PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
GURU PEMBIMBING
AISYAH ADRIANTI RIVAI S.Pd
DISUSUN OLEH
MOCHAMMAD IMANSYAH PRAMUDYA
A. NAYLA SARI
NAQILLAH MAULANI M. YUSUF
Sisa-sisa perahu kuno situs Kota Kapur boleh jadi berasal dari masa
yang tidak jauh dengan masa perahu di situs Samirejo dan situs
Kolam Pinisi. Hasil penelitian arkeologi sebelumnya di situs Kota
Kapur menunjukkan, tempat kuno itu telah dihuni oleh komunitas
yang telah mapan sekurang-kurangnya sejak abad ke-6 Masehi,
kemudian berkembang menjadi salah satu ke-"datu"-an Sriwijaya
pada abad ke-7 Masehi. Permukiman kuno itu terus berlanjut pada
abad ke-10 hingga ke-15 Masehi.
Pada bagian dalam benteng tanah di kota kapur ini terdapat sisa-
sisa tiga bangunan candi yang menempati dataran yang lebih tinggi.
Lokasi tempat tinggal dan hunian di situs prasasti kota kapur ini
terdapat pada lembah antara dua bukit dan di bantaran Sungai Mendo
dan Sungai Kupang, yang kini berupa rawa-rawa. Di lokasi itu banyak
ditemukan pecahan tembikar kasar dengan hiasan sederhana mirip
tembikar masa prasejarah.
C. RAJA YANG MEMIMPIN DI KERAJAAN KOTA KAPUR
Raja yang memipin di kerajaan kota kapur masih belum di ketahui
secara pasti bahkan di situs prasasti kota kapur tidak di jelaskan
mengenai raja kerajaan kota kapur
Berikut ini terjemahan isi prasasti kota kapur versi Slamet Muljana :
Seorang pembesar yang gagah berani, Kandra Kayet, di medan
pertempuran. Ia bergumul dengan Tandrun Luah dan berhasil
membunuh Tandrun Luah. Tandrun Luah mati terbunuh di medan
pertempuran. Tetapi, bagaimana nasib Kayet yang membunuh itu?
Juga Kayet berhasi ditumpas. Ingatlah akan kemenangan itu!
Kamu sekalian dewata yang berkuasa dan sedang berkumpul
menjaga Kerajaan Sriwijaya! Dan kau, Tandrun Luah, dan para
dewata yang disebut pada pembukaan seluruh persumpahan ini! Jika
pada saat manapun di seluruh wilayah kerajaan ini ada orang yang
berkhianat, bersekutu dengan pengkhianat, menegur pengkhianat
atau ditegur oleh pengkhianat, sepaham dengan pengkhianat, tidak
mau tunduk dan tidak mau berbakti, tidak setia kepadaku dan kepada
mereka yang kuserahi kekuasaan datu, orang yang berbuat demikian
itu akan termakan sumpah. Kepada mereka, akan segera dikirim
tentara atas perintah Sriwijaya. Mereka sesanak keluarganya akan
ditumpas! Dan semuanya yang berbuat jahat, menipu orang,
membuat sakit, membuat gila, mlakukan tenung, menggunakan bisa,
racun, tuba, serambat, pekasih, pelet dan yang serupa itu, mudah-
mudahan tidak berhasil. Dosa perbuatan yang jahat untuk
merusak batu ini hendaklah segera terbunuh oleh sumpah, segera
dipukul. Mereka yang membahayakan, yang mendurhaka, yang tidak
setia kepadaku dan kepada yang kuserahi kekuasan datu, mereka
yang berbuat demikian itu, mudah-mudahan dibunuh oleh sumpah
ini.
Tetapi kebalikannya, mereka yang berbakti kepadaku dan kepada
mereka yang kuserahi kekuasaan datu, hendaknya diberkati segala
perbuatannya dan sanak keluarganya, berbahagia, sehat, sepi
bencana dan berlimpah rezeki segenap penduduk dusunnya.
D. BUKTI BAHWA KERAJAAN KOTA KAPUR ADA
Jika dilihat dai hasil temuan dan penelitian tim arkeologi yang
dilakukan di Kota Kapur, Pulau Bangka, yaitu pada tahun 1994, dapat
diperoleh suatu petunjuk mengenai kemungkinan adanya sebuah pusat
kekuasaan di daerah tersebut bahkan sejak masa sebelum kemunculan
Kerajaan Sriwijaya.
Pusat kekuasaan tersebut meninggalkan banyak temuan arkeologi
berupa sisa-sisa dari sebuah bangunan candi Hindu (Waisnawa) yang
terbuat dari batu lengkap dengan arca-arca batu, di antaranya yaitu
dua buah arca Wisnu dengan gaya mirip dengan arca-arca Wisnu yang
ditemukan di daerah Lembah Mekhing, Semenanjung Malaka, dan
Cibuaya, Jawa Barat, yang berasal dari masa sekitar abad ke-5 dan ke-
7 masehi.
Sebelumnya, di situs Kota Kapur selain telah ditemukan sebuah
inskripsi batu dari Kerajaan Sriwijaya yang berangka tahun 608 Saka
(=686 Masehi), telah ditemukan pula peninggalan - peninggalan lain
yaitu di antaranya sebuah arca Wisnu dan sebuah arca Durga
Mahisasuramardhini. Dari peninggalan-peninggalan arkeologi
tersebut nampaknya kekuasaan di Pulau Bangka pada waktu itu
bercorak Hindu-Waisnawa, seperti halnya di Kerajaan Tarumanegara
di Jawa Barat.
Temuan lain yang penting dari situs Kota Kapur ini adalah
peninggalan berupa benteng pertahanan yang kokoh berbentuk dua
buah tanggul sejajar terbuat dari timbunan tanah, masingmasing
panjangnya sekitar 350 meter dan 1200 meter dengan ketinggian
sekitar 2–3 meter. Penanggalan dari tanggul benteng ini menunjukkan
masa antara tahun 530 M sampai 870 M. Benteng pertahanan tersebut
yang telah dibangun sekitar pertengahan abad ke-6 tersebut agaknya
telah berperan pula dalam menghadapi ekspansi Sriwijaya ke Pulau
Bangka menjelang akhir abad ke-7.
Penguasaan Pulau Bangka oleh Sriwijaya ini ditandai dengan
dipancangkannya inskripsi Sriwijaya di Kota Kapur yang berangka
tahun 608 Saka (=686 Masehi), yang isinya mengidentifikasikan
dikuasainya wilayah ini oleh Sriwijaya. Penguasaan Pulau Bangsa
oleh Sriwijaya ini agaknya berkaitan dengan peranan Selat Bangsa
sebagai pintu gerbang selatan dari jalur pelayaran niaga di Asia
Tenggara pada waktu itu. Sejak dikuasainya Pulau Bangka oleh
Sriwijaya pada tahun 686 maka berakhirlah kekuasaan awal yang ada
di Pulau Bangka.
BAB III
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN