Anda di halaman 1dari 5

KLIPING

SEJARAH PRASASTI KOTA KAPUR

DISUSUN OLEH : MOUZA KANAYA

KELAS : IV

SD NEGERI 4 MEGANG SAKTI

TAHUN AJARAN 2023 / 2024


A. SEJARAH SINGKAT KERAJAAN KOTA KAPUR
Jika dilihat dai hasil temuan dan penelitian tim arkeologi yang dilakukan di
Kota Kapur, Pulau Bangka, yaitu pada tahun 1994, dapat diperoleh suatu petunjuk
mengenai kemungkinan adanya sebuah pusat kekuasaan di daerah tersebut bahkan
sejak masa sebelum kemunculan Kerajaan Sriwijaya. Advertisement Pusat kekuasaan
tersebut meninggalkan banyak temuan arkeologi berupa sisa-sisa dari sebuah
bangunan candi Hindu (Waisnawa) yang terbuat dari batu lengkap dengan arca-arca
batu, di antaranya yaitu dua buah arca Wisnu dengan gaya mirip dengan arca-arca
Wisnu yang ditemukan di daerah Lembah Mekhing, Semenanjung Malaka, dan
Cibuaya, Jawa Barat, yang berasal dari masa sekitar abad ke-5 dan ke-7 masehi.
Sebelumnya, di situs Kota Kapur selain telah ditemukan sebuah inskripsi batu dari
Kerajaan Sriwijaya yang berangka tahun 608 Saka (=686 Masehi), telah ditemukan
pula peninggalan - peninggalan lain yaitu di antaranya sebuah arca Wisnu dan sebuah
arca Durga Mahisasuramardhini. Dari peninggalan-peninggalan arkeologi tersebut
nampaknya kekuasaan di Pulau Bangka pada waktu itu bercorak Hindu-Waisnawa,
seperti halnya di Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat. Temuan lain yang penting
dari situs Kota Kapur ini adalah peninggalan berupa benteng pertahanan yang kokoh
berbentuk dua buah tanggul sejajar terbuat dari timbunan tanah, masingmasing
panjangnya sekitar 350 meter dan 1200 meter dengan ketinggian sekitar 2 – 3 meter.
Penanggalan dari tanggul benteng ini menunjukkan masa antara tahun 530 M sampai
870 M. Benteng pertahanan tersebut yang telah dibangun sekitar pertengahan abad ke-
6 tersebut agaknya telah berperan pula dalam menghadapi ekspansi Sriwijaya ke
Pulau Bangka menjelang akhir abad ke-7. Penguasaan Pulau Bangka oleh Sriwijaya
ini ditandai dengan dipancangkannya inskripsi Sriwijaya di Kota Kapur yang
berangka tahun 608 Saka (=686 Masehi), yang isinya mengidentifikasikan
dikuasainya wilayah ini oleh Sriwijaya. Penguasaan Pulau Bangsa oleh Sriwijaya ini
agaknya berkaitan dengan peranan Selat Bangsa sebagai pintu gerbang selatan dari
jalur pelayaran niaga di Asia Tenggara pada waktu itu. Sejak dikuasainya Pulau
Bangka oleh Sriwijaya pada tahun 686 maka berakhirlah kekuasaan awal yang ada di
Pulau Bangka.
B. LETAK KERAJAAN KOTA KAPUR
Terletak di Desa Kota Kapur Kecamatan Mendo, Kabupaten Bangka, Provinsi
Bangka Belitung. Untuk mencapai lokasi, dapat mengambil transportasi umum dari
jantung Kabupaten Bangka Barat – Kecamatan Mendo . Sayangnya, akses ke Desa
Kota Kapur melalui Kecamatan Mendo sulit dijangkau.
C. RAJA-RAJA KERAJAAN KOTA KAPUR
Raja yang memipin di kerajaan kota kapur masih belum di ketahui secara pasti
bahkan di situs prasasti kota kapur tidak di jelaskan mengenai raja kerajaan kota
kapur.
D. BERDIRINYA KERAJAAN KOTA KAPUR
Kerajaan Kota Kapur adalah kerajaan yang ada di provinsi Bangka Belitung yang
bercorak Hindu yang beraliran Waisnawa. Adanya Kerajaan Kota Kapur berdasarkan
penemuan prasasti yang memiliki tinggi 1,5 dan berangka 608 saka atau 686 Masehi.
Berdasarkan isi dari prasasati Kota Kapur, Kerajaan Sriwijaya diperkirakan berdiri
pada abad ke 7 M yang didirikan oleh Dapuntahyang Sri Jayanasa.
E. RUNTUHNYA KERAJAAN KOTA KAPUR
Karena terjadinya perbedaan keyakinan didalam istana sehingga mmbuat
kluarga kerajaan trpecah mnjadi 2 bagian.. yg brbeda pndapat, Runtuhnya kerajaan
kota kapur tidak di ketahui secara jelas dan masih menjadi sebuah misteri dan para
peneliti masih melakukan penelitian ini di Bangka Sumatra.
F. PENINGGALAN KERAJAAN KOTA KAPUR
1 BENTENG KERAJAAN KOTA KAPUR
2 PRASASTI KERAJAAN KOTA KAPUR

1 Keberhasilan ! (disertai mantra persumpahan yang tidak dipahami artinya)


2 Wahai sekalian dewata yang berkuasa, yang sedang berkumpul dan melindungi
Kadātuan Śrīwijaya ini; kamu sekalian dewa -dewa yang mengawali permulaan segala
sumpah !
3 Bilamana di pedalaman semua daerah yang berada di bawah Kadātuan ini akan ada
orang yang memberontak yang bersekongkol dengan para pemberontak, yang
berbicara dengan pemberontak, yang mendengarkan kata pemberontak;
4 yang mengenal pemberontak, yang tidak berperilaku hormat, yang tidak takluk, yang
tidak setia pada saya dan pada mereka yang oleh saya diangkat sebagai datu; biar
orang-orang yang menjadi pelaku perbuatan-perbuatan tersebut mati kena kutuk biar
sebuah ekspedisi untuk melawannya seketika di bawah pimpinan datu atau beberapa
datu Śrīwijaya, dan biar mereka
5 dihukum bersama marga dan keluarganya. Lagipula biar semua perbuatannya yang
jahat; seperti mengganggu :ketenteraman jiwa orang, membuat orang sakit, membuat
orang gila, menggunakan mantra, racun, memakai racun upas dan tuba, ganja,
6 saramwat, pekasih, memaksakan kehendaknya pada orang lain dan sebagainya,
semoga perbuatan-perbuatan itu tidak berhasil dan menghantam mereka yang
bersalah melakukan perbuatan jahat itu; biar pula mereka mati kena kutuk. Tambahan
pula biar mereka yang menghasut orang
7 supaya merusak, yang merusak batu yang diletakkan di tempat ini, mati juga kena
kutuk; dan dihukum langsung. Biar para pembunuh, pemberontak, mereka yang tak
berbakti, yang tak setia pada saya, biar pelaku perbuatan tersebut
8 mati kena kutuk. Akan tetapi jika orang takluk setia kepada saya dan kepada mereka
yang oleh saya diangkat sebagai datu, maka moga-moga usaha mereka diberkahi, juga
marga dan keluarganya
9 dengan keberhasilan, kesentosaan, kesehatan, kebebasan dari bencana, kelimpahan
segalanya untuk semua negeri mereka ! Tahun Śaka 608, hari pertama paruh terang
bulan Waisakha (28 Februari 686 Masehi), pada saat itulah
10 kutukan ini diucapkan; pemahatannya berlangsung ketika bala tentara Śrīwijaya baru
berangkat untuk menyerang bhūmi jāwa yang tidak takluk kepada Śrīwijaya. Prasasti
ini dipahatkan pada sebuah batu yang berbentuk tugu bersegi-segi dengan ukuran
tinggi 177 cm, lebar 32 cm pada bagian dasar, dan 19 cm pada bagian puncak

Anda mungkin juga menyukai