Anda di halaman 1dari 12

Nasionalisme

Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan


kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris nation) dengan mewujudkan
satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.
Para nasionalis menganggap negara adalah berdasarkan beberapa "kebenaran
politik" (political legitimacy). Bersumber dari teori romantisme yaitu "identitas
budaya", debat liberalisme yang menganggap kebenaran politik adalah
bersumber dari kehendak rakyat, atau gabungan kedua teori itu.
Ikatan nasionalisme tumbuh di tengah masyarakat saat pola pikirnya mulai
merosot. Ikatan ini terjadi saat manusia mulai hidup bersama dalam suatu
wilayah tertentu dan tak beranjak dari situ. Saat itu, naluri mempertahankan diri
sangat berperan dan mendorong mereka untuk mempertahankan negerinya,
tempatnya hidup dan menggantungkan diri. Dari sinilah cikal bakal tubuhnya
ikatan ini, yang notabene lemah dan bermutu rendah. Ikatan ini pun tampak
pula dalam dunia hewan saat ada ancaman pihak asing yang hendak menyerang
atau menaklukkan suatu negeri. Namun, bila suasananya aman dari serangan
musuh dan musuh itu terusir dari negeri itu, sirnalah kekuatan ini.
Dalam zaman modern ini, nasionalisme merujuk kepada amalan politik dan
ketentaraan yang berlandaskan nasionalisme secara etnik serta keagamaan,
seperti yang dinyatakan di bawah. Para ilmuwan politik biasanya menumpukan
penyelidikan mereka kepada nasionalisme yang ekstrem seperti naziisme,
pengasingan dan sebagainya.
Beberapa bentuk dari nasionalisme
Nasionalisme dapat menonjolkan dirinya sebagai sebagian paham negara atau
gerakan (bukan negara) yang populer berdasarkan pendapat warganegara, etnis,
budaya, keagamaan dan ideologi. Kategori tersebut lazimnya berkaitan dan
kebanyakan teori nasionalisme mencampuradukkan sebahagian atau semua
elemen tersebut.
Nasionalisme kewarganegaraan (atau nasionalisme sipil) adalah sejenis
nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari penyertaan aktif
rakyatnya, "kehendak rakyat"; "perwakilan politik". Teori ini mula-mula
dibangun oleh Jean-Jacques Rousseau dan menjadi bahan-bahan tulisan. Antara
tulisan yang terkenal adalah buku berjudul Du Contract Sociale (atau dalam
Bahasa Indonesia "Mengenai Kontrak Sosial").

Nasionalisme

Nasionalisme etnis adalah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh


kebenaran politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat. Dibangun oleh
Johann Gottfried von Herder, yang memperkenalkan konsep Volk (bahasa Jerman
untuk "rakyat").
Nasionalisme romantik (juga disebut nasionalisme organik, nasionalisme identitas)
adalah lanjutan dari nasionalisme etnis dimana negara memperoleh kebenaran
politik secara semulajadi ("organik") hasil dari bangsa atau ras; menurut semangat
romantisme. Nasionalisme romantik adalah bergantung kepada perwujudan
budaya etnis yang menepati idealisme romantik; kisah tradisi yang telah direka
untuk konsep nasionalisme romantik. Misalnya "Grimm Bersaudara" yang
dinukilkan oleh Herder merupakan koleksi kisah-kisah yang berkaitan dengan
etnis Jerman.
Nasionalisme Budaya adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh
kebenaran politik dari budaya bersama dan bukannya "sifat keturunan" seperti
warna kulit, ras dan sebagainya. Contoh yang terbaik ialah rakyat Tionghoa yang
menganggap negara adalah berdasarkan kepada budaya. Unsur ras telah
dibelakangkan di mana golongan Manchu serta ras-ras minoritas lain masih
dianggap sebagai rakyat negara Tiongkok. Kesediaan dinasti Qing untuk
menggunakan adat istiadat Tionghoa membuktikan keutuhan budaya Tionghoa.
Malah banyak rakyat Taiwan menganggap diri mereka nasionalis Tiongkok
sebab persamaan budaya mereka tetapi menolak RRC karena pemerintahan RRT
berpaham komunisme.
Nasionalisme kenegaraan ialah variasi nasionalisme kewarganegaraan, selalu
digabungkan dengan nasionalisme etnis. Perasaan nasionalistik adalah kuat
sehingga diberi lebih keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan.
Kejayaan suatu negeri itu selalu kontras dan berkonflik dengan prinsip
masyarakat demokrasi. Penyelenggaraan sebuah 'national state' adalah suatu
argumen yang ulung, seolah-olah membentuk kerajaan yang lebih baik dengan
tersendiri. Contoh biasa ialah Nazisme, serta nasionalisme Turki kontemporer,
dan dalam bentuk yang lebih kecil, Franquisme sayap-kanan di Spanyol, serta
sikap 'Jacobin' terhadap unitaris dan golongan pemusat negeri Perancis, seperti
juga nasionalisme masyarakat Belgia, yang secara ganas menentang demi
mewujudkan hak kesetaraan (equal rights) dan lebih otonomi untuk golongan
Fleming, dan nasionalis Basque atau Korsika. Secara sistematis, bilamana
nasionalisme kenegaraan itu kuat, akan wujud tarikan yang berkonflik kepada
kesetiaan masyarakat, dan terhadap wilayah, seperti nasionalisme Turki dan
penindasan kejamnya terhadap nasionalisme Kurdi, pembangkangan di antara
pemerintahan pusat yang kuat di Spanyol dan Perancis dengan nasionalisme
Basque, Catalan, dan Corsica.
Nasionalisme agama ialah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh
legitimasi politik dari persamaan agama. Walaupun begitu, lazimnya
nasionalisme etnis adalah dicampuradukkan dengan nasionalisme keagamaan.
Misalnya, di Irlandia semangat nasionalisme bersumber dari persamaan agama
Nasionalisme

mereka yaitu Katolik; nasionalisme di India seperti yang diamalkan oleh


pengikut partai BJP bersumber dari agama Hindu.
Namun, bagi kebanyakan kelompok nasionalis agama hanya merupakan simbol
dan bukannya motivasi utama kelompok tersebut. Misalnya pada abad ke-18,
nasionalisme Irlandia dipimpin oleh mereka yang menganut agama Protestan.
Gerakan nasionalis di Irlandia bukannya berjuang untuk memartabatkan teologi
semata-mata. Mereka berjuang untuk menegakkan paham yang bersangkut paut
dengan Irlandia sebagai sebuah negara merdeka terutamanya budaya Irlandia.
Justru itu, nasionalisme kerap dikaitkan dengan kebebasan.

Pengertian Nasionalisme

Pengertian Nasionalisme. Nasionalisme adalah suatu sikap politik dari


masyarakat suatu bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, dan wilayah
serta kesamaan cita-cita dan tujuan, dengan demikian masyarakat suatu bangsa
tersebut merasakan adanya kesetiaan yang mendalam terhadap bangsa itu
sendiri.
Demikian juga ketika kita berbicara tentang nasionalisme. Nasionalisme
merupakan jiwa bangsa Indonesia yang akan terus melekat selama bangsa
Indonesia masih ada. Nasionalisme bukanlah suatu pengertian yang sempit
bahkan mungkin masih lebih kaya lagi pada zaman ini. Ciri-ciri nasionalisme di
atas dapat ditangkap dalam beberapa definisi nasionalisme sebagai berikut :
1. Nasionalisme ialah cinta pada tanah air, ras, bahasa atau sejarah budaya
bersama.
2. Nasionalisme ialah suatu keinginan akan kemerdekaan politik, keselamatan
dan prestise bangsa.
3. Nasionalisme ialah suatu kebaktian mistis terhadap organisme sosial yang
kabur, kadang-kadang bahkan adikodrati yang disebut sebagai bangsa atau Volk
yang kesatuannya lebih unggul daripada bagian-bagiannya.
4. Nasionalisme adalah dogma yang mengajarkan bahwa individu hanya hidup
untuk bangsa dan bangsa demi bangsa itu sendiri.
Nasionalisme tersebut berkembang terus memasuki abad 20 dengan kekuatankekuatan berikut :
(1) keinginan untuk bersatu dan berhasil dalam me-nyatukan wilayah dan
rakyat;
(2) perluasan kekuasan negara kebangsaan;
(3) pertumbuhan dan peningkatan kesa-daran kebudayaan nasional dan
Nasionalisme

(4) konflik-konflik kekuasaan antara bangsa-bangsa yang terangsang oleh


perasaan nasional.
Kini nasionalisme mengacu ke kesatuan, keseragam-an, keserasian, kemandirian
dan agresivitas. (Boyd C. Shafer, 1955, hal. 168).
Sebagai gejala historis nasionalisme pun bercorak ragam pula. Di Perancis,
Inggris, Portugis dan Spanyol sebagian besar nasionalisme dibangun atas
kekuasaan monarik-monarki yang kuat, sedangkan di Eropa Tengah dan Eropa
Timur nasionalisme terutama dibentuk atas dasar-dasar nonpolitis yang
kemudian dibelokkan ke nation-state yang sifatnya politis juga. Namun banyak
sarjana berpendapat bahwa nasionalisme mendapat bentuk yang paling jelas
untuk pertama kali pada pertengahan kedua abad ke-18 dalam wujud revolusi
besar Perancis dan Amerika Utara.
Menurut Profesor W. F. Wertheim, nasionalisme dapat dipertimbangkan sebagai
suatu bagian integral dari sejarah politik, terutama apabila ditekankan pada
konteks gerakan-gerakan nasionalisme pada masa pergerakan nasional. Lagi
pula Wertheim juga menegaskan bahwa faktor-faktor seperti perubahan
ekonomi, perubahan sistem status, urbanisasi, reformasi agama Islam, dinamika
kebudayaan, yang semuanya terjadi dalam masa kolonial telah memberikan
kontribusi perubahan reaksi pasif dari pengaruh Barat kepada reaksi aktif
nasionalisme Indonesia. Faktor-faktor tersebut telah diuraikan secara panjang
lebar dalam bab-bab buku karangannya yang berjudul : Indonesian Society in
Transision: A Study of Social Change(1956).
Pertumbuhan nasionalisme Indonesia ternyata tidak sederhana seperti yang
diduga sebelumnya. Selama ini nasionalisme Indonesia menunjukkan
identitasnya pada derajat integrasi tertentu.
Nasionalisme sekarang harus dapat mengisi dan menjawab tantangan masa
transisi. Tentunya nilai-nilai baru tidak akan menggoncangkan nasionalisme itu
sendiri selama pendukungnya yaitu bangsa Indonesia tetap mempunyai sense of
belonging, artinya memiliki nilai-nilai baru yang disepakati bersama.
Nasionalisme pada hakekatnya adalah untuk kepentingan dan kesejahteraan
bersama, karena nasonalisme menentang segala bentuk penindasan terhadap
pihak lain, baik itu orang per orang, kelompok-kelompok dalam masyarakat,
maupun suatu bangsa. Nasionalisme tidak membeda-bedakan baik suku, agama,
maupun ras.
Hal hal yang mendorong munculnya faham nasionalisme , antara lain :
a. Adanya campur tangan bangsa lain misalnya penjajahan dalam wilayahnya.
b. Adanya keinginan dan tekad bersama untuk melepaskan diri dari belenggu
kekuasaan absolut, agar manusia mendapatkan hak haknya secara wajar
sebagai warga negara.
Nasionalisme

c. Adanya ikatan rasa senasib dan seperjuangan.


d. Bertempat tinggal dalam suatu wilayah.
Sejarah munculnya faham nasionalisme di dunia, juga tidak lepas dari pengaruh
perang kemerdekaan Amerika Serikat terhadap Revolusi Perancis dan
meletusnya revolusi industri di Inggris. Melalui revolusi perancis, paham
nasionlisme meyebar luas ke seluruh dunia.
Prinsip prinsip nasionalisme, menurut Hertz dalam bukunya Nationality in
History and Policy, antara lain :
a.
b.
c.
d.

Hasrat untuk mencapai kesatuan


Hasrat untuk mencapai kemerdekaan
Hasrat untuk mencapai keaslian
Hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa.

NASIONALISME
Nasionalime? Banyak orang menggunakan kata itu dalam berbagai saat, tempat
dan acara. Sering, kata nasiaonalisme dijadikan bumbu untuk menyedapkan isi
sambutan, Lip Service, atau juga dipakai sebagai pengabsahan suatu kegiatan.
Terkadang karena satu dan lain hal, nasionalisme juga dijadikan senjata ampuh
untuk menjatuhkan "lawan main". Walhasil, kata nasionalisme sering digunakan
untuk kepentingan pribadi. Tapi apa makna nasionalisme yang sesungguhnya?
Apakah nasionalisme cukup dengan hanya menyatakan bahwa diri kita berasal
dari nenek moyang sebuah bangsa yang bernama Indonesia? Tidak! Jelas tidak.
Perasaan nasionalisme seharusnya lebih jauh dan lebih dalam dari itu. Sebab
seorang nasionalis, adalah insan yang disamping sadar dimana tanah tumpah
darahnya, juga sadar bagaimana keadaan sekarang dan masa depan dari tanah
tumpah darahnya itu.
Benar, bahwa seorang anak yang dilahirkan di sebuah tempat akan memiliki
ikatan dengan tanah tumpah darahnya. Sebab, kendati sehari saja ia tinggal di
Amerika, tapi jika ia lahir -tumpah darah- di Amerika, sampai kapan pun akan
kesebut sebagai kelahiran Amerika. walaupun ia keturunan Argentina. Sebab,
tanah kelahirannya akan selalu lekat dengan nama sang anak. Tapi apakah
dengan begitu, ia bisa dipastikan punya semangat atau rasa nasionalisme? Belum
pasti.
Diatas sudah saya jelaskan bahwa memang ada kaitan psikologis antara tanah
kelahiran dengan rasa kebangsaan. Tapi Kalau cuma itu ikatannya, maka ia tidak
akan menjadi apa-apa untuk bangsanya, hanya nostalgia. walaupun mengaku
nenek moyang Indonesia, lahir di Indonesia, bekerja sebagai pegawai negeri,
Nasionalisme

berpakaian KORPRI, tapi kalau menanamkan uangnya di negara lain, apa pantas
di sebut nasionalis?
Orang macam apa dia? Pada saat orang membutuhkan dana, pada saat bangsa
ini membutuhkan dana segar untuk pembangunan, ia malah "melarikan"
uangnya ke negeri orang. Mereka-mereka itu adalah orang yan g mengeruk
keuntungan dari negara ini untuk kemudian menanamkannya sebagai modal di
negara lain. Ini orang munafik, Bejat.
Secara kasar, kalau memang layak untuk di banding-bandingkan. Saya lebih suka
melihat orang cina atau nonpri yang berusaha -mencari untung- di Indonesia,
tapi uangnya, keuntungannya ditanam lagi di Indonesia. Jadi tidak hanya
menempatkan bumi ini sebagai lahan untuk dikeruk. Tapi juga sepenuhnya
untuk dimakmurkan. Orang yang seperti itu, bagaimanapun, masih bisa
dikatakan memiliki sifat nasionalisme.
Nasionalisme yang benar adalah nasionalisme yang memiliki sense of belonging
dan sense of responsibility terhadap nasib bangsanya. hal ini, saya kira sejalan
dengan pola perjuangan kita. Pejuang kita dulu, bertempur melawan penjajah
karena didorong oleh rasa memiliki dan rasa tanggungjawab terhadap bangsa
dan negaranya, sehingga ia rela mengorbankan apapun miliknya -bahkan jiwa
raganya- untuk kepentingan bangsa.
Dan setelah merdeka, setelah perjuangan membuahkan hasil, tentu akan lahir
rasa kebanggan dalam dirinya. Ada nation pride, kenapa? Karena ia memperoleh
kemerdekaan ini lewat perjuangan, bukan lewat pemberian orang, bukan lewat
belas kasihan orang. Biasanya orang yang memiliki perasaan ini, selalu
memikirkan perjalanan dan nasib bangsanya. Sehingga ia tidak ikhlas sedikitpun
jika bangsa ini di injak-injak oleh orang lain. Sadumuk batuk sanyari bumi dibelo
mati.
Saya mengambil contoh sederhana saja. Orang yang memiliki sesuatu karena
pemberian orang, biasanya, akan bersikap enteng terhadap barang tersebut,
kecuali kalo yang diberikan itu benda istimewa. Berbedahalnya dengan orang
yang memperoleh barang tersebut lewat kerja keras. Apalagi kalau diperoleh
lewat taruhan nyawa.
Memang kesadaran terhadap makna nasionalisme mesti tuntas dan benar. Dan
pemahaman terhadap makna nasionalisme itu tidak mudah. Ia tidak bisa begitu
saja dicuplik dari pemahaman nasionalisme orang singapore atau orang
Amerika. Nasionalisme Indonesia berbeda dengan nasionalisme Amerika, atau
Singapura! Nasionalisme Indonesia berdasarkan Pancasila, jiwa gotong royong
dalam rasa kekeluargaan.
Untuk itu kepada para pemuda, saya ingatkan bahwa rasa nasionalisme adalah
sebuah rasa yang harus dan mutlak ada dalam diri kita. Sebab pembangunan
Nasionalisme

bangsa ini akan menjadi tidak jelas jika tidak disemangati oleh semangat
nasionalisme. 17 Agustus 1945 membuktikan betapa dahsyatnya gelora
kebangsaan di negara ini. Dan gelora itu harus bejalan seumur hidup bangsa ini,
seumur dunia ini.
MERDEKA!!

Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme berasal dari kata nation (Inggris) yang berarti bangsa.
Ada beberapa tokoh mengemukakan tentang pengertian Nasionalisme.
1. Menurut Ernest Renan: Nasionalisme adalah kehendak untuk bersatu dan
bernegara.
2. Menurut Otto Bauar: Nasionalisme adalah suatu persatuan perangai atau
karakter yang timbul karena perasaan senasib.
3. Menurut Hans Kohn, Nasionalisme secara fundamental timbul dari adanya
National Counciousness. Dengan perkataan lain nasionalisme adalah formalisasi
(bentuk) dan rasionalisasi dari kesadaran nasional berbangsa dan bernegara
sendiri. Dan kesadaran nasional inilah yang membentuk nation dalam arti
politik, yaitu negara nasional.
Untuk lebih jelas lagi perlu kita perhatikan beberapa definisi nasionalisme
berikut ini!
4. Menurut L. Stoddard: Nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki
oleh sebagian terbesar individu di mana mereka menyatakan rasa kebangsaan
sebagai perasaan memiliki secara bersama di dalam suatu bangsa.
5. Menurut Dr. Hertz dalam bukunya yang berjudul Nationality in History and
Politics mengemukakan empat unsur nasionalisme, yaitu:1. Hasrat untuk
mencapai kesatuan.2. Hasrat untuk mencapai kemerdekaan.3. Hasrat untuk
mencapai keaslian.4. Hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa. Dari definisi
itu nampak bahwa negara dan bangsa adalah sekelompok manusia yang:
a. memiliki cta-cita bersama yang mengikat warga negara menjadi satu kesatuan;
b. memiliki sejarah hidup bersama sehingga tercipta rasa senasib
sepenanggungan; c. memiliki adat, budaya, dan kebiasaan yang sama sebagai
akibat pengalaman hidup bersama; d. menempati suatu wilayah tertentu yang
merupakan kesatuan wilayah; dan e. teroganisir dalam suatu pemerintahan yang
berdaulat sehingga mereka terikat dalam suatu masyarakat hukum.
6. Selanjutnya menurut Louis Sneyder. Nasionalisme adalah hasil dari
perpaduan faktor-faktor politik, ekonomi, sosial, dan intelektual.
Suatu negara kebangsaan akan menjadi kuat bila timbul nafsu untuk
mengembangkan negaranya. Nafsu untuk berkuasa itu mendorong negara
tersebut memperkuat angkatan perang. Bila telah merasa diri mereka kuat, maka
berbagai alasan dicari-cari sehingga bisa timbul penjajahan yang sesungguhnya.
Nasionalisme
7

Semangat dan nafsu untuk berkuasa atas bangsa lain ini merupakan salah satu
sebab adanya kolonialisme dan imperialisme.
Makna Nasionalisme
Makna Nasionalisme secara politis merupakan manifestasi kesadaran nasional
yang mengandung cita-cita dan pendorong bagi suatu bangsa, baik untuk
merebut kemerdekaan atau mengenyahkan penjajahan maupun sebagai
pendorong untuk membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa
dan negaranya.
Kita sebagai warga negara Indonesia, sudah tentu merasa bangga dan mencintai
bangsa dan negara Indonesia. Kebanggaan dan kecintaan kita terhadap bangsa
dan negara tidak berarti kita merasa lebih hebat dan lebih unggul daripada
bangsa dan negara lain. Kita tidak boleh memiliki semangat nasionalisme yang
berlebihan (chauvinisme) tetapi kita harus mengembangkan sikap saling
menghormati, menghargai dan bekerja sama dengan bangsa-bangsa lain.
Jadi Nasionalisme dapat diartikan:
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan
bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana
mestinya. Sikap seperti ini jelas mencerai-beraikan bangsa yang satu dengan
bangsa yang lain. Keadaan seperti ini sering disebut chauvinisme. Sedang dalam
arti luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar
terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain.
Nasionalisme Pancasila
Pada prinsipnya nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham
kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan
pada nilai-nilai Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilainilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa: menempatkan
persatuan kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi atau kepentingan golongan;menunjukkan sikap rela
berkorban demi kepentingan bangsa dan negara;bangga sebagai bangsa
Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah diri;mengakui
persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia dan
sesama bangsa;menumbuhkan sikap saling mencintai sesama
manusia;mengembangkan sikap tenggang rasatidak semena-mena terhadap
orang lain;gemar melakukan kegiatan kemanusiaan;senantiasa menjunjung
tinggi nilai kemanusiaan;berani membela kebenaran dan keadilan;merasa bahwa
bangsa Indonesia merupakan bagian dari seluruh umat manusia;
danmenganggap pentingnya sikap saling menghormati dan bekerja sama
dengan bangsa lain.

Nasionalisme

Makna Kekinian Nasionalisme


Indonesia

dok / antara
Ilustrasi.
Nasionalisme Indonesia merupakan nasionalisme yang sepenuhnya
mendasarkan diri pada nilai kemanusia
Dalam persfektif sosiologis Indonesia, memisahkan esensi dan hakikat
nasionalisme (kebangsaan) Indonesia dari watak dan karakternya yang bersifat
anti-penjajahan (kolonialisme), anti-imperialisme, dan anti-kapitalisme
merupakan bentuk pengingkaran atau wujud penolakan terhadap nilai dan
hakikat kemanusiaan bangsa Indonesia itu sendiri.
Nilai dan hakikat kemanusiaan (atau perikemanusiaan) adalah akar filosofis
yang mengilhami tesis pemikiran nasionalisme Indonesia, sekaligus landasan
fundamental berdirinya bangunan kebangsaan Indonesia.
Nasionalisme Indonesia merupakan nasionalisme yang sepenuhnya
mendasarkan diri pada nilai-nilai kemanusiaan (perikemanusiaan) yang hakiki
dan bersifat asasi. Bertujuan mengangkat harkat dan martabat kemanusiaan
setiap bangsa, untuk hidup bersama secara adil dan damai tanpa diskriminasi
apa pun dalam hubungan-hubungan sosialnya.
Inilah yang membedakan pemikiran nasionalisme Indonesia bukan sebagai
bentuk duplikasi paham nasionalisme bangsa lain. Pengertian nasionalisme itu
sendiri secara harfiah memiliki pengertian sifatnya universal bagi semua bangsa.
Diktum pemikiran ini tentu bukan karena manifestasi sikap ultra-nasionalistis
atau semacam pembengkakan ego-nasionalisme yang kelewat besar belaka,
Nasionalisme

melainkan inilah kenyataan sejarah pertumbuhan dan perkembangan pemikiran


nasionalisme Indonesia dalam proses pembentukannya di masa lampau.
Persoalan menarik yang mengemuka dalam konteks ini adalah, sejauh mana
komitmen kita sebagai generasi penerus bangsa dalam memelihara dan menjaga
kemurnian esensi dan hakikat pemikiran nasionalisme Indonesia, serta dalam
memaknainya pada konteks kekinian zaman.
Esensi Nasionalisme Indonesia
Sejak lahirnya, nasionalisme Indonesia sudah menyatakan diri secara tegas
sebagai anti-penjajahan (kolonialisme), anti-imperialisme, dan anti-kapitalisme.
Penegasan ini berangkat secara mendasar dari pengalaman objektif bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang pernah terjajah dan dijajah selama lebih kurang
tiga setengah abad.
Pengalaman objektif sejarah bangsa di masa lampau merupakan pengalaman
pahit sejarah kemanusiaan, ditandai dengan berlakunya sistem kehidupan yang
bersifat anti-sosial dalam hubungan sosial masyarakat bangsa di bawah alam
penguasaan kolonialisme-imperialisme.
Sistem kehidupan yang anti-sosial tersebut bersifat menindas dan secara
sistematis memperkosa nilai kemanusiaan dan martabat bangsa dalam segenap
aspek kehidupan. Sistem ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ciri
kehidupan kapitalistik kaum penjajah, yang diterapkan terhadap kehidupan
sosial masyarakat bangsa Indonesia ketika itu.
Kehadiran kolonial di Tanah Air yang semula bermotif perdagangan, perlahan
meningkat ke arah monopoli hingga puncaknya yakni pemberlakuan
cultuurstelsel. Berbarengan dengan itu, dilakukanlah perekayasaan sosial (supra
maupun infra-struktur) masyarakat bangsa.
Penaklukan demi penaklukan, penindasan demi penindasan, berikut politik adu
domba devide et impera dilakukan secara sistematis, untuk menguasai serta
menguras sebanyak-banyaknya potensi sumber daya alam negeri ini. Inilah fakta
sejarah yang dialami bangsa kita di masa lampau.
Berangkat dari fakta sejarah tersebut, para intelektual pendahulu kita selanjutnya
menggali serta mengartikulasikannya dalam suatu rumusan sistematis saat
menyusun dan membangun gerakan perlawanan modern terhadap penguasaan
kolonial. Lahirlah pemikiran nasionalisme Indonesia sebagai wujud manifestasi
penolakan terhadap sistem kehidupan kapitalis kaum penjajah. Singkatnya,
semangat nasionalisme yang anti-kolonialisme, anti-imperialisme, dan antikapitalisme.
The founding fathers terdahulu menyadari sepenuhnya, bahwa pemikiran
nasionalisme Indonesia bukan paham yang anti-bangsa, ras, atau negara
Nasionalisme

10

tertentu. Namun, pemikiran yang secara objektif melihat sistem kehidupan yang
menindas pada zaman tersebut.
Itu sebabnya, Bung Karno sebagai salah satu aktor intelektual bangsa terdahulu,
bukan saja melihat ancaman kapitalisme semata-mata dari bangsa asing (Barat),
melainkan juga ancaman kapitalisme bangsa sendiri. Menurut Bung Karno,
kapitalisme bukanlah identifikasi suatu bangsa tertentu, melainkan suatu paham
atau sistem pergaulan hidup yang timbul dari cara produksi yang memisahkan
kaum buruh dari alat-alat produksi.

Nasionalisme di Era Globalisasi


Sebagai generasi penerus bangsa, dewasa ini kita dihadapkan pada dua sisi
tantangan; menjaga kemurnian esensi serta hakikat nasionalisme Indonesia
(yang berarti juga menjaga kemurnian nilai-nilai kemanusiaan) serta berupaya
secara aktif mengantisipasi perkembangan situasi zaman khususnya, arus
globalisasi yang sedemikian hebat pengaruh dan implikasinya.
Dari dua sisi tantangan inilah kita dapat menempatkan posisi dan peran strategis
yang bagaimana mesti kita selenggarakan/jalankan.
Menjaga kemurnian esensi nilai-nilai kebangsaan selain merupakan keharusan
komitmen sejarah, juga merupakan manifestasi perjuangan tuntutan budi-nurani
kemanusiaan kita sebagai bangsa atau tuntutan manusia Indonesia. Oleh sebab
itu, esensi dan hakikat nasionalisme Indonesia yang dahulu telah diartikulasikan
para pendahulu kita, wajib untuk kita lanjutkan serta wariskan pada generasi
berikutnya.
Perjuangan melawan kolonialisme, imperialisme, dan kapitalisme merupakan
perjuangan yang masih tetap relevan selama ketidakadilan dan penindasan nilainilai kemanusiaan masih terjadi di belahan dunia mana pun.
Perkembangan atau perubahan zaman bukan berarti berubahnya esensi dan
hakikat perjuangan kebangsaan. Perubahan yang mungkin terjadi semata-mata
hanya menyangkut bentuk atau format perjuangan. Jika di masa lampau,
perjuangan the founding father terdahulu dalam bentuk fisik (revolusi
kemerdekaan) yang dengan sendirinya mengharuskan perjuangan bersenjata,
dewasa ini perjuangan tersebut terselenggara dalam bentuk atau format nonfisik.
Mencermati esensi perkembangan zaman globalisasi dewasa ini, sudah
seharusnya kita menaruh kewaspadaan terhadap gelagat perkembangan
globalisasi tersebut. Kewaspadaan yang didasarkan sepenuhnya terhadap upaya
kita menjaga dan memelihara esensi perjuangan kebangsaan kita sendiri.

Nasionalisme

11

Hal ini menjadi cukup penting mengingat di balik perkembangan global yang
terjadi dewasa ini, sesungguhnya tidak bergeser dari watak dasar kolonialismeimperialisme-kapitalisme tua yang sifatnya mengeksploitasi, menjajah, dan
menindas. Namun, dalam metode dan modus yang dikemas baru.
Atas nama globalisasi, jaringan kapitalisme dunia dengan metode manajemen
multinational corporation disusun secara apik guna menjarah sebesar-besarnya
sumber daya alam negara-negara berkembang/terbelakang.
Melalui pendekatan pilihan penyebaran jaringan industrinya pada kawasankawasan wilayah tertentu secara parsial, dominasi keunggulan teknologi (hitech) akan tetap berada di pihak negara induk MNC tersebut. Alih teknologi
yang sesungguhnya hanya menjadi sebuah mimpi bagi dunia ketiga.
Negara dunia ketiga ditindas atau diperkosa hak-hak kemanusiannya dalam
wujud western-dream, konsumerisme, struktur uang luar negeri yang semakin
membengkak dan sebagainya. Inilah imperialisme-kapitalisme gaya baru yang
tersembunyi secara massif dalam mainstream arus globalisasi tersebut.
Mengingat bentuk penjajahan tersebut telah bermetamorfosa dari bentuknya
yang dulu, dalam konteks Indonesia khususnya, perlawanan yang harus disusun
tentulah dalam bentuk baru juga.
Misalnya di bidang ekonomi, manifestasi perjuangan kebangsaan kita sebaiknya
diarahkan secara mendasar ke arah upaya memaksimalkan basis perekonomian
rakyat yang lebih berdikari. Menguatnya basis perekonomian rakyat yang
mencerminkan kekuatan sendiri, pada akhirnya akan memperkuat struktur
perekonomian bangsa secara menyeluruh. Rakyat bukan lagi sebagai abdi
kepentingan ekonomi asing.
Memaksimalkan basis perekonomian rakyat, sebuah upaya yang harus benarbenar dilandasi political-will yang mendasar, konsisten dan bukan sekedar
politik etis, sebagaimana yang selama ini terjadi. Satu-satunya upaya kearah
itu, yang diamanatkan UUD 1945, adalah kehidupan perkoperasian sebagai
tulang punggung kehidupan ekonomi bangsa.
Nasionalisme dalam era global pada hakikatnya menuntut kita untuk menyusun
bentuk-bentuk baru modus perjuangan kebangsaan, perjuangan kemanusiaan.
Globalisasi bukanlah sebuah paradigma yang seakan-akan mengharuskan kita
meninjau kembali, atau mendefenisikan ulang pemahaman esensi serta hakikat
nasionalisme Indonesia sesuai parameter dan ukurannya. Sayangnya, banyak
kalangan yang justru berfikir demikian. Akhirnya lahirlah gagasan gila
nasionalisme-baru yang tidak lagi anti penjajahan (kolonialisme) atau antiimperialisme dan anti-kapitalisme.

Nasionalisme

12

Anda mungkin juga menyukai