Anda di halaman 1dari 5

Paham Nasionalisme

Nasionalisme merupakan suatu paham kebangsaan yang dikembangkan dalam


rangka mempersatukan semua elemen yang ada pada suatu bangsa. Hal ini didasarkan
pada rasa cinta terhadap tanah air, bangsa dan negara serta ideologi dan politik.
Nasionalisme juga diartikan sebagai suatu sikap politik dan sosial dari kelompok
masyarakat yang mempunyai kesamaan budaya, bahasa, wilayah serta kesamaan cita-
cita dan tujuan. (Taufik Adna Amal, Islam dan Tantangan Modernitas, (Bandung: Mizan, 1992), 1.
Paham nasionalisme pada awalnya lahir di Barat (Eropa) sekitar abad ke-15 M,
lalu berkembang dan menjalar ke belahan dunia lain, terutama di Timur (Asia dan
Afrika) pada sekitar abad ke-20 M, dapat mempengaruhi wajah dunia dari sisi politik
kekuasaan. Nasionalisme dalam konsepsi sosial-kultural, kelahirannya tidak muncul
begitu saja tanpa proses evolusi makna melalui media bahasa. Secara etimologis kata
nasionalisme berasal dari kata nasionalism dan nation dalam bahasa Inggris. Kata nation
berasal dari kata Latin nation yang berakar pada kata nascor yang bermakna “saya lahir”
atau dari kata natus-sum, yang berarti saya dilahirkan. Selama kekaisaran romawi, kata
natio secara peyoratif dipakai untuk mengolok-olok orang asing.
Beberapa ratus tahun kemudian tepatnya abad pertengahan, kata nation
digunakan untuk nama kelompok belajar asing di Universitas-universitas. Konsep
nation mempunyai makna baru yang lebih positif dan menjadi umum dipakai setelah
abad 18 di Perancis.Jika pada masa pertengahan (abad ke-5 sampai 15), kebebasan
individu dan kebebasan berpikir banyak didominasi oleh kekuasaan dan otoritas agama,
maka sesudah renaisans timbulah cita-cita kemerdekaan, lepas dari segala bentuk
dominasi, dan pula dari dominasi dogma agama.Dari sinilah spirit makna kata nation
menjadi seperti sekarang yang merujuk pada bangsa atau kelompok manusia yang
menjadi penduduk resmi suatu negara. (Aman, “Kesadaran Sejarah dan Nasionalisme:
Pengalaman Indonesia”. Jurnal Informasi tahun 2009. Vol 2, hlm. 17)
Nasionalisme sebagai ide, baru muncul baru tahun 1776 hingga 1830 khususnya
dibenua Eropa dan Amerika ketika terjadi proses integrasi dari kerajaan-kerajaan sampai
terbentuknya negara nasional. Dalam proses transisi itu lahir apa yang disebut
masyarakat kelas menengah. Perkembangan nasionalisme di Barat berjalan melalui tiga
fase.
Pertama, bermula saat hancurnya kerajaan yang dimulai pada zaman akhir abad
pertengahan dan mulai berdirinya negara-negara nasional dengan ciri pokok dalam fase
ini adalah identifikasi bangsa dalam perorangan yang berkuasa.
Fase kedua dari perkembangan nasionalisme di Barat bermula sejak kekacauan
perang Napoleon dan berakhir dalam tahun 1914.Menurut pendapat Carr peletak dasar
dari nasionalisme modern yang dalam sejarah mulai dijumpai modelnya pada abad ke-
19. Penetapan JeanJacques Rousseau ini kemudian berkembangan menjadi suatu prinsip
fundamental bagi revolusi Perancis.Di dalam fase ini ciri pokok bukan lagi tercermin
pada prilaku seorang raja melainkan identitasnya tercermin pada perilaku dari golongan
masyarakat tertentu yang sedang berperan besar saat itu, sehingga Nasionalisme pada
fase ini sering disebut sebagai “the middle class Nationalism”.4
Fase ketiga, perkembangan nasionalisme di barat merupakan ungkapan dari
tuntutan masa untuk ikut berperan sedemikian rupa sehinggga nasionalisme taraf ketiga
ini dapat disebut sebagai sosialisasi dari pada bangsa.Ungkapan kepentingan dan
perasaan masa ini tercermin disetiap kebijaksanaan politik dan ekonomi bangsa yang
bersangkutan dengan dorongan masa sehingga mensyaratkan adanya loyalitas dari masa
tersebut. Corak dalam fase ini melebih-lebihkan bangsa sendiri, melampaui batas
sehingga mudah menjelma menjadi suatu nasionalisme sempit dan congkak yang
berkeinginan untuk mengadakan adu kekuatan dengan bangsa lain.5
Paham nasionalisme yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat
suatu bangsa, kemudian mengental ke dalam kehidupan politik kenegaraan yang
berwujud nation state (negara bangsa) dan bertujuan untuk mempersatukan suatu
bangsa.Namun secara umum, sebenarnya jauh sebelum paham nationalism tersebut
masuk dan mempengaruhi masyarakat suatu bangsa, pada bangsa-bangsa tersebut telah
ada nilai-nilai universal yang berlaku dan dianut oleh masyarakat yang kemudian
menjadi unsur pemersatu di antara mereka nilai itu adalah agama dan keyakinan.Nilai-
nilai agama telah mempengaruhi dan membentuk umat pemeluknya merasa senasib
sepenanggungan dan memiliki kedekatan emosional dalam persaudaraan dengan
mengabaikan perbedaan suku dan keturunan.6
Nasionalisme Secara umum dapat dikatakan sebagai sebuah situasi kejiwaan di
mana kesetiaan seseorang secara total diabdikan langsung kpd negara bangsa atas nama
sebuah bangsa. Munculnya nasionalisme terbukti sangat efektif sebagai alat perjuangan
bersama merebut kemerdekaan dari cengkraman kolonial.
Nation State / negara bangsa merupakan sebuah bangsa yg memiliki bangunan
politik (political building) seperti ketentuan perbatasan teritorial, pemerintahan yg sah,
pengakuan luar negeri dst…
Secara garis besar terdapat 3 pemikiran mengenai watak Nasionalisme Indonesia
yg terjaadi pada masa sebelum kemerdekaan yaitu:
1) paham ke-Islaman
2) marxisme, dan
3) Nasionalisme Indonesia.
Ernest Gellner dalam bukunya On Nationalism mengatakan bahwa “nationalism
is primarily a political principle, which holds that the political and the national unit
should be congruent” (Nasionalisme pada dasarnya merupakan suatu prinsip politik
yang menyatakan bahwa politik dan unit nasional harus selaras). Dimensi politik
menjadi unsur hakiki pada saat nasionalisme itu dibicarakan karena dalam ini berbagai
bidang kehidupan bangsa berjalan seiring serasi. Benedict Anderson dalam karya
Imagined Community mendefinisikan bangsa sebagai it is an imagined political
community –and imagined as both inherently limited an sovereign (Dia adalah suatu
komunitas politis dan dibayangkan sebagai sesuatu yang bersifat terbatas secara kodrati
sekaligus berkedaulatan). Imagined disini does not necessarily invented (temuan) but
rather that people define themselves as members of a nation, walaupun ada perbedaan
antara Anderson dan Gellner, tetapi keduanya menekankan dimensi yang sama bahwa
nasionalisme adalah pencarian konstruksi ideologis untuk mempertegas garis antara
identitas kultural dan negara dan menciptakan sebuah komunitas bersama yang
mengikat semua secara baru1. Pengertian lain mengatakan bahwa Nasionalisme adalah
manifestasi kesadaran bernegara atau semangat bernegara.2
Menurut Soekarno, pemilihan paham kebangsaan sebagai landasan berdirinya
negara Indonesia bukanlah suatu fenomena abad 20, tapi dia merupakan sebuah
konsekwensi obyektif dari suatu keadaan. Selama ratusan tahun Indonesia mengalami
penderitaan yang sama (dibawah penderitaan yang diciptakan penjajah), maka mau
tidak mau kita harus bersatu, karena susunan ekonomi, pertahanan dan lain-lain
mengharuskan kita untuk bersatu. Kebutuhan untuk bersatu supaya Indonesia juga
menjadi negara yang kuat dan negara merupakan alat perjuangan untuk merealisasikan
masyarakat yang adil dan makmur.3
Seperti diketahui bahwa sebelum datangnya bangsa Belanda di Indonesia sudah
terdapat berbagai kerajaan yang dipimpin oleh bangsa Indonesia sendiri, seperti
kerajaan Majapahit, Sriwijaya, mataram dll. meskipun nama Indonesia belum dikenal.
Semangat nasionalisme sebagai manifestasi kesadaran bernegara pada waktu itu tidak
sama dengan nasionalisme yang tumbuh dalam diri pejuang kemerdekaan selama zaman
penjajahan.4 Nasionalisme pada zaman penjajahan pada hakikatnya baru mencapai taraf
ingin mempunyai negara. Nasionalismenya meliputi perjuangan melepaskan kesatuan
bangsa yang diikat oleh kesatuan wilayah yang luasnya sama dengan Indonesia, dari
penjajah Belanda. Perjuangannya dihadapkan pada penjajahan dengan tujuan mencapai
Indonesia merdeka. Jadi nasionalisme pada watu penjajahan memiliki watak khsus
yakni anti penjajahan.5
Pada masa penjajahan sejarah sudah mencatat nama-nama besar yang
mengobarkan semangat nasionalisme ini, diantaranya R.A. kartini melalui tulisan-
tulisannya yang berjudul habis gelap terbitlah terang yang ditulisnya tahun 1899-1904,
1
Andreas Doweng Bolo, “Nilai Filosofis Sila III: Persatuan Indonesia”, dalam Pancasila Kekuatan
Pembebas, UNPAR dan Kanisius, 2012, Hlm.163
2
Slamet Muljana, “Kesadaran nasional: dari kolonialisme sampai kemerdekaan”, Volume 1, LkiS,
Yogyakarta, 2008, hlm.3. sebuah catatan perlu dibuat disini. Menurut Sudjiwo Tedjo, orang Indonesia
harus berhenti menyebut bahwa bangsa Indonesia pernah dijajah oleh Belanda selama 350 tahun dan
dijajah Jepang selama 3.5 tahun. Sebaiknya semua buku sejarah harus menulis sebaliknya dengan
mengatakan bahwa selama itu bangsa Indonesia berjuang mengusir penjajah dari bumi Indonesia. Jadi
dengan demikian bangsa Indonesia bukanlah bangsa yang terjajah, melainkan bangsa perjuang.
Pernyataan itu ada benarnya, karena secara psikologis statemen sebagai bangsa pejuang akan memberikan
sugesti yang positif terhadap bangsa ini, dan sebagai bangsa terjajah justru sebaliknya.
3
Soekarno, Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno, Media Pressindo Yogyakarta, 2016, hlm.186.
4
Slamet Muljana, loc.cit.
5
Ibid, hlm. 3-4
yang berisi tentang kehidupan keluarga, adat istiadat, keterbelakangan wanita, cita-cita
terhadap kebahagiaan bangsanya, dll. Pada tahun 1912 didirikan sekolah Kartini di
Semarang atas dorongan Van Deventer. Selain di Semarang didirikan pula di Malang,
Jakarta, Madiun, Bogor dengan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar dan di
Cirebon, Rembang, Pekalongan, Indramayu, Surabaya dengan bahasa Jawa dan lain-
lain. Konservatisme dan ikatan adat dapat ditembus dan wanita Indonesia sudah dapat
kebebasan yang dikejarnya terus melalui organisasi wanita. Pada tahun 1915
Dewi Sartika (1884-1947) mendirikan perkumpulan pengasah budi di Bandung dan
di Semarang didirikan Budi Wanito yang memperjuangkan kemajuan dan
emansipasi wanita. Kemudia setelah itu berdiri perkumpulan yang bernama Buidi
Utomo pada tahun 1912 yang diketuai oleh Soetomo. Adapun tujuan gerakan ini
diataranya adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan.6
Nasionalisme Indonesia yang dalam perkembangannya mencapai titik
puncak setelah Perang Dunia II yaitu dengan diproklamasikannya kemerdekaan
Indonesia berarti bahwa pembentukan nasion Indonesia berlangsung melalui proses
sejarah yang panjang. Timbulnya nasionalisme Indonesia khususnya nasionalisme
Asia umumnya berbeda dengan timbulnya nasionalisme di Eropa. Jelas bahwa
nasionalisme Indonesia mempunyai kaitan erat dengan kolonialisme Belanda yang
sudah beberapa abad lamanya berkuasa di Indonesia. Usaha untuk menolak
kolonialisme inilah yang merupakan manifestasi dari penderitaan dan tekanan-tekanan
yang disebut Nasionalisme. Di Eropa sendiri nasionalisme terjadi pada masa transisi
dari masyarakat feodal ke masyarakat industri.
Ada tiga macam teori tentang pembentukan Nation.
1. Teori kebudayaan (culture) yang menyebut suatu bangsa itu adalah sekelompok
manusia dengan persamaan kebudayaan.
2. Teori negara (staat) yang menentukan terbentuknya suatu negara lebih dahulu
adalah penduduk yang ada di dalamnya disebut bangsa, dan
3. Teori kemauan (wils), yang mengatakan bahwa syarat mutlak yaitu adanya
kemauan bersama dari sekelompok manusia untuk hidup bersama dalam ikatan
suatu bangsa, tanpa memandang perbedaan kebudayaan, suku dan agama.7
Suatu hal yang menakjubkan pada persiapan kemerdekaan Indonesia adalah
bahwa kesadaran para pemimpin pada waktu itu tidak dipecah oleh adanya kepentingan
kelompok dan golongan, mereka memiliki satu visi yang sama yaitu bersama-sama

6
Ayi Budi Santosa, Encep Supriatna, Buku Ajar Sejarah Pergerakan Nasional, UPI Bandung, 2008, hlm.
14-16
7
Ibid, hlm. 2-3.
memerdekakan Negara Kesatuan Republik Indonesia, semua unsur yang akan membuat
pola kesadaran mereka terbelah kemudian dapat diatasi melalui suatu dialog yang
sebetulnya tajam. Akan tetapi karena semangat menjadi Indonesia merka sangat kuat,
maka perbedaan pendapat pada waktu itu dapat diatasi.
Lima (5) Prinsip Nasionalisme
Semangat nasionalisme dalam negara kebangsaan dijiwai oleh lima prinsip
nasionalisme, yakni:
1) Kesatuan (unity), dalam wilayah teritorial, bangsa, bahasa, ideologi, dan doktrin
kenegaraan, sistem politik atau pemerintahan, sistem perekonomian, sistem
pertahanan keamanan, dan policy kebudayan;
2) Kebebasan (liberty, freedom, independence), dalam beragama, berbicara dan
berpendapat lisan dan tertulis, berkelompok dan berorganisasi;
3) Kesamaan (equality), dalam kedudukan hukum, hak dan kewajiban;
4) Kepribadian (personality) dan identitas (identity), yaitu memiliki harga diri (self
estreem), rasa bangga (pride) dan rasa sayang (depotion) terhadap kepribadian
dan identitas bangsanya yang tumbuh dari dan sesuai dengan sejarah dan
kebudayaannya;
5) Prestasi (achievement), yaitu cita-cita untuk mewujudkan kesejahteraan
(welfare) serta kebesaran dan kemanusiaan (the greatnees adn the glorification)
dari bangsanya
Konstruksi kesatuan bangsa yang dibangun berdasarkan konsep bhinneka
tunggal ika (pluralisme) menurut pola dan kriteria-kriterianya merupakan produk
sejarah
Proklamasi dalam konteks nasionalisme didasarkan pada kesadaran ”bahwa
sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa...” dan secara berkeadaban
dan konstitusional, ”maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu Undang-Undang Dasar...” (Pembukaan UUD 1945). Unit kesatuan teritorian
dan unit kesatuan bangsa yang kita nyatakan sebagai negara kebangsaan yang telah
merdeka (independent) mencakup wilayah seluruh daerah Hindia Belanda.
Kebanggaan sebagai bangsa dinyatakan dalam lagu kebangsaan ”Indonesia Raya”,
dan kesatuan kita sebagai bangsa dikat dengan kuat oleh bahasa negara ”bahasa
Indonesia” dan bendera negara ”Sang Merah Putih”.

Anda mungkin juga menyukai