Anda di halaman 1dari 60

Paham-paham

PAHAM-PAHAM BARU DUNIA Baru


DAN PERGERAKAN
NASIONAL INDONESIA Organisasi awal
pergerakan

Organisasi
keagamaan
S.M A N 2
KU
N I N GA N

Pergerakan
Kepemudaan

Sejarah SMA Kelas XI


MIPA Pergerakan
Perempuan
PAHAM-PAHAM BARU DAN KESADARAN KEBANGSAAN
INDONESIA

PAHAM –PAHAM BARU

IDENTITAS KESADARAN
NASIONAL NASIONAL

PERGERAKAN
PENGARUH PENGARUH
NASIONAL
DARI DALAM DARI LUAR
INDONESIA
PENGARUH DARI DALAM
Faktor-faktor intern (dari dalam) yang
menyebabkan lahir dan berkembangnya
nasionalisme Indonesia adalah
1. Kenangan kejayaan masa lalu
sebelum imperialisme bangsa Eropa
(Barat) masuk ke wilayah Indonesia.
2. Penderitaan dan kesengsaraan akibat
imperialisme.
3. Munculnya golongan cendekiawan
(terpelajar)
PENGARUH DARI LUAR

Faktor-faktor ekstern (dari luar) yang menyebabkan lahir dan


berkembangnya nasionalisme Indonesia adalah:
1. Kemenangan Jepang terhadap Rusia (1905)
2. Pengaruh pergerakan kebangsaan negara-negara Asia-Afrika;
a) Kebangkitan nasionalisme India dan munculnya tokoh karismatik
Mahatma Gandhi.
b) Nasionalisme Turki dengan tokohnya Mustafa Kemal Pasha
c) Pemberontakan Boxer di Cina (1899) melawan kesewenang
wenangan bangsa Barat.
d) Pemberontakan rakyat Filipina terhadap penjajahan Spanyol.
e) Revolusi Tiongkok (1911) dan pembentukan Partai
Kuomintang oleh Sun Yat Sen.
3. Masuknya paham-paham baru
Pergerakan Kebangsaan India
Untuk menghadapi Inggris, India membentuk organisasi
kebangsaan ”All India National Congres”. Tokohnya, Mahatma
Gandhi, Pandit Jawaharlal Nehru, B.G. Tilak, dsb. Mahatma
Gandhi memiliki dasar perjuangan :
1) Ahimsa (dilarang membunuh) yaitu gerakan anti
peperangan
2) Hartal, merupakan gerakan dalam bentuk asli tanpa berbuat
apapun walaupun mereka tetapi masuk kantor atau pabrik
3) Satyagraha merupakan gerakan rakyat India untuk tidak
bekerja sama dengan pemerintah kolonial Inggris.
4) Swadesi merupakan gerakan rakyat India untuk memakai
barang-barang buatan negeri sendiri
Selain itu adanya pendidikan Santiniketan oleh Rabindranath Tagore
ORGANISASI PERGERAKAN
NASIONAL INDONESIA
Pada abad ke-20 mucul organisasi-organisasi pergerakan nasional
Indonesia, yaitu:
1. Organisasi Sosial / Kependidikan : Budi Utomo, Taman Siswa
2. Organisasi Politik : Indiscge Partij, Perhimpunan Indonesia,
Partai Komunis Indonesia, Partai Nasional Indonesia,
Perhimpunan Permufakatan –Perhimpunan Politik Kebangsaan
Indonesia (PPPKI), Partindo, Parindra, Gerindo, GAPI.
3. Organisasi Keagamaan : Sarekat Islam, Muhammadiyah,
Nahdatul Ulama, MIAI.
4. Organisasi Kepemudaan : Trikoro Dharmo, Jong Minahasa, Jong
Ambon, Jong Celebes, Jong Bataksche Bond, Sekar Rukun,
Pemuda Kaum Betawi, Jong Islamieten Bond. Pemuda Sumatera,
Pemuda Indonesia.
5. Organisasi Kewanitaan : Putri Mahardika, Kartini Fonds,
Keutamaan Istri, Kerajinan Amai Setia, Aisyiah, PIKAT,
Perserikatan Perempuan Indonesia
Perjuangan Organisasi
Pergerakan Kebangsaan

1. Oraganisasi-organisasi awal pergerakan


2. Perkembangan organisasi berbasis keagamaan
3. Perkembangan organisasi pergerakan
kepemudaan
4. Perkembangan organisasi berbasis gerakan politik
5. Organisasi Pergerakan Perempuan
1. BUDI UTOMO (20 MEI 1908)
Organisasi Budi Utomo (BU) didirikan pada
tanggal 20 Mei 1908. Terbentuknya organisasi
tersebut atas ide dr. Wahidin Sudirohusodo
yang sebelumnya telah berkeliling Jawa untuk
menawarkan idenya membentuk Studiefounds.

Gagasan Studiesfounds bertujuan untuk


menghimpun dana guna memberikan beasiswa
bagi pelajar yang berprestasi, namun tidak
mampu melanjutnya studinya. Gagasan itu tidak
terwujud, tetapi gagasan itu melahirkan Budi
Utomo. Tujuan Budi Utomo adalah memajukan
pengajaran dan kebudayaan.
Latar belakang :
1) Penderitaan rakyat Indonesia akibat eksploitasi
SDA dan SDM oleh penjajah
2) membantu para pelajar berpotensi yang mengalami
kesulitan dana
3) membantu masyarakat Indonesia yang tidak bisa
sekolah untuk mendapatkan pengetahuan
Tujuan Budi Utomo dicapai dengan usaha-usaha :
4) memajukan pengajaran;
5) memajukan pertanian, peternakan dan
perdagangan;
6) memajukan teknik dan industri
7) menghidupkan kembali kebudayaan.
Tanggal 3-5 Oktober 1908 BU mengadakan kongres
pertama di Yogyakarta. Dan hasilnya sebagai berikut.
1) BU tidak ikut dalam mengadakan kegiatan politik.
2) Kegiatan BU terutama ditujukan pada bidang
pendidikan dan kebudayaan.
3) Ruang gerak BU terbatas pada daerah Jawa dan
Madura.
4) Memilih R.T. Tirtokusumo, Bupati Karanganyar
sebagai ketua.
5) Yogyakarta ditetapkan sebagai pusat organisasi.
Sampai dengan akhir tahun 1909, telah berdiri 40 cabang BU
dengan jumlah anggota mencapai 10.000 orang. tetapi, dengan
adanya kongres tersebut tampaknya terjadi pergeseran
pimpinan dari generasi muda ke generasi tua. Banyak anggota
muda yang menyingkir dari barisan depan, anggota BU
kebanyakan dari golongan priayi dan pegawai negeri. Dengan
demikian, sifat protonasionalisme dari para pemimpin yang
tampak pada awal berdirinya BU terdesak ke belakang. Strategi
perjuangan BU pada dasarnya bersifat kooperatif. Tahun 1912
tampil Notodirjo sebagai ketua menggantikan R.T. Notokusumo,
BU ingin mengejar ketinggalannya. tetapi, hasilnya tidak begitu
besar karena pada saat itu telah muncul organisasi-organisasi
nasional lainnya, seperti Sarekat Islam (SI) dan Indiche Partij
(IP).
2. SARIKAT DAGANG ISLAM (1911)
2. SARIKAT DAGANG ISLAM (1911)
Latar belakang :
• Mengatasi kelangkaan bahan baku batik di
daerah Solo
• Mengatasi Monopoli perdagangan bangsa
China
• Memperkuat Ekonomi Masyarakat
Muslim
Dasar SDI :
• Agama Islam.
• Ekonomi, yakni untuk memperkuat diri dari
pedagang Cina yang berperan sebagai
leveransir (seperti kain putih, malam, dan
• sebagainya).
Atas prakarsa H.O.S. Cokroaminoto, SDI kemudian
diubah menjadi Sarekat Islam ( SI ), dengan tujuan
untuk memperluas anggota sehingga tidak hanya
terbatas pada pedagang saja. Berdasarkan Akte Notaris
pada tanggal 10 September 1912, ditetapkan tujuan SI
sebagai berikut:
a. memajukan perdagangan;
b. membantu para anggotanya yang mengalami
kesulitan dalam bidang usaha (permodalan);
c. memajukan kepentingan rohani dan jasmani
penduduk asli;
d. memajukan kehidupan agama Islam.
Tahun 1915 berdirilah Central Sarekat Islam
(CSI) yang berkedudukan di Surabaya. Tugasnya
ialah membantu menuju kemajuan dan kerja
sama antar SI lokal. tanggal 17–24 Juni 1916
diadakan Kongres SI Nasional Pertama di
Bandung yang dihadiri oleh 80 SI lokal dengan
anggota 360.000 orang anggota. Dalam kongres
tersebut telah disepakati istilah "nasional",
dimaksudkan bahwa SI menghendaki persatuan
dari seluruh lapisan masyarakat Indonesia
menjadi satu bangsa.
Sifat SI yang demokratis dan berani serta berjuang terhadap
kapitalisme untuk kepentingan rakyat kecil sangat menarik
perhatian kaum sosialis kiri yang tergabung dalam Indische Social
Democratische Vereeniging (ISDV) pimpinan Sneevliet (Belanda),
Semaun, Darsono dan Alimin (Indonesia). Itulah sebabnya dalam
perkembangannya SI pecah menjadi dua kelompok yakni :
1) Kelompok nasionalis religius ( nasionalis keagamaan) yang
dikenal dengan SI Putih dengan asas perjuangan Islam di
bawah pimpinan H.O.S. Cokroaminoto.
2) Kelompok ekonomi dogmatis yang dikenal dengan nama SI
Merah dengan haluan sosialis kiri di bawah pimpinan Semaun
dan Darsono.
3. INDISCHE PARTIJ (IP) 1912

Tiga
serangkai
Organisasi ini didirikan oleh orang-orang
keturunan Indo-Belanda seperti EFE
Douwes Dekker, JG.Van Ham dan JR.
Agerbeek. Mereka mendirikan perkumpulan
ini Karena dianggap rendah oleh orang
Belanda asli. Kemudian bergabung Dr. Cipto
Mangunkusumo, Suwardi Suryaningrat.
Tuntutan IP
Penghapusan kolonialisme yang
mengeksploitasi rakyat Hindia Belanda.
Semboyan IP :
Hindia untuk Hindia. ( Indonesia diperuntukan bagi
orang-orang yang menetap & bertempat tinggal di
Indoneia tanpa kecuali apapun jenis bangsanya.

Cita-cita IP :
Mempersiapkan dan Mencapai Indonesia merdeka.

Sifat Keanggotaan :
Terbuka bagi seluruh masyarakat yang tinggal di
Indonesia.
Akhir organisasi IP
Tulisan berjudul “Als Ik eens Nederlander Was”
(“andaikan aku seorang Belanda”), yang dimuat
dalam surat kabar de Express menyebabkan
tokoh IP ditangkap dan dihukum buang ke negeri
Belanda.
Als Ik eens Nederlander Was Berisi : Kritikan
terhadap Belanda ketika bermaksud mencari
dana untuk merayakan peringatan 100 tahun
kemerdekaan negeri Belanda lepas dari
penjajahan Perancis tahun 1814.
Als Ik eens Nederlander Was :

“……… Seandainya aku seorang Belanda, aku


protes peringatan yang akan diadakan itu. Aku
akan peringatkan kawan-kawan penjajah bahwa
sesungguhnya sangat berbahaya pada saat itu
mengadakan perayaan peringatan
kemerdekaan. Aku akan peringatkan semua
bangsa Belanda, jangan menyinggung
peradaban bangsa Indonesia yang baru bangun
dan menjadi berani. Sungguh aku akan protes
sekeras-kerasnya ……..”
K.H. Ahmad Dahlan
4. MUHAMMADIYAH (18 November 1912)
Latar belakang :
5. Krisis kemurnian ajaran, kestatisan
pemikiran maupun aktivitas, dan
pertentangan internal
6. Pengaruh ajaran Muhammad bin Abdul
Wahab / gerakan Al Muwahhidin
(Wahabiyah)
7. Keinginan memurnikan ajaran Islam.
Tujuan Muhammadiyah :
a. memajukan pendidikan dan pengajaran
berdasarkan agama Islam;
b. mengembangkan pengetahuan ilmu agama dan
cara-cara hidup menurut agama Islam.
Muhammadiyah berusaha untuk mengembalikan ajaran
Islam sesuai dengan Al-Qur'an dan Hadis. Itulah
sebabnya penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran
agama Islam secara modern dan memperteguh
keyakinan tentang agama Islam sehingga terwujud
masyarakat Islam yang sebenarnya.
Kegiatan Muhammadiyah juga telah
memperhatikan pendidikan wanita yang
dinamakan Aisyiah, sedangkan untuk kepanduan
disebut Hizbut Wathon ( HW ). Sejak berdiri di
Yogyakarta (1912) Muhammadiyah terus
mengalami perkembangan yang pesat. Sampai
tahun 1913, Muhammadiyah telah memiliki
267 cabang yang tersebar di Pulau Jawa. Pada
tahun 1935, Muhammadiyah sudah mempunyai
710 cabang yang tersebar di Pulau Jawa,
Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi.
5. NAHDLATUL ULAMA (NU) 31 Januari 1926
Masjid Jombang, tempat kelahiran
organisasi Nahdlatul Ulama

K.H. Hasyim Asyhari, Rais Akbar


(ketua) pertama NU
Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya
Nahdhatul Ulama (NU)
1. Motif Agama; Bahwa Nahdlatul Ulama lahir atas semangat
menegakkan dan mempertahankan Agama Allah di Nusantara,
meneruskan perjuangan Wali Songo. Terlebih Belanda-
Portugal tidak hanya menjajah Nusantara, tapi juga
menyebarkan agama Kristen-Katolik dengan sangat
gencarnya. Mereka membawa para misionaris-misionaris
Kristiani ke berbagai wilayah.
2. Motif Nasionalisme; NU lahir karena niatan kuat untuk
menyatukan para ulama dan tokoh-tokoh agama dalam
melawan penjajahan. Semangat nasionalisme itu pun terlihat
juga dari nama Nahdlatul Ulama itu sendiri yakni Kebangkitan
Para Ulama.
3. Motif Mempertahankan Faham
Ahlussunnah wal Jama’ah. NU lahir untuk
membentengi umat Islam khususnya di
Indonesia agar tetap teguh pada ajaran
Islam Ahlussunnah wal Jama’ah (Para
Pengikut Sunnah Nabi, Sahabat dan
Ulama Salaf Pengikut Nabi-Sahabat),
Khittah NU 1926 menyatakan tujuan NU sebagai berikut:
1) Meningkatkan hubungan antar ulama dari berbagai
mazhab sunni
2) Meneliti kitab-kitab pesantren untuk menentukan
kesesuaian dengan ajaran ahlusunnah wal-jama’ah
3) Meneliti kitab-kitab di pesantren untuk menentukan
kesesuaiannya dengan ajaran ahlusunnah wal-jama’ah
4) Mendakwahkan Islam berdasarkan ajaran empat mazhab
5) Mendirikan Madrasah, mengurus masjid, tempat-tempat
ibadah, dan pondok pesantren, mengurus yatim piatu dan
fakir miskinDan membentuk organisasi untuk memajukan
pertanian, perdagangan, dan industri yang halal menurut
hukum Islam
Majelis Islam A’la Indonesia (Miai)
Latar belakang
Adanya keinginan organisasi-organisasi islam
untuk mengadakan persatuan dan
menghilangkan perbedaan pendapat antara
golongan reformis dan golongan tradisional,
yang sering terjadi pada tahun 1920.
Pendiri
K.H. Mas Mansyur (Muhammadiyah), K.H.
Ahmad Dahlan, K.H. Wahab Chasbullah (NU),
Wondoamiseno (PSII).
Tujuan
1. Badan Perwakilan Dari Organisasi-
organisasi Islam Diseluruh Indonesia.
2. Sebagai Tempat Membicarakan Dan
Memutuskan Semua Soal Yang
Dipandang Penting Bagi Kemaslahatan
Umat Dan Agama Islam.
3. Berusaha Mendamaikan Pertikaian-
pertikaian Yang Timbul Dikalangan
Umat Islam.
Perkembangan
Pembentukan MIAI mendapat sambutan
dari berbagai organisasi Islam di
Indonesia seperti PSII, Muhammadiyah,
NU,Persis, PII dan organisasi-organisasi
lain.
Isi kongres MIAI (Al-Islam) 1938 :
1. Menolak pemindahan perkara waris dan
pengadilan agama ke pengadilan negeri
(Landrad).
2. Menuntut pemerintah agar menghapus
bea potong hewan untuk kurban.
Pergerakan kepemudaan
A. Trikoro Dharmo/Jong Java
Gerakan pemuda Indonesia sebenarnya telah dimulai sejak
berdirinya Budi Utomo. Sebab para pendiri Budi Utomo
sebenarnya para pemuda yang masih menjadi murid-murid
STOVIA. Namun sejak kongresnya yang pertama, Budi Utomo
telah diambil alih kaum priyayi (bangsawan) dan para pegawai
negeri, sehingga para pemuda kecewa lalu keluar dari Budi
Utomo. Pada 7 Maret 1915, para pemuda keluaran Budi Utomo
mendirikan organisasi pemuda yang disebut Trikoro Dharmo di
Jakarta. Pemimpinnya antara lain: R. Sukiman Wiryosanjoyo
(Ketua), Sunardi-Wongsonegoro (wakil ketua), Sutomo
(Sekretaris). Anggotanya: Muslich, Musodo, dan Abdul Rachman.
Yang diterima sebagai anggota hanya anak-anak sekolah
menengah yang berasal dari pulau Jawa dan Madura.
Trikoro Dharmo artinya “Tiga Tujuan Mulia”, yaitu: sakti,
budi, dan bakti. Adapun tujuan organisasi ini ialah:
1) mempererat tali hubungan, antara murid-murid bumi
putera pada sekolah menengah dan perguruan
kejuruan;
2) menambah pengetahuan umum bagi anggota-
anggotanya;
3) membangkitkan dan mempertajam perasaan buat
segala bahasa dan kebudayaan Hindia;
4) memperkokoh rasa persatuan dan persatuan di
antara pemuda-pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali
dan Lombok;
Pada tahun 1918 lewat kongresnya yang pertama di Solo, nama
Trikoro Dharmo diubah menjadi Jong Java. Hal ini dimaksudkan
agar para pemuda di luar Pulau Jawa, tata sosialnya berdasarkan
budaya Jawa akan mau, memasuki Jong Java. Kegiatan Jong Java
berkisar pada masalah sosial dan kebudayaan, misalnya
pemberantasan buta huruf, kepanduan, kesenian. Jong Java tidak
ikut terjun dalam dunia politik dan tidak pula mencampuri urusan
agama tertentu. Bahkan para anggotanya dilarang menjalankan
politik atau menjadi anggota partai politik. Akan tetapi, sejak tahun
1942, karena pengaruh gerakan radikal, maka Syamsuridjal
(ketuanya) mengusulkan agar anggota yang sudah berusia 18 tahun
diberi kebebasan berpolitik dan agar Jong Java memasukkan
program memajukan agama Islam. Usul ini ditolak, akibatnya para
anggotanya yang menghendaki tujuan ke dalam dunia politik dan
ingin memajukan agam Islam mendirikan Jong Islamieten Bond.
Organisasi ini dipimpin Haji Agus Salim.
B. Jong Sumatranen Bond (9 Desember 1917)
Setelah Jong Java, para pemuda Sumatera yang
belajar di Jakarta, pada tanggal 9 Desember 1917
mendirikan organisasi serupa yang disebut Jong
Sumatranen Bond. Adapun tujuannya adalah:
1) mempererat ikatan persaudaraan antara pemuda-
pemuda pelajar Sumatra dan membangkitkan
perasaan bahwa mereka dipanggil untuk menjadi
pemimpin dan pendidik bangsanya.
2) membangkitkan perhatian anggota-anggotanya
dan orang luar untuk menghargai adapt istiadat,
seni, bahasa, kerajinan, pertanian dan Sejarah
Sumatra.
Untuk mencapai tujuan itu, dilakukan usaha
usaha sebagai berikut:
(a) menghilangkan adanya perasaan prasangka
etnis di kalangan orang-orang Sumatera;
(b) memperkuat perasaan saling membantu;
(c) bersama-sama mengangkat derajat penduduk
Sumatra dengan alat propaganda, kursus,
ceramah-ceramah dan sebagainya.
Berdirinya Jong Sumatranen Bond ternyata dapat
diterima oleh pemuda-pemuda Sumatera yang
berada di kota-kota lainnya.
Oleh karena itu, dalam waktu singkat organisasi
ini sudah mempunyai cabng-cabangnya di
Jakatra, Bogor, Serang, Sukabumi, Bandung,
Purworejo, dan Bukittinggi. Dari organisasi inilah
kemudian muncul tokoh-tokoh nasional seperti
Moh. Hatta, Muh. Yamin, dan Sutan Syahrir.
Atas kesadaran nasionalisme, nama Jong
Sumatranen Bond yang menggunakan istilah
bahasa Belanda, diubah menjadi Pemoeda
Soematra.
C. Jong Ambon
Jong Ambon didirikan pada tahun 1918. Sebelum itu
sebenarnya telah lahir berbagai organisasi yang didirikan
oleh orang-orang Ambon. Misalnya: Ambons Studiefonds
(1909) oleh Tehupeilory, Ambons Bond (1911) untuk
pegawai negeri, Mena Muria (1913) di Semarang, dan Sou
Maluku Ambon di Ambon. Pada 9 Mei 1920, A.J Patty
mendirikan Serikat Ambon di Semarang. Tujuannya yaitu
untuk mempersatuakan semua organisasi Ambon, hingga
menjadi organisasi politik Ambon yang pertama. Karena ia
sangat aktif melakukan kampanye di mana-mana. Akhirnya
ia ditangkap oleh pemerintah kolonial dan diasingkan.
Perjuangan berikutnya diteruskan oleh Mr. Latuharhary.
D. Jong Minahasa dan Jong Celebes
Jong Minahasa dan Jong Celebes didirikan pada 25
April 1919 oleh tokoh-tokoh muda Minahasa yaitu
Samuel Ratulangie. Jong Minahasa tampaknya
sebagai lanjutan dari organisasi yang telah dibentuk
sejak 1912 di Semarang, yaitu Rukun Minahasa.
Tahun 1917 muncul pula organisasi Minahasa Celebes
di Jakarta. Tetapi dalam kenyataan Jong Minahasa
dan Jong Celebes tidak bisa tumbuh menjadi besar
karena jumlah pelajar dari Sulawesi tidak begitu
banyak.
E. Perkumpulan Pemuda Daerah lainnya
Dengan berdirinya Jong Java, Jong Sumatranen Bond,
suku-suku bangsa lainnya juga tidak ketinggalan.
Mereka ikut mendirikan organisasi berbagai
perkumpulan pemuda, antara lain:
1) Sekar Rukun (1920), didirikan oleh para pemuda
Sunda di Jakarta.
2) Pemuda Betawi, didirikan oleh para pemuda asli
Jakarta yang dipimpin oleh Husni Thamrin.
3) Timorsch Verbond, didirikan di makasar (8 Juni
1922) untuk suku Timor
4) Jong Batak Bond, didirikan untuk suku Batak pada
tahun 1926.
Kongres Pemuda

Usaha untuk menuju persatuan dan kesatuan


antarorganisasi pemuda ditempuh dengan cara
melaksanakan kongres yang kemudian dikenal
dengan Kongres Pemuda Indonesia. Kongres
Pemuda I dilaksanakan di Batavia pada
tanggal 30 April–2 Mei 1926 oleh sebuah komite
dengan susunan kepanitiaan sebagai berikut.
Ketua : M. Tabrani
Wakil Ketua : Sumarto
Sekretaris : Jamaludin
Bendahara : Suwarso
Pembantu : Bahder Johan,
Sumarto,Yan Toule
Soulehuwiy, dan Paul
Pinontuan, Hamami, dan
Sanusi Pane
Tujuan kongres adalah untuk menanamkan semangat
kerja sama antarperkumpulan pemuda untuk menjadi
dasar persatuan Indonesia dalam arti yang lebih luas.
Usaha menggalang persatuan dan kesatuan dalam
Kongres Pemuda I ini belum terwujud karena rasa
kedaerahan masih kuat. Sementara itu, para pelajar di
Batavia dan Bandung melihat adanya dua kepentingan
yang bertentangan dalam penjajahan yang mereka sebut
sebagai antitese kolonial dan sangat merugikan pihak
Indonesia. Antitese ini akan hapus apabila penjajahan
sudah lenyap. Untuk itu, para pelajar dari berbagai daerah
pada bulan September 1926 mendirikan Perhimpunan
Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) di Batavia. PPPI
bertujuan memperjuangkan Indonesia merdeka.
Pada tahun 1928 alam politik di Indonesia sudah
dipenuhi oleh jiwa persatuan. Rasa kebangsaan
dan cita-cita Indonesia merdeka telah menggema
di jiwa para pemuda Indonesia. Atas inisiatif PPPI
maka diadakan Kongres Pemuda II di Jakarta
yang dihadiri oleh utusan organisasi-organisasi
pemuda dan berhasil diikrarkan sumpah yang
dikenal dengan nama Sumpah Pemuda. Kongres
Pemuda II diselenggarakan pada tanggal 27–28
Oktober 1928 dengan susunan panitia sebagai
berikut.
Ketua : Sugondo Joyopuspito ( dari PPPI).
Wakil Ketua : Joko Mursid (dari Jong Java).
Sekretaris : Muh. Yamin (dari Jong Sumatranen Bond)
Bendahara : Amir Syarifuddin (dari Jong Batak Bond)
Anggota : Johan Mohammad (dari Jong Islamieten
Bond), Senduk (dari Jong Selebes), J. Leimena
(dari Jong Ambon), Rohyani (dari Pemuda Kaum
Betawi).
Tujuan Kongres Pemuda II ialah sebagai berikut.
a. Hendak melahirkan cita-cita perkumpulan Pemuda
Indonesia.
b. Membicarakan masalah pergerakan Pemuda Indonesia.
c. Memperkuat perasaan kebangsaan dan memperteguh
persatuan Indonesia.
Isi Sumpah Pemuda :
Pertama : Kami putra dan putri Indonesia bertumpah darah
satu, Tanah Indonesia.
Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa
yang satu, Bangsa Indonesia.
Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung
bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Pada kongres tersebut dikumandangkan lagu Indonesia Raya
ciptaan Wage Rudolf Supratman, dan dikibarkan bendera Merah
Putih yang dipandang sebagai bendera pusaka bangsa
Indonesia. Peristiwa Sumpah pemuda pada tanggal 28
Oktober 1928 merupakan salah satu puncak pergerakan
nasional dan sampai sekarang tanggal 28 Oktober diperingati
sebagai hari Sumpah Pemuda.
Organisasi Pergerakan Perempuan
1) Putri Mardika (1912)
Putri Mardika adalah organisasi keputrian tertua dan
merupakan bagian dari Budi Utomo. Tujuannya
adalah untuk memberikan bantuan, bimbingan dan
penerangan kepada wanita-wanita pribumi dalam
menuntut pelajaran dan dalam menyatakan
pendapat di muka umum. Kegiatannya antara lain :
memberikan beasiswa dan menerbitkan majalah
bulanan. Tokoh-tokohnya: P.A Sabarudin, R.A
Sutinah Joyopranoto, R.R Rukmini, dan Sadikun
Tondokukumo.
2) Kartini Fonds (Dana Kartini)
Organisasi ini didirikan oleh Tuan
dan Nyonya C. Th. Van Deventer,
tokoh politik etis. Salah satu
usahanya adalah mendirikan
sekolah-sekolah, misalnya: Sekolah
Kartini di Jakarta, Bogor, Semarang
(1913), setelah itu di Madiun (1914),
Malang dan Cirebon (1916),
Pekalongan (1917), Subabaya dan
Rembang.
Raden Ajeng Kartini
3) Kautamaan Istri
Organisasi ini berdiri sejak tahun
1904 di Bandung, yang didirikan oleh
R. Dewi Sartika. Tahun 1910 didirikan
Sekolah Keutamaan Istri, dengan
tujuan mengajar anak gadis agar
mampu membaca, menulis,
berhitung, punya keterampilan
kerumahtanggaan agar kelak dapat
menjadi ibu rumah tangga yang baik.
Kegiatan ini kemudian mulai diikuti
Dewi Sartika
oleh kaum wanita di kota-kota lainnya,
yaitu Tasikmalaya, Garut, Purwakarta,
dan Padang Panjang.
4) Kerajinan Amal Setia (KAS)
KAS didirikan di Kota Gadang Sumatra Barat
oleh Rohana Kudus tahun 1914. Tujuannya :
untuk meningkatkan pendidikan wanita,
dengan mengajarkan cara-cara mengatur
rumah tangga, membuat barang-barang
kerajinan tangan beserta cara pemasarannya.
Pada tahun itu juga, KAS berhasil mendirikan
sekolah wanita pertama di Sumatera sebelum
terbentuknya Diniyah Putri di Padangpanjang.
5) Aisyiah (1917)
Aisyiah didirikan pada 22 April 1917 dan
merupakan bagian dari Muhammadiyah.
Pendirinya adalah H. Siti Walidah Ahmad
Dahlan. Kegiatan utamanya adalah memajukan
pendidikan dan keagamaan bagi kaum wanita,
memelihara anak yatim, dan menanamkan
rasa kebangsaan lewat kegiatan organisasi
agar kaum wanita dapat mengambil peranan
aktif dalam pergerakan nasional.
6) Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya (PIKAT)
PIKAT didirikan pada bulan Juli 1917 oleh Maria Walanda
Maramis di Menado, Sulawesi Utara. Tujuannya: memajukan
pendidikan kaum wanita dengan cara mendirikan sekolah-
sekolah rumah tangga (1918) sebagai calon pendidik anak-anak
perempuan yang telah tamat Sekolah Rakyat. Di dalamnya diajari
cara-cara mengatur rumah tangga yang baik, keterampilan, dan
menanamkan rasa kebangsaan.
7) Organisasi Kewanitaan Lain
Organisasi Kewanitaan lain yang berdiri cukup banyak, antara
lain: Pawiyatan Wanita di Magelang (1915), Wanita Susila di
Pemalang (1918), Wanita Rukun Santoso di Malang, Budi Wanita
di Solo, Putri Budi Sejati di Surabaya (1919), Wanita Mulya di
Yogyakarta (1920), Wanita Katolik di Yogyakarta (1921), PMDS
Putri (1923), Wanita Taman Siswa (1922), dan Putri Indonesia
(1927).
8) Kongres Perempuan Indonesia
Pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta,
diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia
pertama. Kongres tersebut diprakarsai oleh berbagai
organisasi wanita seperti: Wanita Utomo, Putri
Indonesia, Wanita Katolik, Wanita Mulya, Aisyiah, SI,
JIB, dan Taman Siswa bagian wanita. Tujuan kongres
adalah mempersatukan cita-cita dan usaha untuk
memajukan wanita Indonesia, dan juga mengadakan
gabungan antara berbagai perkumpulan wanita yang
ada. Dalam kongres itu diambil keputusan untuk
mendirikan gabungan perkumpulam wanita yang
disebut Perikatan Perempuan Indonesia (PPI)
Tujuan Perikatan Perempuan Indonesia (PPI)
a) memberi penerangan dan perantaraan
kepada kaum perempuan, akan mendirikan
studie fond untuk anak-anak perempuan
yang tidak mampu;
b) mengadakan kursus-kursus kesehatan;
c) menentang perkawinan anak-anak;
d) memajukan kepanduan untuk organisasi-
organisasi wanita tersebut di atas, pada
umumnya tidak mencampuri urusan politik
dan berjuang dengan haluan kooperatif.

Anda mungkin juga menyukai