Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang keputusan-keputusan penting, baik secara


langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan
secara bebas dari masyarakat dewasa[1].

Demokrasi ialah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak
yang sama untuk pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka.
Demokrasi mengizinkan warga negara ikut serta—baik secara langsung atau melalui
perwakilan—dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi
mencakup kondisi sosial, ekonomi, adat dan budaya yang memungkinkan adanya praktik
kebebasan politik secara bebas dan setara. Demokrasi juga merupakan seperangkat
gagasan dan prinsip tentang kebebasan beserta praktik dan prosedurnya. Demokrasi
mengandung makna penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia.[2]Landasan
demokrasi mencakup kebebasan berkumpul, kebebasan berserikat dan kebebasan
berbicara, inklusivitas dan kebebasan politik, kewarganegaraan, persetujuan dari yang
terperintah, hak suara, kebebasan dari perampasan pemerintah yang tidak beralasan atas
hak untuk hidup, kebebasan, dan kaum minoritas.

Kata ini berasal dari bahasa Yunani Kuno δημοκρατία (dēmokratía) "kekuasaan rakyat",[3]
yang terbentuk dari δῆμος (dêmos) "rakyat" dan κράτος (kratos) "kekuatan" atau
"kekuasaan" pada Abad ke-5 SM untuk menyebut sistem politik negara-kota Yunani,
salah satunya Athena Klasik; kata ini merupakan antonim dari wikt:ἀριστοκρατία
(aristocratie) "kekuasaan elit". Secara teoretis, kedua definisi tersebut saling
bertentangan, namun kenyataannya sudah tidak jelas lagi.[4] Sistem politik Athena Klasik,
misalnya, memberikan kewarganegaraan demokratis kepada pria elit yang bebas dan
tidak menyertakan budak dan wanita dalam partisipasi politik. Di semua pemerintahan
demokrasi sepanjang sejarah modern, kewarganegaraan demokratis tetap ditempati kaum
elit sampai semua penduduk dewasa di sebagian besar negara demokrasi modern benar-
benar bebas setelah perjuangan gerakan hak suara di mulai pada abad ke-19 hingga
sekarang. Kata demokrasi (democracy) sendiri sudah ada sejak Abad ke-16 se-jaman
dengan sultan banten Abdul Mahasin Muhammad Zainal Abidin, Democracy berasal dari
bahasa Prancis Pertengahan dan bahasa Latin Pertengahan lama. Tahun Masehi di mulai

1
dari 570 Masehi. Konsep demokrasi lahir dari Yunani kuno yang dipraktikkan dalam
hidup bernegara antara Abad ke-4 Sebelum Masehi sampai dengan Abad ke-6 SM.
Demokrasi yang dipraktikkan pada waktu itu adalah demokrasi langsung, artinya hak
rakyat untuk membuat keputusan-keputusan politik dijalankan secara langsung oleh
seluruh rakyat atau warga negara.[5]

Suatu pemerintahan demokratis berbeda dengan bentuk pemerintahan yang kekuasaannya


dipegang satu orang, seperti monarki. Yang berasal dari filosofi Yunani ini [6] sekarang
tampak ambigu karena beberapa pemerintahan kontemporer mencampur aduk elemen-
elemen demokrasi, oligarki, dan monarki. Karl Popper mendefinisikan demokrasi sebagai
sesuatu yang berbeda dengan kediktatoran atau tirani, sehingga berfokus pada
kesempatan bagi masyarakat untuk mengendalikan para pemimpinnya yang tidak jujur
atau tidak dapat dipercaya dan memberhentikan mereka tanpa perlu melakukan revolusi.[7]

Ada beberapa jenis demokrasi, tetapi hanya ada dua bentuk dasar. Keduanya menjelaskan
cara seluruh rakyat menjalankan keinginannya. Bentuk demokrasi yang pertama adalah
demokrasi langsung, yaitu semua warga negara berperan langsung dan aktif dalam
pengambilan keputusan pemerintahan. Di kebanyakan negara demokrasi modern, seluruh
rakyat masih merupakan satu kekuasaan berdaulat namun kekuasaan politiknya
dijalankan secara tidak langsung melalui perwakilan; yang disebut demokrasi tidak
langsung

B. Rumusan masalah

Dari latar belakang diatar penulis bermaksud untuk mengangkat topik berjudul “
demokrasi pada masa reformasi” sebagai pembahasan kali ini

C. Tujuan

Makalah ini dibuat bertujuan untuk memenuhi tugas mata pelajaran serta sebagai bahan
pembelajaran penulis maupun pembaca dalam berbagai kalangan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Demokrasi Pada Masa Reformasi (1998 - Sekarang)

Menurut Arti kata dalam bahasa Indonesia  Pengertian Reformasi adalah perubahan
secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik atau agama) dalam suatu masyarakat
atau negara.
Munculnya reformasi disebabkan oleh krisis ekonomi dan politik di Asia,
ketidakpuasan masyarakat Indonesia terhadap pemerintahan Soeharto dan  adanya para
demonstran yang menginginkan diadakannya reformasi total, peristiwa Trisakti yang
menyebabkan presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya.

B. Ciri-ciri Pelaksanaan Demokrasi Pada Masa Reformasi


Masa demokrasi pancasila pada Era Reformasi berusaha menembalikan perimbanan
kekuatan antara lembaga Negara,antara eksekutif, legeslatif dan yudikatif. Berlangsung
mulai dari Mei 1998 sampai dengan sekarang. Pada masa ini peran partai politik kembali
menonjol dan menjadi nafas baru buat indonesia.
1. Mengutamakan musyawarah mufakat.
2. Mengutamakan kepentingan masyarakat, bangsa dan Negara.
3. Tidak memaksakan kehendak pada orang lain.
4. Selalu diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5. Adanya rasa tanggung jawab dalam melaksanakan keputusan hasil
musyawarah.
6. Dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati yang luhur.
7. Keputusan dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Than Yang
Maha Esa, berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
8. Penegakan kedaulatan rakyat dengan memperdayakan pengawasan sebagai
lembaga negara, lembaga politik dan lembaga swadaya masyarakat.
9. Pembagian secara tegas wewenang kekuasaan lembaga Legislatif, Eksekutif
dan Yudikatif.
10. Penghormatan kepada beragam asas, cirri, aspirasi dan program parpol yang
memiliki partai.

3
11. Adanya kebebasan mendirikan partai sebagai aplikasi dari pelaksanaan hak
asasi manusia.

C. Kelebihan dan Kekurangan Pelaksanaan Demokrasi pada Masa Reformasi


1. Kelebihan :

a. Berhasil menata kehidupan ketatanegaraan dengan amandemen UUD 1945.

b. Mendorong warganegara meningkatkan kapasitas pribadinya; misalnya -


meningkatkan kesadaran politik, meningkatkan pengetahuan pribadi dll.

c. Kebebasan bicara dan berpendapat mulai berjalan.

d. Lebih mudah diterapkan dalam masyarakat yang lebih kompleks.

e. Menjamin stabilitas politik.

f. Penegakan hukum dan diplomasi antar bangsa.

g. Terbukanya pintu informasi yang begitu lebar, sehingga banyak manfaat yang
dapat dipetik.

h. Jumlah partai politik tidak dibatasi.

i. Politisasi birokrat.

j. Membangun klientelisme ekonomi.

2. Kekurangan :

a. Masyarakat yang terlalu bebas, dan mengartikan kebebasan dengan boleh berbuat
sebebas-bebasnya. Akibatnya : banyak demo yang berakhir rusuh, pilkada yang
berakhir rusuh.

b. Kebijakan pemerintah yang tidak menguntungkan publik tidak dapat dikontrol


langsung oleh rakyat, tetapi harus melalui DPR.

c. Masih banyak pemaksaan yang dilakukan pihak - pihak tertentu.

d. Pendidikan politik rakyat masih rendah.

e. Masih adanya diskriminasi dalam pengambilan keputusan.

f. KKN

g. Lemahnya stabilitas keamanan (konflik kebangsaan).


4
h. Banyak orang/masyarakat yang salah tafsir mengenai reformasi.

Demokrasi Indonesia saat ini telah dimulai dengan terbentuknya DPR –MPR hasil
Pemilu 1999 yang telah memilih presiden dan wakil presiden sertaterbentuknya lembaga
lembaga tinggi yang lain. Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang
demokratis antara lain dkeluarkannya :

 Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok pokok reformasi.


 Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang Referandum.
 Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bebas dari
KKN.
 Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan Presiden dan
Wakil Presiden RI.
 Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV.

Amandemen terhadap UUD 1945 telah dilaksanakan oleh MPR melalui 4 tahap.
Tahap kesatu mencakup 9 pasal, disahkan pada 19 oktober 1999. Tahap kedua
mencakup 25 pasal, disahkan pada 18 agustus 2000. tahap ketiga mencakup 32 pasal,
disahkan pada 9 november 2001. Tahap keempat mencakup 13 pasal, disahkan apda
10 agustus 2002.

D. Tujuh Kunci Pokok Sistem Pemerintahan Menurut Undang - Undang Dasar


1945 Sebelum Amandemen:

1. Indonesia adalah negara berdasar atas hukum yang dicantumkan dalam


penjelasan.

2. Sistem konstitualisme, artinya dalam penyelengaraan pemerintahan negara


berdasarkan Undang Undang Dasar yang mengatur mekanisme pembagian
kekuasaan. 

3. Kedaulatan berada di tangan rakyat yang sepenuhnya dilakukan oleh MPR. Oleh
karena itu MPR dan DPR yang memilih presiden.

4. Presiden adalah penyelenggara pemerintah tertinggi dibawah MPR, sehingga


presiden adalah bertanggung jawab pada MPR.

5
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.

6. Menteri negara ialah pembantu presiden dan tidak bertanggung jawab terhadap
DPR. Jadi, presiden memiliki hak kewenangan mutlak untuk mengangkat dan
memberhentikan seorang menteri.

7. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas. Maksudnya, karena kata tidak tak
terbatas dikatakan terbatas tapi sebenarrnya tidak terbatas dan dikatakan tidak
terbatas, tetapi dibatasi oleh hukum dan konstitusi.

E. Tujuh Kunci Pokok Sistem Pemerintahan Menurut Undang - Undang Dasar


1945 Setelah Amandemen :

1.  Indonesia adalah negara hukum, yang dicantumkan dalam batang tubuh pada
pasal 1 ayat 3.

2. Sistem konstitualisme, artinya dalam penyelengaraan pemerintahan negara


berdasarkan Undang Undang Dasar yang mengatur mekanisme pembagian
kekuasaan.

3. Kedaulatan berada di tangan rakyat. Oleh karena itu, saat ini pemilihan Presiden
dilakuka langsung oleh rakyat.

4. Presiden adalah penyelenggara pemerintahan, bukan tertinggi dan bukan dibawah


MPR.

5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.

6. Menteri negara ialah pembantu presiden dan tidak bertanggung jawab terhadap
DPR. Jadi, presiden memiliki hak kewenangan mutlak untuk mengangkat dan
memberhentikan seorang menteri.

7. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas. Maksudnya, karena kata tidak tak
terbatas dikatakan terbatas tapi sebenarrnya tidak terbatas dan dikatakan tidak
terbatas, tetapi dibatasi oleh hukum dan konstitusi.

F. Pelaksanaan Pemilu 1999 - 2009 (Reformasi)


1.  Pemilu 1999
a.  Sistem Pemilu

6
   Pemilu 1999 merupakan pemilu pertama pada masa reformasi. Pemungutan suara
dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 1999 secara serentak di seluruh wilayah Indonesia.
Sistem Pemilu 1999  sama dengan Pemilu 1997  yaitu sistem perwakilan berimbang
(proporsional) dengan stelsel daftar.
b.  Asas Pemilu
Pemilu 1999 dilaksanakan dengan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan
adil. 
c.  Peserta Pemilu 1999
Peserta Pemilu tahun 1999 diikuti oleh 48 Partai Politik

2.  Pemilu 2004 (DPRD)


a.  Sistem Pemilu
   Pemilu 2004 dilaksanakan dengan sistem yang berbeda dari pemilu-pemilu
sebelumnya. Pemilu untuk memilih Anggota DPR dan DPRD (termasuk didalamnya
DPRD).
 b.  Asas Pemilu
Pemilu 2004 dilaksanakan dengan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan
adil.
 c. Peserta Pemilu 2004
        i.            Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD tahun 2004 diikuti oleh 24 partai.
      ii.            Pemilu Tahun  2004.
Peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2004 putaran I (pertama) sebanyak
5 (lima) pasangan, adalah sebagai berikut:
Karena kelima pasangan calon presiden dan wakil presiden peserta Pemilu Presiden
dan Wakil Presiden putaran I (pertama) belum ada yang memperoleh suara lebih dari
50%, maka dilakukan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden putaran II (kedua), dengan
peserta dua pasangan calon presiden dan wakil presiden yang memperoleh suara
terbanyak.
No. Nama Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Putaran I :

 Wiranto, SH.  dan Ir. H.Salahuddin Wahid.


 Hj. Megawati Soekarnoputri dan K. H. Ahmad Hasyim Muzadi.
 Prof. Dr. H. M. Amien Rais dan Dr. Ir. H. Siswono Yudo Husodo.
 Susilo Bambang Yudhoyono dan Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla.

7
 Dr. H. Hamzah Haz dan H. Agum Gumelar, M.Sc.

 No. Nama Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Putaran II :


 Hj. Megawati Soekarnoputri dan K. H. Ahmad Hasyim Muzadi.
 Susilo Bambang Yudhoyono dan Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla.
 Pasangan H. Susilo Bambang Yudoyono dan Drs. Muhammad Yusuf Kalla
akhirnya terpilih sebagai presiden dan wakil presiden untuk masa bakti
2004 - 2009.

3. Pemilu 2009
Pemilu 2009 merupakan pemilu ketiga pada masa reformasi yang diselenggarakan
secara serentak pada tanggal 9 April 2009 untuk memilih 560 Anggota DPR, 132
Anggota  DPD, serta Anggota DPRD (DPRD Provinsi maupun DPRD
Kabupaten/Kota) se-Indonesia periode 2009-2014. Sedangkan untuk memilih
presiden dan wakil presiden untuk  masa bakti 2009-2014 diselenggarakan pada
tanggal 8 Juli 2009 (satu putaran).
a.  Sistem Pemilu
Pemilu 2009 untuk memilih Anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota
dilaksanakan dengan sistem perwakilan berimbang (proporsional) dengan sistem
daftar  calon terbuka. Kursi yang dimenangkan setiap partai politik mencerminkan
proporsi total  suara yang didapat setiap parpol.  Asas Pemilu.
Pemilu 2009 dilaksanakan dengan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan
adil. 
b. Peserta Pemilu
1)  Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD Tahun 2009 diikuti oleh 44 partai, 38
partai merupakan partai nasional dan 6 partai merupakan partai lokal Aceh.
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 diikuti oleh 3 (tiga) pasangan calon, yaitu :
a)  Hj. Megawati Soekarnoputri dan H. Prabowo Subianto (didukung oleh PDIP,
Partai Gerindra, PNI Marhaenisme, Partai Buruh, Pakar Pangan, Partai Merdeka,
Partai  Kedaulatan, PSI, PPNUI).
b)  Dr. Susilo Bambang Yudhoyono dan Prof. Dr. Boediono (didukung oleh Partai
Demokrat, PKS, PAN, PPP, PKB, PBB, PDS, PKPB, PBR, PPRN, PKPI, PDP, PPPI,

8
Partai Republikan, Partai Patriot, PNBKI, PMB, PPI, Partai Pelopor, PKDI, PIS,
Partai PIB, Partai PDI).
c) Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla dan H. Wiranto, S.IP (didukung oleh Partai Golkar,
dan Partai Hanura)

Akibat Pelaksanaan Demokrasi Masa Reformasi (1998 – Sekarang)


Pada zaman reformasi ini pelaksanaan demokrasi mengalami suatu pergeseran yang
mencolok walaupun sistem demokrasi yang dipakai yaitu demokrasi pancasila tetapi
sangatlah mencolok dominasi sistem liberalcontohnya aksi demonstrasi yang besar-
besaran di seluru lapisan masyarakat. Memang pada zaman reformasi peranan
presiden tidak mutlak dan lahirnya sistem multi partai sehingga peranan partai cukup
besar, akan tetapidalam melaksanakan pemungutan suara juga pernah menggunakan
voting berarti peranan demokrasi pancasila belumlah terealisasi. Dengan melihat hal
tersebut diatas maka kesimpulan daripada pelaksanaan demokrasi di Indonesia belum
mencapai titik yang pasti danmasih belajar untuk memulai demokrasi pancasila yang
sudah dilakukan selama 40 tahun sampai sekarang masih belum bisa dilaksanakan
secara baikdan benar.

Hasil Amandemen
 Presiden dan wapres merupakan satu instusi penyelenggara kekuasaan
eksekutifnegara yang tertinggidibawah UUD.
 Presiden dan wapres dipilihlangsung olehrakyat, karena itusecara politik tidak
bertanggung jawab kepada MPR, melainkan bertanggungjawab kepada rakyat.
 Presiden dan wapres dipertanggung jawabkan secara hukum apabila melakukan
pelanggaran hukum dan konstitusi.
 Para mentri adalah pembantu rakyat.
 Untuk membatasi kekuasaan presiden yang kedudukannya dalam sistem
pemerintahan presidensial sangat kuat sesuai kebutuhan untuk menjamin
stabilitas pemerintah, maka ditentukan pula masa jabatan presiden 5 tahunan dan
tidak boleh dijabat oleh orang yang sama lebih dari 2 masa jabatan.

9
G. Dampak Reformasi Bagi Rakyat Indonesia
 Pemerintahan orde baru jatuh dan muncul era reformasi. Namun reformasi dan
keterbukaan tidak diikuti dengan suasana tenang, aman, dan tentram dalam
kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Konflik antar kelompok etnis
bermunculan di berbagai daerah seperti Kalimantan Barat. Konflik tersebut
dilatarbelakangi oleh masalah-masalah sosial, ekonomi dan agama.
 Rakyat sulit membedakan apakah sang pejabat bertindak sebagai eksekutif atau
pimpinan partai politik karena adanya perangkapan jabatan yang membuat
pejabat bersangkutan tidak dapat berkonsentrasi penuh pada jabatan publik yang
diembannya.
 Banyak kasus muncul ke permukaan yang berkaitan dengan pemberian batas
yang tegas pada teritorial masing-masing wilayah, seperti penerapan otonomi
pengelolaan wilayah pengairan.
 Pemerintah tidak lagi otoriter dan terjadi demokratisasi di bidang politik
(misalnya: munculnya parpol-parpol baru), ekonomi (misalnya: munculnya
badan-badan umum milik swasta, tidak lagi melulu milik negara), dan sosial
(misalnya: rakyat berhak memberikan tanggapan dan kritik terhadap pemerintah).
 Peranan militer di dalam bidang politik pemerintahan terus dikurangi (sejak 2004,
wakil militer di MPR/DPR dihapus).

orde baru:

Pemilu-Pemilu berikutnya dilangsungkan pada tahun 1977, 1982, 1987, 1992, dan
1997. Pemilu-Pemilu ini diselenggarakan dibawah pemerintahan Presiden Soeharto.
Pemilu-Pemilu ini seringkali disebut dengan Pemilu Orde Baru. Sesuai peraturan
Fusi Partai Politik tahun 1975, Pemilu-Pemilu tersebut hanya diikuti dua partai
politik dan satu Golongan Karya. Pemilu-Pemilu tersebut kesemuanya dimenangkan
oleh Golongan Karya.

Berikut adalah tanggal-tanggal diadakannya pemungutan suara pada Pemilu periode


ini.

1. 2 Mei 1977
Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
1977 diselenggarakan secara serentak pada tanggal 2 Mei 1977 untuk memilih

10
anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD Tingkat I Propinsi maupun DPRD Tingkat II
Kabupaten/Kotamadya) se-Indonesia periode 1977-1982.

Pemilihan Umum ini diikuti 2 partai politik dan 1 Golongan Karya, yaitu:

1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)


2. Golongan Karya (Golkar)
3. Partai Demokrasi Indonesia (PDI)

Sebagai pemenang mayoritas hasil pemilihan umum ini adalah Golongan Karya.

2. 4 Mei 1982
Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
1982 diselenggarakan secara serentak pada tanggal 4 Mei 1982 untuk memilih
anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD Tingkat I Propinsi maupun DPRD Tingkat II
Kabupaten/Kotamadya) se-Indonesia periode 1982-1987.

Pemilihan Umum ini diikuti 2 partai politik dan 1 Golongan Karya, yaitu:

1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)


2. Golongan Karya (Golkar)
3. Partai Demokrasi Indonesia (PDI)

Sebagai pemenang mayoritas hasil pemilihan umum ini adalah Golongan Karya.

3. 23 April 1987
Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
1987 diselenggarakan secara serentak pada tanggal 23 April 1987 untuk memilih
anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD Tingkat I Propinsi maupun DPRD Tingkat II
Kabupaten/Kotamadya) se-Indonesia periode 1987-1992.

Pemilihan Umum ini diikuti 2 partai politik dan 1 Golongan Karya, yaitu:

1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)


2. Golongan Karya (Golkar)
3. Partai Demokrasi Indonesia (PDI)

Sebagai pemenang mayoritas hasil pemilihan umum ini adalah Golongan Karya.

11
4. 9 Juni 1992
Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
1992 diselenggarakan secara serentak pada tanggal 9 Juni 1992 untuk memilih
anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD Tingkat I Propinsi maupun DPRD Tingkat II
Kabupaten/Kotamadya) se-Indonesia periode 1992-1997.

Pemilihan Umum ini diikuti 2 partai politik dan 1 Golongan Karya, yaitu:

1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)


2. Golongan Karya (Golkar)
3. Partai Demokrasi Indonesia (PDI)

Sebagai pemenang mayoritas hasil pemilihan umum ini adalah Golongan Karya.

5. 29 Mei 1997
Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
1997 diselenggarakan secara serentak pada tanggal 29 Mei 1997 untuk memilih
anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD Tingkat I Propinsi maupun DPRD Tingkat II
Kabupaten/Kotamadya) se-Indonesia periode 1997-2002. Pemilihan Umum ini
merupakan yang terakhir kali diselenggarakan pada masa Orde Baru.

Pemilihan Umum ini diikuti 2 partai politik dan 1 Golongan Karya, yaitu:

1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)


2. Golongan Karya (Golkar)
3. Partai Demokrasi Indonesia (PDI)

Sebagai pemenang mayoritas hasil pemilihan umum ini adalah Golongan Karya.
Pemilu ini diwarnai oleh aksi golput oleh Megawati Soekarnoputri, yang tersingkir
sebai Ketua Umum PDI yang tidak diakui rezim pemerintah waktu itu.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang keputusan-keputusan penting, baik


secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang
diberikan secara bebas dari masyarakat dewasa

Pelaksanaan demokrasi di era reformasi (1998-sekarang) ditandai dengan lengsernya


Soeharto setelah menjadi presiden selama 32 tahun. Dikutip dari situs resmi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan RI, kepemimpinan nasional segera beralih dari Soeharto ke
BJ Habibie yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Presiden. Beralihnya pemerintahan
ke BJ Habibie sebagai Presiden ke-3 Republik Indonesia dinilai sebagai jalan baru demi
terbukanya proses demokrasi di Indonesia.

13

Anda mungkin juga menyukai