Anda di halaman 1dari 36

Masa

Pergerakan
Nasional
Sejarah Indonesia
KELOMPOK VII

Burhanudin Rusydi
Marsyanda Zahwa (2306227192) Hafshah N. Fadeela
Balqis
(23062252675
(2306270234)
Ideologi dan Kebijakan
Kolonial Hindia-
Belanda, Politik Etis
Ideologi dan Kebijakan
Kolonial Hindia-Belanda
Setelah perusahaan dagang Hindia Timur atau lebih
dikenal dengan VOC bubar pada tanggal 31
Desember 1799, pemerintah kerajaan Belanda
mengambil alih seluruh wilayah kekuasaannya,
terutama di kepulauan Indonesia yang berpusat di
Batavia, Pulau Jawa. Gubernur Jenderal Marsekal
Wilhem Herman Daendels saat itu menyusun
kembali sistem pemerintahan dan menata ulang
pertahanan. Ideologi kolonial Belanda memiliki
beberapa karakteristik utama yang mencerminkan
sikap, kebijakan, dan tujuan pemerintah kolonial
Belanda, diantaranya imperialisme, eksploitasi
sumber daya, diskriminasi serta eksklusivitas
sosial, asimilasi budaya, pengendalian politik,
monopoli perdagangan, penindasan, bahkan
kolonialisme gender (yang memicu gerakan wanita
nantinya untuk berkembang).
Politik etis mengubah pandangan dalam politik kolonial yang
Politik
beranggapan Indonesia tidak lagi sebagai wingewest (daerah yang
menguntungkan), melainkan daerah yang perlu dikembangkan
sehingga dapat memenuhi keperluan rakyat pribumi. Selama periode
antara tahun 1900-1914, ditunjukkan pengertian terhadap cita-cita
Etis
rakyat Indonesia yang hendak mulai bergerak ke arah emansipasi dan
kemerdekaan. Dicarilah bentuk pemerintahan kolonial yang
merupakan suatu sistem di mana Barat dan Timur dapat hidup
berdampingan dan yang memberi kemungkinan untuk
mempersatukan kedua unsur dalam suatu kesatuan politik. Selama
periode tahun 1900-1925 berikutnya, banyak kemajuan serta
perubahan dan bangunan-bangunan besar telah dijalankan, di
antaranya adalah desentralisasi, perubahan sistem pemerintahan,
perbaikan kesehatan rakyat dan transmigrasi-emigrasi, perbaikan
pertanian dan peternakan, lebih terbukanya akses pendidikan,
serta pembangunan irigasi dan lalu lintas.
Pada awal abad 20, kesempatan memperoleh
pendidikan semakin diperluas dengan berlakunya
politik etis yang memberi sedikit kesempatan kepada
kalangan bawah pribumi yang semula tidak punya
kesempatan sama sekali, agar diperbolehkan
menempuh pendidikan pada sekolah rendah dan
dilibatkan dalam struktur terendah pemerintahan
Hindia Belanda. Sekolah tingkat dasar khusus untuk
penduduk pribumi pun dibuka pada 30 Desember 1848.
Kaum terdidik pada penduduk pribumi Indonesia yang
lahir karena politik etis ternyata tidak sama seperti
yang diinginkan Pemerintah Hindia Belanda. Bukan
hanya menghasilkan kerani-kerani yang taat dan
patuh, politik etis juga menghasilkan para politisi dan
tokoh pergerakan yang militan. Pendidikan
menumbuhkan gagasan revolusioner di kalangan para
pemuda. Lembaga pendidikan yang memegang
peranan penting dalam munculnya pergerakan
nasional Indonesia diantaranya adalah School tot
Opleiding van Indische Artsen (sekolah untuk
mendidik dokter Hindia), lebih dikenal dengan
singkatan Stovia.
Periode Awal,
Merintis Pergerakan
Nasional
BUDI UTOMO
Budi Utomo adalah salah satu
organisasi awal dalam pergerakan
nasional Indonesia yang didirikan pada
awal abad ke-20. Organisasi ini
memiliki sejarah yang kaya dan
merupakan salah satu pionir dalam
menggalang kesadaran nasional di
kalangan masyarakat pribumi
Indonesia.
BUDI
UTOMO
Awal mula pembentukan Budi Utomo
yang diinisiasi oleh kaum pemuda
intelektual.

Organisasi yang bercorak pendidikan dan


kebudayaan.

Perubahan menjadi organisasi yang


bersifat nasional dan mulai berpolitik
SAREKAT ISLAM

Perseteruan Internal hingga


Pertumbuhan awal SI yang akhir dari PSII
Perubahan SI menjadi PSI
begitu cepat.
dan dilanjut dengan PSII
Periode Nasionalisme
Politik, Memperjuangkan
Kebangsaan
Pada masa pergerakan nasional
Indonesia, periode nasionalisme-
politik adalah kurun waktu yang
menggambarkan kehadiran
organisasi dengan gagasan yang
pertama kalinya menyuarakan dan
memperjuangkan cita-cita jati diri
kebangsaan. Periode ini dapat dilihat
dalam kurun waktu antara tahun
1912; yaitu saat pertama berdirinya
Indische Partij, hingga tahun 1928;
yaitu saat pertama kalinya ragam
organisasi wanita terhimpun dalam
sebuah Kongres Perempuan
Indonesia ke-1.
Indische Partij
(1926)

Gerakan Pemuda
(1926)

Gerakan Wanita
(1928)
Indische Partij
Indische Partij didirikan pada 25 Desember 1912 dengan pendirinya ialah
E.F.E Douwes Dekker, Dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat.
Tujua Indische Partij adalah membangunkan patriotisme semua "Indiers"
terhadap tanah air, yang telah memberi lapangan hidup kepada mereka,
agar mereka mendapat dorongan untuk bekerja sama atas dasar
persamaan ketatanegaraan untuk memajukan tanah air "Hindia" dan
untuk mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka. Namun, berbeda
dengan sikap yang hati-hati terhadap Budi Utomo dan Sarekat Islam,
pemerintah Hindia Belanda bersikap tegas terhadap Indische Partij.
Kepergian ketiga pemimpin tersebut membawa pengaruh terhadap
kegiatan Indische Partij yang makin lama makin menurun. Kemudian
Indische Partij berganti nama menjadi Partai Insulinde dan National
Indische Partij (NIP), sampai akhirnya berhenti total pada 18 Mei 1983.
Gerakan Pemuda
Akibat ketidakpuasan para pemuda pada Budi Utomo, tumbuhlah berbagai
organisasi gerakan pemuda, diawali oleh Tri Koro Dharmo yang kelak akan
berubah nama menjadi Jong Java. Diikuti oleh pendirian Jong Sumatranen
Bond, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond, Jong Batak, Ambonsche
Studeerenden, Minahassische Studeerenden (berubah nama menjadi Jong
Celebes) dan beberapa organisasi lainnya. Organisasi-organisasi pemuda
tersebut menginisiasi Kongres Pemuda 1 di tahun 1926 dan Kongres
Pemuda 2 pada Oktober 1928 yang melahirkan Sumpah Pemuda. Pengaruh
Sumpah Pemuda sendiri bagi masyarakat Indonesia adalah tumbuhnya
semangat kebangsaan, terarahnya tujuan pergerakan, tersosialisasi dan
ternasionalisasikannya lagu Indonesia Raya pada masyarakat,
ditetapkannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, dan mampu
mengilhami pertumbuhan pergerakan wanita.
Gerakan Memasuki abad ke-20, kaum perempuan mula
Wanita bergerak untuk meningkatkan kedudukan dan
perannya dalam masyarakat. Mereka
memperjuangkan emansipasi dalam meningkatkan
statusnya dan meraih peran-peran di masyarakat,
termasuk pada bidang politik. Beberapa organisasi
yang didirikan oleh gerakan perempuan diantaranya
Putri Mardika, Aisyiyah, Wanita Katolik, JIBDA, Putri
Indonesia, dan masih banyak lagi. Organisasi-
organisasi perempuan tersebut kemudian berinisiatif
untuk menyatukan gerakan mereka lewat Kongres
Perempuan 1 yang diadakan pada tanggal 22
Desember 1928 dan dihadiri oleh sekitar 30 organisasi
gerakan perempuan. Kongres Perempuan Indonesia
pun berlanjut hingga Kongres 4, sementara Kongres 5
yang rencananya akan diadakan di Surabaya pada
1942 batal akibat datangnya Jepang ke Indonesia.
Periode Radikal,
Gagasan dan Gerakan
Perlawanan yang Ekstrem
PERHIMPUNAN
INDONESIA
Perhimpunan Indonesia adalah salah
satu organisasi pegerakan nasionall
yang muncul dari perkumpulan
mahasiswa Indonesia di Belanda.
Organisasi ini awalnya diberi nama
“Indische Vereeniging” didirikan pada
tahun 25 oktober 1908 oleh Douwes
Dekker.
Tetiga rumusan permasalahan yang disebutkan dalam manifesto
politik 1925

Pemerintahan oleh rakyat Kemandirian bangsa dari pihak Persatuan dan Kesatuan Nasional
Indonesia sendiri manapun
Kerja Sama Perhimpunan
Indonesia

Pada tahun 1926, mengirim PI menjadi anggota Liga Penentang


Imperialisme dan Penindasan Kolonial.
Tujuan bisa tercapai
utusan yang dipimpin Drs. apabila semua pihak
Pada tahun 1927 mengirim utusan dalam
Moh Hatta untuk menghadiri kongres Liga Penentang imperialisme ikut bergotong
Liga Demokrasi untuk dan penindasan kolonial di Brussel yang royong
perdamaian di Paris beranggotakan Dr. Moh. Hatta, Natsir
Datuk Pamuncak, Gatot Mangkuprojo,
dan Ahmad Soebarjo
Sejak Hitler berkuasa di Jerman pada
tahun 1933, kemudian menguasai Eropa
termasuk menduduki Belanda pada
tahun 1940, Perhimpunan Indonesia
menunjukkan sifat radikalnya dengan
mengajak mahasiswa-mahasiswa
Indonesia melawan fasisme.
Partai
Nasional
Indonesia
PNI didirikan oleh tokoh-tokoh
nasionalis terkemuka pada masanya,
termasuk Soekarno, Mohammad Hatta,
Ki Hadjar Dewantara.pada 4 juli 1927.
Asal mula organisasi ini bernama
“Perserikatan Nasional Indonesia”,
tetapi tahun 1928 diubah menjadi
“Partai Nasional Indonesia” sebagai
respons terhadap perubahan ideologi
dan terfokus pada bidang politik.
Partai
Nasional
Indonesia
Pada bulan Desember 1927, PNI berhasil
membentuk Pemufakatan
Perhimpunan-Perhimpunan Politik
Kebangsaan Indonesia (PPPKI) yang
merupakan wadah persatuan republik
Indonesia. Selain itu, PNI mendirikan
organisasi muda yaitu, Jong Indonesia,
dengan tujuan sebagai alat untuk
kepentingan politik dan juga sebagai
wadah pembentukan karakter dan
kepemimpinan di kalangan pemuda.
Bidang Ekonomi

kegiatan usaha-usaha mendirikan bank-bank


kerajinan nasional dan koperasi
Bidang Sosial

Penyelenggaraan
Pemberdayaan Sosial Pengembangan Program Sosial
Infrastruktur Sosial
Namun, pada tanggal 24 September
1929, empat tokoh PNI ditangkap atas
provokasi bahwa pada awal tahun 1930
PNI akan turut mengadakan
pemberontakan. Tokoh-tokoh tersebut
adalah Ir. Soekarno, Maskun, Gatot
Mangkuptaja, dan Supriadinata.
Berdasarkan bukti yang tertera, mereka
dijatuhi hukuman penjara di Pengadilan
Bandung
PARTAI INDONESIA
Latar belakang
PARTINDO
Untuk mengisi kekosongan kepemimpinan
di tubuh PNI, pimpinan Sartono dan Anwari
mengambil alih situasi tersebut. Para
pemimpin PNI merasa teracam dan
dianggap sebagai organisasi terlarang dari
partai tersebut. Partindo adalah sebuah
partai politik yang menginginkan Indonesia
merdeka sepenuhnya dan merumuskan
programnya berdasarkan empat prinsip:
penentuan nasib sendiri, nasionalisme
Indonesia, swadaya, dan demokrasi.
Partindo dikenal sebagai partai demokratis,
non-kooperatif, dan progresif
Partindo telah berhasil
menemukan 71 cabang.
Selain itu, Partindo telah
mengendalikan massa
hingga 20.000 orang yang
sebenarnya masih memiliki
potensi untuk terus tumbuh.
DIBUBARKANNYA
PARTINDO
Aktifitasnya harus terhenti ketika
Belanda, yang merasa bahwa Partindo
sangat membahayakan posisi mereka di
Indonesia, mengeluarkan pesan yang
membatasi kegiatan Partindo. Pada 27 Juni
1933, dinyatakan bahwa pegawai negeri
sipil yang diangkat tidak diizinkan
menghadiri Partindo atau melepaskan
jabatannya. Seiring dengan arahan pada 1
Agustus 1933, yang melarang segala
bentuk pertemuan Partindo di wilayah
Indonesia, kegiatan pertemuan Partindo
harus dihentikan secara paksa.
PARTAI KOMUNIS
INDONESIA
Latar Belakang
Partai Komunis
Indonesia
Berdirinya PKI diawali dengan organisasi
komunis yang didirikan oleh Henk Sneevliet
pada 1914, yaitu Indische Social
Democratische Vereniging (ISDV). Sneevliet
mempunyai sebuah misi untuk menanamkan
paham marxisme-komunisme terhadap
perjuangan nasional Indonesia. Salah satu
cara agar misinya dapat berjalan adalah
dengan menyebarkan pahamnya lewat
tempat beliau bekerja yaitu, organisasi buruh
kereta api di Semarang.
Tujuan utama PKI adalah untuk
menentang imperialisme dan kapitalisme
pemerintah Belanda dengan membangun
serikat pekerja untuk memberikan
kesadaran bagi para petani. Pada tanggal
12 November 1926, PKI melakukan
pemberontakan terhadap pihak Belanda
di Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa
Barat, dan Sumatera. Salah satu
contohnya adalah Pemberontakan
Silungkang atau Pemberontakan Malam
Tahun Baru dimulai pada malam hari
tanggal 31 Desember 1926 oleh para
pemberontak Partai Komunis Indonesia
(PKI) terhadap pemerintah Hindia
Belanda di Minangkabau.
BUBARNYA PKI
Terjadinya pembantaian massal
terhadap anggota PKI dan
simpatisannya. Ribuan orang tewas, dan
banyak yang ditahan tanpa proses
hukum yang adil sehingga
dibubarkannya PKI pada tanggal Pada
tanggal 12 Maret 1966 dengan
mengatasnamakan Presiden Soekarno,
Soeharto mengeluarkan Keputusan
Presiden Nomor 1/3/1966 perihal
pembubaran Partai Komunis Indonesia
(PKI).
Referensi
Kartodirjo, S. (1999). Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah
Pergerakan Nasional. Gramedia.
Lustiahayu, C. P. (2014). PENGARUH PERHIMPUNAN INDONESIA
TERHADAP PERGERAKAN NASIONAL DI INDONESIA TAHUN 1908-
1928. Repository Universitas Jember.
https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/56421
Muttaqin, F., & Iryana, W. (2015). Sejarah Pergerakan Nasional.
Humaniora.
Pebriana, D., Ryadi, R., Haliza, S., Lyana, J., Firdaus, E. N., Amalia, F.,
Fitria, A. A., & Fadillah, R. (2022, Agustus 8). Perhimpunan Indonesia:
Sejarah dan Perjuangan Memerdekakan Bangsa. Museum Nusantara.
https://museumnusantara.com/perhimpunan-indonesia/
Poesponegoro, M. D. (2017). Sejarah Nasional Indonesia V: Zaman
Kebangkitan Nasional dan Masa Akhir Hindia Belanda (7th ed., Vol.
5). Balai Pustaka.
Pringgodigdo. (1994). Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Dian
Rakyat.
Rahman, M. A., Darmansyah, Wiyadi, S. S., Sri, & Misman. (2008).
SUMPAH PEMUDA: Latar Sejarah dan Pengaruhnya bagi Pergerakan
Nasional (Ketiga ed.). Museum Sumpah Pemuda.
Terima
Kasih
Sudah menyimak tugas
kelompok kami

Anda mungkin juga menyukai