Anda di halaman 1dari 14

REKONSTRUKSI KERAJAAN GALUH ABAD VIII-XV

Nina Herlina Lubis, Mumuh Muhsin Z., Kunto Sofianto, Dade Mahzuni,
Widyonugrohanto, R.M. Mulyadi, Undang Ahmad Darsa
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran
ninaherlinalubis@gmail.com

ABSTRACT ABSTRAK

The title of this research is Reconstruction of Judul penelitian ini adalah Rekonstruksi Galuh
Galuh Kingdom in 8th-15thcentury. Issue that Raya di abad ke-8-15. Masalah yang akan dipela-
will be studied is how to unravel the location of jari adalah bagaimana mengungkap lokasi dari
the capital and palace shape of Galuh Kingdom. bentuk modal dan istana Kerajaan Galuh. Untuk
To answer the issue is used the historical method menjawab masalah tersebut digunakan metode
which consists of four steps, namely heuristic, sejarah yang terdiri dari empat langkah, yaitu
criticism, interpretation, and historiography. heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.
Result of this research is that the existence of Hasil penelitian ini adalah bahwa keberadaan
Galuh Kingdom is a history, not a myth. Histori- Kerajaan Galuh adalah sejarah, bukan mitos.
cal sources which support the many arguments Sumber-sumber sejarah yang mendukung ban-
of its existence including inscriptions, foreign yak argumen keberadaannya termasuk prasasti,
news, ancient manuscripts, social facts and men- berita asing, naskah kuno, fakta sosial dan fakta
tal facts. In addition, the life of its existence as mental. Selain itu, kehidupan keberadaannya
long as eight centuries shows that Galuh King- selama delapan abad menunjukkan bahwa Kera-
dom is not just existent but also strong because jaan Galuh tidak hanya ada tapi juga kuat karena
it is supported by a variety of solid and coherent didukung oleh berbagai sistem yang solid dan
system. Concerning about the location of capital koheren. Mengenai tentang lokasi ibukota dan
and shape of the Kingdom , it still needs to ex- bentuk Kerajaan, masih perlu untuk menjelajahi
plore further. lebih lanjut.

Keywords: Reconstruction, Galuh Kingdom, Kata kunci: Rekonstruksi, Galuh Raya, dan Jawa
and West Java Barat

PENDAHULUAN abad ke-15 dipusatkan di Pakuan Paja-


jaran hingga runtuh tahun 1579. Wila-
Di Tatar Sunda terdapat dua kera- yah kekuasaannya membentang dari
jaan besar yaitu Kerajaan Sunda dan Ke- Provinsi Banten, DKI Jakarta, Provinsi
rajaan Galuh yang sanggup memper- Jawa Barat hingga sebagian Provinsi
tahankan eksistensinya dari abad ke-8 Jawa Tengah sekarang. Akan tetapi,
hingga abad ke-16 di kawasan Tatar keberadaan kerajaan ini belum banyak
Sunda. Kerajaan Galuh berlokasi di ka- terungkap terutama jika pertanyaan
wasan Galuh, dan salah satu keratonnya difokuskan pada lokalitas tempat
terletak di Kawali, Kabupaten Ciamis berdirinya bangunan kerajaan. Informa-
sekarang sedangkan Kerajaan Sunda, si mengenai masa lalu kerajaan ini
berlokasi di kawasan Bogor sekarang, sebenarnya cukup tersedia dalam
dan beribukota Pakuan Pajajaran. Ke berbagai media, seperti prasasti, naskah
dua kerajaan ini pernah dipersatukan kuna, berita asing, dan benda-benda
dengan perkawinan, dan dari akhir arkeologis lainnya. Selain itu, fakta so-

Paramita Vol. 26 No. 1 - Tahun 2016 [ISSN: 0854-0039, E-ISSN: 2407-5825] 9


Hlm. 9—22
Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016

sial dan fakta mental pun cukup naskah-naskah Sunda lama dan prasas-
banyak. ti-prasasti terkait. Kedua, mengangkat
Namun, dalam penelitian yang Astana Gede sebagai ikon tinggalan Ke-
kami l ak ukan sek ar an g i n i l ebi h rajaan Galuh sehingga dikenal oleh
difokuskan pada upaya pencarian letak masyarakat Sunda, Indonesia, dan
ibu kota dan bangunan bekas Kerajaan masyarakat internasional. Ketiga, mem-
Galuh yang berlokasi di situs Astana bantu pemerintah Provinsi Jawa Barat
Gede, Kecamatan Kawali, Kabupaten dalam melestarikan situs Astana Gede
Ciamis sekarang karena lokasi bekas Kawali sebagai wilayah cagar budaya
Kerajaan Sunda di sekitar Batutulis Bo- yang dapat dikembangkan menjadi des-
gor kecil kemungkinan untuk diteliti tinasi wisata sejarah yang unggul.
mengingat di sana sudah menjadi tem-
pat pemukiman penduduk dan pertoko-
an. Aspek yang menjadi masalah adalah METODE PENELITIAN
luasan lokasi Situs Astana Gede itu
cukup besar, sekitar 5 hektar dan ham- Untuk merekonstruksi Kerajaan
pir seluruh jejak fisik masa lalu ibu kota Galuh, pertama-tama dipergunakan
dan bekas kerajaan itu terkubur tanah. metode arkeologi, khususnya untuk
Untuk mengungkapnya diperlukan kegiatan ekskavasi situs Astana Gede.
kinerja yang maksimal dengan biaya Setelah itu, untuk membuat rekon-
yang sangat besar. Selain itu, diperlukan struksi imajinatif tentang sejarah Kera-
juga keterlibatan berbagai disiplin jaan Galuh, metode yang digunakan da-
keilmuan dan berbagai instansi. lam penelitian ini adalah metode sejarah
Berbagai disiplin keilmuan yang dengan pendekatan multidimensional.
diperlukan adalah sejarah, arkeologi, Konsep-konsep ataupun teori An-
filologi, antropologi, dan geologi. Untuk tropologi, Filologi, geologi di-
kepentingan ini pun dilakukan Focus pergunakan untuk membantu membuat
Discusion Group yang menghadirkan eksplanasi historis. Dalam tataran teknis
pembicara Dr. Hendrik E. Niemeijer, operasional, metode sejarah terbagi ke
sejarawan dari Belanda; Dr. Shakila Par- dalam empat tahapan, yaitu heuristik,
ween binti Yacob, sejarawan dari Malay- kritik, interpretasi, dan historiografi
sia; para arkeolog antara lain terdiri atas (Garraghan, 1946; Gottschalk, 1969).
Dr. Hasan Djafar, Dr. Richadiana Karta- Heuristik adalah proses mencari dan
kusuma, Dr. Titi Surti Nastiti, Sudarti mengumpulkan data di berbagai per-
Priyono, M.Hum, Lutfi Yondri M.Hum, pustakaan baik yang berada di Ban-
Etty Saringendiyanti, M.Hum, dan Drs. dung, Jakarta, atau pun kota lainnya
Wan Irama, serta Budimansyah dan juga di Arsip Nasional Jakarta serta
S.T.yang membantu dalam pemotretan Arsip Daerah. Kemudian seluruh data
dan pemetaan. yang terkumpul baik yang berupa
Kami menyadari tercapainya manuskrip, buku-buku, atau pun surat
tujuan itu masih cukup jauh. Oleh kare- kabar dan majalah diproses untuk
na itu, pada tahap ini tujuan penelitian dikritik dan dinterpretasikan sehingga
diarahkan pada tiga hal. Pertama, mem- menghasilkan rangkaian fakta yang
buat rekonstruksi imajinatif dalam ben- logis. Tahapan terakhir dari metode se-
tuk historiografi tentang peranan dan jarah adalah menuliskan fakta tersebut
fungsi Astana Gede Kawali. Caranya dalam sebuah historiografi.
dengan melakukan ekskavasi dan mem-
buat eksplanasi dengan menggunakan

10
Rekonstruksi Kerajaan Galuh … —Nina Herlina Lubis, dkk.

HASIL DAN PEMBAHASAN (di medan juang)

Fungsi Kompleks Astana Gede Prasasti (I) yang lebih panjang bunyinya
sebagai berikut:
Kompleks Astana Gedé di Keca- ## nihan tapa ka-
matan Kawali Kabupaten Ciamis, pada li nu siya mulia tapa bha-
gya parebu raja was-
mulanya kemungkinan dibangun se-
tu mangadeg di kuta kawa-
bagai kabuyutan yang berfungsi sebagai li nu mahayu na kadatuan
PadépokanKabataraan di bawah otoritas surawisésa nu marigi sa-
golongan ke-rama-an atau bisa pula kulili(ng) dayeuh nu najur sagala
berupa Padépokan Kawikuan di bawah désa aya ma nu pa(n)deuri pakéna
otoritas golongan ke-resi-an, yakni tem- gawé rahayu pakeun heubeul jaya
pat Niskala Wastu Kancana mengasing- di na buana ##
kan dirinya. Peristiwa tragis yang me-
nimpa ayahanda, yaitu Prabu Maharaja Inilah (tanda peringatan pertama)
Kawali, ialah yang mendapat keba-
beserta kaum keluarganya di Bubat pa-
hagiaan dari bertapa, Prebu Raja
da tahun 1357 Masehi pastilah sangat
Wastu yang berkuasa di Kota Kawali,
menimbulkan kepiluan yang teramat yang memperindah keraton Sura-
mendalam. Namun, berkat asuhan wisesa, yang memperkokoh pertahan-
Rahyang Bunisora (Maharaja Suradipati, an sekeliling ibu kota dengan parit,
paman sekaligus mertuanya), ia berdaya yang memakmurkan segenap daerah,
upaya agar Galuh mampu menghadapi semoga yang (berkuasa) kemudian
setiap serangan dari luar. Demi me- mengikuti kebajikan supaya lama ber-
nanamkan gagasannya pula, ia terlebih daulat di dunia.
dahulu menempa di rinya pribadi
d en gan m en j al an i h i d u p se ba ga i Para peneliti hingga kini masih
pertapa (ilmuwan), seperti diberitakan berpendapat bahwa Prebu Wastu yang
dalam Carita Parahiyangan: brata siya puja tercatat pada prasasti tadi adalah tokoh
tanpa lum ‘ia berpuasa dan bertapa tidak yang sama dengan Prabu Niskala Wastu
mengenal batas’. Niskala Wastu tidak Kancana dalam naskah Carita Parahi-
pernah meninggalkan pedoman kenega- yangan (CP). Ia menjadi raja selama 104
raan yang pernah dijalankan para pen- tahun.“Perabu Raja Wastu yang ber-
dahulunya, yaitu purbatisti purbajati ser- tahta kota Kawali, yang memperindah
ta diharapkannya agar para penerusnya kedaton Surawisesa, yang membuat
tetap berpegang kepada pedoman yang saluran (parit) di sekeliling ibukota.”
diamanatkannya dalam prasasti Kawali Berdasarkan kutipan tersebut kita
II, sebagai berikut: dapat mengetahui bahwa dia memin-
aya ma dahkan ibukota kerajaan ke Kawali
(‘Semoga ada) (Ciamis Utara), dari situs yang sekarang
nu ngeusi bha- dikenal dengan sebutan Karangkamul-
(yang mengisi) yan. Keraton sudah ada, jadi tidak mem-
gya kawali ba- bangun yang baru, melainkan di dalam
(Kawali dengan kebahagiaan)
prasasti itu jelas-jelas dikatakan mahayu,
ri pakéna kere-
yakni ‘memperindah’ (Sunda sekarang:
(agar tercapai kesejahteraan)
ta bener ngoméan, ngahadéan) keraton bernama
(yang sesungguhnya) Surawisesa. Fungsi pembuatan saluran
pakeun na(n)jeur di sekeliling ibukota sudah pasti di
(demi keunggulan) samping untuk kepentingan pertahan-
na juritan.

11
Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016

an, juga untuk mencegah bencana alam. Gambaran Konstruksi Keraton di Ga-
Sampai kini orang sepakat bahwa, Pra- luh
bu Raja Wastu adalah tokoh yang sama
dengan sebutan Prabu Niskala Wastu Salah satu naskah Sunda yang
Kancana dalam CP, piagam Kebantenan memberi gambaran tentang struktur
Bekasi, dan prasasti Batutulis Bogor. serta konstruksi kompleks keraton Ga-
Niskala Wastu Kancana mempunyai luh adalah naskah berbahan lontar yang
dua orang isteri, dan dari setiap isteri ditulis olek Kai Raga di Kamandalaan
lahir anak laki-laki. Akibatnya, ia Gunung Kumbang, yang berjudul Carita
terpaksa membagi kerajaanya menjadi Ratu Pakuan. Berikut ini kutipan dari
dua, Pakwan Pajajaran dan Galuh naskah tersebut:
Pakwan.
Pengganti Niskala Wastu, Dicarita Ambetkasih,
menurut Carita Parahiyangan pada lem- (Tersebutlah Ambetkasih,)
pir verso 22 ialah Tohaan di Galuh, inya nu kadeungeun sakamaruan,
surup di gunung tiga, sedangkan (diiring para madunya,)
menurut Piagam Kebantenan lempeng E bur payung agung ngawah tugu,
42a-b penggantinya ialah Rahiyang (mengembanglah payung kebe-
Ningrat Kancana, dalam pasasti Batutulis saran ngawah tugu,)
Bogor: Rahiyang Déwaniskala sang sida nu saur manuk sabda tunggal,
mokta di guna tiga. Berdasarkan kutipan (mereka yang sepakat pada mer-
tersebut dapat diketahui bahwa Tohaan estui,)
di Galuh, bernama Rahiyang Ningrat nu dék mulih ka Pakuan.
Kancana atau Rahiyang Dewaniskala (yang hendak kembali ke Pakuan.)
yang memerintah selama 7 tahun (1475- Saundur ti dalem timur,
1482 M). (Sekepergiannya dari istana ti-
Dalam pada itu, di Kerajaan Sun- mur,)
da berkuasa Prabu Susuktunggal(1475- kadaton wétan buruan,
1482 M). Dalam CP (30ab) dinyatakan, (pelataran keraton timur,)
“Sang Susuktunggal ialah yang membu- Si Mahut Putih Gedémanik,
at tahta Sriman Sriwacana untuk peno- (Si Mahut Putih Gedemanik)
batan Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Mayadatar ngarana.
Pakwan Pajajaran, yang bertahta di ke- (Mayadatar namanya.)
raton Sri-Bima Punta Narayana Madura Sunialaya ngarana,
Suradipati, yaitu keraton Sanghiyang Sri (Sunialaya namanya,)
Ratudewata. Peninggalan Sang Susuk- dalem Sri Kancana Manik,
tunggal adalah warisan negeri yang in- (istana Sri Kancana Manik,)
dah dan makmur, sebagai bukti raja uta- bumi ringgit cipta ririyak,
ma.” Ia pun digantikan oleh Sang Ratu (rumah berukir dibuat gemer-
Jayadewata. Kemudian Sang Ratu Jaya- lapan,)
dewata alias Sri Baduga Maharaja Ratu di Sanghiyang Pandan Larang,
Haji di Pakuan Pajajaran, dikenal se- (di Sanghiyang Pandan Larang,)
bagai sang mwakta ring Rancamaya ‘yang dalem Si Pawindu Hurip.
dipusarakan di Rancamaya’. Sang Ratu (istana si Pawindu Hurip.)
J ayad ew at a m ew ar i si si n g gas an a Bumi hiji beunang ngukir,
Pakwan Pajajaran karena per- (Rumah pertama yang penuh
nikahannya dengan seorang puteri Sang ukiran,)
Susuktunggal. Kadua beunang ngaréka,

12
Rekonstruksi Kerajaan Galuh … —Nina Herlina Lubis, dkk.

(yang kedua rumah penuh ukiran, ibarat raja, ucap kita ibarat rama, budi
Katiluna bumi bubut,) kita ibarat resi. Itulah tritangtu di
(yang ketiga rumah penuh bu- dunia, yang disebut peneguh dunia.
Ini triwarga dalam kehidupan. Wisnu
butan halus,)
ibarat prabu, Brahma ibarat rama,
Kaopatna limas kumureb,
Isora ibarat resi. Karena itulah tri-
(yang keempat berbentuk limas tangtu menjadi peneguh dunia, tri-
kumureb,) warga menjadi kehidupan di dunia.
Kalimana badawang sarat, Ya disebut tritangtu pada orang
(yang kelima tembus pandang se- banyak namanya (Danasasmita dkk,
jagat,) 1987:114-115)
Kagenepna bumi tepep,
(yang keenam rumah beratap Prebu adalah pemegang tampuk
tumpul,) pemerintahan yang utama. Prebu men-
Katujuhna hanjung méru, jalankan fungsi eksekutif atau
(yang ketujuh anjungan pagoda,) pemerintahan. Prebu inilah yang disebut
Kadalapan tumpang sanga, Raja Galuh dan tinggal menetap di kera-
(yang kedelapan berumpak sembi- ton yang terletak di ibukota kerajaan
lan,) sebagai pusat pemerintahan. Lalu yang
Kasalapan pagencayan. kedua adalah Rama. Rama kurang lebih-
(yang kesembilan rumah gemer- nya berfungsi sebagai penasehat atau
lap.) badan legislatif yang berfungsi juga se-
bagai penasehat dan pembimbing. Tem-
pat tinggal Rama ini adalah Keramaan
Pemerintahan Kerajaan Galuh atau Kebataraan. Letaknya di luar ibu
kota kerajaan. Kemudian yang ketiga
Pemerintahan Kerajaan Galuh adalah Resi. Resi berfungsi sebagai pen-
memiliki kekhasannya sendiri, yaitu gadilan atau badan yudikatif. Resi ting-
terbagi dalam tiga kekuasaan. Prebu- gal di Karesian. Letaknya juga di luar
Rama-Resi. Tiga kekuasaan itu disebut ibukota negara seperti halnya Kebata-
Tri Tangtu di Buana. Dalam naskah raan (Lubis dkk, 2013: 207). Ketiga
kuno Sanghyang Siksakandang Ng Kare- kekuasaan tersebut yang membentuk
sian (ditulis 1518) disebutkan : suatu segitiga pemerintahan dalam Ke-
Ini ujar sang sadu basana mahayu rajaan Galuh yang disebut Tri Tangtu di
drebyana. Ini tri-tangtu di bumi. Bayu Buana.
kita pina/h/ ka prebu, sabda kita pina/h/ Ketika Karangkamulyan menjadi
ka rama, h(e)dap kita pina/h/ka resi. Ya
pusat pemerintahan kerajaan atau tem-
tritangtu di bumi, ya kangken pineguh
ning bwana ngara(n)na. Ini triwangsa di pat bertahtanya Prebu maka yang
lamba, Wisnu kangken prabu, Brahma diduga menjadi tempat Keramaan adalah
kangken rama, Isora kangken resi. Nya Galunggung, dan yang diduga tempat
mana tritan(g)tu pineguh ning bwana, Karesiannya adalah di daerah yang ber-
triwarga hurip ning jagat. Ya sinangguh nama Denuh di Ciamis sedangkan Asta-
tritan(g)tu di nu reya ngaranya na Gede sebelum menjadi tempat ber-
(Danasasmita dkk,1987: 90) tahtanya Wastu Kencana diduga men-
jadi Kabuyutan suatu tempat pemujaan
Terjemahan kurang lebih adalah sebagai atau Balay Pamujan (Kartakusuma,
berikut: 2015). Begitu pula ketika Astana Gede
Ini ujar sang budiman waktu menyen-
Kawali menjadi pusat pemerintahan
tosakan pribadinya. Inilah tiga ke-
tentuan di dunia. Kesentosaan kita
Wastu Kencana maka Rama diduga

13
Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016

tetap bertempat di Galunggung dan hulun bakti di pacandaan, sisya bakti di


Denuh diduga menjadi tempat Resi se- guru, wang tani bakti di wado, wado bak-
ti di mantra, mantra bakti di nu nang-
hingga Tri Tangtu di Buana Kerajaan Ga-
ganan, nu nangganan bakti di mangku-
luh itu adalah Prebu bertahta di Ka- bumi, mangkubumi bakti di ratu, ratu
rangkamulyan dan Astana Gede, Resi bakti di dewata, dewata bakti di hyang.
berada di Denuh dan Rama berada Ga- Ya ta sinangguh dasa prebakti ngara(n)na
lunggung. (Danasasmita dkk, 1987: 74)

Terjemahannya kurang lebih adalah se-


Birokrasi dalam Kerajaan Galuh bagai berikut:

Birokrasi dalam Kerajaan Galuh Ini yang disebut dasa prebakti. Anak
tidaklah banyak diketahui. Raja adalah tunduk kepada bapak, istri tunduk
penguasa tertinggi dalam kerajaan. Se- kepada suami, hamba tunduk kepada
perti telah disebutkan diatas bahwa da- majikan, siswa tunduk kepada guru,
lam pola pemerintahan Sunda Tri Tang- petani tunduk kepada wado, wado
tunduk kepada mantri, mantri tun-
tu di Buana, raja disebut Prebu. Dia ber-
duk kepada nu nangganan, nu nang-
tahta di keraton yang menjadi tempat
ganan tunduk kepada mangkubumi,
tinggalnya dan sekaligus menjadi pusat mangkubumi tunduk kepada raja,
pemerintahannya. Selain raja di keraton raja tunduk dewata, dewata tunduk
biasanya terdapat Putra Mahkota. Putra kepada hyang. Ya itulah yang disebut
Mahkota adalah seorang yang dididik dasa prebakti (Danasasmita, 1987: 96)
dan dipersiapkan untuk menjadi peng-
ganti raja jika raja meninggal atau Selain itu Sanghyang Siksakanda Ng Kare-
mengundurkan di ri. Sebagai per- sian juga menyebutkan :
ban din gan , pada K eraj aan Sunda Ini na pamanggihkeuneun dina sakala,
seorang Putra Mahkota tidak selalu be- tangtu batara di bwana pakeun pageuh
rasal dari anak raja yang tengah ber- jadi manik sakurungan, pakeuneun teja
sabumi. Hulun bakti di tohaan, ewe bakti
tahta, bisa juga berasal dari raja-raja
di laki, anak bakti di bapa, sisya bakti di
bawahan yang berkuasa di daerah da- guru, mantra bakti di mangkubumi,
lam kekuasaan Kerajaan Sunda. Selan- mangkubumi bakti ka ratu, ratu bakti di
jutnya, Prebu atau seorang Raja Kera- dewata. (Danasasmita, 1987: 86)
jaan Sunda, dalam pemerintahannya
dibantu oleh seorang Mangkubumi da- Terjemahannya kurang lebih adalah
lam melaksanakan tugas sehari-hari pa- demikian:
da pusat pemerintahan kerajaannya. Ini yang harus ditemukan dalam
Mangkubumi dibantu oleh beberapa sabda, ketentuan batara di dunia agar
orang yang jabatannya disebut Nu teguh menjadi “permata di dalam
Nangganan. Seorang Nu Nangganan sangkar” untuk cahaya seluruh dunia.
akan dibantu oleh beberapa pejabat Hamba tunduk kepada majikan, istri
tunduk kepada suami, anak tunduk
yang disebut Mantri. Kemudian seorang
kepada bapak, siswa tunduk kepada
Mantri akan dibantu oleh beberapa
guru, mantri tunduk kepada mangku-
Wado. Para Wado itu kemudian yang bumi, mangkubumi tunduk kepada
akan berhubungan langsung dengan raja, raja tunduk kepada dewata
rakyat di kerajaan tersebut. Hal tersebut (Danasasmita, 1987: 110)
tertulis dalam Sanghyang Siksakanda Ng
Karesian sebagai berikut: Dalam pemerintahan daerah, Pre-
Nihan sinangguh dasa prebakti ngaranya. bu atau raja akan dibantu oleh raja-raja
Anak bakti di bapa, ewe bakti di laki,

14
Rekonstruksi Kerajaan Galuh … —Nina Herlina Lubis, dkk.

daerah. Raja-raja daerah ini jabatannya Agama dan Budaya


disebut Tumenggung Adipati. Dalam tu-
gas sehari-hari para raja daerah ini ber- Agama merupakan salah satu un-
laku layaknya raja merdeka walaupun sur kehidupan yang terdapat sepanjang
masih mengakui raja di pusat sejarah masyarakat. Menurut Norbeck
pemerintahan kerajaan sebagai tuan (1974: 3), pada masyarakat manusia,
yang utama mereka. Di pelabuhan ter- agama bersifat universal. Walaupun in-
dapat pejabat yang bergelar Syahbandar dividu-individu yang non-religius
yang tugasnya mewakili raja dalam makin umum di kalangan masyarakat
mengurus masalah perdagangan di modern, tetapi kepercayaan keagamaan
pelabuhan (Nastiti, 2012: 254). tetap saja dipegang oleh semua
Selain itu, ada pejabat lain yang masyarakat dari sejak jaman dahulu
tugasnya memungut pajak. Gelar jab- sampai sekarang. Keuniversalan agama
atan itu biasanya disamakan dengan menurut sejumlah ahli disebabkan kare-
nama pajak yang mereka pungut dari na fungsinya di dalam kehidupan
rakyat. Para penarik pajak itu disebut- manusia. Salah satunya adalah Weber
kan dalam Sanghyang Siksakanda Ng Ka- (1954: 5), menyatakan bahwa bagi strata
resian dengan nama-nama pangurang, sosial yang mempunyai hak-hak is-
dasa, calagara, upeti panggeres reuma timewa, agama terutama berfungsi se-
(Danasasmita dkk, 1987: 78). Pada bagai suatu alat untuk melegitimasi atau
umumnya disebut Pangurang. Akan membenarkan posisi sosial mereka yang
tetapi, biasanya disebut dengan nama berkuasa dan memiliki hak-hak is-
yang sama dengan nama pajak yang timewa. Sedangkan bagi mereka yang
dipungutnya. Misalnya Dasa yang tidak mempunyai hak-hak istimewa,
merupakan pajak dalam bentuk tenaga fungsi agama dilihat sebagai media un-
perseorangan. Calagara adalah pajak da- tuk memperoleh keselamatan dan lepas
lam bentuk tenaga kolektif. Kapas Tim- dari penderitaan.
bang sering disebut juga upeti yang Agama yang dianut Raja-raja Sun-
berupa pajak kapas sebanyak 10 pikul da adalah agama Hindu terutama Hin-
yang harus diberikan kepada penguasa du Saiwa. Namun toleransi Raja-raja
daerah atau penguasa pusat. Lalu Pare Sunda cukup besar sehingga ada juga
Dongdang atau Panggeres Reuma adalah masyarakat yang beragama Hindu
pajak berupa sisa-sisa hasil panen dari Waisnawa dan kerajaan bawahan, yaitu
ladang yang harus diberikan pada peng- Kerajaan Talaga yang beragama Budha.
uasa daerah atau penguasa pusat. Hal ini dibuktikan dalam prasasti
Selain itu, masih ada Beya yaitu sema- Sanghyang Tapak (1030 M), prasasti Ka-
cam retribusi yang dipungut oleh wali, naskah Carita Parahiyangan naskah
seorang petugas di pelabuhan, muara Sewaka Darma (abad ke-16), atau Serat
sungai, tempat penyeberangan dan tem- Dewa Budha (1435 M), Serat Catur Bumi,
pat tempat tertentu lainnya. Pemungut- naskah Sanghyang Raga Dewata, Kawih
nya sering disebut dengan Beya (Nastiti, Paningkes, naskah Jati Niskala, serta
2012: 255). Jadi, birokrasi yang berlaku naskah Sanghiyang Siksakandang Karesian
di Kerajaan Sunda, kemungkinan berla- (1518 Masehi).
ku pula di Galuh mengingat hubungan Namun perlu dijelaskan bahwa
yang erat di antara kedua kerajaan ter- sejak akhir abad ke-15, muncul ajaran
sebut. agama yang menekankan pemujaan ter-
hadap hiyang, yang ditunjukkan oleh
adanya “penurunan” derajat dewata

15
Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016

berada di bawah hiyang. Hal ini secara Wujud”’.


implisit dapat dibaca pada naskah
Sanghiyang Siksakandang Karesian, yaitu: Dari kutipan di atas jelas bahwa
“…ratu bakti di dewata, dewata bakti di hi- hiyang adalah Batara Seda Niskala
yang …” ‘…raja tunduk kepada dewata, ‘Tuhan yang maha gaib’ yaitu tokoh
dewata tunduk kepada hi- tertinggi yang dipercaya sebagai tujuan
yang ...’ (Danasasmita, 1987: 74) Tome akhir perjalanan bakti manusia. Juga
Pires dalam bukunya Summa Oriental dibedakan antara tempat kedudukan
(1513-1515), menulis demikian:”…Raja hiyang di kahyangan dan tempat dewa
Sunda memuja berhala, demikian pula di surga. Orang dapat masuk ke surga
semua pembesa r ke raj aan n ya… ”. dengan cara munggah, dan dapat masuk
(Heuken, 1999: 7) ke kahiyangan dengan cara mokta. Se-
Lebih rendahnya kedudukan de- mentara itu, dalam naskah Sewaka Dar-
wa-dewa mengakibatkan ajaran Hindu ma disebutkan bahwa seseorang yang
yang dianut tidaklah sepenuhnya dija- telah mencapai kelepasan jiwa akan da-
lankan sesuai dengan ajaran dari tempat tang di kahiyangan. (Danasasmita, 1987:
aslinya, terbukti bahwa Raja-raja Sunda 53)
tidak terlalu menekankan pada pem- Kepercayaan tentang alam semes-
bangunan candi-candi atau pembuatan ta atau kosmologi pada masa Kerajaan
arca-arca dewa yang monumental seper- Sunda tergambar dalam naskah yang
ti di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jadi, berupa bundel nipah berjudul Sang
tidak mengherankan juga bahwa di Ta- Hyang Hyu ‘Tuntunan Kebajikan’.
tar Sunda, tidak banyak ditemukan can- Isinya, antara lain, menggambarkan hal-
di karena kedudukan leluhur tertinggi hal yang berkaitan dengan sistem kos-
yang diwujudkan dalam “hyang” lebih mologi Sunda yang berdasarkan konsep
diutamakan daripada para dewa Hin- triumvirate ‘tiga serangkai, tritunggal’
du/Buddha. yang terbagi ke dalam (1) susunan
Hal itu sejalan dengan kelanjutan dunia bawah, saptapatala ‘tujuh neraka’,
isi naskah itu ketika mengisahkan pen- (2) buhloka adalah bumi tempat kita saat
guasa alam selesai menciptakan dunia ini yang disebut madyapada; dan (3)
(Danasasmita, 1987: 86) susunan dunia atas, saptabuana atau bu-
/ ….Sakala batara jagat ngretakeun bumi anapitu ‘tujuh sorga hingga alam ma-
niskala. Basana: Brahma, Wisnu, Isora, hagaib yang tak bisa ditembus oleh ma-
Mahadewa, Siwah, bakti ka Batara! Basa- khluk halus apa pun karena tempat itu
na: Kusika, Garga, Mestri, Purusa, Pata adalah persemayaman Dzat Tunggal
(n)jala, bakti ka Batara! Sing para dewata
Maha Kuasa, Hyang Manon’. Jadi, di
kabeh pada bakti ka Batara Seda Niskala.
P ah i m a ng g i h k e un s i t uh u la wa n
antara saptapatala dan saptabuana disebut
pretyasa. madyapada, yakni pratiwi ‘dunia tempat
manusia’. Dijelaskan pula dalam teks
Terjemahannya sebagai berikut. naskah ini mengenai adanya hubungan
‘Suara penguasa alam ketika me- antara jagat raya “makrokosmos”
nyempurnakan dunia abadi. Ujarnya: dengan jagat kecil “mikrokosmos” da-
Brahma, Wisnu, isora, Mahadewa, lam raga manusia.
Siwa, baktilah kepada Batara! Ujarn- Ini menggambarkan bahwa, kon-
ya: Kusika, Garga, Mestri, Purusa, sep tata ruang masyarakat Sunda secara
Patanjala, baktilah kepada Batara! kosmologis selalu bersifat triumvirate.
Maka para dewata semua berbakti Dalam tatanan ini, mereka berupaya
kepada Batara Seda Niskala. Semua
mencari makna dunia menurut eksis-
menemukan “yang Hak” dan “yang

16
Rekonstruksi Kerajaan Galuh … —Nina Herlina Lubis, dkk.

tensinya, yakni menyangkut keluasan Hal tersebut adalah salah satu tu-
atau lingkupnya yang mengandung gas para mahaguru untuk men-
segala macam dunia dengan seluruh jelaskannya, di samping terus berlomba
bagian dan aspeknya sehingga tidak ada dalam belajar serta beribadah demi
sesuatu pun yang dikecualikan. Ini mencapai kesempurnaan hidup, baik di
artinya masyarakat Sunda memiliki sakala ‘dunia kini’ maupun di niskala
pandangan tentang kesejajaran antara ‘akhirat kelak’. Pada bagian berikutnya
makrokosmos dan mikrokosmos, antara ditegaskan bahwa tidak ada lagi tempat
jagat raya dan dunia manusia. Sapta- selain yang telah disebutkan tadi.
patala itu susunan bentuknya bagaikan Alam semesta ini kenyataannya
kerucut tengadah, yang terdiri atas pata- tanpa batas. Yang namanya arah pen-
la, nitala, sutala, talantala, talaningtala, juru angin (utara-timur laut-timur-
mahatala, dan atyanta artapatala ‘neraka tenggara-selatan-barat daya-barat-barat
terdalam yang sangat mengerikan’. Se- laut), atas maupun bawah itu
dangkan susunan Saptabuana atau Bu- hakikatnya hanya ada dalam angan-
anapitu menyerupai keadaan sarang leb- angan. Di dalam angan-angan itu pula-
ah berbentuk labu, terdiri atas buwahlo- lah bahwa sorga itu adanya di atas, tem-
ka, suwahloka, janahloka, tapwaloka, satya- pat para ruh halus, seperti ruh para
loka, mahaloka, dan atyanta artaloka ‘sorga mahluk suci, ruh para leluhur, dan ruh
tertinggi’. para pemimpin yang saleh. Para pandita
Setelah saptabuana masih ada tem- ‘kaum cendikia’ menyerukan kepada
pat tujuh susun yang bersuasana “sunyi semua manusia untuk senantiasa mem-
-hampa”, yaitu sunya, atisunya, para- perhatikan Sang Hyang Darma ‘Kitab
masunya, atyantasunya, nirmalasunya, Suci Petunjuk Keadilan’.
suksmasunya, dan acintyasunya. Di Seti ap man u si a h a r us dap at
atasnya lagi adalah tujuh susun yang mel epaskan diri dari kebodohan .
berupa tempat “kesirnaan-lenyap”, yai- Lihatlah ahli bangunan, pelukis, pema-
tu taya, atitaya, paramataya, atyantataya, hat, perangkai bunga, dan pekerja
nirmalataya, suksmataya, dan acintyataya. lainnya, termasuk pula bermacam ajian
Kemudian, di atas tempat tersebut berupa ayat-ayat suci dan doa-doa.
masih ada tempat yang dinamakan Semua itu adalah kepandaian yang ha-
abyantarataya ‘bagian terdalam rus dianggap sebagai pangkal ilmu
kesirnaan’. Abyantarataya artinya tidak pengetahuan. Inilah yang dinamakan
dapat terjangkau oleh cahaya bintang, Sang Hyang Ajnyana ‘Ilmu Pengetahuan’
bulan, matahari, pelangi, bianglala, yang harus dicari para siswa, yang pada
kabut, asap, awan, hujan, petir, halilin- hakikatnya sudah ada di dalam setiap
tar, guruh, guntur, meteor, paramanuh diri manusia, hewan, dan tumbuhan.
‘partikel-partikel kecil, atom’, dan Buana adalah bumi dan angkasa,
berbagai suara mahluk hidup. Semua sedangkan sarira adalah semua yang
itu tidak akan pernah sampai ke sana. ada di bumi dan di angkasa serta di an-
Setelah abyantarataya adalah pan- tara keduanya. Sarira di angkasa adalah
catanmantra ‘lima unsur halus’ yang benda-benda langit, seperti bulan, bin-
terdiri atas buddi ‘bijak’, guna ‘pandai’, tang, matahari, dan planet-planet
pradana ‘saleh’. Di atas itu terdapat lainnya pengisi jagat raya. Sarira di
sunyataya nirmala ‘kesunyisenyapan suci bumi adalah benda-benda bumi, seperti
abadi’; dan berakhir pada kanirasrayan air, gunung, samudra, manusia, bi-
‘kemahakuasaan/kebebasan tertinggi’, natang, tumbuhan, dan sebagainya.
yakni takdir. Semua itu ialah Sang Hyang Ajnyana

17
Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016

‘sumber ilmu pengetahuan’ guna “delapan kearifan’ sebagai pe-


Dinyatakan bahwa tanpa bayu, doman yang harus diketahui dan diji-
sabda, dan hedap manusia seolah-olah wai serta dilaksanakan oleh Sang Sewaka
hanyalah bangkai-bangkai yang lama- Darma ‘Para Pengabdi Hukum’, teruta-
kelamaan busuk dan hancur. Segala ma bagi mereka yang memiliki jabatan
mahl uk beserta al am semesta in i sebagai pemimpin. Hal yang dimaksud
hakikatnya ialah jelmaan tigarahasya masing-masing ialah (1) animan ‘berbudi
dari unsur bayu sabda hedap yang bisa halus/ramah, (2) ahiman ‘tegas’, (3)
melenyapkan kebingunan dan kebodo- mahiman ‘berwawasan luas’, (4) lagiman
han, dapat menyingkirkan sifat-sifat ‘gesit-terampil’, (5) prapti ‘tepat sasaran’,
tamak, dendam, dan iri. Bayu sabda (6) prakamya ‘ulet-tekun’, (7) isitwa
hedap harus digunakan untuk mempela- ‘jujur’, dan (8) wasitwa ‘terbuka bagi
jari kitab suci dan melaksanakan syariat kritik’.
peribadatan sehingga akan tercapai sua- Mengenai budaya waktu itu dapat
tu kekuatan dan kemuliaan. dijejaki dari tinggalan yang ada. Na-
Kasar dan lembutnya bayu sabda mun, tidak banyak tinggalan budaya
hedap dapat diketahui. Kasarnya bayu Sunda dari masa kuna yang bertahan
karena bisa dimasukkan, dikeluarkan, hingga kini, kecuali tinggalan budaya
dan ditahan di hidung; lembutnya bayu yang terbuat dari bahan yang tahan la-
tak terpegang. Kasarnya sabda adalah ma, misalnya prasasti, bangunan suci,
apa saja yang bisa terdengar, terucap- dan sebagian naskah yang terbuat dari
kan, dan tertahan; lembutnya sabda ka- lontar atau daun nipah. Mengenai arsi-
rena tak terlihat. Kasarnya hedap dapat tektur zaman Kerajaan Sunda, seperti
digunakan untuk melihat, mendengar, yang diamati Tome Pires, telah
mencium, meraba, dan merasa; lembut- dikemukakan. Hanya karena bahan
nya hedap karena tak pernah kesulitan bangunan kebanyakan dari kayu, tak
ke mana pun pergi serta begitu cepat ada bangunan yang tertinggal karena
sampai ke tujuan, tak berbekas, dan tak lapuk dan hancur dimakan waktu.
bersisa. Dari naskah Sanghyang Sik-
Bagi para mahaguru, Sunyataya sakandang Karesian, diketahui adanya
Paramarta Wisesa ‘Keagungan Kehening- para ahli sastra, lukis, ukir, gamelan,
an Alam Sirna Abadi’ adalah tempat dan bahasa. Di antara para ahli itu,
pengobar bayu guna melenyapkan ke- misalnya memen ‘dalang’. Ia mengetahui
bingungan, kenikmatan tidur, dan nafsu sejumlah cerita, antara lain Boma, Da-
birahi. Sedangkan Ajimantra Barali marjati, Sanghyang Hayu, Jayasena,
‘Petunjuk Puja Illahi’ adalah alat peng- Sedamana, Pu Jayakarna, Ramayana,
obar sabda tatkala melantunkan ayat- Adiparwa, Korawasarma, Bimasorga, Suma-
ayat kitab suci. Kemudian, Yogasamadi na, Tantri, Ranggalawe, Kalapurbaka, dan
‘Kekhusukan’ merupakan upaya pen- Jarini. Mengherankan juga jika pada ma-
gobar hedap untuk mengagungkan Sang sa itu prepantun ‘ahli pantun’, baru
Khalik. Seseorang dinyatakan sebagai mengetahui empat buah cerita pantun,
pandita ‘cendikia’ jika memiliki: (1) Se- cerita-cerita yang pada umumnya di-
ruan berupa ilmu pengetahuan; (2) anggap asli Sunda, yaitu Langgalarang,
Kasih sayang berupa bayu sabda hedap; Banyakcatra, Haturwangi, dan Siliwangi.
(3) Kesibukan untuk memberi petunjuk, Berbagai jenis kawih seperti kawih
memutuskan, menemukan, berwibawa, pengpeledan, kawih bwatuha, kawih pan-
berkuasan, dan teguh. jang, kawih lalanguan, kawih panyaraman,
Dijelaskan pula mengenai Asta- kawih sisindiran, kawih babaha-nan, kawih

18
Rekonstruksi Kerajaan Galuh … —Nina Herlina Lubis, dkk.

bangbarongan, kawih sasambatan, kawih Kanagen, Kumering, Simpangtiga,


tangtung, bongbong kaso, parerane, dan Gumantung, Bubu, Manumbi, Nyiri,
porod orih dapat diperoleh penjelasannya Sapari, Patukangan, Lampung, Suraba-
dari paraguna. ya, Jambudipa, Seran, Gedah, Solot, So-
Dalam pada itu, kepada hempul logong, Cempa, Indragiri, Tanjungpura,
dapat ditanyakan beraneka permainan Samapung, Baluk, dan Jawa. Disebut-
(pamacoh), dari ceta macoh, ceta nirus, no- kannya nama-nama bahasa dan tempat
roy panca, tatapukan, bangbarongan, baba- itu sekaligus menjadi petunjuk, dengan
kutrakan, ubang-ubangan, munikon, lem- daerah mana saja negara Sunda ketika
bur, ngadu lesung, asup kana lantar, sam- itu bersentuh budaya, dan dalam
pai ngadu nini. Dalam kedua jenis kese- kegiatan itu nampaknya peranan ju-
nian itu ada petunjuk yang menarik. Ke rubasa darmamurcaya tidak dapat dia-
dalam kelompok kawih disebutkan ada baikan. Tome Pires, memberikan kesak-
kawih bangbarongan, sedangkan ke da- sian, bahwa bahasa Sunda jelas sekali
lam kelompok pamacohada yang dise- berbeda dengan bahasa Jawa, meskipun
but bangbarongan. Hal itu menunjuk- berada dalam satu pulau (Ayatrohaedi
kan bahwa pada masa itu, sangat mung- dkk, 1987: 77; Danasasmita, 1987: 83-84;
kin sudah ada jenis permainan yang Heuken, 1999: 38)
peragaannya harus diiringi nyanyian, Menurut naskah Sanghyang Sik-
yaitu bangbarongan. sakandang Karesian, masyarakat telah
Menurut Tome Pires (1513-1515), mengenal berbagai macam keahlian
orang Sunda sudah mengenal berbagai pekerjaan atau mata pencaharian hidup
jenis kain impor, sementara itu menurut seperti pandai besi, pandai emas, pe-
naskah lokal, di dalam negeri juga nangkap ikan, peternak, dan petani. Per-
dikenal kain-kain lokal, yaitu jenis-jenis tanian (terutama di ladang) merupakan
batik (tulis), dengan ahlinya disebut mata pencaharian utama masyarakat
lukis, antara lain pupunjengan, hihinggu- Sunda, sehingga hasil pertanian disebut-
lan, kekembangan, alas-alasan, urang- nya permata yang keluar dari bumi.
urangan, memetahan, sisiringan, taruk hata, Bukti atau petunjuk mengenai
kembang tarate, sedangkan macam- masyarakat ladang itu terdapat bukan
macam ukiran seperti dinanagakon, diba- saja terdapat dalam sumber sastra tulis,
rongkon, ditirupaksi, ditiruwere, dan tetapi juga dalam sastra lisan. Dalam
ditirusingha dapat ditanyakan kepada naskah Carita Parahiyangan misalnya,
marangguy yang ahli di bidang itu. hanya satu kali disebutkan sawah, itu-
Jika ingin tahu bahasa-bahasa pun dalam hubungannya dengan nama
yang dikenal di Nusantara oleh tempat yang disebut sawah tampian da-
penduduk negara Sunda, dapat ditan- lem, tempat dipusarakannya Ratu De-
yakan kepada jurubasa darmamurcaya. wata. Petunjuk selebihnya mengarah
Bahasa asing pada waktu itu disebut kepada masyarakat ladang, dimulai
carek paranusa, antara lain terdiri atas dengan informasi tentang kelima orang
bahasa-bahasa Cina, Keling, Parsi, Me- titisan pancakusika, tiga orang di an-
sir, Samudra, Benggala, Makasar, Pa- taranya menjadi pahuma (peladang),
hang, Palembang, Siem, Kalaten, Bang- panggerek (pemburu), dan penyadap
ka, Buwun, Beten, Tulangbawang, Sela, (penyadap) yang ketiganya merupakan
Tego, Pasay, Parayaman, Dinah, Naga- jenis pekerjaan di ladang. Di dalam
radekan, Andeles, Moloko, Badan, Pego, naskah Sanghyang Siksakandang Karesian,
Malangkabo, Mekah, Lawe, Saksak, Bali, menyebutkan sejumlah perkakas yang
S e b aw a , J en g g i , Sab i n i , Ng o g an , umumnya merupakan alat untuk beker-

19
Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016

ja di ladang seperti: kujang, patik, baliung, Mengenai seni kawih dijelaskan


kored, dan sadap. beberapa macam jenis kawih seperti
Kehidupan di ladang akan mem- bwatuha, panjang, lalanguan, panyara-
bentuk manusia yang berwatak ladang. man, sisindiran, pengpeledan, bong-
Ciri yang paling menonjol dari masyara- bongkaso, pererane, babahanan, bang-
kat ladang itu adalah selalu berpindah barongan, tangtung, sasambatan, dan
tempat. Keadaan ini secara langsung igel-igelan. Selain menyebutkan jenis-
turut mempengaruhi bentuk bangunan jenis kawih, disebutkan pula mengenai
tempat mereka tinggal yang terkesan adanya sebutan khusus mengenai ahli
sederhana. Demikian juga dengan hasil karawitan yang disebutnya dengan para-
budaya lainnya seperti sarana guna.
peribadatan, tradisi tulis, baik bentuk Catatan mengenai bunyi-bunyian
tulisan maupun sarana penulisan, hasil alat musik sudah dicantumkan dalam
sastra dan seni lainnya. Dengan mem- naskah Sewaka Dharma Kropak 408. Da-
perhatikan pola hidup seperti itu, lam naskah yang merupakan kidung
dapatlah dimengerti keunikan budaya nasehat tersebut pada teks 45 disebut-
masyarakat Sunda yang sisa-sisanya kan adanya bunyi-bunyian sebagai beri-
ditemukan pada masa kini. kut.
Dalam kehidupan yang berkaitan Terdengar bunyi-bunyian, Suara
dengan kehidupan pertanian, dan ak- canang, Suara gamelan tumpang kem-
tivitas lainnya dalam kehidupan sehari- bang, Suara kumbang dan tarawangsa
hari, masyarakat Sunda masa lampau menyayat, Suara peninggalan bumi,
telah mengenal alat yang disebut kolen- Suara gamelan Jawa, Suara baling-
jer untuk menghitung hari yang diang- baling ditingkahi calintuh di dangau,
gap baik untuk melakukan suatu aktivi- Suara deru kecapi penuh khawatir,
tas. Bentuknya berupa titik-titik dan Suara sedih semua
garis-garis yang membentuk kotak- Dari teks di atas tampak bahwa
kotak tertentu. Jumlah titik-titik dalam alat-alat musik yang sudah ada adalah
satu kotak mempunyai arti tertentu dan canang, gamelan tumpang kembang
tafsiran tersendiri. Demikian juga dan gamelan Jawa, tarawangsa, calintuh
dengan semua tanda yang digoreskan (buluh bambu berlubang) serta kecapi.
dalam kolenjer itu mempunyai arti yang Mengenai seni lukis disebutkan
tertentu pula. berbagai jenis lukisan seperti pupun-
jengan, hihinggulan, kekembangan, a-
las-alasan, urang-urangan, memetahan,
Kesenian sisirangan, taruk hata dan kembang
terate. Sementara mengenai seni ukir
Mengenai kesenian di Kerajaan dijelaskan berbagai jenis ukiran seperti
Galuh, dapat diperbandingkan dengan naga, barong, burung, kera, dan singa.
kesenian yang ada di Kerajaan Sunda Tampak bahwa dalam ukiran yang di-
sebagaimana tercantum dalam naskah jadikan model adalah jenis-jenis bi-
Sanghyang Siksakandang Karesian Kropak natang yang secara nyata ada di wilayah
630 teks XVI. Beberapa cabang seni yang Priangan seperti kera, burung dan singa.
dituliskan dalam naskah tersebut adalah Sementara binatang yang bersifat
seni suara (kawih), seni lukis, seni ukir imajinasi adalah naga dan barong. Bagi
dan wayang. Sementara untuk seni tari seseorang yang mempunyai keahlian
tidak ditemukan catatan dalam naskah khusus dalam bidang ukiran di dalam
ini. naskah ini disebut sebagai maranggi.

20
Rekonstruksi Kerajaan Galuh … —Nina Herlina Lubis, dkk.

Apabila dibandingkan antara model keberadaannya. Lamanya berdiri sekitar


yang digunakan dalam seni lukis dan tujuh abad menunjukkan bahwa Kera-
ukiran tampak perbedaan spesifik bah- jaan Galuh bukan sekedar pernah ada
wa dalam lukisan tidak digunakan bi- tapi juga menunjukkan kekuatan yang
natang sebagai modelnya, sementara didukung oleh sistem sosial, ekonomi,
dalam bidang ukiran tidak digunakan politik, budaya, kepercayaa yang juga
tumbuhan sebagai modelnya. kuat.
Dalam naskah Sanghyang Sik- Adapun mengenai bukti fisik
sakandang Karesian Kropak 630 teks XI berupa bangunan kerajaan dan letak
dikatakan bahwa wayang selain kese- persis ibu kotanya tinggal menunggu
nian juga merupakan sumber pelajaran. waktu. Ekskavasi yang telah dilakukan
Seperti halnya berbagai unsur ke- beberapa kali, hingga yang terakhir ini,
hidupan yang mendapat nama-nama September-Oktober 2015 makin menun-
tersendiri sebagai sumber pelajaran atau jukkan isyarat yang optimistis dengan
disebut guru. Sebagai contoh adalah ditemukannya makin banyak petunjuk.
apabila seseorang mendapat pelajaran Tentu saja, kegiatan ekskavasi mutlak
dari kedua orang tuanya disebut guru harus terus dilanjutkan.
kamulan, kemudian bagi seseorang yang
mendapat pelajaran dengan mengamati
pekerjaan orang lain maka orang terse- UCAPAN TERIMA KASIH
but mendapatkan pelajaran dari yang
disebut sebagai guru wreti. Dalam hal Ucapan terima kasih disampaikan
wayang sebagai sumber pelajaran kepada Rektor Universitas Padjadjaran,
dikatakan sebagai guru panggung. Posisi Prof. Dr. Tri Hanggono Ahmad, dr.,
sebagai guru ini sangat penting, karena yang telah menggulirkan program Aca-
masih dalam teks yang sama diingatkan demic Leadership Grant (ALG). Melalui
bahwa baik dan buruknya, bahagia dan program ini dimungkinkan penelitian
sengsaranya seseorang tergantung kepa- bisa dilaksanakan. Ucapan terima kasih
da guru. Hal itu diperkuat dengan teks pun kami sampaikan kepada dinas/
XVI yang menyebutkan bahwa dalang instansi terkait yang sudah memfasili-
adalah tempat bertanya segala cerita. tasi penelitian ini, yaitu Balai Arkeologi
Adapun cerita-cerita yang disebutkan Bandung, Pusat Arkeologi Nasional,
dalam teks tersebut adalah cerita Da- dan Balai Pelestarian Peninggalan Pur-
marjati, Sanghyang Bayu, Jayasena, bakala Serang.
Sedamana, Pu Jayakarma, Ramayana,
Adiparwa, Korasawawarma, Bimasorga,
Rangga Lawe, Boma, Sumana, Kala Pur-
baka, Jarini dan Tantri. DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik dan A.B. Lapian (Editor).


2012. Indonesia dalam Arus Sejarah II.
SIMPULAN
Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve beker-
ja sama dengan Kementerian Pendidi-
Eksistensi Kerajaan Galuh tidak kan dan Kebudayaan RI.
diragukan secara historis. Dukungan Ayatrohaedi. 1978. “Pajajaran dan Sunda”,
sumber yang banyak, baik yang berupa dalam Majalah Arkeologi No. 4 Th. 1
tinggalan arkeologis, berita asing, Maret. Jakarta: Jurusan Arkeologim-
naskah kuna, serta fakta sosial dan fakta Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
men tal , maki n men gua tkan a kan Danasasmita, Saleh dkk. 1987. Sewaka Dar-

21
Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016

ma, Sanghyang Siksakandang Karesian, Winston Inc.


Amanat Galunggung;Transkripsi dan Prijono, Sudarti. 1994/1995. Laporan Hasil
Terjemahan. Bandung: Bagian Proyek Penelitian Arkeologi tentang Identitas
Penelitian dan Pengkajian Ke- Data untuk Memperoleh Gambaran
bud a ya a n S und a ( S und a nolog i) Transformasi Budaya di Situs Astana
Direktorat Jenderal Kebudayaan De- Gede, Desa Kawali, Kecamatan Kawali,
partemen Pendidikan dan Ke- Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat.
budayaan. Bandung: Balai Arkeologi Bandung
Heuken, S.J. 1999 : 3 Sumber-Sumber Asli Se- (Tidak diterbitkan).
jarah Jakarta. Jilid I. Jakarta: Ciptaloka Saptono, Nanang. 2008. “Situs Astana Gede
Caraka. Kawali dalam Konteks Perubahan
Kartakusuma, Richadiana. 2015. Situs Kawali Budaya”, dalam Dimensi Arkeologi
(Astana Gede), Desa Indrayasa, Kecama- Kaw asan Ciamis. B and ung : B alai
tan Kawali, Kabupaten Ciamis (Jawa Bar- Arkeologi Bandung.
at); Salah satu Balay Pamujan/ Kabuyu- Sukendar, Haris (dkk) . 1999. Metode
tan Kerajaan Galuh-Priangan Timur. Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian
Makalah FGD 29 September 2015 Ban- dan Pengembangan ArkeologiNa-
dung. sional.
Lubis, Nina Herlina dkk. 2003. Sejarah Tatar Tim Peneliti. 2003. Laporan Hasil Penelitian
Sunda jilid 1. Bandung: Lembaga Arkeologi Klasik di Situs Astana Gede,
Penelitian Unpad Kecamatan Kawali, Kabupa ten Ciamis,
Lubis,Nina Herlina (dkk.). 2013. Sejarah Propinsi Jawa Barat. Bandung: Balai
Kerajaan Sund a. Ba nd ung:YM S I Arkeologi Bandung (Tidak diterbit-
Cabang Jawa Barat Bekerja Sama kan).
dengan MGMP IPS SMP Kabupaten Weber, Max. 1958. The Protestant Ethic and
Purwakarta. The Spirit of Capitalism. New York:
Norbeck, Edward. 1974. Religion in Human Charles’s Scribner’s Sons.
Life. New York: Holt, Rinehart and

22

Anda mungkin juga menyukai