Anda di halaman 1dari 16

Eksistensi Parindra.....

(Wajidi) 1

EKSISTENSI PARTAI INDONESIA RAYA


(PARINDRA) DI KALIMANTAN SELATAN, 1935-1942
THE EXISTENCE OF INDONESIA RAYA PARTY
(PARINDRA) IN SOUTH KALIMANTAN, 1935-1942

Wajidi
Balitbangda Provinsi Kalimantan Selatan
Jalan Aneka Tambang-Trikora,
Kompleks Perkantoran Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan,
Banjarbaru email: wajidi.amberi@gmail.com

Naskah Diterima: 8 Januari 2015 Naskah Direvisi:16 Februari 2015 Naskah Disetujui:23 Februari 2015

Abstrak
Parindra merupakan organisasi pergerakan berpusat di Jawa yang mempunyai cabang
organisasi di Kalimantan Selatan. Peranannya di Kalimantan Selatan belum banyak
dipublikasikan. Atas dasar alasan itulah, maka kajian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui
persebaran organisasi Parindra di Kalimantan Selatan; (2) mengetahui perjuangan Parindra di
Kalimantan Selatan; (3) mengetahui tindakan Pemerintah Hindia Belanda terhadap Parindra di
Kalimantan Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah (historical research) dengan
menggunakan sebagian besar data primer yakni memoar para pelaku sejarah dari anggota perintis
kemerdekaan. Hasil kajian menunjukkan bahwa asal mula Parindra di Kalimantan Selatan adalah
organisasi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) yang dibentuk pada tahun 1930. Karena berfusinya
PBI dengan Budi Utomo dan organisasi lainnya di pulau Jawa menjadi Partai Indonesia Raya
(Parindra) di tahun 1935 maka dengan sendirinya PBI di Kalimantan Selatan menjadi Parindra.
Perjuangan Parindra di Kalimantan Selatan di antaranya: duduk dalam keanggotaan dewan
legislatif (Raad), mendirikan Rukun Tani, Koperasi, Rukun Pelayaran Indonesia (Roepelin), dan
Lumbung Padi, Mendirikan organisasi Keputrian, Kepanduan Surya Wirawan, dan Sekolah
Parindra, menulis artikel politik dan mengeluarkan mosi menentang peraturan kerja paksa
(erakan, rodi). Pemerintah Hindia Belanda menghadapi perjuangan Parindra dengan cara
melakukan tindakan pengawasan, pelarangan, dan pembubaran rapat serta penangkapan dan
pemenjaraan aktivis Parindra di Kalimantan Selatan.
Kata kunci: Parindra, Kalimantan Selatan, Pemerintah Hindia Belanda.
Abstract
Parindra is a Java-based movement organizations that have branch organization in South
Kalimantan. Its role in South Kalimantan has not been widely publicized. Based on that reasons,
the study aims are to: (1) determine the distribution of Parindra organization in South
Kalimantan; (2) determine Parindra struggle in South Kalimantan; (3) determine the action of
Dutch East Indies government against Parindra in South Kalimantan. This research is the
historical research by using most of the primary data that the perpetrators of historical memoirs
of pioneering independence members. The results show that the origin of Parindra in South
Kalimantan is the organization Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) was formed in 1930. Since the
fusion of PBI with Budi Utomo and other organizations on the island of Java, Indonesia Raya
became a Party (Parindra) in 1935 then by itself PBI in South Kalimantan into Parindra.
Parindra struggle in South Kalimantan include: sitting in the membership of the legislative
council (Raad), established the Pillars of Farmers, cooperatives, Pillars Shipping Indonesia
(Roepelin), and Lumbung Padi, Establishing keputrian organization, Scouting Surya Wirawan,
and School Parindra, write political articles and issued a motion against the labor regulations
(erakan, forced labor). Dutch East Indies government facing Parindra movement with perform
2 Patanjala Vol. 7 No. 1 Maret 2015: 17

acts of supervision, prohibition and dissolution of the meeting as well as the arrest and
imprisonment of activists Parindra in South Kalimantan.
Keywords: Parindra, south Kalimantan, Dutch East Indies.

A . PENDAHU LUA N yang berjuang untuk kemajuan dan


Paruh pertama abad ke-20 kesejahteraan bangsanya.
merupakan puncak dari kolonialisme Lancarnya hubungan kapal laut
dan imperialisme di Indonesia. Pada antara Banjarmasin dan kota-kota di pantai
saat bersamaan, awal abad ke-20 juga utara Pulau Jawa, berdampak terhadap
dikenang sebagai masa tumbuh dan lancarnya komunikasi dan informasi antara
berkembangnya nasionalisme. sebagian penduduk Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan (termasuk dan Jawa. Berkat adanya pengalaman,
Kalimantan Tengah dan Timur sekarang) pengetahuan dan hubungan dengan dunia
merupakan bagian dari konstelasi luar dan melihat kemajuan pergerakan di
pergerakan kebangsaan Indonesia pada daerah lain, baik secara langsung maupun
waktu itu. Di daerah ini yang pada masa melalui pemberitaan pers, maka para
pergerakan kebangsaan disebut pedagang yang kembali dari Jawa ke
Keresidenan Afdeling Selatan dan Timur kampung halamannya turut menjadi
Borneo atau Residentie Zuider en pelopor atau penggerak organisasi
Oosterafdeling van Borneo dengan ibu pergerakan kebangsaan di Kalimantan
kota Banjarmasin (ANRI, 1986: iv) Selatan. Mereka membawa paham
berkembang berbagai organisasi yang pergerakan rakyat yang tumbuh di Jawa
berlingkup lokal, regional, maupun atau mendirikan cabang organisasi di
nasional. Atau dari yang semula bersifat Kalimantan Selatan, salah satunya adalah
kedaerahan dan bergerak di bidang sosial, Parindra. Yang menjadi permasalahan
ekonomi, dan keagamaan, terus adalah bagaimana eksistensi organisasi
berkembang ke arah kebangsaan melalui Partai Indonesia Raya (Parindra) di
pergerakan politik praktis dengan tujuan Kalimantan Selatan? Oleh karena itulah
meraih kemerdekaan. Perasaan kebangsaan kajian ini dimaksudkan untuk mengetahui:
yang sebenarnya lahir dari kondisi (1) persebaran organisasi Parindra di
masyarakat itu sendiri sebagai dampak dari Kalimantan Selatan; (2) perjuangan
penjajahan, seperti penindasan dan Parindra di Kalimantan Selatan; (3)
perlakuan diskriminatif, munculnya sistem tindakan Pemerintah Hindia Belanda
ekonomi modern, praktik kerja paksa terhadap Parindra di Kalimantan Selatan.
(rodi) atau erakan, telah mendorong
tumbuhnya kesadaran akan harga diri B. METODE PENELITIAN
yang semakin menguat dengan masuknya Tulisan ini disusun berdasarkan
pengaruh pergerakan kebangsaan yang metode penelitian sejarah (historical
tumbuh di Jawa dan menyebar luas hingga research) dengan mengikuti langkah-
sampai ke daerah ini. langkah yakni heuristik, kritik, interpretasi
Penetrasi kebudayaan Barat yang dan historiografi (Louis Gottschalk, 1985
sangat kuat pengaruhnya terhadap dan Helius Sjamsuddin, 2012). Metode ini
tumbuhnya pergerakan kebangsaan di pada prinsipnya merupakan suatu proses
daerah ini adalah penetrasi di bidang untuk menguji dan menganalisis secara
pendidikan berupa pengajaran secara Barat kritis sumber, rekaman dan peninggalan
yang melahirkan kaum cendekiawan, masa lalu dengan merekonstruksi
terutama “elite nasional” (elite sekuler berdasarkan data yang diperoleh dengan
maupun elite religius), yakni para lulusan menempuh proses historiografi
sekolah partikelir atau sekolah agama (Gottschalk, 1985:32).
Eksistensi Parindra..... (Wajidi) 3

Kajian ini lebih menitikberatkan Parindra didirikan oleh dr. Sutomo


pada studi bahan dokumen yakni berbagai dan kawan-kawan pada tahun 1935 di
sumber sezaman (sumber primer) berupa Surabaya dan merupakan fusi dari partai-
manuskrip atau arsip, di samping sumber partai politik, antara lain: Budi Utomo,
sekunder berupa buku-buku, skripsi, jurnal Paguyuban Pasundan, Serikat Betawi,
dan lain-lain. Serikat Ambon, Serikat Minahasa,
Sumber primer terpenting adalah Persatuan Bangsa Indonesia (PBI), dan
memoar para pejuang perintis Sumateranen Bond. Di dalam Parindra-lah
kemerdekaan dan foto-foto asli maupun golongan cerdik-cendekiawan priyayi Jawa
fotokopi yang diperoleh dari para ahli yang diwakili PBI dan golongan birokratis
warisnya, seperti koleksi Yurliani konservatif priyayi Jawa yang diwakili
Johansyah, Abdul Muis, Artum Artha, dan feodal Budi Utomo dapat digabungkan
keluarga almarhum Achmad Darmawie dengan serasi ke dalam satu barisan dan
(Ketua Cabang Persatuan Perintis mampu bekerja bersama secara politik
Kemerdekaan) di Banjarmasin. (Scherer, 1985:222). Parindra merupakan
Sebagian besar memoar yang partai politik yang berdasarkan
terkumpul dan dipergunakan dalam tulisan nasionalisme Indonesia Raya dan
ini memang sengaja disusun pelaku bertujuan Indonesia Mulya dan Sempurna.
sejarah sebagai bahan kelengkapan Di Kalimantan Selatan, pada
permohonan atau usulan untuk mulanya Parindra bernama Persatuan
mendapatkan pengakuan dari pemerintah Bangsa Indonesia (PBI). Organisasi PBI
sebagai pejuang perintis kemerdekaan. dibentuk pada tahun 1930, dipelopori oleh
Lingkup analisis studi adalah kiprah Merah Johansyah dan Masri, dengan
organisasi Parindra di Kalimantan Selatan jumlah anggota tidak lebih dari 15 orang
yang menyangkut persebaran organisasi, (Darmawie, 1981:4). Mereka bergerak
perjuangannya, dan tindakan Pemerintah secara sembunyi-sembunyi karena kuatir
Hindia Belanda terhadap Parindra di ditangkap polisi kolonial Belanda atau PID
Kalimantan Selatan pada rentang waktu (Politieke Inlichtingen Dienst).
1935 sampai dengan 1942. Penetapan
tahun 1935 diambil karena pada tahun
itulah berdiri organisasi Parindra dan
berakhir pada tahun 1942 menyusul
kedatangan tentara pendudukan Jepang di
Kalimantan Selatan.
Lingkup spasial dalam kajian ini
dibatasi hanya pada afdeling Selatan
dalam wilayah Keresidenan Afdeling
Selatan dan Timur Borneo yang di
kemudian hari menurut Staatsblaad 1945
Nomor 64 dikenal sebagai Keresidenan
Borneo Selatan (Residentie Zuider
Afdeling van Borneo) dengan ibu kotanya Gambar 1. Persatuan Bangsa Indonesia
Banjarmasin yang wilayahnya sekarang (PBI) Cabang Kandangan.
meliputi dua provinsi yakni Provinsi Sumber: Koleksi Yurliani Johansyah.
Kalimantan Selatan dan Kalimantan
Tengah (Pemda Tk. I Kalsel, 1990:4). Pada tanggal 14 Mei 1932, PBI
Banjarmasin diakui sebagai cabang oleh
C . HA SIL DA N BAHASAN Pengurus Besar PBI. Dari Banjarmasin,
1. . Persebaran Parindra di PBI berkembang ke daerah lainnya
Kalimantan Selatan sehingga mempunyai cabang-cabang
seperti di Kandangan, Barabai dan
2 Patanjala Vol. 7 No. 1 Maret 2015: 17

Amuntai. Organisasi PBI digerakkan oleh dan lain-lain (Alibasah, 1981: tanpa
kaum intelek, terutama guru-guru. halaman).
Di samping itu, dibentuk pula Surya Setelah berfusinya PBI dengan Budi
Wirawan sebagai organisasi kepemudaan Utomo dan organisasi lainnya menjadi
dan kepanduan dari PBI. Surya Wirawan Parindra pada tahun 1935, perkembangan
cabang Banjarmasin diketuai oleh A. politik di Kalimantan Selatan semakin
Ibrahim dengan wakil ketua Achmad meningkat. Dalam geraknya di Kalimantan
Darmawie sekaligus sebagai sekretaris. Selatan, Parindra berkembang ke berbagai
Organisasi kepemudaan ini diberi latihan kota seperti Kuala Kapuas, Sampit,
kepanduan, kursus kepemimpinan, disiplin Kandangan, Barabai, Amuntai, Haruai,
partai, kebangsaan, dan patriotisme Pagatan, dan Kotabaru, bahkan sampai ke
berdasarkan asas kepartaian PBI yakni daerah Kalimantan Timur (Samarinda dan
Kebenaran, Keadilan, Kesucian, Sangkulirang). Perkembangan yang pesat,
Kecintaan, dan Pengorbanan (Darmawie, menjadikan organisasi Parindra satu-
1981:5). Ketika terjadi fusi pembentukan satunya partai politik terbesar yang ada
Parindra pada tahun 1935, Surya Wirawan saat itu di daerah ini.
menjadi organisasi yang dikelola oleh Di Kuala Kapuas, cabang Parindra
Parindra. dibentuk pada tanggal 23 Juli 1939 oleh
Tatkala PBI berdiri di Kandangan Komisaris Pengurus Besar Parindra
pada tahun 1933, seorang guru di Hadhariyah M di gedung HBS Kampung
Kandangan, yakni Haji Muhammad Hampatung Kuala Kapuas, dipimpin oleh
Hapip, meminjamkan sebuah rumah di W. Sandan sebagai ketua dan A. Rasyid
Jalan Masjid untuk kegiatan PBI dan sebagai penulis/sekretaris (Darmawie,
untuk Perguruan Rakyat, yang di 1981:7; Arief, 1981:14).
kemudian hari menjadi Perguruan Rakyat Di Kandangan, Parindra berdiri pada
Parindra Kandangan (Artha, 1984: tanpa tahun 1935. Pemimpin pertama adalah
halaman). Muhammad Abdul Husein (Kepala
Setelah kejadian Pemberontakan Sekolah HIS). Pemimpin kedua
awak Kapal Tujuh (Zeven Provincien) Muhammad Hanafiah (Wakil Kepala
tersiar di Banjarmasin, suasana politik Sekolah HIS). Setelah keduanya
menjadi agak keruh, karena Belanda dipindahkan ke Jawa dan Madura,
mencurigai PBI akan mengadakan aksi pelanjutnya adalah Ahmad Barmawi, Haji
demonstrasi. Pihak kolonial Belanda Muhammad Syukeri dan Haji Muhammad
memang merahasiakan pemberontakan itu, Syamsi Rais.
akan tetapi masyarakat ternyata
mengetahuinya.
Pada tahun 1934, PBI cabang
Barabai berdiri, dipimpin oleh H. Ali
Baderun (ketua), H. Kadri (wakil ketua),
A. Azis Mansyur (sekretaris), dan Zakaria
(bendahara). Mereka melakukan kursus
atau propaganda partai ke kampung-
kampung sekali seminggu, mengadakan
sekolah buta huruf untuk orang tua,
mendirikan rukun kematian, mendirikan
sekolah swasta untuk anak-anak,
menjalankan les derma kepada para
anggota untuk kepentingan partai, dan
propaganda lainnya secara tidak langsung, Gambar 2. Suasana rapat pembentukan
seperti pada acara perkawinan, selamatan, pengurus Parindra cabang Barabai, tahun 1939.
Sumber: Koleksi Abdul Muis
Eksistensi Parindra..... 2
Peringatan Almarhoem R.A. Kartini, Barabai
Di Barabai, Parindra berdiri pada 23-4-‘39”.
tahun 1936. Pengurus pertama diketuai Sumber: Koleksi Abdul Muis.
oleh H. Ali Baderun dan bermarkas di
Gedung Parindra berukuran 15 x 20 m Di Desa Karatau, Ranting PBI
yang berlokasi di Bulau, yang sekarang berubah menjadi Ranting Parindra diketuai
menjadi Jalan Sarigading, Barabai. oleh Alibasah. Pada tahun 1937, Alibasah
Pembangunannya dilakukan secara gotong ditangkap oleh PID dan ditahan selama 21
royong dengan menjalankan les derma di hari, karena mengadakan rapat tertutup di
masyarakat dan dengan cara memungut Karatau dan tidak mendapat izin dari PID
iuran kepada anggota (Uhuk, 1981: 8). (Alibasah, 1981: tanpa halaman).
Parindra berusaha memperbaiki Di Barabai, Parindra pernah
penghidupan rakyat dengan memberikan mengadakan rapat terbuka (openbar) di los
pertolongan dan pimpinan yang nyata, Getah, pasar Barabai. Pada saat itulah
dengan mendirikan badan-badan koperasi, tampil seorang wanita dari Kandangan
rukun tani, bank rakyat, pelayaran dan bernama Siti Syahrijat memberanikan diri
perdagangan. Parindra juga mengadakan berpidato di depan khalayak ramai. Ia
diskusi atau kursus-kursus seperti kursus menjadi seorang wanita yang tidak kenal
administrasi, kepemimpinan, dan kursus takut berpidato dengan lantang di muka
pidato. Karena usahanya itulah, maka umum pada masa penjajahan. Isi pidatonya
jumlah anggotanya cepat bertambah bertujuan membangun semangat kaum
dengan cabang-cabang dan ranting-ranting perempuan, membangkitkan kegairahan
baru yang bermunculan di desa-desa. dan menyadarkan kaum ibu serta
Di Kampung Hantakan yang mengajak mereka agar tidak hanya
jauhnya sekitar 9 km dari kota Barabai, menjadi ratu dapur yang semata-mata
dibentuk pengurus ranting/seksi Parindra memasak dan memelihara anak, akan
Hantakan pada tanggal 1 Juni 1939. tetapi perempuan juga harus bangkit dan
Pembentukan pengurus dihadiri oleh mengikuti jejak langkah kaum pria
sekitar 500 orang Parindrist dari berbagai dalam menentukan langkah nasib bangsa
pelosok, seperti dari Birayang, Pantai di kemudian hari, sesuai dengan
Hambawang, Aluan Sumur, Pelajau, dan kemampuannya sebagai seorang
Mahang. Di sini dilaksanakan rapat perempuan (Uhuk, 1981: 9).
terbuka (openbare vergadering) dengan
penyampaian pidato yang berapi-api 2 . Perjuangan Parindra Dalam
(Arief, 1981: 12). Menghadapi Pemerintah Hindia
Belanda
Perjuangan Parindra dalam
menghadapi politik Pemerintah Hindia
Belanda meliputi berbagai bidang dan
kesempatan. Di bidang politik, Parindra
berusaha duduk dalam keanggotaan Raad-
Raad (Dewan), seperti Volksraad (Dewan
Rakyat) di pusat, Provinciale Raad
(Dewan Provinsi) di daerah (Kalimantan
Selatan), Banjar Raad, Gemeenteraad
(Dewan Gemeente), dan Raad-Raad lokal
lainnya.
Menurut L.M. Sitorus (1951:52),
organisasi Parindra tidak secara prinsipil
Gambar 3. Markas Parindra Cabang Barabai. menganut asas politik non co atau co,
Tampak papan hitam bertulisan “Hari sehingga sepak terjangnya keluar tampak
seperti cooperator dan kadang-kadang
2 Patanjala Vol. 7 No. 1 Maret 2015: 17

seperti non-cooperator. Parindra tidak Anggota Parindra yang menjadi


menolak duduk dalam dewan-dewan anggota Raad-Raad itu, diperankan untuk
bentukan pemerintah kolonial, tetapi bila dua tujuan:
perlu atau jika usulnya tidak diterima oleh 1. Kepada pemerintah kolonial Belanda
pemerintah kolonial, mereka meninggalkan menyampaikan apa yang menjadi
dewan-dewan tersebut dan menjalankan tuntutan Parindra.
apa yang disebut dengan incidentele atau 2. Kepada rakyat, tokoh-tokoh inilah
utilistche non-cooperatie (memanfaatkan yang menjelaskan tentang sikap dan
sikap non-kooperatif) selama waktu yang sepak terjang pemerintahan Hindia
ditentukan oleh partai. Belanda, seperti melalui rapat-rapat
partai, atau kursus-kursus. Dengan
demikian, anggota partai makin
memahami dan mengerti masalah-
masalah politik (Sjarifuddin, 1974:
65).
Dalam rangka memperluas
perkembangan partai, terutama Parindra
cabang Banjarmasin, sekaligus untuk
mempertebal semangat nasionalisme dan
patriotisme para anggota partai, maka
diundanglah para pemimpin
pusat/Pengurus Besar Parindra ke
Kalimantan Selatan, yakni Mohammad
Gambar 4. Gedung Parindra Cabang Husni Thamrin, R. Sukardjo
Banjarmasin, Jalan Ulin/Jalan Pasar Lama, 3 Wiryopranoto, R. Sunyoto (Hadhariyah,
April 1938 1981:8 dan Darmawie, 1981: 6).
Sumber: Koleksi Achmad Darmawie Selain di Banjarmasin, Mohammad
Husni Thamrin yang juga seorang anggota
Meskipun Parinda menganut asas Volksraad berkunjung pula ke hulu Sungai
politik kooperatif, organisasi ini tetap Kandangan, Barabai, Amuntai untuk
bertujuan untuk mencapai Indonesia melakukan pertemuan dan rapat-rapat
merdeka. Sebagaimana dikatakan oleh umum. Di Barabai, Mohammad Husni
Mohammad Husni Thamrin dalam Thamrin berkesempatan melakukan
pidatonya, bahwa nasionalis kooperatif dan pelantikan Ranting Parindra Birayang
nonkooperatif memiliki satu tujuan menjadi Cabang Parindra Birayang yang
bersama yang sama-sama yakin pada berlangsung pada bulan Oktober 1937.
Indonesia Merdeka (Abdullah (ed.), 2013:
148).
Duduknya anggota Parindra dalam
Banjar Raad, mempunyai tujuan tertentu,
yaitu: (1) Untuk menyampaikan suara
rakyat secara legal; (2) Memberikan saran
agar dalam mengatur pemerintahan,
banyak memberikan keuntungan kepada
rakyat; (3) Mencoba melakukan oposisi
secara sehat; (4) Memperlihatkan kepada
pemerintah kolonial Belanda bahwa
bangsa Indonesia sanggup memerintah
(Sjarifuddin, 1974: 65).
Gambar 5. “Sekolah Ra’jat Parindra Aloean
Soemoer”, Barabai
Eksistensi Parindra..... 2
Sumber: Koleksi Abdul Muis
kegiatan seperti Rukun Tani, Koperasi,
Rukun Pelayaran Indonesia (Roepelin),
Parindra Cabang Birayang aktif
Lumbung Padi, Keputrian, Kepanduan
melaksanakan program perjuangan, seperti
Surya Wirawan, maupun Perguruan
mengadakan kursus dan mendirikan
Rakyat Parindra itu sendiri.
sekolah Neutralschool. Guru-gurunya
Lumbung Padi adalah sejenis
antara lain H.M. Arif, Sunaryo, dan
koperasi yang dibentuk pengurus Parindra
M.Y.H.W. Puloakan (Busri, tanpa tahun:
untuk menunjang ketahanan pangan.
tanpa halaman).
Mereka mengajak para petani untuk
Tokoh lain yang berkunjung ke
bergabung dan bergiat untuk mencapai
Banjarmasin adalah dalam rangka
tujuan organisasi (Badrun, tanpa tahun:
menyambut kedatangan Sukarjo
tanpa halaman).
Wiryopranoto dari Surabaya, Pengurus
Menurut Artum Artha (Wajidi,
Besar Parindra merangkap Pemimpin
2007:183) Rukun Puteri dipimpin
Surya Wirawan pusat, dan R. Sunyoto
langsung oleh Ibu-ibu Parindra. Mereka
anggota Parindra yang berkedudukan di
tidak termasuk kelas intelek, bahkan
Surabaya. Mereka datang secara rutin ke
diantaranya tidak punya ijazah Sekolah
Banjarmasin (Hadhariyah, 1981:8).
Rakyat, namun mereka cakap memimpin
Dalam rangka menyambut kedatangan
organisasi politik dan pandai berdebat.
Sukarjo Wiryopranoto dari Surabaya maka
Seperti Ibu Haji Saniah yang turut hadir
pada tahun 1939 Parindra cabang Amuntai
dalam Kongres Parindra di Bandung.
mengadakan rapat umum dipimpin
Ketika dipersilakan naik mimbar
Mr.Rusbandi bertempat di gedung
(podium), orang merasa heran dan
Musyawaratutthalibin Amuntai, dihadiri
terbelalak matanya, karena melihat
Cabang Parindra, ranting-ranting, serta
kecakapan Beliau dalam bicara dan
undangan. Setelah menyanyikan lagu
berdebat.
Indonesia Raya oleh para pemuda Surya
Koperasi yang dimiliki Parindra
Wirawan, diadakan pula sambutan-
bertujuan untuk meringankan beban
sambutan oleh Hadhariyah M dari cabang
rakyat, seperti: koperasi simpan pinjam
Parindra Banjarmasin, Sukarjo
murni, koperasi pangan, koperasi perkakas
Wiryopranoto dari Pengurus Besar
sepeda, dan koperasi tukang jahit.
Parindra, dan A. Hamidhan dari cabang
Mengenai Roepelin, usaha pelayaran
Parindra Amuntai (A. Hamidhan, 1981:
ini cukup berkembang sehingga maskapai
tanpa halaman).
pelayaran Belanda yaitu KPM merasa
Setelah kedatangan Mohammad
cemas dan dirugikan. Mereka menghadapi
Husni Thamrin dan Sukarjo Wiryopranoto
Roepelin dengan memberikan bonus
maka tindakan pemerintah kolonial
kepada pedagang yang memuat barang
terhadap Parindra menjadi lebih longgar,
dagangan pada kapal KPM.
karena segala yang bersifat pertemuan atau
Roepelin juga seringkali membantu
rapat tidak lagi dipersulit atau dilarang
orang-orang pergerakan yang melarikan
dengan catatan, hanya yang bersifat rapat
diri ke Pulau Jawa dan yang masuk
umum harus ada izin dari polisi PID, 2 x
kembali ke Pulau Kalimantan dengan
24 jam sebelum rapat dilaksanakan
membawa bahan-bahan untuk perjuangan
(Darmawie, 1981:6).
rakyat dengan memakai perahu Lete-Lete
Nama Parindra sedemikian populer
(Perahu Suku Madura), dan juga perahu
waktu itu. Di Banjarmasin pada tahun
Penes (Pinisi) dari Pagatan, Mendawai,
1939, anggotanya telah mencapai jumlah
Samuda, dan Kuala Pembuang (Badrun,
10.000 ditandai dengan masuknya anggota
1985:tanpa halaman).
Abdullah asal Kuala Kapuas. Para
Menurut Achmad Darmawie
anggotanya terhimpun pula dalam
(1981:8-9) pengurus Roepelin merupakan
beberapa organisasi bawahannya dan
orang yang sangat mengetahui seluk beluk
2 Patanjala Vol. 7 No. 1 Maret 2015: 17

pelayaran, seperti I.R. Lobu, Pimpinan Pentingnya pendidikan bagi


Roepelin di Banjarmasin, ia seorang Parindra tercermin dari pendapat Johanes
ambtenaar dari Bea dan Cukai (Douane) Baker seorang guru Sekolah Medan
Banjarmasin yang berkantor pusat di Antara Kandangan pada saat peresmian
Surabaya yang dipimpin oleh Nazamudin berdirinya sekolah “Perguruan Rakyat
Daeng Malewa yang juga menjabat Parindra” di Amuntai tanggal 1 Agustus
Komisaris Pengurus Besar Parindra. 1935 bahwa: “perguruan adalah satu
Akibat besarnya dukungan soal yang sangat penting dan satu alat
masyarakat terhadap Roepelin, maka yang utama. Anak- anak tidak dapat
pengurusnya kerapkali berurusan dengan maju, kalau tidak dapat didikan”
pihak polisi Belanda seperti berupa (Soepardi, 1972:20).
penggeledahan, penahanan dengan Sekolah Perguruan Rakyat Parindra
bermacam-macam tuduhan disertai di Kandangan berdiri pada tahun 1937 di
todongan senjata api, berkaitan dengan Jalan Kubur Wih (kemudian di sebut Jalan
pengaduan yang disampaikan maskapai Merdeka). Guru-gurunya yakni Raden
KPM yang merupakan milik Pemerintah Imam Subekti (Kepala Sekolah), Johanes
Hindia Belanda. Baker (Pembantu) berasal Parindra
Parindra bukan saja berusaha Surabaya.
dalam bidang ekonomi dan politik, tetapi Mata pelajaran yang diajarkan
juga dalam pendidikan. Hasil karya adalah bahasa Belanda dan bahasa Inggris,
Parindra dalam pendidikan antara lain serta pelajaran lainnya yang berhubungan
membentuk Sekolah atau Perguruan dengan kegiatan sosial, politik, ekonomi
Rakyat Parindra di Banjarmasin, Barabai, dan kebudayaan. Sebagai pemegang vak
Birayang, Amuntai, dan Kandangan. bahasa Belanda adalah Imam Subekti,
Di Kandangan, organisasi Parindra sedangan Johanes Baker memegang vak
mendirikan Badan Pengawas Onderwijs bahasa Inggris yang setelah ditangkap
Commissie (BPOG) dan mendirikan belanda diganti oleh Adi Martono, seorang
Perguruan Medan Antara yang kemudian guru dari Perguruan Taman Siswa (Aly,
menjadi Sekolah Medan Antara (SMA 1987:2).
Parindra) di Kandangan. Selain itu berdiri Karena sekolah berkembang menjadi
pula Taman Antara di Negara dan Sekolah dua kelas, maka pengajarnya ditambah
Rakyat (5 tahun) di Kandangan Kota, yakni Iberamsyah dan Rosita dan
Karang Jawa, dan Gambah. kemudian dibantu Abdul Sani, beberapa
saat setelah Imam Subekti dan Adi
Martono pulang ke Jawa.

Gambar 6. Pembukaan Sekolah Medan Antara


di Kandangan, 15 Juli 1937. Berdiri, Artum
Artha (tanda X). Gambar 7. Rukun Keputrian Parindra di
Sumber: Koleksi Artum Artha Banjarmasin. Di tengah Gusti Noorsehan
Johansyah, dengan latar foto ibu Kartini.
Sumber: Koleksi Yurliani Johansyah
Eksistensi Parindra..... 2
Guru-guru yang mengajar di
Sekolah Parindra selalu mendapat sekolah tersebut dari anggota Parindra
tekanan dari Pemerintah Hindia Belanda. sendiri. Mereka digaji oleh Pengawas
Jika anak pegawai negeri memasuki Onderwijs Commissie (POC) Parindra.
sekolah Parindra, maka si ayah yang Seorang guru sekolah pada Volkschool
pegawai negeri kalau tidak dipindahkan Parindra ini mendapat gaji f.7.50 dan bagi
bisa pula diberhentikan dari pekerjaannya guru bantu diberi gaji f.5.00. Di antara
(Sjarifuddin, 1974: 68). pengajar yang merupakan alumni Taman
Besarnya tekanan pemerintah Medan Antara adalah Artum Artha yang
kolonial bukan tanpa alasan, karena diangkat menjadi guru bantu pada
melalui sekolah Parindra para kaum Sekolah/ Perguruan Rakyat Parindra di
pergerakan berupaya menanamkan Kandangan (Artha, 1995:1).
perasaan kebangsaan dan membentuk Di Barabai, usaha Parindra di
kader, antara lain dengan mengajarkan bidang pendidikan mengalami kemajuan
sejarah kebangsaan Indonesia yang pesat dengan mendirikan sekolah rakyat
berlawanan dengan sejarah Indonesia Parindra di Bulau, Ilung, Birayang,
karangan Belanda. Di samping itu, setiap Rangas, Tapuk, dan Kabang. Sekolah itu
akan memulai pelajaran terlebih dahulu pada umumnya menggunakan rumah
menyanyikan lagu Indonesia Raya, begitu penduduk sebagai tempat belajar yang
pula ketika akan pulang, walau redaksinya menandakan bahwa masyarakat di
agak berbeda dengan yang sekarang pedesaan sudah memahami betul artinya
(Sjarifuddin, loc.cit). gedung sekolah dan perlunya pendidikan.
Pada akhir tahun 1939 sekolah Akan tetapi, kemajuan itu tidak serta merta
Parindra dilebur menjadi IHS (Inheemse diperoleh dengan mudah. Seperti yang
Hollandse School). Sesudah peleburan itu terjadi di Desa Tapuk dan Kabang. Para
maka pengertian Sekolah Perguruan pengurus dan guru-guru Parindra harus
Parindra sudah hilang, dan kembali ke menghadapi hambatan-hambatan yang
sekolah sejenis Inlandse School (Sekolah cukup pahit, ketika memperjuangkan
Gubernemen kelas dua). Kalau dahulu sekolah Parindra di desa itu.
untuk memasuki sekolah Perguruan Rakyat
Parindra harus tamat Inlandse School atau 3. Tindakan Pemerintah Hindia
sederajat, maka kemudian sekolah ini Belanda terhadap Parindra
setingkat dengan sekolah dasar.
Selain telah didirikannya Sekolah Parindra merupakan organisasi
Perguruan Rakyat Parindra yang oleh yang melaksanakan prinsip cooperatie
masyarakat Kandangan lebih dikenal terhadap Pemerintah Hindia Belanda.
dengan “Taman Medan Antara”, juga telah Karena prinsip itulah, maka wakil-
mendirikan sekolah-sekolah sejenis wakilnya dapat duduk dalam dewan
Volkschool tiga tahun. Di Kandangan provinsi, kabupaten maupun pemerintahan
sekolah-sekolah tersebut terdapat di kota. Akan tetapi, perasaan cemas dan
Karang Jawa, Gambah, Bekarung, dan takut muncul di pihak pemerintah setelah
Tinggiran. melihat aktivitas Parindra yang cenderung
Sekolah Parindra setingkat melawan pemerintah kolonial. Oleh karena
Volkschool tersebut juga terdapat di itu, Pemerintah Hindia Belanda selalu
Banjarmasin, Barabai, Birayang, dan menempatkan orang atau polisi PID di
persiapan di Amuntai. Sedangkan sekolah setiap rapat partai, baik rapat terbuka
Perguruan Rakyat yang setingkat dengan maupun rapat tertutup. Tidak jarang PID
MULO hanya ada di Kandangan ini mencari-cari alasan atau perkara untuk
(Nawawie, ed., 1992: 64-66). membubarkan rapat Parindra, dan
menawarkan bantuan berupa uang kepada
2 Patanjala Vol. 7 No. 1 Maret 2015: 17

pengurus Parindra agar mau memberikan akan menjadi Parindrist guna memajukan
laporan atau rahasia kepartaian. Organisasi Parindra.
Mara Aly (1987:3), seorang anggota Dalam rangka menyambut Kongres
Parindra atau guru Sekolah Parindra di Parindra ke-3 di Banjarmasin, maka Surya
Kandangan, menceritakan: Wirawan turut mempersiapkan diri untuk
Pernah beberapa kali PID datang terlibat dalam kongres tersebut dengan
ke rumah saya membujuk dan terlebih dahulu mengadakan Konferensi
menawarkan bantuan f.30 setiap Surya Wirawan ke-III se Kalimantan
bulan dan bisa naik menjadi f.75 Selatan di Barabai tanggal 9 April 1939.
setiap bulannya asalkan saya mau Konferensi itu dipimpin langsung oleh
memberikan laporan-laporan Hadhariyah M, pengganti Merah
kepartaian urusan dalam. Setiap Johansyah selaku Komisaris Pengurus
kali tawaran itu, setiap kali pula Besar Parindra daerah Kalimantan Selatan
saya tolak meskipun pada waktu dan Timur. Konferensi berlangsung lancar
itu gaji saya hanya f.5 sebulan meski mendapat pengawasan ketat dari
menjadi guru sekolah swasta PID. Pada saat konferensi berlangsung,
dengan tanggungan 1 orang tersiar kabar bahwa Ki Hajar Dewantara,
isteri, 3 orang anak, 1 orang tua tokoh Pimpinan Umum Majelis Luhur
serta 1 orang saudara yang cacat. Taman Siswa segera tiba di Banjarmasin.
Seperti rapat Parindra tahun 1939. Hadhariyah M yang saat itu ingin segera
Rapat ini dibubarkan dan pembicaranya kembali ke Banjarmasin untuk menjemput
yakni H. Ali Baderun, Ketua Parindra Ki Hajar Dewantara, dihalangi dan dicegat
cabang Barabai ditangkap dan oleh PID di Kandangan (Hadhariyah, 1981:8).
Landraad (pengadilan) Kandangan yang
bersidang di Barabai, yang bersangkutan
dijatuhi hukuman 2 tahun penjara, meski
terhukum kemudian mengajukan banding
ke Pengadilan Negeri Surabaya.
Belanda juga melihat bahwa
aktivitas Merah Johansyah selaku
Komisaris Pengurus Besar Parindra akan
membahayakan kedudukan
pemerintahannya. Oleh karena itu pada
tahun 1937 pemerintah kolonial memaksa
Merah Johansyah dan keluarga untuk
pindah ke Surabaya. Akan tetapi, di Gambar 8. Kunjungan Muhammad Husni
Surabaya, Merah Johansyah dan isterinya Thamrin (Ketua Pengurus Besar Parindra) di
Gusti Noorsehan Johansyah tetap aktif di Pesanggrahan Kandangan tahun 1938.
Organisasi Parindra. Pada tahun 1939 ia Sumber: Koleksi Achmad Darmawie.
diizinkan kembali pulang ke Banjarmasin.
Meski kondisi kesehatannya memburuk, Sesuai agenda, Kongres Parindra ke-
Merah Johansyah tetap beraktivitas di 3 akan dilaksanakan pada tanggal 10-12
daerah ini sampai ia meninggal karena Mei 1940 bertempat di Gedung Bioskop
sakit di Kandangan pada tanggal 8 April Eldorado, Pasar Lama Banjarmasin.
1942 (Aziddin, 1986/1987:6). Kongres ini dihadiri cabang-cabang
Surya Wirawan merupakan Parindra di Kalimantan Selatan. Sebelum
organisasi kepemudaan terpenting yang puncak acara (kongres) dilaksanakan,
dikelola Parindra. Melalui Surya Wirawan terlebih dahulu diadakan rapat umum yang
dibentuk kader-kader muda yang suatu saat dilaksanakan pada malam hari di Gedung
Bioskop Eldorado. Selain dihadiri anggota
Parindra, Surya Wirawan, rapat umum itu
Eksistensi Parindra..... 2
juga dihadiri oleh polisi PID, Wedana, dan dituduh selama di Banjarmasin telah
Komisaris Polisi untuk Kalimantan, di mengadakan rapat gelap di dalam kamar
samping banyaknya pengunjung sehingga Hotel Simpang Banjarmasin (Bijuri, 1980:
penuh sesak sampai ke luar gedung. tanpa halaman).
Pada saat rapat umum berlangsung Adakalanya tekanan terhadap
terjadilah kericuhan, karena utusan anggota Parindra justru datang dari
Parindra cabang Amuntai dengan seorang pribumi pejabat tinggi pemerintah.
beraninya mengibarkan bendera Merah Memang, seringkali ada bangsa pribumi
Putih meski berdampingan dengan bendera (Indonesia) yang ambtenaar Binnenlands
Belanda pada saat arak-arakan. Begitupula Bestuur lebih keras memberi tindakannya,
A. Zakaria, salah seorang tokoh Parindra apalagi jika dia Inspektur Polisi, Resersi
Banjarmasin, dengan bersemangat Klas I/II atau dia punya pangkat/jabatan
berbicara mengobarkan semangat Komis Kepala (Hoofd Commies), betapa
kemerdekaan. congkaknya, sungguh berani mengejek
Achmad Darmawie (1981: 9) yang bangsanya sendiri. Seperti yang
turut hadir dalam rapat umum di gedung diceritakan oleh Artum Artha (Wajidi,
Eldorado, menceritakan bahwa A. Zakaria 2007:191), bahwa sekitar tahun 1932 dan
mengucapkan: “.....bagaimana juapun air tahun 1938, Beliau pernah mengalami dan
itu dibendung suatu ketika bendungan itu merasakan cubit-cercaan:
akan hancur lebur.....”. “He, Tum. Kalau mau merdeka,
Pada saat itulah, Komisaris Polisi bikin dulu benang katon. Pandai
van Burer dari PID berteriak: jahit dengan jarum. Pandaikah
“... stop turun! Maka Zakaria turun membuat jarum sebilah dalam
dari podium. Dan atas perintah setahun?”. “Nah, ayo, coba-coba
komisaris rapat dibubarkan dan merdeka”.
semua hadirin supaya meninggalkan Lebih lanjut Artum Artha
Gedung Eldorado. Di sekeliling menceritakan bahwa sekitar tahun 1938
gedung telah diblokir oleh polisi juga pernah mendapatkan cercaan dari
dengan lengkap alat senjata seorang pejabat yang sangat dikenal di
senapan..... Kalimantan Selatan, yakni seorang Kiai
Setelah kejadian itulah maka Kepala (Districthoofd) Kandangan Kota
Zakaria dan sekalian pengurus Parindra bernama Kiai Merah Nadalsyah. Kepada
yang ada dalam kepanitiaan kongres Artum, Kiai Kepala itu berkata:
ditahan polisi PID, ditanyai tentang apa ”Heh, Tum. Kau serdadunya
maksud pembicara tersebut. Pihak Parindra. Kapan Parindra merdeka,
Belanda menyatakan bahwa pembicaraan pabila (kapan, pen) ada pabrik jarum
Ketua Panitia Kongres Parindra saat dan kain kaki drill. Sampai kiamat
berpidato di podium dianggap telah Belanda tidak menyuruh merdeka.
melanggar peraturan Wetboek van Pikirkan: Lekas pulang: Laporkan
Straftrecht Nederlandsche Indie (Artha, kepada Guru-Guru politik”.
1995:1-2). Oleh Pemerintah Hindia Tindakan keras juga dikenakan
Belanda A. Zakaria dipersona- terhadap tokoh Parindra cabang
nongratakan di Kalimantan Selatan dan Kandangan, H. Ahmad Barmawi Thaib,
akhirnya dipindahkan ke Malang. lantaran sering menulis artikel yang
Para utusan Parindra dari bersifat politik melalui mingguan
Kandangan juga mengalami nasib yang Pembangunan Semangat. Beliau dituduh
sama, karena setelah mereka pulang persdelict (tulisan yang dianggap
kembali di Kandangan mereka ditangkap menentang atau menghasut terhadap
oleh pemerintah kolonial dan dimasukkan pemerintah sehingga dapat dituntut
ke penjara selama 6 (enam) bulan, karena hukuman di pengadilan) dan dijatuhi
2 Patanjala Vol. 7 No. 1 Maret 2015: 17

hukuman penjara 3 tahun oleh Landraad mempergunakan daun pisang kering


Kandangan. Upaya Mr. Rusbandi, yakni (kelaras/keraras) buat menggulung
Komisaris Daerah Parindra Kalimantan tembakaunya, dan terkadang dengan pipa.
Selatan yang sekaligus sebagai pembela Ketika mendengar Edwar Sandan akan
tidak berhasil meyakinkan hakim kolonial, dikirim ke penjara Sukamiskin, isterinya
sehingga H. Ahmad Barmawi dikirim ke yang hamil tua menyusul ke Banjarmasin
penjara Sukamiskin di Jawa Barat. menumpang kapal sungai. Setelah kembali
Parindra cabang Amuntai juga ke rumahnya di Tangga Ulin, ia meninggal
mendapat cobaan hebat setelah dunia setelah melahirkan anaknya. Karena
pimpinannya membuat mosi menentang penderitaan hidup yang tak tertahankan,
peraturan kerja erakan (rodi). Mereka puteri sulungnya menderita sakit jiwa
adalah yakni H. Murhan dijatuhi hukuman sehingga tidak dapat meneruskan merawat
penjara 2 tahun 6 bulan dan Abdul adik-adiknya yang masih kecil itu.
Hamidhan 1 tahun yang dikerjapaksakan Sementara itu, diberitakan pula Edwar
di Penjara Ampah, sedangkan H. Amir Sandan telah meninggal dunia dalam masa
dan Edwar Sandan masing-masing menjalani hukumannya di Penjara
dikenakan penjara 2 tahun dan dikirim ke Sukamiskin, Jawa Barat.
penjara Sukamiskin. Para tertuduh dalam
persidangan dibela oleh Mr. Iskak, Mr.
Rusbandi, dan Mr. Tajudin Noor.
Menurut Aam Niu, dalam tulisannya
di Banjarmasin Post, 8 Desember 1978,
peristiwa itu bermula dari adanya rapat
umum Rukun Tani dan Rukun Kampung,
organisasi rakyat dibawah Parindra untuk
menolak pengenaan pajak Heeren Dienst
terutama bagi orang yang sudah berumur
45 tahun ke atas, dan juga
memperjuangkan agar peraturan yang
sangat memberatkan rakyat itu dicabut
keseluruhannya yang ditanggapi Belanda
dengan melakukan penangkapan terhadap Gambar 9. Rapat panitia Kongres Parindra ke-3
berpuluh-puluh anggota Parindra. Ketika di Banjarmasin, 4/5 Februari 1940. Baris ke-
itulah, Panitia Pertahanan Rakyat Amuntai dua, dari kiri ke kanan: Hadhariyah M Penulis
yang dibentuk Parindra dipimpin oleh H. II, Dokter R. Sosodoro Jatikusumo Wakil
Amir dan Edwar Sandan melancarkan Ketua, Merah Johansyah Ketua, Sumarno
demonstrasi ke Kantor Controleur Bendahara, Mr. Rusbandi Penulis I.
menuntut pembebasan rekan mereka. Sumber: Koleksi Yurliani Johansyah.
Peristiwa yang terjadi tanggal 22 Juni
1939 itu dianggap pemerintah sebagai Nasib serupa juga dialami oleh
usaha untuk memberontak. Ketua Cabang Parindra Banjarmasin
Lebih lanjut Aam Niu menulis Hadhariyah M, ia telah menjadi korban
tentang Edwar Sandan dalam Dinamika delik bicara dalam suatu rapat umum
Berita, 24 November 1984. Menurutnya, Parindra di Barabai dengan tuntutan
Edwar Sandan adalah kepala sekolah melanggar pasal 151 bis dari Wetboek van
Vervolgschool di Amuntai. Sebagian besar Strafrecht pemerintah Hindia Belanda.
gajinya habis untuk kepentingan Judul pembicaraan Hadhariyah adalah
perjuangan, dan hanya sebagian kecil karena menghimbau “Burung Dalam
untuk keluarga. Karena itu tak Sangkar Mas” dan membahas bahwa
mengherankan, kalau ia merokok dengan belanja hidup seekor anjing yang
ditangkap dan dikurung oleh polisi
Eksistensi Parindra..... 2
Belanda di Surabaya karena tanpa penning Adapula semacam rintangan yang
adalah sebesar f. 50 sehari yang kelak disebut dengan istilah “Spionase Konyol”.
harus dibayar oleh sang punya anjing itu. Spion yang kadangkala orangnya buta
Sedangkan belanja hidup seorang rakyat huruf, sering mengintip rapat rapat atau
Indonesia, cukup sebenggol atau 2,5 sen kursus-kursus Parindra dan melaporkan
sehari. Bayangkan kata Hadhariyah M, kepada tuannya. Akibat laporan itu, si
betapa ambruk martabat hidup dan betapa pembicara sudah berhadapan dengan polisi
miskinnya rakyat Indonesia di Hindia atau HPB (Hoofd van Plaatselijk Bestuur).
Belanda. Di tanah airnya sendiri, karena Peristiwa semacam itu, sering
ucapannya itu, ditangkaplah Hadhariyah menghalangi kegiatan Parindra (Saleh
M. dan diganjar hukuman penjara selama dkk., 1978/1979:109-112).
3 bulan dan membayar denda f. 100 Para pengurus dan guru-guru Parindra
(Hadhariyah, 1981:9). juga mengalami perlakuan yang sama dan
Lebih lanjut Hadhariyah M. harus menghadapi hambatan-hambatan
menceritakan bahwa pada saat Hadhariyah yang cukup pahit dalam memperjuangkan
M. ingin berangkat ke Surabaya untuk berdirinya sekolah Parindra sebagaimana
menghadiri Konferensi Besar Parindra di yang terjadi di Tapuk dan Kabang.
Surabaya, maka pada tanggal 17 Juni 1941 Barabai. Karena dianggap membangkang
dalam kesibukan persiapan keberangkatan, terhadap Tuan Asisten Kiai yang melarang
ia ditangkap dan didakwa melanggar pendirian sekolah, maka ketua POC
pasal- pasal 156, 157, dan 193 bis/ter cabang Parindra Birayang H. Busri,
Wetboek van Straafrecht (KUHP). dihukum 20 hari atau denda f.20 karena
Pelanggaran itu terjadi, karena meneruskan pembukaan sekolah rakyat di
Hadhariyah M. telah menulis sebuah Tapuk dan Kabang. Guru sekolah di
roman politik yang berjudul “Suasana Tapuk, H. Asmuni dihukum 10 hari atau
Kalimantan” dan diterbitkan di Medan denda f.10, dan Abdul Muis guru di
dengan judul “Tersungkur Di Bawah Kaki Kabang dikenai hukuman 5 hari atau
Ibu”. Tulisan itu dianggap pemerintah denda f.10 (Busri, tanpa tahun:tanpa
bertendensi politik dan melakukan halaman) .
persdelict sehingga penulisnya bersama Terkait dengan tindakan Pemerintah
penanggung jawabnya, diajukan ke Hindia Belanda terhadap kaum pergerakan
pengadilan Banjarmasin. Dalam sidang tidak terlepas dari aturan yang pemerintah
pengadilan (landraad) pada bulan buat untuk mengatur kehidupan politik di
November 1941, hakim kolonial menjatuhi Hindia Belanda. Semula berdasarkan R.R.
vonis 4 tahun penjara kepada Hadhariyah (Regerings Reglement) 111 Staatsblad
M. dan 1,5 tahun penjara kepada Matu 1885 No. 2 pemerintah melarang
Mona. Tepatnya pada tanggal 1 Februari perkumpulan dan rapat-rapat politik,
1942 Hadhariyah M. menjalani kehidupan namun kemudian mengeluarkan peraturan
penjara, setelah upaya naik bandingnya lainnya yakni Staatsblad 1915 No. 215
ditolak oleh Raad van Justitie di Surabaya. R.R. 111 yang membolehkannya. Namun
Berdasarkan informasi yang diterima dalam pelaksanaannya, hak ini diatur dan
Hadhariyah M dari seorang kerabatnya dibatasi dengan peraturan-peraturan.
yang bekerja dalam Geheime Dienst Seperti pada Staatsblad 1919 No. 27 jo
Pemerintah Hindia Belanda, bahwa 561 Pasal 1 berbunyi: (1) Untuk
Penguasa Tinggi Pemerintah di mendirikan perkumpulan-perkumpulan
Banjarmasin menilai Hadhariyah M. tidak diperlukan izin pemerintah; (2)
sebagai seorang “hollander hater” Seseorang boleh menjadi anggota partai
(pembenci Belanda) dalam tulisan-tulisan politik jika telah berumur 18 tahun. Pasal 5
politiknya (Hadhariyah M., 1981:6 dan berbunyi: “Untuk mengadakan rapat
10). umum diperlukan izin pemerintah”
(Yayasan
3 Patanjala Vol. 7 No. 1 Maret 2015: 17

Gedung-Gedung Bersejarah Jakarta, 1974: Kalimantan Selatan adalah organisasi


14-15). Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) yang
Selain itu Pemerintah Hindia berfusi dengan Budi Utomo dan organisasi
Belanda memiliki KUHP yang di lainnya di Pulau Jawa menjadi Partai
dalamnya terdapat beberapa “pasal karet” Indonesia Raya (Parindra) di tahun 1935.
karena mempunyai konotasi arti dari Akibat dari fusi itu maka PBI di
perkataan-perkataan yang dipergunakan Kalimantan Selatan menjadi Parindra.
tidak mengandung makna pasti tetapi Dalam perjuangannya, organisasi
bersifat elastis sehingga dapat diterapkan Parindra melaksanakan prinsip kooperatif
sesuai dengan makna yang dikehendaki sebagai sebuah strategi agar wakil-
oleh penguasa guna mengatasi pelbagai wakilnya dapat duduk dan berjuang dalam
kasus yang merugikan atau mengancam dewan legislatif (Raad) di tingkat provinsi,
sistem kolonial. Pasal-pasal dimaksud di kabupaten maupun pemerintahan kota.
antaranya: Pasal 153 bis; Pasal 153 ter; Perjuangan Parindra di Kalimantan
Pasal 161 bis; dan Pasal 171 bis (Wajidi, Selatan di antaranya: mendirikan Rukun
2007:195). Tani, Koperasi, Rukun Pelayaran
Pasal 153 bis berbunyi: Indonesia (Roepelin), Lumbung Padi,
“Barang siapa dengan perkataan, Keputrian, Kepanduan Surya Wirawan,
tulisan atau gambar melahirkan Sekolah Parindra, menulis artikel politik
pikirannya yang biarpun secara dan mengeluarkan mosi menentang
menyindir atau samar-samar, peraturan kerja paksa (erakan, rodi).
memuat anjuran untuk mengganggu Meski menganut prinsip kooperatif,
keamanan umum atau menentang aparat pemerintah kemudian merasa cemas
kekuasaan Pemerintah Nederland setelah melihat aktivitas Parindra yang
atau Pemerintah Hindia Belanda cenderung melawan pemerintah kolonial.
dapat dihukum penjara maksimum 6 Oleh karena itu, Pemerintah Hindia
tahun atau denda maksimum Rp Belanda melakukan tindakan dengan cara
300,00”. Perkataan-perkataan yang menempatkan orang atau polisi PID untuk
bersifat karet pada pasal itu, yaitu melakukan pengawasan di setiap rapat
‘menyindir’, ‘samar-samar’ dan partai, baik rapat terbuka maupun rapat
‘mengganggu keamanan umum’. tertutup. Tindakan lainnya adalah
Pasal 153 bis sifat karetnya sama dengan membubarkan rapat Parindra, dan
isi pasal 153 ter yang berbunyi: menawarkan bantuan berupa uang kepada
“Barangsiapa menyiarkan, pengurus Parindra agar mau memberikan
mempertunjukkan atau laporan atau rahasia kepartaian.
menempelkan tulisan atau gambar Selain itu, Pemerintah Hindia
yang memuat pikiran seperti Belanda menerapkan peraturan pelarangan
dimaksud dalam pasal 153 bis dapat melakukan perkumpulan dan rapat-rapat
dihukum penjara maksimum 5 tahun umum, namun kemudian membolehkannya
atau denda maksimum Rp 300,00”. disertai dengan pengaturan yang ketat
Pasal 153 tersebut seringkali khusus untuk membatasi dan bahkan
ditujukan pada para penanggungjawab membubarkan perkumpulan atau rapat
media massa (termasuk redaktur) yang yang dianggap membahayakan
tidak menyebutkan nama penulis atau pemerintah. Dengan penerapan “pasal
samaran. karet”, pemerintah Hindia Belanda
bahkan melakukan penangkapan dan
D. PENUTUP
pemenjaraan aktivis Parindra baik
Berdasarkan tujuan dan pengurus organisasi, wartawan maupun
pembahasan yang telah dipaparkan dapat guru-guru Parindra dengan penerapan
disimpulkan bahwa asal mula Parindra di aturan kerja paksa di penjara
Kalimantan Selatan atau
Eksistensi Parindra..... 3
memenjarakannya di beberapa penjara di Proyek Penelitian dan Pencatatan
Pulau Jawa. Kebudayaan Daerah Depdikbud.
Scherer, Savitri Prastiti. 1985.
DAFTAR SUMBER Keselarasan dan Kejanggalan:
Pemikiran-pemikiran Priayi Nasionalis
1. . Sk ripsi Jawa Awal Abad XX. Jakarta: Sinar
Sjarifuddin. 1974. Harapan.
“Sikap Pergerakan Rakyat Menghadapi Sitorus, L.M. 1951.
Pendudukan Belanda di Kalimantan Sedjarah Pergerakan Kebangsaan
Selatan Periode 1945 sampai dengan 17 Indonesia. Jakarta: Pustaka Rakjat N.V.
Agustus 1950”. Banjarmasin: Skripsi
Sarjana Pendidikan Jurusan Sejarah Sjamsuddin, Helius, 2012.
FKg Unlam. Metodologi Sejarah. Yogyakarta:
Penerbit Ombak.
Soepardi. 1972.
“Sejarah Singkat Pertumbuhan dan Wajidi. 2007.
Perjuangan Dari: Partai Nasional Nasionalisme Indonesia di Kalimantan
Indonesia, Pendidikan Nasional Selatan. Banjarmasin: Pustaka Banua.
Indonesia, Gerakan Rakyat Indonesia, Yayasan Gedung-Gedung Bersejarah Jakarta.
di Kalimantan Selatan”. Banjarmasin: 1974.
Skripsi Sarjana Muda Pendidikan 45 Tahun Sumpah Pemuda. Jakarta:
Jurusan Sejarah FKg Unlam. Gunung Agung.

2. . Buk u 3 . Surat Kabar, Memoar, dan


Abdullah, Taufik (ed.). 2013. Manuskrip
Sejarah Pemikiran Indonesia Modern. Alibasah. 1981.
Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Riwayat Perjuangan H. Alibasah.
Budaya. Direktorat Jenderal (Naskah Ketikan. )Martapura.
Kebudayaan Kemdikbud.
Aly, Mara. 1987.
Arsip Nasional Republik Indonesia. 1996. Riwayat Perjuangan Mara Aly (Naskah
Inventaris Arsip Borneo. Jakarta. Ketikan). Kandangan.
Gottschalk, Louis. 1985. Arief, Mohammad Nawawie. 1981.
Mengerti Sejarah. Terjemahan Nugroho Sepak Terjang Haji Mohammad
Notosusanto. Cetakan 4. Jakarta: Nawawie Arief Dalam Perjuangan
Penerbit Universitas Indonesia (UI- (Naskah Ketikan). Banjarmasin.
Press).
Artha, Artum. 1984.
Nawawi, Ramli (ed). 1992. Cita-Cita Mencapai Indonesia Mulia
Sejarah Pendidikan Daerah Merdeka dan Berdaulat (Naskah
Kalimantan Selatan. Banjarmasin: Ketikan). Banjarmasin.
Bagian Proyek Penelitian Pengkajian Artha, Artum. 1995.
dan Pembinaan Nilai Budaya Mencapai Usia Lanjut 75 Tahun
Kalimantan Selatan. (Naskah Ketikan). Banjarmasin.
Pemda Tk. I Kalsel. 1990. Badrun, Mohammad Ali. Tanpa tahun.
Sejarah Perjuangan Rakyat Riwayat Singkat Perjuangan
Menegakkan Kemerdekaan Mohammad Ali Badrun bin Usman
Kemerdekaan Republik Indonesia di (Naskah Ketikan). tt.
Kalimantan Selatan (Periode 1945-
1949). Banjarmasin. Badrun, Mohammad Ali. 1985.
Riwayat Perjuangan Singkat
Saleh, M. Idwar et al. 1978/1979. Muhammad Ali Badrun bin Usman
Sejarah Daerah Tematis Zaman (Naskah Ketikan). Banjarmasin.
Kebangkitan Nasional (1900-1942) di
Kalimantan Selatan. Banjarmasin: Bijuri. 1980.
3 Patanjala Vol. 7 No. 1 Maret 2015: 17

Ringkasan Riwayat Perjuangan Bijuri


bin H. Saleh (Naskah Ketikan).
Kandangan.
Busri, H. Tanpa tahun.
Riwayat Perjuangan H. Busri bin H.
Abdul Hamid (Naskah Ketikan). tt.
Darmawie, Achmad. 1981.
Detik-Detik Perjuangan Kemerdekaan
di Banjarmasin Kalimantan Selatan
(Naskah Ketikan). Banjarmasin.
Duraup, Aban. 1983.
Riwayat Singkat Perjuangan Aban
Duraup Dalam Rangka Perjuangan
Kemerdekaan Indonesia di Kalimantan
Selatan (Naskah Ketikan). Ulin-
Banjarbaru.
Hadhariyah M. 1981.
Periode-periode Perjuangan di
Indonesia yang Saya Alami (Naskah
Ketikan). Banjarmasin.
Hamidhan. 1981.
Riwayat Hidup/Riwayat Perjuangan
Hamidhan-Juhri (Naskah Ketikan).
Haruai.
Niu, Aam.
“Perjoangan Tempoe Doeloe; Kepala
Sekolah Vervolgshool Merokok
Dengan Kelaras”, dalam Banjarmasin
Post, 8 Desember 1978.
Niu, Aam.
“Perjoangan Tempoe Doeloe, Kepala
Sekolah Vervolgschool Merokok
Dengan Kelaras”, dalam Banjarmasin
Post, 8 Desember 1978.
Niu, Aam.
“Kisah-kisah Perjuangan Heroik,
Edwar Sandan Meninggal di Penjara
Sukamiskin”, dalam Dinamika Berita,
24 November 1984.
Soeara Parindra, Edisi Maret/November (?)
1940.
Uhuk, Abdul Manap. 1981.
Riwayat Perintis Kemerdekaan (Naskah
Ketikan). Barabai.

Anda mungkin juga menyukai