Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kerajaan kota kapur adalah kerajaan di mana sejarah terbentukya


kerajaan sriwijaya atau lebih tepatnnya bibit dari kerajaan sriwijaya
yang sudah berada di pulau Bangka dengan bukti bukti seperti arca
durga mahisasramardhani

B. Rumusan Masalah

1. Asal muasal kerajaan kota kapur

2. Bagaimana kehidupan asia tenggara di kerajaan kota kapur ?

3. Siapa raja yang memimpin kota kapur ?

4. Bukti bahwa kerajaan kota kapur ada


MAKALAH
KELOMPOK 11
KERAJAAN KOTA KAPUR

GURU PEMBIMBING
AISYAH ADRIANTI RIVAI S.Pd

DISUSUN OLEH
MOCHAMMAD IMANSYAH PRAMUDYA
A. NAYLA SARI
NAQILLAH MAULANI M. YUSUF

SMA NEGERI 7 MAKASSAR


2022/2023
BAB II
PEMBAHASAN

A. ASAL MUASAL KERAJAAN KOTA KAPUR

Kerajaan Kota Kapur diperkirakan sudah berdiri sejak sekitar


abad ke 5 – 6 Masehi. Hal tersebut didukung dengan adanya
penemuan berupa Arca Wisnu yang berjumlah 4 buah, yang mana
memiliki gaya arsitektur Pre Angkor. Bukti pendukung lain yang
menunjukkan awal mula berdirinya kerajaan ini adalah hasil analisa
dari carbon dating benteng yang menunjukkan tahun 532 M.
Hal tersebut menunjukkan bahwa Kerajaan Kota Kapur telah ada
sebelum adanya Kerjaan Sriwijaya yang baru ada di tahun 650 M.
Nama daerah letak berdirinya kerajaan ini terinspirasi dari potensi
kekayaan yang dimiliki oleh kawasan tersebut. Peradaban di wilayah
Kota Kapur diawali dengan adanya dijadikannya kawasan tersebut
menjadi jalur perdagangan dunia.
Pusat Pemerintahan Kerajaan Kota Kapur terpusat di wilayah
aliran Sungai Mendo, yang dulu disebut dengan nama Sungai
Menduk. Ketika memasuki abad ke- 7 Masehi, daerah yang menjadi
pintu gerbang hilir mudiknya pedagang pedagang, terutama mereka
yang berasal dari India dan Tiongkok. Pada zaman ini, pergerakan
angin sangat penting, sebab menjadi penggerak kapal yang berlayar di
lautan.
Adanya pusat perdagangan di sekitar pesisir, menyebabkan banyak
masyarakat membangun pemukiman di kawasan tersebut. Pada saat
itu, Wilayah Kota Kapur berada dalam keadaan ekonomi yang cukup
baik, yang mana disebabkan karena perdagangan yang kuat. Dengan
demikian, akses yang dimiliki wilayah ini juga menjadi luas, bahkan
hingga ke Pulau Jawa.

Apabila diamati dari rekonstruksi sejarah yang dilakukan pada


benda peninggalan Kerajaan Kota Kapur, dapat ditarik kesimpulan
bahwa masyarakat di wilayah tersebut dulu banyak menganut ajaran
agama Hindu. Sedangkan aliran yang diikuti yaitu Waisnawa.
B. BAGAIMANA KEHIDUPAN ASIA TENGGARA DI KOTA
KAPUR ?
Temuan papan perahu kuno di situs Kota Kapur segera dapat
diidentifikasi lewat teknik pembuatannya. Lubang-lubang yang
terdapat di bagian permukaan dan sisi papan serta lubang-lubang pada
tonjolan segi empat yang menembus lubang di sisi papan merupakan
teknik rancang bangun perahu dengan teknik papan ikat dan kupingan
pengikat (sewn plank and lushed plug technique).
Tonjolan segi empat atau tambuku digunakan untuk mengikat
papan-papan dan mengikat papan dengan gading-gading dengan
menggunakan tali ijuk (Arenga pinnata). Tali ijuk dimasukkan pada
lubang di tambuku. Pada salah lubang di bagian tepi papan perahu
yang ditemukan di Sungai Kupang terlihat ujung pasak kayu yang
patah masih terpaku di dalam lubang. Biasanya, penggunaan pasak
kayu untuk memperkuat ikatan tali ijuk.
Teknologi perahu semacam itu umum ditemukan di wilayah
perairan Asia Tenggara. Bukti tertua penggunaan teknik gabungan
teknik ikat dan teknik pasak kayu dijumpai pada sisa perahu di situs
Kuala Pontian di Malaysia yang berasal dari antara abad ke-3 dan
abad ke-5 Masehi.
Penelitian Sriwijaya yang intensif di Sumatera tahun 1980-1990
juga menemukan banyak sisa perahu kuno tradisi Asia Tenggara
seperti yang ditemukan di lokasi situs prasasti kota kapur ini. Di
wilayah Sumatera Selatan, bangkai perahu ditemukan di situs
Samirejo, Mariana (Kabupaten Banyuasin), di situs Kolam Pinisi
(Palembang), dan di situs Tulung Selapan (Kabupaten Ogan
Komering Ilir). Di Jambi ditemukan pula papan perahu sejenis di situs
Lambur (Kabupaten Tanjung Jabung Timur).
Selain papan-papan perahu, ditemukan pula kemudi perahu dari
kayu besi yang diduga bagian dari teknologi tradisi Asia Tenggara,
yaitu di Sungai Buah (Palembang) dan situs Karangagung Tengah
(Kabupaten Musi Banyuasin).
Papan-papan perahu dari situs Samirejo dan situs Kolam Pinisi
telah dianalisis laboratorium dengan menggunakan metode carbon
dating C14. Sepotong papan dari situs Kolam Pinisi menghasilkan
pertanggalan kalibrasi antara 434 dan 631 Masehi, sedangkan papan
dari situs Samirejo berasal dari masa antara 610 dan 775 Masehi
(Lucas Partanda Koestoro, 1993).

Sisa-sisa perahu kuno situs Kota Kapur boleh jadi berasal dari masa
yang tidak jauh dengan masa perahu di situs Samirejo dan situs
Kolam Pinisi. Hasil penelitian arkeologi sebelumnya di situs Kota
Kapur menunjukkan, tempat kuno itu telah dihuni oleh komunitas
yang telah mapan sekurang-kurangnya sejak abad ke-6 Masehi,
kemudian berkembang menjadi salah satu ke-"datu"-an Sriwijaya
pada abad ke-7 Masehi. Permukiman kuno itu terus berlanjut pada
abad ke-10 hingga ke-15 Masehi.
Pada bagian dalam benteng tanah di kota kapur ini terdapat sisa-
sisa tiga bangunan candi yang menempati dataran yang lebih tinggi.
Lokasi tempat tinggal dan hunian di situs prasasti kota kapur ini
terdapat pada lembah antara dua bukit dan di bantaran Sungai Mendo
dan Sungai Kupang, yang kini berupa rawa-rawa. Di lokasi itu banyak
ditemukan pecahan tembikar kasar dengan hiasan sederhana mirip
tembikar masa prasejarah.
C. RAJA YANG MEMIMPIN DI KERAJAAN KOTA KAPUR
Raja yang memipin di kerajaan kota kapur masih belum di ketahui
secara pasti bahkan di situs prasasti kota kapur tidak di jelaskan
mengenai raja kerajaan kota kapur
Berikut ini terjemahan isi prasasti kota kapur versi Slamet Muljana :
Seorang pembesar yang gagah berani, Kandra Kayet, di medan
pertempuran. Ia bergumul dengan Tandrun Luah dan berhasil
membunuh Tandrun Luah. Tandrun Luah mati terbunuh di medan
pertempuran. Tetapi, bagaimana nasib Kayet yang membunuh itu?
Juga Kayet berhasi ditumpas. Ingatlah akan kemenangan itu!
Kamu sekalian dewata yang berkuasa dan sedang berkumpul
menjaga Kerajaan Sriwijaya! Dan kau, Tandrun Luah, dan para
dewata yang disebut pada pembukaan seluruh persumpahan ini! Jika
pada saat manapun di seluruh wilayah kerajaan ini ada orang yang
berkhianat, bersekutu dengan pengkhianat, menegur pengkhianat
atau ditegur oleh pengkhianat, sepaham dengan pengkhianat, tidak
mau tunduk dan tidak mau berbakti, tidak setia kepadaku dan kepada
mereka yang kuserahi kekuasaan datu, orang yang berbuat demikian
itu akan termakan sumpah. Kepada mereka, akan segera dikirim
tentara atas perintah Sriwijaya. Mereka sesanak keluarganya akan
ditumpas! Dan semuanya yang berbuat jahat, menipu orang,
membuat sakit, membuat gila, mlakukan tenung, menggunakan bisa,
racun, tuba, serambat, pekasih, pelet dan yang serupa itu, mudah-
mudahan tidak berhasil. Dosa perbuatan yang jahat untuk
merusak batu ini hendaklah segera terbunuh oleh sumpah, segera
dipukul. Mereka yang membahayakan, yang mendurhaka, yang tidak
setia kepadaku dan kepada yang kuserahi kekuasan datu, mereka
yang berbuat demikian itu, mudah-mudahan dibunuh oleh sumpah
ini.
Tetapi kebalikannya, mereka yang berbakti kepadaku dan kepada
mereka yang kuserahi kekuasaan datu, hendaknya diberkati segala
perbuatannya dan sanak keluarganya, berbahagia, sehat, sepi
bencana dan berlimpah rezeki segenap penduduk dusunnya.
D. BUKTI BAHWA KERAJAAN KOTA KAPUR ADA
Jika dilihat dai hasil temuan dan penelitian tim arkeologi yang
dilakukan di Kota Kapur, Pulau Bangka, yaitu pada tahun 1994, dapat
diperoleh suatu petunjuk mengenai kemungkinan adanya sebuah pusat
kekuasaan di daerah tersebut bahkan sejak masa sebelum kemunculan
Kerajaan Sriwijaya.
Pusat kekuasaan tersebut meninggalkan banyak temuan arkeologi
berupa sisa-sisa dari sebuah bangunan candi Hindu (Waisnawa) yang
terbuat dari batu lengkap dengan arca-arca batu, di antaranya yaitu
dua buah arca Wisnu dengan gaya mirip dengan arca-arca Wisnu yang
ditemukan di daerah Lembah Mekhing, Semenanjung Malaka, dan
Cibuaya, Jawa Barat, yang berasal dari masa sekitar abad ke-5 dan ke-
7 masehi.
Sebelumnya, di situs Kota Kapur selain telah ditemukan sebuah
inskripsi batu dari Kerajaan Sriwijaya yang berangka tahun 608 Saka
(=686 Masehi), telah ditemukan pula peninggalan - peninggalan lain
yaitu di antaranya sebuah arca Wisnu dan sebuah arca Durga
Mahisasuramardhini. Dari peninggalan-peninggalan arkeologi
tersebut nampaknya kekuasaan di Pulau Bangka pada waktu itu
bercorak Hindu-Waisnawa, seperti halnya di Kerajaan Tarumanegara
di Jawa Barat.
Temuan lain yang penting dari situs Kota Kapur ini adalah
peninggalan berupa benteng pertahanan yang kokoh berbentuk dua
buah tanggul sejajar terbuat dari timbunan tanah, masingmasing
panjangnya sekitar 350 meter dan 1200 meter dengan ketinggian
sekitar 2–3 meter. Penanggalan dari tanggul benteng ini menunjukkan
masa antara tahun 530 M sampai 870 M. Benteng pertahanan tersebut
yang telah dibangun sekitar pertengahan abad ke-6 tersebut agaknya
telah berperan pula dalam menghadapi ekspansi Sriwijaya ke Pulau
Bangka menjelang akhir abad ke-7.
Penguasaan Pulau Bangka oleh Sriwijaya ini ditandai dengan
dipancangkannya inskripsi Sriwijaya di Kota Kapur yang berangka
tahun 608 Saka (=686 Masehi), yang isinya mengidentifikasikan
dikuasainya wilayah ini oleh Sriwijaya. Penguasaan Pulau Bangsa
oleh Sriwijaya ini agaknya berkaitan dengan peranan Selat Bangsa
sebagai pintu gerbang selatan dari jalur pelayaran niaga di Asia
Tenggara pada waktu itu. Sejak dikuasainya Pulau Bangka oleh
Sriwijaya pada tahun 686 maka berakhirlah kekuasaan awal yang ada
di Pulau Bangka.
BAB III
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

kerajaan kota kapur terletak di Bangka Sumatra raja-raja nya masih


belum di ketahuI serta masih banyak sekali hal yang masih belum di
ketahui tentang kerajaan kota kapur

B. SARAN

Dari keberadaanya kerajaan kota di wilayah kita pada masa yang


lalu. Maka kita wajib mensyukurinya. Rasa syukur tersebut dapat di
wujudkan dalam sikap dan perilaku dengan hati yang tulus serta di
dorong rasa tanggung jawab yang tinggi untuk melestarikan dan
memelihara budaya nenek moyang kita.

Anda mungkin juga menyukai