Bangsa-bangsa Asia dan Afrika sudah pernah mengalami masa kejayaan sebelum masuk dan
berkembangnya imperialisme dan kolonialisme barat. Bangsa India, Indonesia, Mesir, dan Persia
pernah mengalami masa kejayaan sebagai bangsa merdeka dan berdaulat. Kejayaan masa lampau
mendorong semangat untuk melepaskan diri dari penjajahan. Bagi Indonesia kenangan kejayaan
masa lampau tampak dengan adanya kenangan akan kejayaan pada masa kerajaan Majapahit dan
Sriwijaya. Dimana pada masa Majapahit, mereka mampu menguasai daerah seluruh Nusantara,
sedangkan masa Sriwijaya mampu berkuasa di lautan karena maritimnya yang kuat.
Faktor yang mendorong rasa nasionalisme bangsa Asia bukanlah akibat penjajahan yang
dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa terhadap bangsa Asia, Afrika, melainkan rasa persatuan itu
sudah dimiliki sejak zaman dahulu kala terutama sesama ras, ataupun kerjasama perdagangan
yang telah saling melengkapi antara suku produsen benda yang berlainan (sehingga terjadi
pertukaran tanpa adanya keserakahan seperti yang dilakukan bangsa barat). Mereka saling
menghormati dan menjaga. Namun kedatangan bangsa barat yang menjajah mengakibatkan
mereka hidup miskin dan menderita sehingga mereka ingin menentang imperialisme barat.
Paham nasionalis yang berkembang dalam bidang politik, sosial ekonomi, dan
kebudayaan
1. Dalam bidang politik, tampak dengan upaya gerakan nasionalis menyuarakan aspirasi
masyarakat pribumi yang telah hidup dalam penindasan dan penyelewengan hak asasi
manusia. Mereka ingin menghancurkan kekuasaan asing/kolonial dari Indonesia.
2. Dalam bidang ekonomi, tampak dengan adanya usaha penghapusan eksploitasi ekonomi
asing. Tujuannya untuk membentuk masyarakat yang bebas dari kesengsaraan dan
kemelaratan untuk meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia.
3. Dalam bidang budaya, tampak dengan upaya untuk melindungi, memperbaiki dan
mengembalikan budaya bangsa Indonesia yang hampir punah karena masuknya budaya
asing di Indonesia. Para nasionalis berusaha untuk memperhatikan dan menjaga serta
menumbuhkan kebudayaan asli bangsa Indonesia.
Pada tahun 1904-1905 Jepang melawan Rusia dan tentara Jepang berhasil mengalahkan Rusia.
Hal ini dikarenakan, modernisasi yang dilakukan Jepang yang telah membawa kemajuan pesat
dalam berbagai bidang bahkan dalam bidang militer. Awalnya dengan kekuatan yang dimiliki
tersebut Jepang mampu melawan Korea tetapi kemudian dia melanjutkan ke Manchuria dan
beberapa daerah di Rusia. Keberhasilan Jepang melawan Rusia inilah yang mendorong lahirnya
semangat bangsa-bangsa Asia Afrika mulai bangkit melawan bangsa asing di negerinya.
India untuk menghadapi Inggris membentuk organisasi kebangsaan dengan nama ”All India
National Congres”. Tokohnya, Mahatma Gandhi, Pandit Jawaharlal Nehru, B.G. Tilak, dsb.
Mahatma Gandhi memiliki dasar perjuangan :
Digerakkan oleh Jose Rizal dengan tujuan untuk mengusir penjajah bangsa Spanyol di wilayah
Filipina. Novel yang dikarangnya berupa Noli Me Tangere (Jangan Sentuh Aku). Jose ditangkap
tanggal 30 September 1896 dijatuhi hukuman mati. Akhirnya dilanjutkan Emilio Aquinaldo yang
berhasil memproklamasikan kemerdekaan Filipina tanggal 12 Juni 1898 tetapi Amerika Serikat
berhasil menguasai Filipina dari kemerdekaan baru diberikan Amerika Serikat pada 4 Juli 1946.
Gerakan Nasionalis Rakyat Cina
Gerakan ini dipimpin oleh Dr. Sun Yat Sen, yang mengadakan pembaharuan dalam segala sektor
kehidupan bangsa Cina. Dia menentang kekuasaan Dinasti Mandsyu. Dasar gerakan San Min
Chu I: 1. Republik Tiongkok adalah suatu negara nasional Cina 2. Pemerintah Cina disusun atas
dasar demokrasi (kedaulatan berada di tanggan rakyat) 3. Pemerintah Cina mengutamakan
kesejahteraan sosial bagi rakyatnya.
Apa yang dilakukan oleh Dr. Sun Yat Sen sangat besar pengaruhnya terhadap pergerakan rakyat
Indonesia. Terlebih lagi setelah terbentuknya Republik Nasionalis Cina (1911)
Pergerakan Turki Muda (1908)
Dipimpin oleh Mustafa Kemal Pasha menuntut pembaharuan dan modernisasi di segala sektor
kehidupan masyarakatnya.
Pergerakan Nasionalisme Mesir
Dipimpin oleh Arabi Pasha (1881-1882) dengan tujuan menentang kekuasaan bangsa Eropa
terutama Inggris atas negeri Mesir. Adanya pandangan modern dari Mesir yang dikemukakan
oleh Muhammad Abduh mempengaruhi berdirinya organisasi-organisasi keagamaan di Indonesia
seperti Muhammaddiyah.
Intinya dengan gerakan kebangsaan dari berbagai negara tersebut mendorong negara-negara lain
termasuk Indonesia untuk melakukan hal yang sama yaitu melawan penjajahan dan kolonialisme
di negaranya.
1. Bidang Pendidikan
Berdirinya PI berawal dari didirikannya Indosche Vereniging tahun 1908 di Belanda, organisasi
ini bersifat moderat (selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem) sebagai
perkumpulan sosial mahasiswa Indonesia di Belanda untuk memperbincangkan masalah dan
persoalan tanah air. Pada awalnya Perhimpunan Indonesia merupakan organisasi sosial.
Memasuki tahun 1913, dengan dibuangnya tokoh Indische Partij ke Belanda maka dibuatlah
pokok pemikiran pergerakan yaitu Hindia untuk Hindia yang menjadi nafas baru. Perkumpulan
mahasiswa Indonesia. Iwa Kusumasumantri sebagai ketua menyatakan tiga azaz pokok Indische
Vereeniging yaitu:
Pengaruh perkembangan dan keadaan masa munculnya rasa kebangsaan terhadap kehidupan
masa kemerdekaan hingga sekarang di bidang pendidikan antara lain sebagai berikut :
Banyaknya penduduk pribumi yang bersekolah telah menghasilkan kaum cerdik pandai
dikalangan penduduk pribumi. Kaum cerdik pandai inilah yang mempelopori kesadaran
kebangsaan, yaitu suatu kesadaran tentang perlunya persatuan dan kesatuan bangsa. Peristiwa
timbulnya kesadaran berbangsa disebut Kebangkitan Nasional Indonesia. Kaum cerdik pandai ini
pula yang mempelopori dan memimpin pergerakan nasional pada awal abad ke-20.
2. Bidang Ekonomi
Ada upaya untuk penghapusan eksploitasi ekonomi asing. Tujuannya untuk membentuk
masyarakat yang bebas dari kesengsaraan dan kemalaratan serta meningkatkan taraf hidup
bangsa Indonesia.
Organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) pada awalnya merupakan perkumpulan pedagang-
pedagang Islam. Organisasi ini dirintis oleh Haji Samanhudi di Surakarta pada tahun 1905,
dengan tujuan awal untuk menghimpun para pedagang pribumi Muslim (khususnya pedagang
batik) agar dapat bersaing dengan pedagang-pedagang besar Tionghoa. Pada saat itu, pedagang-
pedagang keturunan Tionghoa tersebut telah lebih maju usahanya dan memiliki hak dan status
yang lebih tinggi dari pada penduduk Hindia Belanda lainnya.
Memajukan pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya derajat rakyat.
Sarekat Dagang Islam tidak membatasi keanggotaannya hanya untuk masyarakat Jawa dan
Madura saja. Tujuan SI adalah membangun persaudaraan, persahabatan dan tolong-menolong di
antara muslim dan mengembangkan perekonomian rakyat.
Pengaruh perkembangan dan keadaan masa munculnya rasa kebangsaan terhadap kehidupan
masa kemerdekaan hingga sekarang di bidang ekonomi :
Tujuan Sarekat Dagang Islam adalah membangun persaudaraan, persahabatan dan tolong-
menolong di antara muslim dan mengembangkan perekonomian rakyat. Keanggotaan SI terbuka
untuk semua lapisan masyarakat muslim.
Sarekat Dagang Islam menghimpun para pedagang pribumi Muslim agar dapat bersaing dengan
pedagang-pedagang besar Tionghoa. Pada saat itu, pedagang-pedagang keturunan Tionghoa
tersebut telah lebih maju usahanya dan memiliki hak dan status yang lebih tinggi dari pada
penduduk Hindia Belanda lainnya.
3. Bidang Politik
Pada tanggal 4 Juli 1927 para pengurus Algemeene Studie Club (Kelompok Belajar Umum) di
Bandung mendirikan perkumpulan baru yang dinamakan Perserikatan Nasional Indonesia.
Mereka adalah Ir. Soekarno, Mr. Sartono, dr. Samsi, Mr. Iskaq Cokrohadisuryo, Mr. Budiarto,
Mr. Ali Sastroamijoyo, Mr. Sunario, dan Ir. Anwari. Perkumpulan ini kemudian berganti nama
menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI).
Tujuan PNI adalah Indonesia merdeka dengan strategi perjuangannya nonkooperasi. Untuk
mencapai tujuan tersebut maka PNI berasaskan pada self help, yakni prinsip menolong diri
sendiri, artinya memperbaiki keadaan politik, ekonomi, dan sosial budaya yang telah rusak oleh
penjajah dengan kekuatan sendiri; nonkooperatif, yakni tidak mengadakan kerja sama dengan
pemerintah Belanda; Marhaenisme, yakni mengentaskan massa dari kemiskinan dan
kesengsaraan.
Pengaruh perkembangan dan keadaan masa munculnya rasa kebangsaan terhadap kehidupan
masa kemerdekaan hingga sekarang di bidang politik antara lain :
Partai Nasional Indonesia melakukan usaha politik, yakni memperkuat rasa kebangsaan
(nasionalisme) dan kesadaran atas persatuan bangsa Indonesia, memajukan pengetahuan sejarah
kebangsaan, mempererat kerja sama dengan bangsa-bangsa Asia, dan menumpas segala
rintangan bagi kemerdekaan diri dan kehidupan politik.
Pada 17-18 Desember 1927 diadakan rapat yang dihadiri oleh PNI, Partai Sarekat Islam, Budi
Utomo, Pasundan, Soematranenbond, Kaum Betawi, dan Indonesische Studieclub dan
Algeemene Studiclub sepakat mendirikan suatu federasi yaitu Permufakatan Perhimpunan-
Perhimpunan politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).
Melakukan pembentukan identitas nasional, seperti penggunaan nama Indonesia untuk menyebut
negara kita. Hal ini diawali oleh J.R Logan pada tahun 1850 dan istilah Indonesia semakin
populer sejak Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Ada upaya untuk melindungi, memperbaiki,
dan mengembalikan budaya bangsa Indonesia yang hampir punah karena masuknya budaya
asing sejalan dengan masuknya penjajah di Indonesia.
Tiga Serangkai
Pengaruh perkembangan dan keadaan masa munculnya rasa kebangsaan terhadap kehidupan
masa kemerdekaan hingga sekarang di bidang sosial dan budaya antara lain :
Organisasi-organisasi politik yang lahir setelah Sumpah Pemuda, semuanya memakai kata
“Indonesia” dalam namanya, seperti Partai Indonesia (Partindo) tahun 1931, Persatuan Bangsa
Indonesia (PBI) tahun 1931, Partai Indonesia Raya (Parindra) tahun 1935 dan lain-lain. Bahwa
partai Sarekat Islam, pada tahun 1929 berubah nama menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia
(PSII). Dengan demikian partai ini lebih menujukkan corak kebangsaannya.
Gerakan ke arah persatuan semakin giat diusahakan setelah Kongres Pemuda II. Proses
penyatuan berbagai sifat kedaerahan menjadi sifat nasional. Sejak Kongres Pemuda kedua,
organisasi-organisasi pemuda kedaerahan mulai memproses untuk “bersatu menjadi satu wadah”,
dan baru berhasil secara tuntas, yaitu pada tanggal 31 Desember 1930 dengan nama organisasi
Indonesia Muda.