Anda di halaman 1dari 3

Komplikasi AKI

Komplikasi AKI dapat dibagi menjadi komplikasi dalam jangka panjang dan
komplikasi jangka pendek. Komplikasi jangka panjang dapat terjadi anemia,
trombositopati, penurunan fungsi imun, dan gangguan ginjal kronik.
Komplikasi AKI jangka pendek dapat terjadi kelebihan voume cairan,
gangguan keseimbangan elektrolit, dan asidosis metabolik. Selain itu dapat
terjadi juga azotemia yang akan terjadinya peningkatan toksin uremik
(KIDGO, 2012). Komplikasi jangka pendek ini diharapkan dapat
teridentifikasi dan ditangani atau diselesaikan dengan segera.

Manajemen AKI

Status volume harus dipantau dengan ketat dan segera pasien dikategorikan
apakah mengalami hipovolemik, euvolemik atau hipervolemik. Pasien dengan
hipovolemik mungkin menunjukkan tanda dehidrasi dan oligouri (output urin
<30 ml/jam). Hipovolemia harus segera dikoreksi dengan pemberian bolus
cairan kristaloid. Pasien yang berisiko dehidrasi akibat puasa atau asupan yang
berkurang harus diberikan cairan intravena maintenance.Harus diperhatikan
juga klinis pasien, karena pemberian cairan yang berlebih akan menyebabkan
akumulasi cairan pada pasien dengan kondisi kritis, kegagalan memperbaiki
fungsi ginjal dan memperburuk fungsi respirasi (Bouchard J, Chertow G,
Himmelfarb J, Ikizler TA, Paganini EP, et al. 2019).

Euvolemia ditandai dengan tidak adanya tanda dehidrasi, hemodinamik pasien


stabil dan tanpa kelebihan cairan. Pada kondisi ini bila terjadi oligouria,
menandakan ATN dan tidak akan berespon terhadap pemberian cairan. Pada
fase ini pemulihan produksi urin sulit diprediksi dan asupan cairan harus
dibatasi sesuai dengan keseimbangan cairan output dan intake (Gates B.
Colbert & Harold M. Szerlip, 2018).

Pasien dengan hipervolemia ditandai dengan meningkatnya JVP, edema


perifer atau edema paru. Perhitungan asupan cairan total sejak masuk rumah
sakit dapat diperkirakan adanya kelebihan cairaran dan dengan adanya AKI,
maka edema paru mudah terjadi. Pada kondisi ini asupan cairan harus dibatasi.
Terapi loop diuretics dapat diberikan, bila pasien menunjukkan tanda edema
paru dan tekanan perfusi sudah cukup (MAP > 65 mmHg, TDS > 110 mmHg).
Bila respon jangka pendek terapi diuretik ini gagal, maka hal ini merupakan
salah satu indikasi untuk haemodialisis dan ultrafiltrasi segera (Bouchard J,
Chertow G, Himmelfarb J, Ikizler TA, Paganini EP, et al. (2019), Gates B.
Colbert & Harold M. Szerlip, 2018).

Referensi :

Kidney Disease: Improving Global Outcomes (KDIGO) Acute Kidney Injury.


(2021). KDIDGO Clinical Practice Guidline for Acute Kidney Injury. Kidney
Int Suppl.
Gates B. Colbert & Harold M. Szerlip. (2018). Euvolemia—A critical target in
the management of acute kidney injury. Seminars in Dialysis. 2019;32:30–34.
Wiley Periodicals, Inc. DOI: 10.1111/sdi.12753

Bouchard J, Chertow G, Himmelfarb J, Ikizler TA, Paganini EP, et al. (2019).


Fluid accumulation, survival and recovery of kidney function in critically ill
patients with acute kidney injury. Kidney Int.76(4):422–7.

Anda mungkin juga menyukai