1. Sejarah
Bangsa
Pasca
Politik
Etis
(1901-1945)
Politik etis, meski di satu sisi tetap menjadi pola kebijakan baru Belanda dalam
mengelola tanah jajahan namun di sisi lain membawa pengaruh yang positif terhadap
dunia pergerakan di Hindia Belanda. Karena dengan adanya pendidikan untuk kaum
Pribumi pada akhirnya melahirkan golongan baru, yakni golongan priyayi akademik yang
pada muaranya menjadi ujung tombak perlawanan terhadap kekuasaan Belanda.
Syarikat Priyayi tahun 1907. Organisasi ini menjadi tonggak awal organisasi-organisasi
pergerakan untuk melawan pemerintahan Belanda. Selanjutnya menjamur berbagai
organisasi pemuda lainnya yang
bangsa dalam satu gerakan besar seperti budi soetomo,SI/SDI, IP, ndische vereniging,
trikorodarmo/jong
java,
jong
Celebes,
Perhimpunan
Indonesia,
dst.
Proses
mempengaruhi dinamika gerakan mahasiswa Indonesia. Pada masa ini lahir gerakangerakan mahasiswa yang nantinya akan mewarnai sejarah Indonesia sebagai bangsa
merdeka
motivasi lahirnya sejarah pergerakan Indonesia
Pada awal abad ke-XX di Indonesia ditandai dengan semakin kerasnya politik kolonial
Belanda. Politik kolonial Belanda yang demikian represif membuat kehidupan rakyat
semakin menderita. Kemudian muncul perhatian terhadap kedudukan dan keadaan
penduduk pribumi. Bangkitlah tuntutan terhadap perbaikan nasib pribumi. Pemerintah
kolonial Belanda menjawab tuntutan dari kalangan agamawan, ataupun partai sosialis
yang sering menyebut dirinya sebagai kaum humanis dengan melaksanakan politik
Ethis.7 Politik Ethis dalam pelaksanaannya kurang memuaskan namun dalam bidang
pendidikan suka atau tidak program tersebut telah melahirkan suatu kelas baru yang
dikenal sebagai kaum terpelajar. Kaum terpelajar ini yang kemudian berkumpul,
berdiskusi dan akhirnya mereka membuat kelompok-kelompok. Dalam kelompokkelompok maka terbentuk organisasi seperti Budi Utomo. Ada juga, Sarekat Islam,
Indische Partij , Partai Komunis Indonesia,8 Partai Nasional Indonesia. Melalui
organisasi- organisasi tersebut maka tersebut nama-nama seperti
, Wahidin Sudirohusodo, Sutomo, Cipto Mangunkusumo, Tirtoadisuryo, Semaun, Tan
Malaka, Hatta dan Sukarno.
Mereka hanya sekulumit pemuda yang mencoba memahami keadaan-keadaan
sosial masyarakat dan coba mengambil aksi. Dalam ke giatan tersebut tak jarang
tangan
Hatta. Lahirlah apa yang disebut sebagai nasional Indonesia, pada tanggal 17 Agustus
1945, yang menurut Ben Anderson disebut sebagai revolusi pemuda.
Dalam zaman revolusi kemerdekaan Republik Indonesia, Belanda mencoba
untuk
menguasai Indonesia kembali, maka terjadilah agresi militer Belanda I dan II.11 Pada
zaman revolusi, dalam rangka mempertahankan negara yang baru lahir dari serangan
musuh. Pemuda Indonesia berada di garda paling depan dalam menghalau kekuatan
musuh. Mereka merelakan jiwa dan raganya demi ibu pertiwi yang mereka cintai.
Model perjuangan sejarah pergerakan Indonesia
Perjuangan Indonesia yang sebelumnya sangat mengandalkan armada perang pun
berubah secara drastis setelah munculnya politik etis pada tahun 1901. Pemuda
Indonesia yang pada akhirnya mampu mengenyam pendidikan baik di dalam negeri
maupun di tanah Belanda walau masih terbatas pada kaum feodal di Indonesia. Banyak
dari tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia setelah munculnya politik etis datang
dari kaum feodal, sebut saja Sukarno dan Hatta. Pendidikan-lah yang menyebabkan
kebangkitan di kalangan kaum feodal yang kekuatannya telah ditumpas oleh Belanda
sebelumnya, sehingga nyaris tidak memiliki taji. Dengan masuknya pendidikan barat di
Indonesia, kaum feodal Indonesia pun mulai meninggalkan cara peperangan dan
melakukan pendekatan yang berbeda pada pemerintahan Belanda, yaitu melalui tulisan
- tulisan kritis serta mendirikan partai - partai politik dengan ideologi tertentu.
Pendekatan yang jauh lebih lunak ini pun tidak juga melunakkan Belanda, tidak pernah
terucap satu kata pun mengenai kemerdekaan Indonesia dari mulut Belanda. Indonesia
cukup beruntung karena pada akhirnya muncul kekuatan baru dalam dunia pada masa
itu yaitu Jepang yang mampu menyingkirkan Belanda yang telah berada posisi nyaman
di Indonesia. Jika Jepang tidak muncul mungkin perjuangan kita tetap akan berjalan di
tempat, karena Belanda tidak pernah melihat Indonesia sebagai partner, namun
sebagai
budak
yang
dapat
dimanfaatkan.
setelahnya
yang
juga
dilakukan
lewat
proses
negosiasi.
Melihat kronologis tersebut, kita dapat melihat bahwa kaum feodal intelektual-lah yang
banyak mengambil peran memperjuangkan kemerdekaan mulai dari tahun 1901 - 1945,
lewat proses negosiasi dengan pihak penjajah. Bagaimana dengan rakyat kecil?
Menurut analisa saya keberadaan politik etis justru membuat jurang di antara rakyat
dengan kaum feodal, secara pemikiran, di mana pemikiran rakyat masih mengenai
peperangan, sementara kaum feodal sudah menapak ke arah yang lebih jauh, yaitu
lewat proses diplomasi dan politik yang belum dipahami sepenuhnya oleh rakyat. Hal
tersebut disebabkan oleh kesenjangan pendidikan antara rakyat dan kaum feodal. Di
sisi lain, rakyat Indonesia dapat dikatakan masih menjunjung tinggi rasa hormat pada
kaum feodal, sehingga di saat di mana kaum feodal melakukan perlawanan yang belum
dapat dimengerti sepenuhnya oleh rakyat, rakyat pun menjadi pasif, sangat anti klimaks
jika dibandingkan dengan pada zaman kerajaan di mana raja dan rakyat bersatu untuk
melawan penjajah. Pada saat Indonesia merdeka pun, rakyat tidak tahu banyak,
sehingga perlu bagi pemerintah yang ada pada saat itu untuk menyebarkan berita ke
seluruh Indonesia. Bukti - bukti inilah yang menyebabkan saya berkesimpulan bahwa
peran rakyat dalam memperoleh kemerdekaan pada waktu - waktu terakhirnya
sangatlah kecil, sehingga kemerdekaan Indonesia merupakan kemenangan kaum
feodal kecil (kaum bangsawan Indonesia), atas kaum feodal besar (penjajah). Kontras
sekali dengan revolusi di negara lain, sebut saja Cina. Tokoh Revolusi Cina yaitu Dr.
Sun Yat Sen memang menjadi tokoh intelektual, dan menjadi pemersatu bagi rakyat
Cina, dikarenakan kaum feodal sudah kehilangan kewibawaannya di tengah
masyarakat. Sun Yat Sen berhasil menggerakkan seluruh rakyat Cina untuk melakukan
revolusi, sehingga dapat dikatakan bahwa jiwa dari revolusi Cina adalah rakyat itu
sendiri, berbeda dengan Indonesia, jiwa revolusi Indonesia berada di tangan kaum
feodal intelektual.
Walaupun pada awalnya kemerdekaan Indonesia merupakan milik kaum feodal, namun
pada akhirnya rakyat juga mampu menjiwainya. Menurut saya titik balik tersebut
terletak pada saat perang mempertahankan kemerdekaan, di mana pemerintah dan
rakyat bersatu mempertahankan kedaulatan Indonesia yang diancam oleh Belanda, di
mana pemerintah dan rakyat bersatu untuk mengusir Belanda. Hal tersebut dapat
dilihat dari keberhasilan taktik perang gerilya yang banyak dilakukan pada masa perang
mempertahankan kemerdekaan. Perang gerilya tidak akan pernah berhasil tanpa
bantuan rakyat. Contoh lebih nyata lagi dapat kita lihat dalam peristiwa 10 November di
Surabaya, di mana Bung Tomo berpidato di depan rakyat Surbaya yang mampu
mempersatukan mereka melawan tentara NICA. Kesimpulan akhir saya, untuk mampu
menjiwai dan merasa memiliki butuh keterlibatan, agar rakyat dapat mempunyai rasa
memiliki akan kemerdekaan libatkanlah rakyat. Tak heran saat ini jiwa kemerdekaan
rakyat semakin terkikis, karena pemerintah tidak melibatkan rakyat dalam menentukan
keberlangsungan Bumi Pertiwi ini.
Konsep perjuangan sejarah perggerakkan indonesia
Menurut sejawaran yang ada di Indonesia maupun luar negeri, Budi Utomo merupakan
mercusuar bagi pergerakan nasional Indonesia. Walaupun akhir-akhir ini mulai muncul
penafsiran baru. Tafsir baru itu antara lain menyatakan bahwa pergerakan nasional
sudah ada dan dimulai sejak Sarekat Islam, yang faktanya lebih dulu ada dan bersifat
massa bila dibandingkan dengan Budi Utomo yang hanya bergerak di kalangan
bangsawan Jawa. Namun, dengan alasan bahwa organisasi modern sudah dimiliki oleh
Budi Utomo lantas argument tersebut menjadi kesepakatan sebagai titik
pergerakan nasional di Indonesia, tetapi yang utama nasionalisme tidak bisa dilepaskan
dari peran yang dimainkan oleh kaum intelektual.2 Perbedaan tafsir boleh saja dalam
sejarah, karena sejarah akan menjadi menarik, dengan demikian dialog antara
sejarawan dan sejarah akan terus menarik untuk dikaji dan diikuti.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Historia
%20Vitae/vol24no2oktober2010/PEMUDA%20DALAM%20PERUBAHAN%20SOSIAL
%20bram%20widyanto.pdf
http://srikandimenggugat.blogspot.co.id/2012/12/milik-siapakah-kemerdekaan-ini.html
https://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Historia
%20Vitae/vol24no2oktober2010/PEMUDA%20DALAM%20PERUBAHAN%20SOSIAL
%20bram%20widyanto.pdf