Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SISTEM KEPARTAIAN (1950-1959)

Disusun oleh :
1 Nurul Habibah Unisa
2 Putri Nur Alviah
3 Rina Anggraini
4 Annisaroh
5 Ahmad Nova Zuhari
6 Dewa Apriansyah
7 Leo Barlevi

Guru Pembimbing : Rohimawati,S.Pd

SMA NEGERI MEGANG SAKTI


TAHUN AJARAN 2023 / 2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
dapat meyelesaikan makalah “Masa Demokrasi Parlementer (1950-1959)”. Tanpa
pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam kami haturkan kepada nabi kita yakni Nabi Muhammad
SAW.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Sistem
Perkembangan Politik dan Ekonomi Masa Demokrasi Parlementer yang kami sajikan dari
berbagai sumber.
Makalah ini disusun dengan berbagai kesulitan, baik yang datang dari diri kami
sendiri maupun dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan pertolongan dari ALLAH
SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Kami mengetahui bahwa masih banyak
kekurangan dan perlu perbaikan dalam makalah ini. Karena seperti yang kita ketahui tidak
ada yang sempurna didunia ini kecuali ALLAH SWT semata.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Arif Hidayana selaku guru sejarah yang
telah membimbing kami dan kepada teman-teman yang bersedia memberi masukan dalam
pembuatan makalah. Kami berharap makalah ini dapat memperkaya wawasan pembaca
tentang Sistem Perkembangan Politik dan Ekonomi Masa Demokrasi Parlementer walaupun
makalah ini masih jauh dari kata baik.
Kritik dan saran kami butuhkan untuk dapat membuat makalah yang lebih baik lagi
kedepannya.

Megang Sakti,08 Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 2
C. Tujuan............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3
A. Pengertian Demokrasi Parlementer................................................... 3
B. Pelaksanaan dari Demokrasi Parlementer......................................... 5
C. Kelebihan dan Kekurangan dari Demokrasi Parlementer................. 14
D. Akhir dan Demokrasi Parlementer di Indonesia............................... 15
BAB III PENUTUP............................................................................................ 16
A. Kesimpulan ...................................................................................... 16
B. Saran.................................................................................................. 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara
sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk
dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Isitilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno
yang diutarakan di Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap
sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi
modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi
modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem
“demokrasi” di banyak negara. Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang
berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan
sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri
dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut
sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.
Berbicara mengenai demokrasi, Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki banyak pengalaman tentang demokrasi. Sudah ada tiga jenis demokrasi yang
pernah diterapkan di Indonesia, yaitu presidensial, terpimpin, dan parlementer. Dari ketiga
jenis demokrasi itu, yang menjadi pembuka lembaran sejarah Indonesia adalah demokrasi
parlemeter yang dimulai sejak tanggal 14 November 1945 sampai dengan 5 Juli 1959.
Melihat demokrasi parlementer yang menjadi tonggak awal pelaksanaan demokrasi di
Indonesia, maka sudah selayaknya kita sebagai generasi penerus Indonesia mengenal
bagaimana proses permulaan dan lika-liku yang mewarnai perjalanan demokrasi kita.
Dalam paper ini terutama akan dijabarkan pelaksanaan pasa masa pasca revolusi
kemerdekaan (1945-1959) atau demokrasi parlementer.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Demokrasi dan Demokrasi Parlementer?
2. Bagaimana pelaksanaan dari Demokrasi Parlementer?
3. Apa kelebihan dan kekurangan dari Demokrasi Parlementer?

1
4. Bagaimana pelaksanaan Demokrasi Parlementer dalam bidang politik di Indonesia?
5. Bagaimana pelaksanaan Demokrasi Parlementer dalam bidang ekonomi di Indonesia?
6. Bagaimana akhir dari Demokrasi Parlementer di Indonesia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Demokrasi dan Demokrasi Parlementer
2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan dari Demokrasi Parlementer
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari Demokrasi Parlementer
4. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Demokrasi Parlementer dalam bidang
politik di Indonesia
5. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Demokrasi Parlementer dalam bidang
ekonomi di Indonesia
6. Untuk mengetahui bagaimana akhir dari Demokrasi Parlementer di Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
1. Demokrasi
Isitilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena
kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari
sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari
istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi
sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem “demokrasi” di banyak
negara.
Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan
kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai
pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri
dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-
sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara. Jadi Demokrasi adalah
bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan
kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara untuk dijalankan oleh
pemerintah negara tersebut.
a. Ciri-ciri pokok pemerintahan demokratis
a) Pemerintahan berdasarkan kehendak dan kepentingan rakyat banyak, dengan
ciri-ciri tambahan:
1) Konstitusional, yaitu bahwa prinsip-prinsip kekuasaan, kehendak dan
kepentingan rakyat diatur dan ditetapkan dalam konstitusi
2) Perwakilan, yaitu bahwa pelaksanaan kedaulatan rakyat diwakilkan kepada
beberapa orang
3) Pemilihan umum, yaitu kegiatan politik untuk memilih anggota-anggota
parlemen
4) Kepartaian, yaitu bahwa partai politik adalah media atau sarana antara dalam
praktik pelaksanaan demokrasi

3
b) Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan, misalnya pembagian/ pemisahan
kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Adanya tanggung jawab dari
pelaksana kegiatan pemerintahan.
b. Macam-macam demokrasi
Demokrasi ditinjau dari cara penyaluran kehendak rakyat:
a) Demokrasi langsung
Dipraktikkan di negara-negara kota (polis, city state) pada zaman Yunani
Kuno. Pada masa itu, seluruh rakyat dapat menyampaikan aspirasi dan
pandangannya secara langsung. Dengan demikian, pemerintah dapat
mengetahui – secara langsung pula – aspirasi dan persoalan-persoalan yang
sebenarnya dihadapi masyarakat. Tetapi dalam zaman modern, demokrasi
langsung sulit dilaksanakan karena:
1) Sulitnya mencari tempat yang dapat menampung seluruh rakyat sekaligus
dalam membicarakan suatu urusan
2) Tidak setiap orang memahami persoalan-persoalan negara yang semakin
rumit dan kompleks
3) Musyawarah tidak akan efektif, sehingga sulit menghasilkan keputusan
yang baik
b) Demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan
Sistem demokrasi (menggantikan demokrasi langsung) yang dalam
menyalurkan kehendaknya, rakyat memilih wakil-wakil mereka untuk duduk
dalam parlemen. Aspirasi rakyat disampaikan melalui wakil-wakil mereka
dalam parlemen. Tipe demokrasi perwakilan berlainan menurut konstitusi
negara masing-masing.

2. Demokrasi Parlementer
Demokrasi parlementer (liberal) adalah suatu demokrasi yang menempatkan
kedudukan badan legislatif lebih tinggi daripada badan eksekutif. Kepala
pemerintahan dipimpin oleh seorang Perdana Menteri. Perdana menteri dan menteri-
menteri dalam kabinet diangkat dan diberhentikan oleh parlemen. Dalam demokrasi
parlementer Presiden menjabat sebagai kepala negara. Demokrasi liberal dikenal pula
sebagai demokrasi parlementer karena pada saat itu berlangsung sistem pemerintahan
parlementer

4
B. Pelaksanaan dari Demokrasi Parlementer
Demokrasi sistem parlementer semula lahir di Inggris pada abad XVIII dan
dipergunakan pula di negara-negara Belanda, Belgia, Prancis, dan Indonesia (pada masa
UUDS 1950) dengan pelaksanaan yang bervariasi, sesuai dengan konstitusi negara
masing-masing. Negara-negara Barat banyak menggunakan demokrasi parlementer sesuai
dengan masyarakatnya yang cenderung liberal. Ciri khas demokrasi ini adalah adanya
hubungan yang erat antara badan eksekutif dengan badan perwakilan rakyat atau legislatif.
Para menteri yang menjalankan kekuasaan eksekutif diangkat atas usul suara terbanyak
dalam sidang parlemen.
Mereka wajib menjalankan tugas penyelenggaraan negara sesuai dengan pedoman
atau program kerja yang telah disetujui oleh parlemen. Selama penyelenggaraan negara
oleh eksekutif disetujui dan didukung oleh parlemen, maka kedudukan eksekutif akan
stabil. Penyimpangan oleh seorang menteri pun dapat menyebabkan parlemen mengajukan
mosi tidak percaya yang menggoyahkan kedudukan eksekutif. Demokrasi parlementer
lebih cocok diterapkan di negara-negara yang menganut sistem dwipartai partai mayoritas
akan menjadi partai pendukung pemerintah dan partai minoritas menjadi oposisi.
Dalam demokrasi parlementer, terdapat pembagian kekuasaan (distribution of
powers) antara badan eksekutif dengan badan legislatif dan kerja sama di antara keduanya.
Sedangkan badan yudikatif menjalankan kekuasaan peradilan secara bebas, tanpa campur
tangan dari badan eksekutif maupun legislatif. Demokrasi formal menjunjung tinggi
persamaan dalam bidang politik tanpa disertai upaya untuk mengurangi atau
menghilangkan kesenjangan rakyat dalam bidang ekonomi.
Dalam sistem demokrasi yang demikian, semua orang dianggap memiliki derajat
dan hak yang sama. Namun karena kesamaan itu, penerapan azas free fight competition
(persaingan bebas) dalam bidang ekonomi menyebabkan kesenjangan antara golongan
kaya dan golongan miskin kian lebar. Kepentingan umum pun diabaikan. Demokrasi
formal/ liberal sering pula disebut demokrasi Barat karena pada umumnya dipraktikkan
oleh negara-negara Barat. Kaum komunis bahkan menyebutnya demokrasi kapitalis
karena dalam pelaksanaannya kaum kapitalis selalu dimenangkan oleh pengaruh uang
(money politics) yang menguasai opini masyarakat (public opinion).
a) Berikut adalah beberapa ciri dari demokrasi parlementer :
1. Kedudukan DPR lebih kuat atau lebih tinggi daripada pemerintah
2. Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh kabinet/Dewan menteri dibawah pimpinan
Perdana menteri dan bertanggung jawab pada parlemen.
5
3. Presiden hanya sebagai kepala negara, kepala pemerintahan dipegang Perdana
Menteri.
4. Program kebijakan kabinet disesuaikan dengan tujuan politik anggota parlemen
5. Kedudukan kepala negara terpisah dari kepala pemerintahan, biasanya hanya
berfungsi sebagai simbol negara
6. Jika pemerintah dianggap tidak mampu, maka anggota DPR dapat meminta mosi
tidak percaya kepada parlemen untuk membubarkan pemerintah
7. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh badan pengadilan yang bebas

1. Pelaksanaan Demokrasi Parlementer dalam Bidang Politik di Indonesia


Setelah bangsa Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaannya pada
tanggal 17 agustus 1945 dan dengan disahkannya UUD 1945 sebagai konstitusi negara,
pancasila sebagai dasar negara, perjuangan pada masa pasca proklamasi adalah
mempertahankan dan mengisi kemerdekaan bangsa.
Salah satu cara untuk mengisi kemerdekaan adalah dengan mempertahankan
kemerdekaan bangsa yang telah lama diraih oleh pejuang-pejuang bangsa. Cara
mempertahankannya sendiri adalah diantaranya dengan mempelajari sejarah pelaksanaan
demokrasi di Indonesia sehingga dapat dijadikan tolak ukur dalam penentuan sistem
pemerintahan yang baik, yang sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa. Dengan belajar
dari sejarah, kita dapat memetik ilmu serta dapat menganalisis baik buruknya dampak
yang ditimbulkan dari berbagai pelaksanaan demokrasi yang berbeda-beda di Indonesia.
Menurut sejarahnya, bangsa indonesia pernah menerapkan tiga model demokrasi,
yaitu demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, dan demokrasi pancasila. Setiap fase
tentunya memiliki karakteristik yang merupakan ciri khas dari pelaksanaan tiap-tiap tiap
fase demokrasi. Namun, untuk pembahasan kali ini penulis akan mengkhususkan
pembahasan mengenai pelaksanaan demokrasi di Indonesia pada masa Demokrasi
Parlementer 1945 – 1959. Sebelum menginjak ke pembahasan selanjutnya, terlebih dulu
penulis akan memaparkan mengenai pengertian dan ciri-ciri dari demokrasi parlementer
itu sendiri. Demokrasi liberal dikenal pula sebagai demokrasi parlementer karena pada
saat itu berlangsung sistem pemerintahan parlementer dan berlaku UUD 1945 periode
pertama, konstitusi RIS, dan UUDS 1950.
a. Pada masa pasca revolusi kemerdekaan (18 Agustus 1945-27 Desember 1949)
Pada masa ini ternyata masih terbagi lagi ke dalam dua periode, yakni:

6
1. 18 Agustus 1945-14 November 1945 dimana berlaku sistem pemerintahan
presidensiil, dan
2. 14 November 1945 - 27 Desember 1949 dimana berlaku sistem pemerintahan
parlementer.
Tanggal 17 Agustus 1945, tepatnya pada awal-awal deklarasi kemerdekaan
Indonesia, Indonesia menjalankan sistem presidensial dengan bentuk negara kesatuan
yang berbentuk republik (sesuai dengan pasal 1 ayat 1 UUD 1945) yang menyatakan
bahwa Presiden memiliki kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan.
Pada tanggal 23 Agustus 1945, Belanda dan negara sekutu mendarat di
Indonesia. Negara lain bermaksud untuk mengamankan Indonesia pasca revolusi
kemerdekaan. Sementara lain halnya dengan Belanda yang bermaksud untuk kembali
menguasai Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka, Indonesia menghadapi
berbagai rongrongan untuk mempertahankan kemerdekaannya. Padahal pada masa ini
terdapat indikasi dan keinginan kuat dari para pemimpin negara untuk membentuk
pemerintahan demokratis. Namun karena Indonesia harus berjuang untuk
mempertahankan kemerdekaan maka belum bisa sepenuhnya mewujudkan
pemerintahan demokratis sesuai dengan UUD 1945. Akhirnya dalam perjalanannya
terjadilah berbagai penyimpangan-penyimpangan. Contohnya saja beberapa bulan
setelah Proklamasi kemerdekaanadanya kesempatan besar untuk mendirikan partai
politik, sehingga bermunculanlah partai-partai politik Indonesia. Dengan demikian kita
kembali kepada pola sistem politik multipartai.
Pada zaman awal kemerdekaan ini, partai politik tumbuh menjamur dengan
berbagai haluan ideologi politik yang berbeda satu sama lain. Hal ini dikarenakan
adanya Maklumat Pemerintah Republik Indonesia 3 November 1945 yang berisi
anjuran mendirikan partai politik dalam rangka memperkuat perjuangan kemerdekaan.
Akhirnya secara resmi muncul 10 partai politik. Bukan hanya itu, tetapi penyimpangan
konstitusional juga sempat terjadi dengan berubahnya sistem kabinet presidensiil
menjadi sistem kabinet parlementer atas usul badan pekerja KNIP yakni pada tanggal
11 November 1945.
Hal ini diperkuat dengan dikeluarkannya Maklumat pemerintah tanggal 14
November 1945 yang mengubah sistem pemerintahan presidensiil menjadi parlementer
berdasarkan asas-asas demokrasi liberal yang di pimpin oleh perdana mentri Syahrir.
Dalam kabinet ini mentri-mentri tidak lagi menjadi pembantu dan bertanggung jawab
kepada Presiden, tetapi bertanggung jawab kepada KNIP.Disamping itu, KNIP menjadi
7
lembaga yang menjadi cikal bakal DPR yang berfungsi sebagai badan legislatif. Hal ini
sesuai dengan Pasal 4 Aturan Peralihan dalam UUD 1945 dan maklumat Wakil
Presiden Nomor X pada tanggal 16 Oktober 1945 yang memutuskan bahwa KNIP
diserahi kekuasaan legislatif dan bersama-sama dengan Presiden berfungsi menetapkan
Garis-garis Besar Haluan Negara. Hal ini dilakukan karena MPR dan DPR belum
terbentuk.
Bagi bangsa Indonesia, hak untuk menentukan nasib sendiri merupakan hak
yang harus dipertahankan dan diperjuangkan. Sebagai konsekuensinya, banyak
perlawanan-perlawanan dari rakyat kepada tentara sekutu dan NICA dimana-mana.
Terbukti dengan adanya pertempuran di Bandung, Surabaya, dan tempat-tempat lain
yang mereka datangi.
Munculnya perlawanan-perlawanan sengit tersebut memaksa Belanda
melakukan perundingan dan perjanjian dengan Indonesia. Akhirnya setelah melalui
perjuangan panjang, Belanda mau mengakui kedaulatan Indonesia dengan disetujuinya
perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tanggal 27 Desember 1949 di Istana
Dam, Amsterdam. Namun, bangsa Indonesia harus menerima berdirinya negara yang
tidak sesuai dengan cita-cita proklamasidan kehendak UUD 1945, sehingga Negara
Kesatuan Republik Indonesia berubah menjadi Negara Republik Indonesia Serikat
berdasarkan konstitusi RIS.

b. Kurun waktu kedua (27 Desember 1949-17 Agustus 1950)


Pada periode ini sistem pemerintahan Indonesia masih menggunakan sistem
pemerintahan parlementer yang merupakan lanjutan dari periode sebelumnya (1945-
1949). Dalam sistem parlementer, artinya kabinet bertanggung jawab kepada parlemen
(DPR).
RIS intinya terdiri dari negara-negara bagian dan kesatuan kenegaraan.
Berubahnya NKRI menjadi negara RIS merupakan konsekuensi diterimanya hasil
Konferensi Meja Bundar (KMB) yang dituangkan dalam Konstitusi Republik Indonesia
Serikat (RIS). Hal ini karena adanya campur tangan dari PBB yang
memfasilitasinya.Wujud dari campur tangan PBB tersebut adanya konfrensi KMB
yaitu:
a) Indonesia merupakan Negara bagian RIS
b) Indonesia RIS yang di maksud Sumatera dan Jawa
c) Wilayah diperkecil dan Indonesia di dalamnya
8
d) RIS mempunyai kedudukan yang sama dengan Belanda
e) Indonesia adalah bagian dari RIS yang meliputi Jawa, Sumatera dan Indonesia
Timur.
Berdasarkan Konstitusi RIS yang menganut sistem pemerintahan parlementer
ini, Kekuasaan negara terbagi dalam 6 lembaga negara (alat-alat kelengkapan federal
RIS) yakni sebagai berikut:
a) Badan Eksekutif yakni Presiden dan Menteri-menteri
b) Badan Legislatif yangdibagi menjadi dua bagian yakni Senat dan Dewan Perwakilan
Rakyat, dan
c) Badan Yudikatif terdiri dari Dewan Pengawas Keuangan dan MA.
Rancangan konstitusi RIS pada saat itu berada di bawah pengawasan PBB,
dengan menetapkan :
a) Menentukan negara yang berbentuk serikat (federalistis) yang dibagi dalam 16 derah
bagian, yakni :
1. Negara Republik Indonesia
2. Negara Indonesia Timur
3. Negara Pasundan, termasuk Distrik Federal Jakarta
4. Negara Jawa Timur
5. Negara Madura
6. Negara Sumatera Timur
7. Negara Sumatera Selatan
b) Wilayah yang berdiri sendiri (otonom) dan tak tergabung dalam federasi, yaitu:
1. Jawa Tengah
2. Kalimantan Barat (Daerah Istimewa)
3. Dayak Besar
4. Daerah Banjar
5. Kalimantan Tenggara
6. Kalimantan Timur (tidak temasuk bekas wilayah Kesultanan Pasir)
7. Bangka
8. Belitung
9. Riau
Konstitusi RIS menentukan sifat pemerintahan yang liberalistis atau
pemerintahan yang berdasarkan demokrasi parlementer. Mukaddimah konstitusi RIS
telah menghapuskan semangat jiwa, maupun isi pembukaan UUD proklamasi.
9
Sebenarnya dari awal tidak seluruh rakyat setuju terhadap pemberlakuan sistem
pemerintahan parlementer yang menggunakan konstitusi RIS, namun keadaanlah
yang memaksa demikian. Banyak aturan di dalam konstitusi tersebut yang
menyimpang dari isi jiwa dan cita-cita bangsa Indonesia. Selain itu, dasar
pembentukannya juga sangat lemah dan tidak didukung oleh suatu ideologi yang kuat
dan satu tujuan kenegaraan yang jelas Olehkarenatidak mendapatkan dukungan rakyat
terhadap sistem pemerintahan ini, akhirnya dalam waktu singkat RIS mulai goyah.
Sistem federal seperti apapun juga telah dianggap rakyat sebagai alat Belanda untuk
memecah belah bangsa Indonesia agar Belanda dapat berkuasa di Indonesia, sehingga
tanggal 17 Agustus 1950 Presiden Soekarno menyatakan kembali ke Negara Kesatuan
dengan UUDS 1950.

c. Kurun waktu ketiga (17 Agustus 1950-5 Juli 1959)


Pada tanggal 17 Agustus 1950 negara RIS secara resmi dibubarkan. Sebelum
Republik Indonesia Serikat dinyatakan bubar, terjadi demo besar-besaran menuntut
pembuatan suatu Negara Kesatuan. Maka melalui perjanjian antara tiga negara bagian,
Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, dan Negara Sumatera Timur
dihasilkan perjanjian pembentukan Negara Kesatuan berdasarkan UUD Sementara
1950.
Menurut UUD ini, sistem pemerintahan yang dianut adalah sistem
pemerintahan parlementer. Dalam kabinet parlementar, para menteri bertanggung
jawab kepada parlemen. Oleh karena itu, jatuh bangunyakabinet sangat tergantung pada
parlemen.. Hal ini menyebabkan ketidakstabilan politik, terbukti dengan adanya
perpecahan daerah, pertentangan antar partai, bahkan pemberontakan di daerah-daerah
seperti pemberontakan DI/TII di berbagai kota, pemberontakan APRA, pemberontakan
RMS, pemberontakan PPRI dan Permesta yang tidak dapat dielakkan lagi. Masalah
sering terjadinya pergantian kabinet pun tak urung menjadi salah satu penyebab
kekacauan yang ada. Dalam sejarahnya saja sudah tercatat dalam kurun waktu sekitar 9
tahun Indonesia telah berganti kabinet sebanyak 7 kali. Kabinet-kabinet tersebut
diantaranya :
1. Kabinet Natsir (7 September 1950-21 Maret 1951)
Kabinet ini dilantik pada tanggal 7 September 1950 dengan Mohammad Natsir
(Masyumi) sebagai perdana menteri. Kabinet ini merupakan kabinet koalisi yang
dipimpin Masyumi.
10
2. Kabinet Wilopo (3 April 1952-3 Juni 1953)
Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar yang
ahli dalam bidangnya.Dipimpin oleh Mr. Wilopo.
3. Kabinet Ali Sastroamijoyo ( 1 Agustus 1953-24 Juli 1955 )
Kabinet ini merupakan koalisi antara PNI dan NU. Dipimpin oleh Mr. Ali
Sastroamijoyo.
4. Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956)
Dalam kabinet ini Burhanudin Harahap berasal dari Masyumi, sedangkan PNI
membentuk partai oposisi.
5. Kabinet Ali Sastroamijoyo II (20 Maret 1956 – 4 Maret 1957)
Kabinet ini merupakan koalisi antara tiga partai yaitu PNI, Masyumi, dan NU.
Dipimpin oleh Ali Sastroamijoyo.
6. Kabinet Djuanda ( 9 April 1957-10 Juli 1959 )
Kabinet ini merupakan zaken kabinet yatu kabinet yang terdiri dari para pakar yang
ahli dalam bidangnya. Dibentuk karena kegagalan konstituante dalam menyusun
Undang-Undang Dasar pengganti UUDS 1950 serta terjadinya perebutan kekuasaan
politik. Dipimpin oleh Ir. Juanda.
Setelah negara RI dengan UUDS 1950 dan sistem Demokrasi Liberal yang
dialamirakyat Indonesia selama hampir 9 tahun, maka rakyat Indonesia sadar bahwa
UUDS 1950 dengan sistem Demokrasi Liberal tidak cocok, karena tidak sesuai
denganjiwa Pancasila dan UUD 1945. Akhirnya Presiden menganggap bahwa
keadaan ini membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara sehingga
pada tanggal 5 Juli 1959 mengumumkan dekrit mengenai pembubaran Konstituante
dan berlakunya kembali UUD 1945 serta tidak berlakunya UUDS 1950, serta
pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu singkat. Dekrit presiden 5 Juli 1959 ini
menjadi akhir dari sistem demokrasi parlementer.

2. Pelaksanaan Demokrasi Parlementer dalam Bidang Ekonomi di Indonesia


Masa ini disebut masa liberal, karena dalam politik maupun sistem ekonominya
menggunakan prinsip-prinsip liberal. Perekonomian diserahkan pada pasar sesuai teori-
teori mazhab klasik yang menyatakan laissez faire laissez passer. Padahal pengusaha
pribumi masih lemah dan belum bisa bersaing dengan pengusaha nonpribumi, terutama
pengusaha Cina. Pada akhirnya sistem ini hanya memperburuk kondisi perekonomian

11
Indonesia yang baru merdeka. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah
ekonomi, antara lain :
1. Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang (sanering) 20 Maret 1950, untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun.
2. Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya menumbuhkan wiraswastawan pribumi
dan mendorong importir nasional agar bisa bersaing dengan perusahaan impor asing
dengan membatasi impor barang tertentu dan memberikan lisensi impornya hanya pada
importir pribumi serta memberikan kredit pada perusahaan-perusahaan pribumi agar
nantinya dapat berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional. Namun usaha ini
gagal, karena sifat pengusaha pribumi yang cenderung konsumtif dan tak bisa bersaing
dengan pengusaha non-pribumi.
3. Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951
lewat UU no.24 th 1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi.
4. Sistem ekonomi Ali-Baba (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr Iskak
Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan kerjasama antara pengusaha cina dan pengusaha
pribumi. Pengusaha non-pribumi diwajibkan memberikan latihan-latihan pada
pengusaha pribumi, dan pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha
swasta nasional. Program ini tidak berjalan dengan baik, karena pengusaha pribumi
kurang berpengalaman, sehingga hanya dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan
kredit dari pemerintah.
5. Pembatalan sepihak atas hasil-hasil Konferensi Meja Bundar, termasuk pembubaran
Uni Indonesia-Belanda. Akibatnya banyak pengusaha Belanda yang menjual
perusahaannya sedangkan pengusaha-pengusaha pribumi belum bisa mengambil alih
perusahaan-perusahaan tersebut.

C. Kelebihan dan Kekurangan dari Demokrasi Parlementer


a. Kelebihan
1. Pengaruh rakyat terhadap politik yang dijalankan pemerintah sangat besar
2. Pengawasan rakyat terhadap kebijakan pemerintah dapat berjalan dengan baik
3. Kebijakan politik pemerintah yang dianggap salah oleh rakyat dapat sekaligus
dimintakan pertanggungjawabannya oleh parlemen kepada kabinet
4. Mudah mencapai kesesuaian pendapat antara badan eksekutif dan badan legislatif
5. Menteri-menteri yang diangkat merupakan kehendak dari suara terbanyak di
parlemen sehingga secara tidak langsung merupakan kehendak rakyat pula
12
6. Menteri-menteri akan lebih berhati-hati dalam menjalankan tugas karena setiap
saat dapat dijatuhkan oleh parlemen
7. Pemerintah yang dianggap tidak mampu mudah dijatuhkan dan diganti dengan
Pemerintah baru yang dianggap sanggup menjalankan pemerintahan yang sesuai
dengan keinginan rakyat

b. Kekurangan
1. Kedudukan badan eksekutif tidak stabil, karena dapat diberhentikan setiap saat
oleh parlemen melalui mosi tidak percaya
2. Sering terjadi pergantian kabinet, sehingga kebijakan politik negara pun labil
3. Karena pergantian eksekutif yang mendadak, eksekutif tidak dapat menyelesaikan
program kerja yang telah disusunnya

D. Akhir dan Demokrasi Parlementer di Indonesia

Berakhirnya demokrasi Liberal ditandai dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden 5


Juli 1959. Kegagalan Kontituante menetapkan UUD membawa Indonesia ketepi jurang
kehancuran. Keadaan Negara yang telah merongrong sejumlah pemberontakan menjadi
bertambah gawat. Atas dasar pertimbangan menyelamatkan Negara dari bahaya, Presiden
Soekarno terpaksa melakukan tindakan inkontitusional. Tindakan presiden tersebut berupa
pengeluaran dekrit yang dikenal dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Tindakan itu
didukung oleh militer karena mereka sudah direpotkan oleh sejumlah pemberontakan

13
akibat krisis politik. Lebih lanjut dekrit presiden 5 Juli dikeluarkan dengan berbagai
pertimbangan diantaranya:
1. Anjuran untuk kembali kepada UUD 1945 tidak memperoleh keputusan dari
Kontituante
2. Kontituante tidak mungkin lagi menyelesaikan tugasnya karena sebagian besar
anggotanya telah menolak menghadiri sidang.
3. Kemelut dalam Kontituante membahayakan persatuan, mengancam keselamatan
negera, dan merinangi pembangunan nasional
Sedangkan yang menjadi keputusan dalam Dekrit Presiden 5 Juli 1959 adalah:
a. Konstituante dibubarkan
b. UUD 1945 berlaku kembali sebagai UUD Republik Indonesia
c. Membentuk MPRS dan DPAS dalam waktu singkat

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demokrasi awal yang diberlakukan di Indonesia adalah demokrasi parlementer
dimana kekuasaan tertinggi berada di tangan parlemen. Demokrasi ini berlaku sejak kurun
waktu 1945-1959 (yakni bermula dari pasca kemerdekaan Indonesia sampai dengan
munculnya dekrit presiden 5 Juli 1959).
Dalam sejarahnya, Indonesia pernah mengalami pergantian kabinet selama 7 kali.
Hal itu disebabkan karena ketidakmampuan konstituante untuk membentuk undang-
undang serta adanya konflik antar parpol. Selain itu, pada masa demokrasi ini pernah
menerapkan UUD 1945, UU RIS, dan juga UUDS 1950. Mulanya demokrasi ini disetujui
oleh bangsa Indonesia karena merujuk ke demokrasi liberal dimana kebebasan rakyat
lebih diakui, terbukti dengan sistem multipartai dan menjamurnya parpol yang ikut andil
dalam kursi pemilu tahun 1955. Namun, ternyata dalam perjalanannya demokrasi ini tidak
cocok diterapkan di Indonesia karena menimbulkan banyak penyimpangan, pergolakan,
perpecahan, bahkan pemberontakan yang terjadi dimana-mana. Akhirnya muncullah dekrit
presiden dari Soekarno yang menyatakan bahwa Indonesia kembali ke konstitusi UUD
1945 dan kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan sistem
pemerintahan presidensiil.

B. Saran
Sejarah merupakan acuan yang menjadi pijakan untuk menuju ke masa depan
yang lebih gemilang. Sebagai generasi penerus bangsa, sudah selayaknya kita harus
berupaya untuk mengisi kemerdekaan bangsa dengan cara mempertahankannya. Salah
satu caranya adalah dengan mempelajari sejarah pelaksanaan demokrasi Indonesia. Hal ini
menjadi penting manakala dijadikan referensi untuk membentuk sistem pemerintahan
yang lebih baik melalui hikmah dan pelajaran yang didapatkan dari sejarah itu sendiri.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://onespiritz.wordpress.com/2010/12/11/masa-demokrasi-parlementer-1950-1959/

http://brantar.blogspot.co.id/2014/05/ppt-indonesia-pada-masa-demokrasi.html

https://www.google.com/search?q=Demokrasi+Parlementer+ppt&ie=utf-8&oe=utf-
8#q=Demokrasi+Parlementer++pada+masa+di+indonesia+ppt

https://www.academia.edu/People/Demokrasi_Parlementer

https://www.academia.edu/Documents/in/Sejarah_Pelaksanaan_Demokrasi_Parlementer

https://www.google.com/search?q=Demokrasi+parlementer+masa+di+indonesia&ie=utf-
8&oe=utf-8#q=Demokrasi+parlementer+academia

https://www.academia.edu/8638920/
PEMAHAMAN_DAN_PENERAPAN_DEMOKRASI_DI_INDONESIA

https://www.google.com/search?q=Demokrasi+parlementer+masa+di+indonesia&ie=utf-
8&oe=utf-8

http://karw21anto.wordpress.com/tugas-2/semester-1/penyebab-jatuhnya-7-kabinet-di-
indonesia/

http://amru-milicevic.blogspot.com/2011/10/kabinet-kabinet-yang-memerintah-selama.html

http://www.scribd.com/doc/99701659/Kabinet-Indonesia-Masa-Demokrasi-Liberal

16

Anda mungkin juga menyukai