a myth. Histori- Kerajaan Galuh adalah sejarah, bukan mitos.
cal sources which support the many arguments Sumber-sumber sejarah yang mendukung ban-
of its existence including inscriptions, foreign yak argumen keberadaannya termasuk prasasti,
news, ancient manuscripts, social facts and men- berita asing, naskah kuno, fakta sosial dan fakta
tal facts. In addition, the life of its existence as mental. Selain itu, kehidupan keberadaannya
long as eight centuries shows that Galuh King- selama delapan abad menunjukkan bahwa Kera-
dom is not just existent but also strong because jaan Galuh tidak hanya ada tapi juga kuat karena
it is supported by a variety of solid and coherent didukung oleh berbagai sistem yang solid dan
system. Concerning about the location of capital koheren. Mengenai tentang lokasi ibukota dan
and shape of the Kingdom , it still needs to ex- bentuk Kerajaan, masih perlu untuk menjelajahi
plore further. lebih lanjut.
Keywords: Reconstruction, Galuh Kingdom, Kata kunci: Rekonstruksi, Galuh Raya, dan Jawa
and West Java Barat
sial dan fakta mental pun cukup naskah-naskah Sunda lama dan prasas-
banyak. ti-prasasti terkait. Kedua, mengangkat
Namun, dalam penelitian yang Astana Gede sebagai ikon tinggalan Ke-
kami l ak ukan sek ar an g i n i l ebi h rajaan Galuh sehingga dikenal oleh
difokuskan pada upaya pencarian letak masyarakat Sunda, Indonesia, dan
ibu kota dan bangunan bekas Kerajaan masyarakat internasional. Ketiga, mem-
Galuh yang berlokasi di situs Astana bantu pemerintah Provinsi Jawa Barat
Gede, Kecamatan Kawali, Kabupaten dalam melestarikan situs Astana Gede
Ciamis sekarang karena lokasi bekas Kawali sebagai wilayah cagar budaya
Kerajaan Sunda di sekitar Batutulis Bo- yang dapat dikembangkan menjadi des-
gor kecil kemungkinan untuk diteliti tinasi wisata sejarah yang unggul.
mengingat di sana sudah menjadi tem-
pat pemukiman penduduk dan pertoko-
an. Aspek yang menjadi masalah adalah METODE PENELITIAN
luasan lokasi Situs Astana Gede itu
cukup besar, sekitar 5 hektar dan ham- Untuk merekonstruksi Kerajaan
pir seluruh jejak fisik masa lalu ibu kota Galuh, pertama-tama dipergunakan
dan bekas kerajaan itu terkubur tanah. metode arkeologi, khususnya untuk
Untuk mengungkapnya diperlukan kegiatan ekskavasi situs Astana Gede.
kinerja yang maksimal dengan biaya Setelah itu, untuk membuat rekon-
yang sangat besar. Selain itu, diperlukan struksi imajinatif tentang sejarah Kera-
juga keterlibatan berbagai disiplin jaan Galuh, metode yang digunakan da-
keilmuan dan berbagai instansi. lam penelitian ini adalah metode sejarah
Berbagai disiplin keilmuan yang dengan pendekatan multidimensional.
diperlukan adalah sejarah, arkeologi, Konsep-konsep ataupun teori An-
filologi, antropologi, dan geologi. Untuk tropologi, Filologi, geologi di-
kepentingan ini pun dilakukan Focus pergunakan untuk membantu membuat
Discusion Group yang menghadirkan eksplanasi historis. Dalam tataran teknis
pembicara Dr. Hendrik E. Niemeijer, operasional, metode sejarah terbagi ke
sejarawan dari Belanda; Dr. Shakila Par- dalam empat tahapan, yaitu heuristik,
ween binti Yacob, sejarawan dari Malay- kritik, interpretasi, dan historiografi
sia; para arkeolog antara lain terdiri atas (Garraghan, 1946; Gottschalk, 1969).
Dr. Hasan Djafar, Dr. Richadiana Karta- Heuristik adalah proses mencari dan
kusuma, Dr. Titi Surti Nastiti, Sudarti mengumpulkan data di berbagai per-
Priyono, M.Hum, Lutfi Yondri M.Hum, pustakaan baik yang berada di Ban-
Etty Saringendiyanti, M.Hum, dan Drs. dung, Jakarta, atau pun kota lainnya
Wan Irama, serta Budimansyah dan juga di Arsip Nasional Jakarta serta
S.T.yang membantu dalam pemotretan Arsip Daerah. Kemudian seluruh data
dan pemetaan. yang terkumpul baik yang berupa
Kami menyadari tercapainya manuskrip, buku-buku, atau pun surat
tujuan itu masih cukup jauh. Oleh kare- kabar dan majalah diproses untuk
na itu, pada tahap ini tujuan penelitian dikritik dan dinterpretasikan sehingga
diarahkan pada tiga hal. Pertama, mem- menghasilkan rangkaian fakta yang
buat rekonstruksi imajinatif dalam ben- logis. Tahapan terakhir dari metode se-
tuk historiografi tentang peranan dan jarah adalah menuliskan fakta tersebut
fungsi Astana Gede Kawali. Caranya dalam sebuah historiografi.
dengan melakukan ekskavasi dan mem-
buat eksplanasi dengan menggunakan
10
Rekonstruksi Kerajaan Galuh … —Nina Herlina Lubis, dkk.
Fungsi Kompleks Astana Gede Prasasti (I) yang lebih panjang bunyinya
sebagai berikut:
Kompleks Astana Gedé di Keca- ## nihan tapa ka-
matan Kawali Kabupaten Ciamis, pada li nu siya mulia tapa bha-
gya parebu raja was-
mulanya kemungkinan dibangun se-
tu mangadeg di kuta kawa-
bagai kabuyutan yang berfungsi sebagai li nu mahayu na kadatuan
PadépokanKabataraan di bawah otoritas surawisésa nu marigi sa-
golongan ke-rama-an atau bisa pula kulili(ng) dayeuh nu najur sagala
berupa Padépokan Kawikuan di bawah désa aya ma nu pa(n)deuri pakéna
otoritas golongan ke-resi-an, yakni tem- gawé rahayu pakeun heubeul jaya
pat Niskala Wastu Kancana mengasing- di na buana ##
kan dirinya. Peristiwa tragis yang me-
nimpa ayahanda, yaitu Prabu Maharaja Inilah (tanda peringatan pertama)
Kawali, ialah yang mendapat keba-
beserta kaum keluarganya di Bubat pa-
hagiaan dari bertapa, Prebu Raja
da tahun 1357 Masehi pastilah sangat
Wastu yang berkuasa di Kota Kawali,
menimbulkan kepiluan yang teramat yang memperindah keraton Sura-
mendalam. Namun, berkat asuhan wisesa, yang memperkokoh pertahan-
Rahyang Bunisora (Maharaja Suradipati, an sekeliling ibu kota dengan parit,
paman sekaligus mertuanya), ia berdaya yang memakmurkan segenap daerah,
upaya agar Galuh mampu menghadapi semoga yang (berkuasa) kemudian
setiap serangan dari luar. Demi me- mengikuti kebajikan supaya lama ber-
nanamkan gagasannya pula, ia terlebih daulat di dunia.
dahulu menempa di rinya pribadi
d en gan m en j al an i h i d u p se ba ga i Para peneliti hingga kini masih
pertapa (ilmuwan), seperti diberitakan berpendapat bahwa Prebu Wastu yang
dalam Carita Parahiyangan: brata siya puja tercatat pada prasasti tadi adalah tokoh
tanpa lum ‘ia berpuasa dan bertapa tidak yang sama dengan Prabu Niskala Wastu
mengenal batas’. Niskala Wastu tidak Kancana dalam naskah Carita Parahi-
pernah meninggalkan pedoman kenega- yangan (CP). Ia menjadi raja selama 104
raan yang pernah dijalankan para pen- tahun.“Perabu Raja Wastu yang ber-
dahulunya, yaitu purbatisti purbajati ser- tahta kota Kawali, yang memperindah
ta diharapkannya agar para penerusnya kedaton Surawisesa, yang membuat
tetap berpegang kepada pedoman yang saluran (parit) di sekeliling ibukota.”
diamanatkannya dalam prasasti Kawali Berdasarkan kutipan tersebut kita
II, sebagai berikut: dapat mengetahui bahwa dia memin-
aya ma dahkan ibukota kerajaan ke Kawali
(‘Semoga ada) (Ciamis Utara), dari situs yang sekarang
nu ngeusi bha- dikenal dengan sebutan Karangkamul-
(yang mengisi) yan. Keraton sudah ada, jadi tidak mem-
gya kawali ba- bangun yang baru, melainkan di dalam
(Kawali dengan kebahagiaan)
prasasti itu jelas-jelas dikatakan mahayu,
ri pakéna kere-
yakni ‘memperindah’ (Sunda sekarang:
(agar tercapai kesejahteraan)
ta bener ngoméan, ngahadéan) keraton bernama
(yang sesungguhnya) Surawisesa. Fungsi pembuatan saluran
pakeun na(n)jeur di sekeliling ibukota sudah pasti di
(demi keunggulan) samping untuk kepentingan pertahan-
na juritan.
11
Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016
an, juga untuk mencegah bencana alam. Gambaran Konstruksi Keraton di Ga-
Sampai kini orang sepakat bahwa, Pra- luh
bu Raja Wastu adalah tokoh yang sama
dengan sebutan Prabu Niskala Wastu Salah satu naskah Sunda yang
Kancana dalam CP, piagam Kebantenan memberi gambaran tentang struktur
Bekasi, dan prasasti Batutulis Bogor. serta konstruksi kompleks keraton Ga-
Niskala Wastu Kancana mempunyai luh adalah naskah berbahan lontar yang
dua orang isteri, dan dari setiap isteri ditulis olek Kai Raga di Kamandalaan
lahir anak laki-laki. Akibatnya, ia Gunung Kumbang, yang berjudul Carita
terpaksa membagi kerajaanya menjadi Ratu Pakuan. Berikut ini kutipan dari
dua, Pakwan Pajajaran dan Galuh naskah tersebut:
Pakwan.
Pengganti Niskala Wastu, Dicarita Ambetkasih,
menurut Carita Parahiyangan pada lem- (Tersebutlah Ambetkasih,)
pir verso 22 ialah Tohaan di Galuh, inya nu kadeungeun sakamaruan,
surup di gunung tiga, sedangkan (diiring para madunya,)
menurut Piagam Kebantenan lempeng E bur payung agung ngawah tugu,
42a-b penggantinya ialah Rahiyang (mengembanglah payung kebe-
Ningrat Kancana, dalam pasasti Batutulis saran ngawah tugu,)
Bogor: Rahiyang Déwaniskala sang sida nu saur manuk sabda tunggal,
mokta di guna tiga. Berdasarkan kutipan (mereka yang sepakat pada mer-
tersebut dapat diketahui bahwa Tohaan estui,)
di Galuh, bernama Rahiyang Ningrat nu dék mulih ka Pakuan.
Kancana atau Rahiyang Dewaniskala (yang hendak kembali ke Pakuan.)
yang memerintah selama 7 tahun (1475- Saundur ti dalem timur,
1482 M). (Sekepergiannya dari istana ti-
Dalam pada itu, di Kerajaan Sun- mur,)
da berkuasa Prabu Susuktunggal(1475- kadaton wétan buruan,
1482 M). Dalam CP (30ab) dinyatakan, (pelataran keraton timur,)
“Sang Susuktunggal ialah yang membu- Si Mahut Putih Gedémanik,
at tahta Sriman Sriwacana untuk peno- (Si Mahut Putih Gedemanik)
batan Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Mayadatar ngarana.
Pakwan Pajajaran, yang bertahta di ke- (Mayadatar namanya.)
raton Sri-Bima Punta Narayana Madura Sunialaya ngarana,
Suradipati, yaitu keraton Sanghiyang Sri (Sunialaya namanya,)
Ratudewata. Peninggalan Sang Susuk- dalem Sri Kancana Manik,
tunggal adalah warisan negeri yang in- (istana Sri Kancana Manik,)
dah dan makmur, sebagai bukti raja uta- bumi ringgit cipta ririyak,
ma.” Ia pun digantikan oleh Sang Ratu (rumah berukir dibuat gemer-
Jayadewata. Kemudian Sang Ratu Jaya- lapan,)
dewata alias Sri Baduga Maharaja Ratu di Sanghiyang Pandan Larang,
Haji di Pakuan Pajajaran, dikenal se- (di Sanghiyang Pandan Larang,)
bagai sang mwakta ring Rancamaya ‘yang dalem Si Pawindu Hurip.
dipusarakan di Rancamaya’. Sang Ratu (istana si Pawindu Hurip.)
J ayad ew at a m ew ar i si si n g gas an a Bumi hiji beunang ngukir,
Pakwan Pajajaran karena per- (Rumah pertama yang penuh
nikahannya dengan seorang puteri Sang ukiran,)
Susuktunggal. Kadua beunang ngaréka,
12
Rekonstruksi Kerajaan Galuh … —Nina Herlina Lubis, dkk.
(yang kedua rumah penuh ukiran, ibarat raja, ucap kita ibarat rama, budi
Katiluna bumi bubut,) kita ibarat resi. Itulah tritangtu di
(yang ketiga rumah penuh bu- dunia, yang disebut peneguh dunia.
Ini triwarga dalam kehidupan. Wisnu
butan halus,)
ibarat prabu, Brahma ibarat rama,
Kaopatna limas kumureb,
Isora ibarat resi. Karena itulah tri-
(yang keempat berbentuk limas tangtu menjadi peneguh dunia, tri-
kumureb,) warga menjadi kehidupan di dunia.
Kalimana badawang sarat, Ya disebut tritangtu pada orang
(yang kelima tembus pandang se- banyak namanya (Danasasmita dkk,
jagat,) 1987:114-115)
Kagenepna bumi tepep,
(yang keenam rumah beratap Prebu adalah pemegang tampuk
tumpul,) pemerintahan yang utama. Prebu men-
Katujuhna hanjung méru, jalankan fungsi eksekutif atau
(yang ketujuh anjungan pagoda,) pemerintahan. Prebu inilah yang disebut
Kadalapan tumpang sanga, Raja Galuh dan tinggal menetap di kera-
(yang kedelapan berumpak sembi- ton yang terletak di ibukota kerajaan
lan,) sebagai pusat pemerintahan. Lalu yang
Kasalapan pagencayan. kedua adalah Rama. Rama kurang lebih-
(yang kesembilan rumah gemer- nya berfungsi sebagai penasehat atau
lap.) badan legislatif yang berfungsi juga se-
bagai penasehat dan pembimbing. Tem-
pat tinggal Rama ini adalah Keramaan
Pemerintahan Kerajaan Galuh atau Kebataraan. Letaknya di luar ibu
kota kerajaan. Kemudian yang ketiga
Pemerintahan Kerajaan Galuh adalah Resi. Resi berfungsi sebagai pen-
memiliki kekhasannya sendiri, yaitu gadilan atau badan yudikatif. Resi ting-
terbagi dalam tiga kekuasaan. Prebu- gal di Karesian. Letaknya juga di luar
Rama-Resi. Tiga kekuasaan itu disebut ibukota negara seperti halnya Kebata-
Tri Tangtu di Buana. Dalam naskah raan (Lubis dkk, 2013: 207). Ketiga
kuno Sanghyang Siksakandang Ng Kare- kekuasaan tersebut yang membentuk
sian (ditulis 1518) disebutkan : suatu segitiga pemerintahan dalam Ke-
Ini ujar sang sadu basana mahayu rajaan Galuh yang disebut Tri Tangtu di
drebyana. Ini tri-tangtu di bumi. Bayu Buana.
kita pina/h/ ka prebu, sabda kita pina/h/ Ketika Karangkamulyan menjadi
ka rama, h(e)dap kita pina/h/ka resi. Ya
pusat pemerintahan kerajaan atau tem-
tritangtu di bumi, ya kangken pineguh
ning bwana ngara(n)na. Ini triwangsa di pat bertahtanya Prebu maka yang
lamba, Wisnu kangken prabu, Brahma diduga menjadi tempat Keramaan adalah
kangken rama, Isora kangken resi. Nya Galunggung, dan yang diduga tempat
mana tritan(g)tu pineguh ning bwana, Karesiannya adalah di daerah yang ber-
triwarga hurip ning jagat. Ya sinangguh nama Denuh di Ciamis sedangkan Asta-
tritan(g)tu di nu reya ngaranya na Gede sebelum menjadi tempat ber-
(Danasasmita dkk,1987: 90) tahtanya Wastu Kencana diduga men-
jadi Kabuyutan suatu tempat pemujaan
Terjemahan kurang lebih adalah sebagai atau Balay Pamujan (Kartakusuma,
berikut: 2015). Begitu pula ketika Astana Gede
Ini ujar sang budiman waktu menyen-
Kawali menjadi pusat pemerintahan
tosakan pribadinya. Inilah tiga ke-
tentuan di dunia. Kesentosaan kita
Wastu Kencana maka Rama diduga
13
Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016
Birokrasi dalam Kerajaan Galuh Ini yang disebut dasa prebakti. Anak
tidaklah banyak diketahui. Raja adalah tunduk kepada bapak, istri tunduk
penguasa tertinggi dalam kerajaan. Se- kepada suami, hamba tunduk kepada
perti telah disebutkan diatas bahwa da- majikan, siswa tunduk kepada guru,
lam pola pemerintahan Sunda Tri Tang- petani tunduk kepada wado, wado
tunduk kepada mantri, mantri tun-
tu di Buana, raja disebut Prebu. Dia ber-
duk kepada nu nangganan, nu nang-
tahta di keraton yang menjadi tempat
ganan tunduk kepada mangkubumi,
tinggalnya dan sekaligus menjadi pusat mangkubumi tunduk kepada raja,
pemerintahannya. Selain raja di keraton raja tunduk dewata, dewata tunduk
biasanya terdapat Putra Mahkota. Putra kepada hyang. Ya itulah yang disebut
Mahkota adalah seorang yang dididik dasa prebakti (Danasasmita, 1987: 96)
dan dipersiapkan untuk menjadi peng-
ganti raja jika raja meninggal atau Selain itu Sanghyang Siksakanda Ng Kare-
mengundurkan di ri. Sebagai per- sian juga menyebutkan :
ban din gan , pada K eraj aan Sunda Ini na pamanggihkeuneun dina sakala,
seorang Putra Mahkota tidak selalu be- tangtu batara di bwana pakeun pageuh
rasal dari anak raja yang tengah ber- jadi manik sakurungan, pakeuneun teja
sabumi. Hulun bakti di tohaan, ewe bakti
tahta, bisa juga berasal dari raja-raja
di laki, anak bakti di bapa, sisya bakti di
bawahan yang berkuasa di daerah da- guru, mantra bakti di mangkubumi,
lam kekuasaan Kerajaan Sunda. Selan- mangkubumi bakti ka ratu, ratu bakti di
jutnya, Prebu atau seorang Raja Kera- dewata. (Danasasmita, 1987: 86)
jaan Sunda, dalam pemerintahannya
dibantu oleh seorang Mangkubumi da- Terjemahannya kurang lebih adalah
lam melaksanakan tugas sehari-hari pa- demikian:
da pusat pemerintahan kerajaannya. Ini yang harus ditemukan dalam
Mangkubumi dibantu oleh beberapa sabda, ketentuan batara di dunia agar
orang yang jabatannya disebut Nu teguh menjadi “permata di dalam
Nangganan. Seorang Nu Nangganan sangkar” untuk cahaya seluruh dunia.
akan dibantu oleh beberapa pejabat Hamba tunduk kepada majikan, istri
tunduk kepada suami, anak tunduk
yang disebut Mantri. Kemudian seorang
kepada bapak, siswa tunduk kepada
Mantri akan dibantu oleh beberapa
guru, mantri tunduk kepada mangku-
Wado. Para Wado itu kemudian yang bumi, mangkubumi tunduk kepada
akan berhubungan langsung dengan raja, raja tunduk kepada dewata
rakyat di kerajaan tersebut. Hal tersebut (Danasasmita, 1987: 110)
tertulis dalam Sanghyang Siksakanda Ng
Karesian sebagai berikut: Dalam pemerintahan daerah, Pre-
Nihan sinangguh dasa prebakti ngaranya. bu atau raja akan dibantu oleh raja-raja
Anak bakti di bapa, ewe bakti di laki,
14
Rekonstruksi Kerajaan Galuh … —Nina Herlina Lubis, dkk.
15
Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016
16
Rekonstruksi Kerajaan Galuh … —Nina Herlina Lubis, dkk.
tensinya, yakni menyangkut keluasan Hal tersebut adalah salah satu tu-
atau lingkupnya yang mengandung gas para mahaguru untuk men-
segala macam dunia dengan seluruh jelaskannya, di samping terus berlomba
bagian dan aspeknya sehingga tidak ada dalam belajar serta beribadah demi
sesuatu pun yang dikecualikan. Ini mencapai kesempurnaan hidup, baik di
artinya masyarakat Sunda memiliki sakala ‘dunia kini’ maupun di niskala
pandangan tentang kesejajaran antara ‘akhirat kelak’. Pada bagian berikutnya
makrokosmos dan mikrokosmos, antara ditegaskan bahwa tidak ada lagi tempat
jagat raya dan dunia manusia. Sapta- selain yang telah disebutkan tadi.
patala itu susunan bentuknya bagaikan Alam semesta ini kenyataannya
kerucut tengadah, yang terdiri atas pata- tanpa batas. Yang namanya arah pen-
la, nitala, sutala, talantala, talaningtala, juru angin (utara-timur laut-timur-
mahatala, dan atyanta artapatala ‘neraka tenggara-selatan-barat daya-barat-barat
terdalam yang sangat mengerikan’. Se- laut), atas maupun bawah itu
dangkan susunan Saptabuana atau Bu- hakikatnya hanya ada dalam angan-
anapitu menyerupai keadaan sarang leb- angan. Di dalam angan-angan itu pula-
ah berbentuk labu, terdiri atas buwahlo- lah bahwa sorga itu adanya di atas, tem-
ka, suwahloka, janahloka, tapwaloka, satya- pat para ruh halus, seperti ruh para
loka, mahaloka, dan atyanta artaloka ‘sorga mahluk suci, ruh para leluhur, dan ruh
tertinggi’. para pemimpin yang saleh. Para pandita
Setelah saptabuana masih ada tem- ‘kaum cendikia’ menyerukan kepada
pat tujuh susun yang bersuasana “sunyi semua manusia untuk senantiasa mem-
-hampa”, yaitu sunya, atisunya, para- perhatikan Sang Hyang Darma ‘Kitab
masunya, atyantasunya, nirmalasunya, Suci Petunjuk Keadilan’.
suksmasunya, dan acintyasunya. Di Seti ap man u si a h a r us dap at
atasnya lagi adalah tujuh susun yang mel epaskan diri dari kebodohan .
berupa tempat “kesirnaan-lenyap”, yai- Lihatlah ahli bangunan, pelukis, pema-
tu taya, atitaya, paramataya, atyantataya, hat, perangkai bunga, dan pekerja
nirmalataya, suksmataya, dan acintyataya. lainnya, termasuk pula bermacam ajian
Kemudian, di atas tempat tersebut berupa ayat-ayat suci dan doa-doa.
masih ada tempat yang dinamakan Semua itu adalah kepandaian yang ha-
abyantarataya ‘bagian terdalam rus dianggap sebagai pangkal ilmu
kesirnaan’. Abyantarataya artinya tidak pengetahuan. Inilah yang dinamakan
dapat terjangkau oleh cahaya bintang, Sang Hyang Ajnyana ‘Ilmu Pengetahuan’
bulan, matahari, pelangi, bianglala, yang harus dicari para siswa, yang pada
kabut, asap, awan, hujan, petir, halilin- hakikatnya sudah ada di dalam setiap
tar, guruh, guntur, meteor, paramanuh diri manusia, hewan, dan tumbuhan.
‘partikel-partikel kecil, atom’, dan Buana adalah bumi dan angkasa,
berbagai suara mahluk hidup. Semua sedangkan sarira adalah semua yang
itu tidak akan pernah sampai ke sana. ada di bumi dan di angkasa serta di an-
Setelah abyantarataya adalah pan- tara keduanya. Sarira di angkasa adalah
catanmantra ‘lima unsur halus’ yang benda-benda langit, seperti bulan, bin-
terdiri atas buddi ‘bijak’, guna ‘pandai’, tang, matahari, dan planet-planet
pradana ‘saleh’. Di atas itu terdapat lainnya pengisi jagat raya. Sarira di
sunyataya nirmala ‘kesunyisenyapan suci bumi adalah benda-benda bumi, seperti
abadi’; dan berakhir pada kanirasrayan air, gunung, samudra, manusia, bi-
‘kemahakuasaan/kebebasan tertinggi’, natang, tumbuhan, dan sebagainya.
yakni takdir. Semua itu ialah Sang Hyang Ajnyana
17
Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016
18
Rekonstruksi Kerajaan Galuh … —Nina Herlina Lubis, dkk.
19
Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016
20
Rekonstruksi Kerajaan Galuh … —Nina Herlina Lubis, dkk.
21
Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016
22