Anda di halaman 1dari 11

FAKTOR TUMBUHNYA NASIONALISME DI INDONESIA

Munculnya rasa kebangsaan Indonesia berasal dari keinginan kuat rakyat Indonesia untuk
merdeka dan berdaulat. Sejak abad 19 dan 20, mulai muncul benih-benih rasa kebangsaan atau
nasionalisme bagi bangsa-bangsa di Asia dan Afrika, khususnya Indonesia. Banyak faktor yang
memicu munculnya rasa kebangsaan di Indonesia. Salah satunya kenangan kejayaan masa lalu.
Kenangan kejayaan masa lalu, khususnya pada kejayaan Kerajaan Majapahit dan Sriwijaya serta
kebesaran kerajaan-kerajaan Islam. Pada masa Majapajit, mereka mampu menguasai seluruh
Nusantara. Adapun masa Sriwijaya mampu berkuasa di lautan karena maritimnya kuat.

Nasionalisme berasal dari kata nation (Inggris) yang berarti bangsa. Nasionalisme Indonesia
adalah suatu gerakan kebangsaan yang timbul pada bangsa Indonesia untuk menjadi sebuah
bangsa yang merdeka dan berdaulat. Munculnya semangat kebangsaan yang ada pada
masyarakat Indonesia dipengaruhi oleh faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar
(ekstern). Berikut penjelasan mengenai faktor Intern dan Ekstern munculnya pergerakan
nasional di Indonesia baik faktor eksternal maupun faktor internal.

A. Faktor Internal
Faktor internal atau faktor yang berasal dari Bangsa Indonesia yang mempengaruhi timbulnya
nasionalisme Indonesia antara lain:
Perlakuan membeda-bedakan dari penjajah Barat (Belanda) menimbulkan kesengsaraan
dan penderitaan terhadap rakyat Indonesia yang akhirnya menimbulkan perasaan senasib.
Sistem Penjajahan Belanda yang menguras sumber daya alam dan manusia Indonesia serta
sewenang-wenang terhadap warga pribumi. Contohnya tanam paksa, monopoli, diskriminasi
dan sebagainya.
Adanya kenangan kejayaan masa lalu. Khususnya pada kejayaan Kerajaan Majapahit dan
Sriwijaya serta kebesaran kerajaan-kerajaan Islam. Pada masa Majapajit, mereka mampu
menguasai seluruh Nusantara. Adapun masa Sriwijaya mampu berkuasa di lautan karena
maritimnya kuat. Kejayaan masa lampau mendorong semangat untuk melepaskan diri dari
penjajahan.
Timbulnya kaum terpelajar akibat adanya politik Ethis Van Derenter. Mereka
memperoleh pendidikan Barat dan Islam dari luar negeri. Golongan terpelajar itu menyadari
akan nasib bangsanya sehingga terbentuk kepribadian, pola pikir dan etos juang yang tinggi
untuk membebaskan diri dari penjajahan. Mereka menjadi penggerak dan pemimpin
munculnya organisasi pergerakan nasional Indonesia yang selanjutnya berjuang untuk
melawan penjajahan.
Lahirnya kelompok terpelajar islam telah menyadarkan bangsa Indonesia terjajah yang
sebagian besar penduduknya beragama Islam. Mereka menjadi agen perubahan cara pandang
masyarakat, bahwa nasib bangsa Indonesia tidak dapat diperbaiki melalui belas kasih penjajah
seperti melalui politik etis. Nasib bangsa Indonesia harus ubah oleh bangsa Indonesia sendiri
melalui peningkatan taraf hidup baik dibidang ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya.
Muncul dan berkembangnya semangat persamaan derajat pada masyarakat Indonesia
dan berkembang menjadi gerakan politik yang sifatnya nasional. Kesadaran Bangsa Indonesia
akan harga dirinya sebagai suatu bangsa yang ingin hidup bebas, merdeka seperti bangsa-
bangsa yang lain. Hal tersebut menambah semangat juang untuk memperoleh kemerdekaan
dan menimbulkan adanya semangat persamaan derajat.
B. Faktor Eksternal
Faktor eksternal (dari luar) yang menyebabkan tumbuhnya nasionalisme Bangsa Indonesia
antara lain sebagai berikut :

Munculnya fase kesadaran pentingnya semangat nasional dan perasaan senasib, serta
keinginan untuk mendirikan negara berdaulat lepas dari cengkeraman imperialisme di seluruh
negara-negara jajahan di Asia, Afrika, dan Amerika latin pada akhir abad ke-19 dan awal abad
ke-20.
Peristiwa Perang Dunia I menyadarkan para terpelajar mengenai penentuan nasib
sendiri. Perang tersebut merupakan perang memperebutkan daerah jajahan. Tokoh-tokoh
pergerakan nasional di Asia, Afrika dan Amerika Latin telah menyadari bahwa kini saatnya
telah tiba bagi mereka untuk melakukan perlawanan terhadap panjajah yang sudah lelah
berperang.
Munculnya dorongan untuk melawan imperialisme barat karena adanya konflik ideologi
antara kapitalisme / imperialisme dengan sosialisme / komunisme. Hal ini dipengaruhi oleh
lahirnya golongan terpelajar yang memperoleh pengalaman pergaulan internasional serta
mendapatkan pemahaman tentang ide-ide baru dalam kehidupan bernegara yang lahir di
Eropa, seperti demokrasi, liberalisme, dan komunisme melalui pendidikan formal dari negara-
negara barat.
Lahirnya nasionalisme di Asia dan Afrika memberi inspirasi kaum terpelajar di Indonesia
bahwa imperialisme harus dilawan melalui organisasi modern.
Kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1904-1965, telah menyadarkan bangsa Asia
khususnya Indonesia akan kekuatan dan kemampuannya sebagai bangsa Asia yang telah
mampu mengalahkan bangsa Eropa yang selalu menganggap bangsa yang super.
Dengan faktor-faktor tersebut diatas, maka timbullah kesadaran Nasionalisme sebagai bangsa
Indonesia sehingga mempunyai tekad dan kesadaran untuk memperoleh kembali kemerdekaan
Indonesia setelah beberapa ratus tahun dijajah bangsa Eropa

TUMBUH DAN BERKEMBANGNYA NASIONALISME DI INDONESIA


Nasionalisme adalah sebuah tuntutan politik. Setiap bangsa berhak menuntut kedaulatan atas
negeri tempatnya tinggal selama berabad-abad berdasarkan alas an-alasan budaya, ekonomi
dan kemasyarakatan.
Sebagai dasar dan tujuan berdirinya negara republik Indonesia, asas nasionalisme tercantum
dalam Pancasila sebagai sila ketiga, yaitu Persatuan. Sebagai dasar ideologi Negara Pancasila
sepatutnya menjadi acuan kerangka kita dalam membangun kehidupan berbangsa. Sebbab
selain dipandang sebagai dasar ideologi Negara, Pancasila telh ditetapkan sebagai sumber
hukum oleh MPR dan juga senantiasa dipandang sebagai paradigma budaya dalam
melaksanakan semboyan Negara "Bhinneka Tunggal Ika".
Pada mulanya kelima sila atau asas yang tercantum di dalamnya itu merupakan usulan Bung
Karno pada Sidang Badan Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPKI) pada bulan Juni 1945. Lima
asas itu ialah nasionalisme, internasionalisme atau kemanusiaan, demokrasi, keadilan sosial,
dan last but not least terakhir tetapi bukan tidak penting ialah kepercayaan kepada Tuhan
yang Maha Esa. Dari segi politik Pancasila sering dipandang sebagai bentuk rekonsiliasi dan
sintesa dari tiga arus politik utama di Indonesia, yaitu nasionalisme, Islam dan sosialisme
(Ruslan Abdulgani 1976).
Kita bisa memberi tafsir anekaragam terhadap pernyataan ini, sesuai dari sudut pandang mana
kita melihatnya. Ruslan Abdulgani sendiri menafsirkan sedemikian rupa dengan menekankan
pada rekonsiliasi'. Alasannya, konsep nasionalisme Indonesia harus sesuai dengan pandangan
hidup bangsa Indonesia yang lebih menekankan keselarasan dan keserasian dibanding dialektika
dan konflik. Walaupun semangat persatuan telah bertunas sebelum datangnya kolonialisme,
akan tetapi konsep nasionalisme yang dikenal pada abad ke-20 di negeri kita berakar dalam
konsep nasionalisme Eropa.

Lahinya Nasionalisme
Sebagai ideologi modern, nasionalisme muncul sekitar tahun 1779 dan mulai dominant di Eropa
pada tahun 1830. Revolusi Perancis pada akhir abad ke-18 sangat besar pengaruhnya
berkembangnya gagasan nasionalisme tersebut. Semenjak itu beberapa kerajaan feudal
mengalami proses integrasi menjadi negara kebangsaan' atau nation state yang wilayahnya
menjadi lebih luas dan hidup dalam system pemerintahan yang sama. Sejak itu di negara-negara
Eropa dan Amerika bermunculan pula gerakan-gerakan kebangsaan, dan segera menjalar ke
Asia. Hal ini disebabkan ampuhnya nasionalisme sebagai ideology yang dapat mempersatukan
banyak orang di negeri-negeri jajahan dalam menentang kolonialisme.
Hans Kohn, seorang ahli ethnografi atau anthropologi budaya abad ke-19 dari Jerman
mengatakan bahwa apa yang disebut bangsa ialah himpunan komunitas yang memiliki
persamaan bahasa, ras, agama dan peradaban. Mereka hidup dalam sebuah wilayah dan
mempunyai yang sama. Suatu bangsa tumbuh dan berkembang, menurut Hans Kohn, karena
adanya unsur-unsur dan akar-akar sejarah yang membentuknya. Teori yang didasarkan pada
persamaan ras dan etnik dan unsur-unsur lain yang bersifat primordial agaknya kurang
mendapat tempat, walaupun ada beberapa yang melaksanakannya seperti Jepang dan Israel.
Teori lain dikemukakan oleh Ernest Renan, seorang filosof Perancis akhir abad ke-19. Teorinya
mendapat penerimaan luas dan didasarkan atas evolusi masyarakat Eropa dalam sejarahnya
hingga pertengahan abad ke-19, masa berkembang luasnya faham nasionalisme di Eropa.
Evolusi yang dimaksud ialah timbul tenggelamnya bangsa-bangsa di benua itu sejak zaman pra-
Sejarah hingga zaman modern. Unsur-unsur yang membentuk suatu bangsa atau negara bangsa
ialah: (1) Jiwa atau asas kerohanian yang sama, berupa pandangan hidup dan system nilai; (2)
Memiliki solidaritas besar, misalnya disebabkan persamaan nasib dalam sejarah; (3) Munculnya
suatu bangsa merupakan hasil Dario sejarah; (4) Karena merupakan hasil suatu sejarag apa yang
disebut bangsa itu sebenarnya tidaklah abadi atau kekal; (5) Wilayah dan ras bukanlah suatu
peyebab timbulnya bangsa. Wilayah hanya memberi ruang untuk menjalankan kehidupan,
sedangkan jiwa bangsa dibentuk oleh pemikiran, system kepercayaan, kebudayaan dan agama.
Karena itu ia menyebut bangsa sebagai suatu asas kerohanian yang sama'.
Renan juga mengemukakan beberapa faktor penting terbentuknya jiwa atau semangat suatu
bangsa: (1) Kejayaan dan kemuliaan di masa lampau; (2) Suatu keinginan hidup bersama baik
pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang; (3) Penderitaan bersama atau rasa
senasib sepenanggungan sehingga menimbulkan solidaritas besar untuk bangkit; (4)
Penderitaan besar yang dialami bersama dalam sejarah melahirkan pula apa yang disebut Le
capital social' (modal sosial) . Ini berguna bagi pembentukan dan pembinaan faham
kebangsaan. Tetapi apa yang terjadi di masa lalu tidaklah sepenting apa yang diharapkan di
masa depan; (5) Karena yang penting ialah apa yang dihasratkan di masa depan maka
terbentuknya suatu bangsa yang kuat memerlukan "persetujuan bersama pada waktu
sekarang", beru[a musyawarah untuk mencapai kesepakatan bersama; (6) Adanya keinginan
untuk hidup bersama; (7) Jika demikian halnya, maka harus bersedia pula untuk memberikan
pengorbanan. Kesediaan berkorban ini penting dikembangkan agar semangat kebangsaan tetap
kuat; (8) Pemilihan umum merupakan syarat mutlak yang menentukan kehidupan suatu bangsa.
Apa yang dikemukakan Renan ini terkait dengan tuntutan akan demokrasi dan keadilain.
Di antara teori-teori yang telah disebutkan itu, yang sangat berpengaruh pada pemikiran tokoh-
tokoh gerakan kebangsaan Indonesia termasuk Sukarno dan Hatta ialah teori Ernest Renan.
Nasionalisme Indonesia
Walaupun persatuan Indonesia telah bertunas lama dalam sejarah bangsa Indonesia, akan
tetapi semangat kebangsaan atau nasionalisme dalam arti yang sebenarnya seperti kita pahami
sekarang ini, secara resminya baru lahir pada permulaan abad ke-20. Ia lahir terutama sebagai
reaksi atau perlawanan terhadap kolonialisme dan karenanya merupakan kelanjutan dari
gerakan-gerakan perlawanan terhadap kolonial VOC dan Belanda, yang terutama digerakkan
oleh raja-raja dan pemimpin-pemimpin agama Islam. Hubungan erat gerakan perlawanan kaum
Muslimin dan nasionalisme ini telah diuraikan oleh banyak pakar, misalnya oleh G. H. Jansen
dalam bukunya Militant Islam (1979). Namun sebelum menguraikan hubungan ini akan kita lihat
dulu unsure-unsur kolonialisme yang menimbulkan semangat perlawanan terhadapnya.
Kolonialisme modern, sebagaimana diterapkan VOC dan Belanda di Indonesia mengandung
setidak-tidaknya tiga unsure penting:
Pertama. Politik dominasi oleh pemerintahan asing dan hegemoni pemerintahan asing tersebut
terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa Indonesia. Karena itu nasinalisme Indonesia di
bidang politik bertujuan menghilangkan dominasi politik negara asing dengan membentuk
pemerintahan berkedaulatan rakyat yang dipimpin badan permusyawaratan dan permufakatan
dalam perwakilan.
Kedua. Eksploitasi ekonomi. Setiap pemerintahan kolonial berusaha mengeksplotasi sumber
alam negeri yang dijajahnya untuk kemakmuran dirinya, bukan untuk kemakmuran negeri
jajahan. Rakyat juga diperas dan dipaksa bekerja untuk kepentingan ekonomi kolonial, misalnya
seperti terlihat system tanam paksa (culturstelsel) yang diterapkan pemerintah Hindia Belanda
di Jawa pada awal abad ke-19 dan menimbulkan perlawanan seperti Perang Diponegoro. Larena
itu nasionalisme Indonesia hadir untuk menghentikan eksploitasi ekonomi asing dengan
berdikari.
Ketiga. Penetrasi budaya. Kolonialisme juga secara sistematis menghapuskan jatidiri suatu
bangsa dengan menghancurkan kebudayaan dan budaya bangsa yang dijajahnya, termasuk
agama yang dianutnya. Caranya dengan melakukan penetrasi budaya, terutama melalui system
pendidikan. Karena itu di bidang kebudayaan nasionalisme Indonesia bertujuan menghidupkan
kembali kepribadian bangsa yang harus diselaraskan dengan perubahan zaman. Ia tidak
menolak pengaruh kebudayaan luar, tetapi menyesuaikannya dengan pandangan hidup, sistem
nilai dan gambaran dunia (worldview, Weltanschauung) bangsa Indonesia.
Ketiga aspek tersebut tidak dapat dipisahkan dalam dari semangat yang mendadasi Pancasila.
Dan dapat dirujuk kepada pidato Bung Karno (7 Mei 1953) di Universitas Indonesia, yang intinya
ialah: Pertama, nasionalisme Indonesia bukan nasionalisme sempit (chauvinism) tetapi
nasionalisme yang mencerminkan perikemanusiaan (humanisme, internasionalisme); Kedua,
kemerdekaan Indonesia tidak hanya bertujuan untuk menjadikan negara yang berdaulat secara
politik dan ekonomi, tetapi juga mengembangkan kepribadian sendiri atau kebudayaan yang
berpijak pada sistem nilai dan pandangan hidup bangsa Indonesia sendiri yang bhinneka
tunggal.
Harus ditambahkan di sini bahwa disebabkan oleh sejarahnya itu maka komponen yang
membentuk gerakan kebangsaan di Indonesia juga berbeda dengan komponen nasionalisme
Eropa dan Amerika. Komponen yang membentuk masyarakat Indonesia ialah Islam,
kemajemukan etnik dan budaya bangsa Indonesia dan faham-faham atau ideologi Barat yang
mempengaruhi perkembangnya pada abad ke-20 seperti humanisme, sosialisme, dan
marhaenisme.
Ahli sejarah terkemuka Sartono Kartodirdjo mengemukakan bahwa yang disebut "nation" dalam
konteks nasionalisme Indonesia ialah suatu konsep yang dialamatkan pada suatu suatu
komunitas sebagai kesatuan kehidupan bersama, yang mencakup berbagai unsur yang berbeda
dalam aspek etnis, kelas atau golongan sosial, sistem kepercayaan, kebudayaan, bahasa dan
lain-lain sebagainya. Kesemuanya terintegrasikan dalam perkembangan sejarah sebagao
kesatuan sistem politik berdasarkan solidaritas yang ditopang oleh kemauan politik bersama"
(dalam "Nasionalisme, Lampau dan Kini" Seminar Tentang Nasionalisme 1983 di Yogyakarta).
Pengertian yang diberikan Sartono Kartodirdjo didasarkan pada perkembangan sejarah bangsa
Indonesia dan realitas sosial budayanya, serta berdasarkan berbagai pernyataan politik
pemimpin Indonesia sebelum kemerdekaan, seperti manifesto Perhimpunan Indonesia dan
Sumpah Pemuda 1928. Unsur-unsur nasionalisme Indonesia mencakup hal-hal seperti berikut:

1. Kesatuan (unity) yang mentransformasikan hal-hal yang bhinneka menjadi seragam


sebagai konsekwensi dari proses integrasi. Tetapi persatuan dan kesatuan tidak boleh
disamakan dengan penyeragaman dan keseragaman.
2. Kebebasan (liberty) yang merupakan keniscayaan bagi negeri-negeriyang terjajah agar
bebas dari dominasi asing secara politik dan eksploitasi ekonomi serta terbebas pula dari
kebijakan yang menyebabkan hancurnya kebudayaan yang berkepribadian.
3. Kesamaan (equality) yang merupakan bagian implisit dari masyarakat demokratis dan
merupakan sesuatu yang berlawanan dengan politik kolonial yang diskriminatif dan otoriter.
4. Kepribadian (identity) yang lenyap disebabkan ditiadakan dimarginalkan secara sistematis
oleh pemerintah kolonial Belanda.
5. Pencapaian-pencapaian dalam sejarah yang memberikan inspirasi dan kebanggaan bagi
suatu bangsa sehingga bangkit semangatnya untuk berjuang menegakkan kembali harga diri
dan martabatnya di tengah bangsa.
Konsepnya itu didasarkan atas pengamatannya terhadap sejarah Indonsia khususnya sejak
masa penjajahan. Ia jelas sekali menerima beberapa pandangan yang dikemukakan oleh Ernest
Renan.
Notonagoro, seorang ahli falsafah dan hukum terkmuka dari Universitas Gajah Mada,
mengemukakan bahwa nasionalisme dalam konteks Pancasila bersifat "majemuk tunggal"
(bhinneka tunggal ika). Unsur-unsur yang membentuk nasionalisme Indonesia adalah sebagai
berikut:
1. Kesatuan Sejarah, yaitu kesatuan yang dibentuk dalam perjalanan sejarahnya yang panjang
sejak zaman Sriwijaya, Majapahit dan munculnya kerajaan-kerajaan Islam hingga akhirnya
muncul penjajahan VOC dan Belanda. Secara terbuka nasionalisme mula pertama dicetuskan
dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1945 dan mencapai puncaknya pada Proklamasi
Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.
2. Kesatuan Nasib. Bangsa Indonesia terbentuk karena memiliki persamaan nasib, yaitu
penderitaan selama masa penjajahan dan perjuangan merebut kemerdekaan secara terpisah
dan bersama-sama, sehingga berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa dapat memproklmasikan
kemerdekaan menjelang berakhirnya masa pendudukan tentara Jepang.

3. Kesatuan Kebudayaan. Walaupun bangsa Indonesia memiliki keragaman kebudayaan dan


menganut agama yang berbeda, namun keseluruhannya itu merupakan satu kebudayaan yang
serumpun dan mempunyai kaitan dengan agama-agama besar yang dianut bangsa Indonesia,
khususnya Hindu dan Islam.
4. Kesatuan Wilayah. Bangsa ini hidup dan mencari penghidupan di wilayah yang sama yaitu
tumpah darah Indonesia.
5. Kesatuan Asas Kerohanian. Bangsa ini memiliki kesamaan cia-cita, pandangan hidup dan
falsafah kenegaraan yang berakar dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri di masa
lalu maupun pada masa kini.
Dalam kaitannya dengan bentuk pemerintahan atau negara, Soepomo dan Mohamad Yamin
mengemukakan agar bangsa Indonesia menganut paham integralistik, dalam arti bahwa negara
yang didiami bangsa Indonesia merupakan suatu kesatuan integral dari unsur-unsur yang
menyusunnya. Paham integralistik mengandaikan bahwa negara harus mengatasi semua
golongan. Notonagoro di lain hal mengusulkan agar NKRI menjadi negara yang berasaskan
kekeluargaan, tetapi diartikan keliru oleh Suharto dan rezimnya selama lebih 30 tahun. Sampai
sekarang tampaknya kita masih gamang akan memilih paham yang mana untuk menentukan
masa depan negara kita. Kita juga belum tahu bagaimana menempat kebudayaan penduduk
Nusantara yang bineka itu, yang multi-etnik, multi-budaya dan multi-agama, dalam rangka
negara persatuan.(IRIB Indonesia)

PERTUMBUHAN NASIONALISME INDONESIA


Unsur nasionalisme yang di tunjukkan dalam diri bangsa Indonesia sudah ada sejak lama. Hal ini
dapat dilihat adanya rasa kecintaan terhadap tanah kelahiran, perlawanan rakyat bersama
rajanya untuk menghadapi kelicikan dan kekejaman penjajah,khususnya Belanda. Pada masa
Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit sudah muncul dan berkembang kecintaan terhadap tanah
kelahirannya. Kedua kerajaan besar itu menyatukan wilayah-wilayah kecil disekitarnya.
Perlawanan fisik terhadap penjajah belanda adalah wujud nasionalisme bangsa untuk
mempertahankan wilayahnya Pada awalnya perlawanan itu masih bersifat kedaerahan dan
terpisah-pisah, karena belum ada koordinasi antara perlawanan satu dengan yang lainnya. Hal
ini disebabkan karena nasionalisme perlawanan tersebut sudah dipatahkan oleh Belanda.
Disamping itu karena minimnya teknologi dan persenjataan yang dimiliki bangsa Indonesia.
Penjajah memiliki studi sosial yang lebih maju, mampu memetakan kondisi masyarakat
nusantara. Dengan pemetaan tersebut digunakan untuk politik pecah belah yaitu mengadu
domba antar kelompok masyarakat nusantara satu dengan yang lainnya.
Dari pengalaman itu, para pemimpin merubah strategi perlawanan yaitu dengan perjuangan
melalui jalur pendidikan, menumbuhkan persatuan dan kesatuan, penyadaran perlawanan yang
terorganisir. Dengan kesadaran akan pentingnya pendidikan, dapat diketahui pada awal tahun
1990-an melahirkan pemuda yang cukup memadai untuk mewujudkan nasionalisme yaitu
membentuk organisasi-organisasi sebagai wadah perlawanan terhadap penjajah. Organisasi
modern pertama kali muncul adalah Budhi Utomo (1908). Kemudian disusul dengan berdirinya
Serikat Dagang Islam(SDI) pada tahun 1909 yang berubah nama menjadi Serikat Islam (SI) pada
tahun 1911. Bahkan pada tahun 1913 lahir Indiche Partij yang menginginkan perjuangan
kemerdekaan dilakukan secara radikal. Pada tahun 1927 didirikan PNI yang mempunyai tujuan
perjuangan Indonesia untuk mewujudkan kesejahteraan nasional. Selain organisasi-organisasi
politik, muncullah organisasi sosial kemasyarakatan lainnya seperti Muhammadiyah. Didirikan
pada tahun 1912 oleh KH. Akhmad Dahlan.
Wujud nasionalisme Indonesia adanya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, yang
berisikan Satu Bahasa, Satu Bangsa, Satu Tanah Air Indonesia. Didalam konggres itu melahirkan
sumpah pemuda dengan mengumandangkan Lagu Indonesia Raya untuk pertamakalinya. Hal
tersebut menunjukkan nasionalisme satu tanah air, bangsa dan satu bahasa untuk bersama-
sama membentuk Negara dan tanah air Indonesia.
Dengan semangat nasionalisme yang berkobar disusul dengan datangnya penjajah Jepang yang
berhasil mengalahkan Belanda. Ketika Jepang memberi janji kemerdekaan pada bangsa
Indonesia maka dibentuklah BPUPKI yang kemudian berhasil merumuskan rancangan dasar
negara dan undang-undang dasar negara. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945 merupakan puncak perjuangan nasional Indonesia untuk mendirikan negara
merdeka. Kemudian dilanjutkan berdirinya PPKI dengan menetapkan UUD 1945 sebagai
peraturan dasar penyelenggaraan Indonesia merdeka, yang didalamnya juga terdapat Dasar
Negara Pancasila pada tanggal 18 Agustus 1945. Dalam sidang itu itu juga telah di tetapkan
presiden dan wakil presiden Indonesia merdeka. Nasionalisme Indonesi menampakkan wujud
formalnya yaitu dengan berdiri dan terpenuhinya persyaratan sebagai negara merdeka dan
berdaulat.

PERANAN DAN PENTINGNYA NASIONALISME


Nasionalisme adalah hasil presepsi identitas seseorang terhadap suatu kolektivitas politik yang
terorganisasi secara teritorial. Sebagai hasil dari presepsi tersebut nasionalisme digambarkan
sebagai cinta tanah air, sebagai rasa kebangsaan. Menurut Frankel, nasionalisme adalah
keadaan pikiran, sedangkan menurut Stuert Mill nasionalisme merupakan perasaan simpati
yang sama diantara anggota suatu bangsa. Sentimen nasional tumbuh dari adanya kebutuhan
yang bersifat psikologis akan keanggotaannya dalam suatu masyarakat tertentu. Nasionalisme
berhubungan erat dengan bangsa dan negara. Bangsa merupakan konsep yang mengartikan
identitas etnik dan kultur yang sama yang dimiliki oleh orang-orang tertentu. Sedangkan, negara
merupakan unit politik yang didefinisikan menurut teritorial, populasi dan otonomi pemerintah
(Colombus & Wolfe,1995).
Nasionalisme dapat menjadi pemersatu bangsa dan juga pemecah suatu bangsa. Nasionalisme
dapat menyatukan bangsa apabila seluruh warga negara mencintai bangsanya. Namun dapat
menjadi pemecah bangsa apabila ada pihak yang lebih mementingkan etnis atau kelompoknya
dibandingkan negara tersebut. Contohnya apabila etnis Jawa lebih mementingkan etnisnya
dibandingkan bangsa Indonesia itu sendiri. Nasionalisme juga berperan sebagai ideologi dan
identitas. Ideologi berarti sebagai pedoman bagi warga negara agar memiliki nasionalisme. Jika
seorang warga negara tidak memiliki sikap nasioalisme maka sama saja ia tidak memiliki
identitas dan tidak akan diakui oleh dunia internasional.
Nasionalisme berperan dalam suatu negara karena nasionalisme memperkenalkan identitas
negara serta sebagai tali pengikat antara jati diri bangsa dengan warga negaranya. Dalam
memenuhi kepentingannya, negara membutuhkan nasionalisme sebagai landasan. Selain
berperan dalam mempertahankan jati diri bangsa, nasionalisme turut memiliki peranan besar
dalam globalisasi. Globalisasi dapat menyatukan sebuah bangsa dengan nasionalismenya untuk
memperkenalkan jati diri dan identitas bangsa serta memajukan negaranya di kancah dunia,
itulah mengapa nasionalisme memiliki peranan penting dalam kancah internasional. Dasar
untuk berinteraksi antar negara satu dengan yang lain adalah nasionalisme. Seseorang akan
menjunjung dan bangga akan identitas negaranya, dimana seluruh sektor kehidupan baik dalam
aspek politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya.
Bangsa dan nasionalisme berfokus pada nilai-nilai kebudayaan bangsa secara menonjol dan
termasuk bahasa di dalamnya. Dalam tujuan-tujuan politik, nasionalisme dapat menjadi alasan
untuk mencapai kepentingan aktor-aktor politik. Dengan menggunakan alasan nasionalisme,
pada umumnya masyarakat awam akan tergerak untuk bersama membantu sang aktor
menggapai kepentingannya. Terlepas dari pada efek negatif karena kepentingan tersebut ialah
kepentingan pribadi aktor tersebut ataupun efek positif dari kepentingan tersebut.
Nasionalisme dapat menjadi ekspansionis dan mendorong perluasan wilayah negara yang ada.
Secara harfiah, nasionalisme memiliki arti sebagai suatu perasaan mencintai bangsa dan negara
dari seluruh aspek yang ada. Perasaan cinta negara bukanlah masalah pribadi, melainkan untuk
diserahkan kepada pilihan individu: jika individu tidak aktif mencintai negara tempat ia berada
dan tinggal, maka ia harus meninggalkannya atas kemauan sendiri atau dibuang dari negara ia
berasal.
Nasionalisme bersangkutan dengan politik dan merupakan sikap yangdidukung oleh tubuh
doktrin-doktrin dalam suatu negara. Suatu klaim moral yangabstrak menyatakan bahwa setiap
anggota bangsa memiliki kewajiban yang kuat untuk mempromosikan budaya, bekerja untuk
pemeliharaan, dan menghadiri kemurniannya, menjadi bahasa emosional untuk melakukan
suatu tindakan dengan segera. Nasionalisme lebih dari sekedar pola perilaku individu dan
kolektif, namun meliputi, mengatakan, memperjuangkan kemerdekaan, dan tindakan sosial dan
budaya lainnya seperti kecenderungan untuk berbaur dengan kerabat sendiriataupun etnis
seseorang.
Terdapat dua aspek yang mempengaruhi nasionalisme yaitu civic (sivis) dan ethnic (etnis). Sivis
adalah suatu keadaan dimana suatu bangsa bersifat homogeny dan heterogen, memiliki rasa
kebangsaan yang diaktualisasikan atau yang baru tumbuh. Sivis cenderung mengedepankan
kepentingan negara dibandingkan dengan kepentingan golongan-golongan. Menjadi pemersatu
bangsa dan menimbulkan rasa nasionalisme yang tinggi merupakan cirri khas dari sivis. Lain
halnya dengan etnis. Etnis adalah suatu keadaan dimana suatu bangsa terdiri dari etnis-etnis
yang berbeda dengan kepentingan yang beragam pula. Rasa kecintaan terhadap bangsa dan
negara cenderung minimalis dan tidakdiimplementasikan secara utuh. Etnis cenderung memiliki
rasa primordialisme dan hanya memikirkan kepentingan kelompok masing-masing. Etnis akan
menimbulkan keretakan dan perpecahan bagi suatu negara jika tidak ada integrasi antar
kelompok yang dibina secara utuh. Jadi nasionalisme merupakan identitas bagi setiap individu
agar dapatdiakui baik dalam negara tersebut ataupun dalam kancah hubungan internasional

Makna Semangat kebangsaan


Nasionalisme adalah perasaan satu keturunan, senasib, sejiwa dengan bangsa dan tanah airnya.
Nasionalisme yang dapat menimbulkan perasaan cinta kepada tanah air disebut patriotisme.

Nasionalisme dibedakan menajdi dua yaitu :

A. Nasionalisme dalam arti luas yaitu perasaan cinti / bangga terhadap tanah air dan
bangsanya dengan tidak memandang bangsa lain lebih rendah derajatnya.

B . Nasionalisme dalam arti sempit yaitu perasaan cinta/bangga terhadap tanah air dan
bangsanya secara berlebihan dengan memandang bangsa lain lebih rendah derajatnya.

Nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang berdasarkan Pancasila yang selalu


menempatkan kepentingan bangsa dan negar di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Nasionalisme Indonesia adalah perasaan bangga/cinta terhadap bangsa dan tanah airnya
dengan tidak memandang bangsa lain lebih rendah derajatnya. Dalam membina nasionalisme
harus dihindarkan paham kesukuan chauvinisme, ekstrimisme, kedaulatan yang sempit.
Pembinaan nasionalisme juga perlu diperhatikan paham kebangsaan yan gmengandung
penegrtian persatuan dan kesatuan Indonesia, artinya persatuan bangsa yang mendiami wilayah
Indonesia.

Perwujudan Nasionalisme dalam Kehidupan


Perwujudan nasionalisme bagi bangsa Indonesia dapat dilihat dari perjalanan sejarah bangsa
Indonesia antara lain :

A. Sebelum Masa Kebangkitan Nasional


Perjuangan bangsa Indonesia untuk membela tanah air atau jiwa patriotisme sebelum
kebangkitan nasional, masih bersifat kedaerahan, tergantung pada pemimpin, belum
terorganisir dan tujuan perjuangan belum jelas.

B . Masa Kebangkitan Nasional


Perjuangan bangsa Indoensia tidak lagi bersifat kedaerahan, tapi bersifat nasional. Perjuangan
dilakukan dengan cara organisasi modern, dimana sejak berdirinya Budi Utomo merupakan titik
awal kesadaran nasionalisme. Masa ini disebut angkata nperintis, sebab disamping merintis
kesadaran nasional juga merintis berdirinya organisasi.

C. Masa sumpah pemuda


Sumpah pemuda merupakan tonggak sejarah bagi perjuangan bangsa Indonesia. Yang jelas dan
tegas dalam menuntut kemerdekaan bagi bngsa Indonesia. Sumpah pemuda mengandung nilai
yang sangat tinggi yaitu nilai persatuan dan kesatuan yan gmerupakan modal perjuangan untuk
mencapai kemerdekaan. Masa ini d sebut angkatan penegas, sebab angkatan inilah yang
menegaskan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa dalam berjuang mencapai
kemerdekaan.

D . Masa proklamsi kemerdekaan


Proklamasi kemerdekaan merupakan titik kulminasi (puncak) perjuangan bangsa Indoensia, juga
merupakan wujud perjuangan yan gberdasarkan persatuan Indonesia. Oleh karena itu,
semangat kebangsaan, semangat persatuan dan kesatuan bangsa yang mengantarkan Indoensis
mencapai tonggak sejarah yang paling fundamental harus kita jaga dan kita pertahankan.
Proklamasi kemerdekaan merupakan jembatan emas yan gakan mengantarkan bangsa
Indoensia menuju cita-cita nasional yaitu masyarakat yang merdeka, berdaulat, adil dan
makmur.

Perwujudan Nasionalisme dalam kehidupan


Sikap patriotisme dan nasionalisme dapat diwujudkan dalam berbagai lingkungan kehidupan :

A. Lingkungan keluarga
Jiwa dan semangat patriotisme dapat ditanamkan dan dimulai di lingkungan keluarga, misalnya
kita harus selalu berbuat bai kdi lingkungan kita untuk menjaga nama baik keluarga,
meelstarikan ketenttraman keluarga, emmbantu meringankan beban keluarga.

B . Lingkungan sekolah
Berbagai macam tingkah laku atau kegiatan yang mengacu pada nilai kesopanan dan kebaikan,
baik terhadap guru, karyawan maupun teman, mengikuti upacar dengan tertib.
Menajdi anggota OSIS, menjaga nama baik sekolah, menjadi team olah raga, menghidnari
tawuran pelajar, menjaga kebersihan dan ketertiban sekolah dan lain sebagainya.
C. Lingkungan masyarakat
Sikap patriotisme di masyarakat dapat ditumbuhkan dan dilaksanakan melalui menjaga
keamanan lingkungan, menaikkan bendera di depan rumah pada hari besar nasional,
membersihkan lignkungan, aktif dalam kegiatan desa dan ikut membela negara bila diperlukan.

Nasionalisme Indonesia
A. Prinsip-prinsip Nasionalisme Indonesia

Dapat disimpulkan bahwa nasionalisme indoesia yang berdasarkan


pancasila adalah bersifat majemuk tunggal.
Unsure-unsur nasionalisme (bangsa) Indonesia, sbg:
1. Kesatuaan sejarah ;
2. Kesamaan nasib ;
3. Kesatuaan kebudayaan ;
4. Kesatuan wilayah ;
5. Kesatuan asas kerohanian.

B. Nilai-nilai yang terkandung dalam nasionalisme

1. Menempatkan kepentingan bangsa dan Negara diatas kepentingan pribadi dan golongan;
2. Sanggup/rela berkorban untuk bangsa dan Negara;
3. Mencintai tanah air dan bangsa;
4. Bangga berbangsa dan bernegara Indonesia;
5. Menjunjung tinggi persatuaan dan kesatuan berdasarkan prinsip Bhineka Tunggal Ika;
6. Memajukan pergaulan untuk meningkatkan persatuan bangsa dan Negara.

Anda mungkin juga menyukai