Anda di halaman 1dari 5

Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya nasionalisme

A. Faktor dari dalam (internal)

1. Kenangan kejayaan masa lampau


Bangsa-bangsa Asia dan Afrika sudah pernah mengalami masa
kejayaan sebelum masuk dan berkembangnya imperialisme dan
kolonialisme barat. Bangsa India,Indonesia, Mesir,
dan Persia pernah mengalami masa kejayaan sebagai bangsa
yang merdeka dan berdaulat. Kejayaan masa lampau mendorong
semangat untuk melepaskan diri dari penjajahan. Bagi Indonesia
kenangan kejayaan masa lampau tampak dengan adanya
kenangan akan kejayaan pada masa
kerajaan Majapahit danSriwijaya. Dimana pada masa Majapahit,
mereka mampu menguasai daerah seluruhNusantara, sedangkan
masa Sriwijaya mampu berkuasa di lautan karena maritimnya
yang kuat.
2. Perasaan senasib dan sepenanggungan akibat
penderitaan dan kesengsaraan masa penjajahan
Penjajahan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa terhadap
bangsa Asia, Afrika mengakibatkan mereka hidup miskin dan
menderita sehingga mereka ingin menentang imperialisme barat.

3. Munculnya golongan cendekiawan


Perkembangan pendidikan menyebabkan munculnya
golongan cendekiawan baik hasil dari pendidikan barat maupun pendidikan
Indonesia sendiri. Mereka menjadi penggerak dan pemimpin munculnya
organisasi pergerakan nasional Indonesia yang selanjutnya berjuang untuk
melawan penjajahan.

Faktor dari luar (eksternal)

1. Kemenangan Jepang atas Rusia (1905)

Pada tahun 1904-1905 Jepang melawan Rusia dan tentara Jepang berhasil
mengalahkan Rusia. Hal ini dikarenakan, modernisasi yang dilakukan Jepang
yang telah membawa kemajuan pesat dalam berbagai bidang bahkan dalam
bidang militer. Awalnya dengan kekuatan yang dimiliki tersebut Jepang
mampu melawan Koreatetapi kemudian dia melanjutkan ke Manchuria dan
beberapa daerah di Rusia. Keberhasilan Jepang melawan Rusia inilah yang
mendorong lahirnya semangat bangsa-bangsa Asia Afrika mulai bangkit
melawan bangsa asing di negerinya.

2. Perkembangan Nasionalisme di Berbagai Negara seperti di


India, Filipina, Turki, Mesir, dan lain-lain.

Tumbuhnya Nasionalisme di Indonesia

Karena adanya faktor pendukung diatas maka di Indonesiapun mulai muncul


semangat nasionalisme. Semangat nasionalisme ini digunakan sebagai
ideologi/paham bagi organisasi pergerakan nasional yang ada. Ideologi
Nasional di Indonesia diperkenalkan oleh Partai Nasional Indonesia (PNI)
yang diketuai oleh Ir. Soekarno. PNI bertujuan untuk memperjuangkan
kehidupan bangsa Indonesia yang bebas dari penjajahan. Sedangkan cita-
citanya adalah mencapai Indonesia merdeka dan berdaulat, serta mengusir
penjajahan pemerintahan Belanda di Indonesia. Dengan Nasionalisme
dijadikan sebagai ideologi maka akan menunjukkan bahwa suatu bangsa
memiliki kesamaan budaya, bahasa, wilayah serta tujuan dan cita-cita.
Sehingga akan merasakan adanya sebuah kesetiaan yang mendalam terhadap
kelompok bangsa tersebut.

Nasionalisme di Indonesia mengalami kemajuan dan


perkembangan yang sangat pesat ketika secara resmi Budi
Utomo diakui oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1908. Secara
singkat perkembangan nasionalisme Indonesia menjadi lebih
ramai sejak berdiri Budi Utomo hingga Proklamasi Kemerdekaan.
Sejak budi utomo berdiri organisasi-organisasi yang
mengusahakan perbaikan dan kondisi rakyat Indonesia.

Tahapan perkembangan nasionalisme Indonesia adalah


sebagai berikut:

1. Periode Awal Perkembangan


Dalam periode ini gerakan nasionalisme diwarnai dengan
perjuangan untuk memperbaiki situasi sosial dan budaya.
Organisasi yang muncul pada periode ini adalah Budi Utomo,
Sarekat Dagang Indonesia, Sarekat Islam, dan Muhammadiyah.

2. Periode Nasionalisme Politik


Periode ini, gerakan nasionalisme di Indonesia mulai bergerak
dalam bidang politik untuk mencapai kemerdekaan Indonesia.
Organisasi yang muncul pada periode ini adalah Indische Partij
dan Gerakan Pemuda.

3. Periode Radikal
Dalam periode ini, gerakan nasionalisme di Indonesia ditujukan
untuk mencapai kemerdekaan baik itu secara kooperatif maupun
non kooperatif (tidak mau bekerjasama dengan penjajah).
Organisasi yang bergerak secara non kooperatif, seperti
Perhimpunan Indonesia, PKI, PNI.

4. Periode Bertahan
Periode ini, gerakan nasionalisme di Indonesia lebih bersikap moderat dan
penuh pertimbangan. Diwarnai dengan sikap pemerintah Belanda yang sangat
reaktif sehingga organisasi-organisasi pergerakan lebih berorientasi bertahan
agar tidak dibubarkan pemerintah Belanda. Organisasi dan gerakan yang
berkembang pada periode ini adalah Parindra, GAPI, Gerindo. Dari
perkembangan nasionalisme tersebut akhirnya mampu menggalang semangat
persatuan dan cita-cita kemerdekaan sebagai bangsa Indonesia yang bersatu
dari berbagai suku di Indonesia.

Potret Nasionalisme Masa Kini

Bangkitlah Indonesia
Menurut Nina Herlina Lubis sebagaimana dimuatwww.setneg.go.id, ketika
negara yang bernama Indonesia akhirnya terwujud pada tanggal 17 Agustus
1945, dengan penghuninya yang disebut bangsa Indonesia, persoalan ternyata
belum selesai. Bangsa Indonesia masih harus berjuang dalam perang
kemerdekaan antara tahun 1945-1949, tatkala penjajah menginginkan
kembali jajahannya. Nasionalisme kita saat itu betul-betul diuji di tengah
gejolak politik dan politik divide et impera Belanda. Setelah pengakuan
kedaulatan tahun 1949, nasionalisme bangsa masih terus diuji dengan
munculnya gerakan separatis di berbagai wilayah tanah air hingga akhirnya
pada masa Demokrasi Terpimpin, masalah nasionalisme diambil alih oleh
negara. Nasionalisme politik pun digeser kembali ke nasionalisme politik
sekaligus kultural. Dan, berakhir pula situasi ini dengan terjadinya tragedi
nasional 30 September 1965.

Pada masa Orde Baru, wacana nasionalisme pun perlahan-lahan tergeser


dengan persoalan-persoalan modernisasi dan industrialisasi (pembangunan).
Maka "nasionalisme ekonomi" pun muncul ke permukaan. Sementara arus
globalisasi, seakan memudarkan pula batas-batas "kebangsaan", kecuali
dalam soal batas wilayah dan kedaulatan negara. Kita pun seakan menjadi
warga dunia. Di samping itu, negara mengambil alih urusan nasionalisme,
atas nama "kepentingan nasional" dan "demi stabilitas nasional" sehingga
terjadilah apa yang disebut greedy state, negara betul-betul menguasai rakyat
hingga memori kolektif masyarakat pun dicampuri negara. Maka inilah yang
disebut "nasionalisme negara" (Abdullah, 2001: 37-39).

Tahun 1998 terjadi Reformasi yang memporakporandak-an


stabilitas semu yang dibangun Orde Baru. Masa ini pun diikuti
dengan masa krisis berkepanjangan hingga berganti empat orang
presiden. Potret nasionalisme itu pun kemudian memudar.
Banyak yang beranggapan bahwa nasionalisme sekarang ini
semakin merosot, di tengah isu globalisasi, demokratisasi, dan
liberalisasi yang semakin menggila.

Kasus Ambalat, beberapa waktu lalu, secara tiba-tiba


menyeruakkan rasa nasionalisme kita, dengan menyerukan
slogan-slogan "Ganyang Malaysia!". Setahun terakhir ini, muncul
lagi "nasionalisme" itu, ketika lagu "Rasa Sayang-sayange" dan
"Reog Ponorogo" diklaim sebagai budaya negeri jiran itu.
Semangat "nasionalisme kultural dan politik" seakan muncul.
Seluruh elemen masyarakat bersatu menghadapi "ancaman" dari
luar. Namun anehnya, perasaan atau paham itu hanya muncul
sesaat ketika peristiwa itu terjadi. Dalam kenyataannya kini, rasa
"nasionalisme kultural dan politik" itu tidak ada dalam kehidupan
keseharian kita. Fenomena yang membelit kita berkisar seputar:
Rakyat susah mencari keadilan di negerinya sendiri, korupsi yang
merajalela mulai dari hulu sampai hilir di segala bidang, dan
pemberantasan-nya yang tebang pilih, pelanggaran HAM yang
tidak bisa diselesaikan, kemiskinan, ketidakmerataan ekonomi,
penyalahgunaan kekuasaan, tidak menghormati harkat dan
martabat orang lain, suap-menyuap, dan lain-lain. Realita ini
seakan menafikan cita-cita kebangsaan yang digaungkan seabad
yang lalu. Itulah potret nasionalisme bangsa kita hari ini.

Indonesia Bisa
Pada akhirnya kita harus memutuskan rasa kebangsaan kita
harus dibangkitkan kembali. Namun bukan nasionalisme dalam
bentuk awalnya seabad yang lalu. Nasionalisme yang harus
dibangkitkan kembali adalah nasionalisme yang diarahkan
untuk mengatasi semua permasalahan di atas, bagaimana
bisa bersikap jujur, adil, disiplin, berani melawan
kesewenang-wenangan, tidak korup, toleran, dan lain-
lain. Bila tidak bisa, artinya kita tidak bisa lagi mempertahankan
eksistensi bangsa dan negara dari kehancuran total.

Anda mungkin juga menyukai