Anda di halaman 1dari 3

“Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada periode 1945-1949”

Lama Periode : 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949

Bentuk Negara : Kesatuan

Bentuk Pemerintahan : Republic

Sistem Pemerintahan : Presidensial

Konstitusi : UUD 1945

Presiden & Wapres : Ir. Soekarno & Mohammad Hatta

(18 Agustus 1945 - 19 Desember 1948)

Syafruddin Prawiranegara (ketua PDRI)

(19 Desember 1948 - 13 Juli 1949)

Ir. Soekarno & Mohammad Hatta

(13 Juli 1949 27 - Desember 1949)

Demokrasi dalam Pemerintahan Masa Revolusi Kemerdekaan (periode 1945-1949)

Periode pertama pemerintahan negara Indonesia adalah periode kemerdekaan. Para penyelenggara
negara pada awal periode kemerdekaan mempunyai komitmen yang sangat besar dalam
mewujudkan demokrasi politik di Indonesia.

Pertama, polittical franchise yang menyeluruh. Para pembentuk negara, sudah sejak semula,
mempunyai komitmen yang sangat besar terhadap demokrasi.

Kedua, Presiden yang secara konstitusional memiliki peluang untuk menjadi seorang diktator,
dibatasi kekuasaannya ketika Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dibentuk untuk menggantikan
parlemen.

Ketiga, dengan maklumat wakil presiden, dimungkinkan terbentuknya sejumlah partai politik, yang
kemudian menjadi peletak dasar bagi sistem kepartaian di Indonesia untuk masa-masa selanjutnya
dalam sejarah kehidupan politik di tanah air.

Pada periode ini mengindikasikan keinginan kuat dari para pemimpin negara untuk membentuk
pemerintahan demokratis. Namun karena Indonesia harus berjuang untuk mempertahankan
kemerdekaan maka belum bisa sepenuhnya mewujudkan pemerintahan demokratis sesuai dengan
UUD 1945. Bahkan terjadi penyimpangan (demi kepentingan NKRI) terhadap UUD 1945 yaitu :

1. Maklumat Pemerintah no X tanggal 16 Oktober 1945 tentang perubahan fungsi KNIP (pembantu
Pres) menjadi Fungsi parlementer (legislatif)

2. Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 mengenai pembentukan Partai politik


(Sebelumnya hanya ada 1 partai yaitu PNI)

3. Maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945 mengenai perubahan kabinet presidensial


menjadi parlementer

Berdasarkan UUD 1945, Bentuk negara kesatuan, bentuk pemerintahan Republik, sistem
pemerintahan Presidensial
1. Bentuk Negara Kesatuan

Negara kesatuan adalah negara berdaulat yang diselenggarakan sebagai satu kesatuan tunggal, di
mana pemerintah pusat adalah yang tertinggi dan satuan-satuan subnasionalnyahanya menjalankan
kekuasaan-kekuasaan yang dipilih oleh pemerintah pusat untuk didelegasikan. Bentuk
pemerintahan kesatuan diterapkan oleh banyak negara di dunia.

2. Bentuk Pemerintahan Republik

Dalam pelaksaannya bentuk pemerintahan republik dapat dibedakan menjadi republik absolut,
republik konstitusional, dan republik parlementer.

a. Republik Absolut

Dalam sistem republik absolut, pemerintahan bersifat diktator tanpa ada pembatasan kekuasaan.
Penguasa mengabaikan konstitusi dan untuk melegitimasi kekuasaannya digunakanlah partai politik.
Dalam pemerintahan ini, parlemen memang ada, namun tidka berfungsi.

b. Republik Konstitusional

Dalam sistem republik konstitusional, presiden memegang kekuasaan kepala negara dan kepala
pemerintahan. Namun, kekuasaan presiden dibatasi oleh konstitusi. Di samping itu, pengawasan
yang efektif dilakukan oleh parlemen.

c. Republik Parlementer

Dalam sistem republik parlementer, presiden hanya sebagai kepala negara. Namun, presiden tidak
dapat diganggu-gugat. Sedangkan kepala pemerintahan berada di tangan perdana menteri yang
bertanggungjawab kepada parlementer. Alam sistem ini, kekuasaan legislatif lebih tinggi daripada
kekuasaan eksekutif.

3. Bentuk Pemerintahan Presidensial

Ciri utama sebuah Negara dengan sistem pemerintahan Presidensial seperti Indonesia adalah
dimana Presiden memiliki dua wajah, yaitu sebagai Kepala Negara dan juga sebagai Kepala
pemerintahan. Sistem Pemerintahan Presidensial adalah sistem pemerintahan dimana Kepala
Pemerintahan dan Kepala Negara berada di tangan Presiden.
Pada masa pasca revolusi kemerdekaan (18 Agustus 1945 - 27Desember 1949)

Pada masa ini ternyata masih terbagi lagi ke dalam dua periode, yakni:

18 Agustus 1945 - 14 November 1945 dimana berlaku sistempemerintahan presidensiil, dan

14 November 1945 - 27 Desember 1949 dimana berlaku sistempemerintahan parlementer.

Tanggal 17 Agustus 1945, tepatnya pada awal-awal deklarasikemerdekaan Indonesia,


Indonesia menjalankan sistem presidensial denganbentuk negara kesatuan yang berbentuk republik
(sesuai dengan pasal 1 ayat1 UUD 1945) yang menyatakan bahwa Presiden memiliki kekuasaan
tertinggidalam pemerintahan.Pada tanggal 23 Agustus 1945, Belanda dan negara sekutu mendaratdi
Indonesia. Negara lain bermaksud untuk mengamankan Indonesia pascarevolusi
kemerdekaan.Sementara lain halnya denganBelanda yangbermaksud untuk kembali menguasai
Indonesia. Sebagai negara yang barumerdeka, Indonesia menghadapi berbagai rongrongan
untukmempertahankan kemerdekaannya.Padahal pada masa ini terdapat indikasidan keinginan kuat
dari para pemimpin negara untuk membentukpemerintahan demokratis. Namun karena Indonesia
harus berjuang untukmempertahankan kemerdekaan maka belum bisa sepenuhnya
mewujudkanpemerintahan demokratis sesuai dengan UUD 1945. Akhirnya dalamperjalanannya
terjadilah berbagai penyimpangan-penyimpangan.Contohnyasaja beberapa bulan setelah Proklamasi
kemerdekaanadanya kesempatanbesar untuk mendirikan partai politik, sehingga bermunculanlah
partai-partai politik Indonesia. Dengan demikian kita kembali kepada pola sistempolitik
multipartai.Pada zaman awal kemerdekaan ini, partai politik tumbuh menjamurdengan berbagai
haluan ideologi politik yang berbeda satu sama lain. Hal inidikarenakan adanya Maklumat
Pemerintah Republik Indonesia 3 November1945 yang berisi anjuran mendirikan partai politik dalam
rangkamemperkuat perjuangan kemerdekaan. Akhirnya secara resmi muncul 10

6partai politik. Bukan hanya itu, tetapi penyimpangan konstitusional jugasempat terjadi dengan
berubahnya sistem kabinet presidensiil menjadisistem kabinet parlementer atas usul badan pekerja
KNIP yakni pada tanggal11 November 1945. Hal ini diperkuat dengan dikeluarkannya
Maklumatpemerintah tanggal 14 November 1945 yang mengubah sistempemerintahan presidensiil
menjadi parlementer berdasarkan asas-asasdemokrasi liberal yang di pimpin oleh perdana mentri
Syahrir. Dalam kabinetini mentri-mentri tidak lagi menjadi pembantu dan bertanggung jawabkepada
Presiden, tetapi bertanggung jawab kepada KNIP.Disamping itu, KNIPmenjadi lembaga yang menjadi
cikal bakal DPR yang berfungsi sebagai badanlegislatif. Hal ini sesuai dengan Pasal 4 Aturan Peralihan
dalam UUD 1945dan maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16 Oktober 1945
yangmemutuskan bahwa KNIP diserahi kekuasaan legislatif dan bersama-samadengan Presiden
berfungsi menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara.Hal ini dilakukan karena MPR dan DPR belum
terbentuk.Bagi bangsa Indonesia, hak untuk menentukan nasib sendirimerupakan hak yang harus
dipertahankan dan diperjuangkan. Sebagaikonsekuensinya, banyak perlawanan-perlawanan dari
rakyat kepada tentarasekutu dan NICA dimana-mana. Terbukti dengan adanya pertempuran
diBandung, Surabaya, dan tempat-tempat lain yang mereka datangi.Munculnya perlawanan-
perlawanan sengit tersebut memaksa Belandamelakukan perundingan dan perjanjian dengan
Indonesia. Akhirnya setelahmelalui perjuangan panjang, Belanda mau mengakui kedaulatan
Indonesiadengan disetujuinya perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tanggal27 Desember
1949 di Istana Dam, Amsterdam. Namun, bangsa Indonesiaharus menerima berdirinya negara yang
tidak sesuai dengan cita-citaproklamasi dan kehendak UUD 1945, sehingga Negara Kesatuan
RepublikIndonesia berubah menjadi Negara Republik Indonesia Serikat berdasarkankonstitusi RIS.

Anda mungkin juga menyukai