Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

LANSIA DENGAN INSOMNIA


Oleh Khaula Nur Aliya, 1506690441
FIK UI Profesi 2019-2020
I. Latar Belakang
1. Definisi Kasus
Perubahan pola tidur pada lansia dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidurnya
sehingga lansia rentan terhadap penurunan kualitas hidup (Touhy & Jett, 2014).
Lansia mengalami penurunan 70%-80% efektivitas tidur pada malam hari, hal
tersebut didukung oleh penelitian Adiyati tahun 2010 bahwa 32 dari 42 lansia di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kasongan Bantul mengalami insomnia. Insomnia
merupakan gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang menghambat fungsi
(Herdman dan Kamitsuru, 2018). Menurut Tabolski (2014), insomnia adalah suatu
kondisi mengalami kesulitan memulai tidur atau terjaga saat tidur hampir setiap
malam dan berlangsung selama 3 minggu (short term) atau lebih dari 3 minggu (long
term/kronik).

2. Patofisiologi
Penyebab terjadinya insomnia antara lain perubahan secara fisiologis, alkohol,
gangguan kesehatan seperti DM dan GERD, penyakit Alzheimer dengan demensia,
obat-obatan seperti antikolinergik dan antidepresan, nyeri, dan restless leg syndrome
(Carlson, 2009). Medikasi yang dapat menyebabkan insomnia antara lain anti
histamin, pil diet, steroid, beta-blockers, beta-agonist, opioids, dan antidepresan
(Tabolski, 2014, p.202).
Patofisiologi insomnia diawali dengan terjadinya perubahan pada siklus tidur.
Normalnya, siklus tidur diawali dengan NREM tahap 1 sampai 4, setelah itu masuk ke
tahap REM. Namun, menurut Arenson, et al (2009), pada insomnia, NREM tahap 3
dan 4 atau deep sleep menurun bahkan hampir tidak ada, dan terjadi peningkatan pada
NREM tahap 1. Peningkatan NREM tahap 1 menyebabkan seseorang menjadi sulit
untuk memulai tidur. Lalu, terjadi peningkatan hormon kortisol akibat stress dan sulit
tidur. Hal tersebut menyebabkan lansia mudah terbangun saat tidur di malam hari
3. Etiologi
Terdapat beberapa etiologi dari insomnia yaitu faktor psikososial, faktor lingkungan,
dan faktor penyakit [ CITATION Mil12 \l 1057 ].
a. Psikososial
Keyakinan memiliki dampak yang kuat terhadap tidur seperti berlebihan khawatir
tentang kuantitas maupun kualitas tidur dapat mengakibatkan dampak negatif
pada tidur. Selain itu, demensia dan depresi adalah gangguan psikososial yang
dapat mempengaruhi tidur. Lansia dengan demensia dapat mengalami perubahan
tidur yaitu waktu meningkat dalam tahap tidur ringan, sangat sedikit REM,
penurunan waktu tidur total, siklus tidur-bangun terganggu, dan sering mengantuk
pada siang hari. Sementara itu, lansia dengan depresi biasanya memakan waktu
lebih lama untuk jatuh tertidur, kurang tidur, sering terbangun pada malam hari
dan awal di pagi hari, serta merasa kurang beristirahat saat bangun di pagi hari.
Selain itu, lansia yang tidak memiliki kegiatan, tidak memiliki tuntutan pekerjaan,
dan tidak memiliki tanggung jawab sosial sangat sulit untuk membangun pola
tidur yang sehat. Hal tersebut terjadi karena pada siang hari biasanya lansia akan
tidur untuk menghindari kebosanan, kurangnya motivasi, dan keinginan untuk
menarik diri dari situasi stres.
b. Lingkungan
Perubahan dalam lingkungan tidur biasanya membutuhkan periode penyesuaian
sebelum pola tidur optimal didirikan. Oleh karena itu, lansia akan mengalami
kesulitan tidur selama beberapa malam pertama di lingkungan baru. Selain itu,
kesulitan tertidur juga dapat timbul jika keadaan lingkungan tidak mengizinkan
kinerja prebedtime seperti mendengarkan musik atau membaca buku. Lingkungan
di sekitar lansia seperti kurangnya ketenangan, kurangnya privasi, tidak terbiasa
tidur didekat dengan orang lain, panas, lembab, bising, dan pencahayaan adalah
faktor yang dapat mengganggu tidur. Pengaruh kuat cahaya pada tidur dikaitkan
dengan fakta bahwa tubuh membutuhkan cahaya untuk menghasilkan melatonin,
hormon yang mengatur banyak fungsi fisiologis, termasuk tidur, suhu tubuh dan
pengaturan ritme sirkadian.
c. Penyakit
Proses patologis, sakit fisik atau ketidaknyamanan, gangguan neuromuskular, dan
efek bahan kimia serta obat-obatan adalah faktor fisiologis yang dapat
mengganggu tidur. Proses penyakit dan ketidaknyamanan fisik yang mengganggu
pola tidur seperti keganasan, sakit kronis, diabetes melitus, penyakit Parkinson,
penyakit ginjal kronis, PPOK, dan kram.

4. Tanda dan Gejala


Tanda gejala insomnia adalah mengeluh adanya restless leg, rasa lelah di siang hari,
kesulitan berkonsentrasi, tidak produktif, kesulitan memulai tidur atau tetap terjaga
saat tidur, terbangun lebih awal namun sulit untuk kembali tidur, sering terbangun di
malam hari, mudah marah, dan mendengkur keras (sleep apnea) (Carlson, 2009).
Kondisi ini terjadi pada 20%-50% dari jumlah populasi lansia dengan jumlah pada
wanita lebih banyak daripada pria. Gangguan insomnia dapat menurunkan kualitas
hidup, meningkatkan depresi, dan meningkatkan rasa cemas pada lansia (Miller,
2012).

5. Pemeriksaan
Pemeriksaan terkait masalah tidur dapat dilakukan dengan cara anamnesa serta
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan anamnesa dapat dilakukan dengan menanyakan hal-
hal yang berkaitan dengan kualitas dan kuantitas tidur serta menanyakan keluhan dan
riwayat kesehatan sebelumnya. Pemeriksaan klien mencakup pemantauan
penampakan wajah, perilaku, dan tingkat energi klien. Area kehitaman di sekitar
mata, kelopak mata yang membengkak, konjungtiva memerah, mata berkaca-kaca,
dan ekspresi wajah datar adalah tanda-tanda kurang tidur [ CITATION Koz11 \l
1057 ]. Perilaku seperti mudah marah, gelisah, tidak perhatian, berbicara lambat,
postur tidak tegap, tremor tangan, menguap, menggosok mata, menarik diri,
kebingungan, dan tidak berkordinasi juga merupakan petunjuk adanya masalah tidur.
Kurang energi dapat dilihat dengan memantau apakah klien tampak lemah, letargi,
atau letih secara fisik. Selain itu, perawat mengkaji apakah klien mengalami deviasi
septu nasal, pembesaran leher, atau mengalami kegemukan. Temuan ini dapat
dihubungkan dengan apnea tidur, obstruktif atau mendengkur [ CITATION Koz11 \l
1057 ]. Sebagai tambahan perawat dapat mengukur kualitas tidur indivindu
menggunakan instrumen Pittsburgh sleep quality index (PSQI) untuk menentukan
kualitas tidur individu.
6. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul (NANDA 2015-2017)
a. Insomnia
b. Deprivasi tidur
c. Gangguan pola tidur
7. Intervensi keperawatan (secara umum berdasarkan NIC)
Outcome Intervention
(0004) Tidur (1850) Peningkatan Tidur

Definisi Definisi
Periode alami mengistirahatkan Memfasilitasi tidur atau siklus bagun
kesadaran dalam memulihkan tubuh. yang teratur

Domain 1 Domain 1
Fungsi Kesehatan Fisiologis Dasar

Kelas A Kelas F
Pemeliharaan Energi Fasilitasi Perawatan Diri

Indikator Aktivitas
1. Jam tidur sampai dengan tidak 1. Tentukan pola tidur dan aktivitas
terganggu (5). klien.
2. Pola tidur sampai dengan tidak 2. Penjelasan pentingnya tidur yang
terganggu (5). cukup.
3. Kualitas tidur sampai dengan tidak 3. Tuliskan perkiraan tidur dalam
terganggu (5). perencanaan.
4. Efisiensi tidur sampai dengan tidak 4. Monitor pola dan jumlah tidur.
terganggu (5). 5. Catat kondisi fisik maupun
5. Tidur rutin sampai dengan tidak psikologis klien secara berkala.
terganggu (5). 6. Sesuaikan lingkungan yang nyaman.
6. Perasaan segar setelah tidur sampai 7. Dorong klien untuk menetapkan
dengan tidak terganggu (5). rutinitas tidur dan bangun.
7. Kesulitan memulai tidur sampai 8. Monitor makanan dan minuman
dengan tidak ada (5). sebelum tidur.
8. Tidur yang terputus sampai dengan 9. Anjurkan klien untuk relaksasi.
tidak ada (5). 10. Sesuaikan pemberian obat jika ada
9. Ketergantungan pada bantuan tidur untuk mendukung siklus tidur dan
sampai dengan tidak ada (5). bangun klien.
(0003) Istirahat (6040) Terapi Relaksasi

Definisi Definisi
Berkurangnya kuantitas dan pola Mendorong relaksasi untu mengurangi
aktivitas untuk memulihkan mental dan tanda dan gejala yang tidak diinginkan
fisik.
Domain 3
Domain 1 Perilaku
Fungsi Kesehatan
Kelas T
Kelas A Peningkatan Kenyamanan Psikologi
Pemeliharaan Energi
Aktivitas
Indikator 1. Jelaskan manfaat dari terapi
1. Jumlah istirahat sampai dengan tidak relaksasi.
terganggu (5). 2. Ciptakan lingkungan yang tenang.
2. Pola istirahat sampai dengan tidak 3. Berikan posisi nyaman pada klien.
terganggu (5). 4. Ajarkan klien teknik relaksasi nafas
3. Kualitas istirahat sampai dengan dalam.
tidak terganggu (5). 5. Dorong klien untuk mengulang
4. Beristirahat secara fisik sampai teknik relaksasi nafas dalam.
dengan tidak terganggu (5). 6. Gunakan teknik relaksasi sebagai
5. Beristirahat secara mental sampai strategi tambahan selain obat-
dengan tidak terganggu (5). obatan.
6. Beristirahat secara emosional sampai
dengan tidak terganggu (5).
7. Energi pulih setelah istirahat sampai
dengan tidak terganggu (5).
8. Tampak segar setelah istirahat
sampai dengan tidak terganggu (5).

Daftar Pustaka
Adiyati, S. (2010). Pengaruh aromaterapi terhadap insomnia pada lansia di PTSW Budi
Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta. Jurnal Keperawatan Indonesia, 21-28.
Bulecheck, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
interventions classification (NIC) (6th ed.). Philadephia: Elsevier.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA international nursing diagnoses:
Definitions & Classification 2018-2020 (10th ed.). Oxford: Wiley Blackwel.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. (2011). Fundamentals of nursing: Concepts,
process, and pratice (7th ed.). New Jersey: Prentice Hall.
Miller, C. A. (2012). Nursing for wellness in older adults. Phiadelphia: Lippincott Williams
& Wilkins.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing outcomes
classification (5th ed.). Philadelphia: Elsevier.

Arenson, C., Whitehead, J., Smith, K., O’Brien, J., Palmer, M., Reichel, W. (2009). Reichel’s
Care of the Elderly: Clinical Aspects of Aging 6th Edition. New York: Cambridge
University Press.
Carlson, Dorothy. (2009). Clinical coach for effective nursing care for older adults. USA: F.
A. Davis Company.
Williams & Wilkins.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2013). Fundamental of Nursing, 8th Edition. St. Louis: Elsevier
Mosby.
Tabolski, Patricia A. (2014). Gerontological Nursing 3rd ed. USAMiller, C.A. (2012).
Nursing for Wellness in Older Adults 6th Ed. Philadelphia: Lippincott. Williams &
Wilkins.

Touhy, Theris A. & Kathleen F. Jett. (2010). Ebersole and Hess’ Gerontological Nursing &
Healthy Aging 3rd ed. Canada: Mosby Elsevier.: Pearson Education, Inc.

Anda mungkin juga menyukai