DIABETES MELITUS
Khaula Nur Aliya, 1506690441
Pankreas adalah suatu organ yang terdiri dari kelenjar eksokrin (sekresi jus pencernaan
melalui duktus) dan endokrin (melepaskan hormon ke cairan tubuh). Kelenjar eksokrin
terdiri dari kelompok sel kelenjar, yang disebut acini pancreas dan duktus. Bersama-sama
sel-sel kelejar dan sel mensekresikan sejumlah besar cairan alkali yang kaya enzim yang
mencapai lumen saluran pencernaan melalui jaringan duktus sekretori. Kelenjar endokrin
terdiri dari kelompok kecil sel yang tersebar di antara kelenjar eksokrin. Kelompok
endokrin disebut juga pulan langerhans (Martini, Nath, & Bartholomew, 2012).
Setiap pulau langerhans mengandung 4 tipe sel (Martini, Nath, & Bartholomew, 2012):
a. Sel Alpha memproduksi hormon glukagon. Glukagon meningkatkan kadar glukosa
darah dengan meningkatkan pemecahan glikogen dan pelepasan glukosa oleh liver.
b. Sel Beta memproduksi hormon insulin. Insulin menurunkan kadar glukosa darah
dengan meningkatkan laju pengambilan dan pemanfaatan glukosa oleh sebagian besar
sel tubuh, dan dengan meningkatkan sintesis glikogen pada otot rangka dan hati.
c. Sel Delta memproduksi hormon peptida yang identik dengan hormon penghambat
pertumbuhan pertumbuhan (GH-IH), yaitu hipotalamus hormon regulasi. GH-IH
menekan pelepasan glukagon dan insulin oleh sel pulau lain dan memperlambat laju
penyerapan makanan dan sekresi enzim di sepanjang saluran pencernaan.
d. Sel F menghasilkan hormon pankreas polipeptida (PP). PP menghambat kontraksi
kandung empedu dan mengatur produksi beberapa enzim pankreas. PP juga dapat
membantu mengendalikan tingkat penyerapan nutrisi oleh saluran pencernaan.
Ketika kadar glukosa darah meningkat, sel beta akan mengeluarkan insulin yang kemudian
merangsang pengangkutan glukosa melintasi membran plasma dan masuk ke dalam sel
target. Ketika kadar glukosa darah menurun, sel alfa akan mengeluarkan glukagon yang
akan merangsang pemecahan glikogen dan pelepasan glukosa oleh hati.
Insulin. Insulin merupakan hormon peptida yang dilepas oleh sel beta ketika kadar
glukosa melebihi kadar normal (70-110 mg/dL). Peningkatan kadar beberapa asam amini,
termasuk arginine dan leusin, juga merangsang sekresi insulin. Hormon ini mempengaruhi
metabolisme seluler dalam serangkaian langkah yang dimulai saat insulin mengikat
protein reseptor pada membran plasma sel target. Insulin menstimulasi glukosa untuk
pertumbuhan dan membentuk cadangan karbohidrat (glikogen) dan lipid (trigliserida)
(Martini, Nath, & Bartholomew, 2012).
Glukagon. Ketika kadar
glukosa menurun dan kurang
dari normal, sel alpha akan
mengeluarkan glukogon untuk
memobilisasi cadangan energi.
Ketika glukagon mengikat
reseptor di membran plasma
sel target, hormon tersebut
mengaktifkan adenilat siklase.
cAMP bertindak sebagai
pembawa pesan kedua yang
mengaktifkan enzim
sitoplasma (Martini, Nath, &
Bartholomew, 2012). Efek
utama glukagon:
Merangsang pemecahan
glikogen pada sel otot dan
sel hati. Molekuk glukosa
dilepaskan pada
metabolisme untuk energi
(dalam serat otot rangka)
atau dilepaskan ke dalam
aliran darah (oleh sel hati)
Merangsang pemecahan
trigliserida di jaringan adiposa. Adiposit kemudian melepaskan asam lemak ke dalam
aliran darah untuk digunakan oleh jaringan lain.
Merangsang produksi dan pelepasan glukosa oleh hati. Sel hati menyerap asam amino
dari aliran darah, mengubahnya menjadi glukosa, dan melepaskan glukosa ke dalam
sirkulasi. Proses sintesis glukosa dalam hati disebut glukoneogenesis.
II. Definisi, Faktor Risiko, dan Etiologi Penyakit
a. Definisi
Diabetes melitus merupakan kumpulan penyakit metabolik yang ditandai dengan
meningkatnya kadar glukosa di dalam darah (hiperglikemi) yang disebabkan oleh
kerusakan dalam sekresi insulin, kerusakan aksi insulin, atau keduanya (Smeltzer, Bare,
Hinkle, & Cheever, 2010).
Diabetes melitus dapat diklasifikasikan lagi menjadi diabetes tipe 1, diabetes tipe 2,
gestasional diabetes, dan diabetes melitus berhubungan dengan kondisi lain. (1) DM
tipe 1 merupakan hasil destruksi autoimun sel beta, mengarah kepada defisiensi insulin
absolut. (2) DM tipe 2 adalah akibat dari defek sekresi insulin progresif diikuti dengan
resistensi insulin, umumnya berhubungan dengan obesitas. (3) DM gestasional adalah
DM yang didiagnosis selama hamil. (4) DM tipe lain mungkin merupakan akibat dari
defek genetik fungsi sel beta, penyakit pankreas, atau penyakit yang diinduksi oleh
obat-obatan.
Kegagalan Produksi
Produksi insulin glukagon berlebih Peningkatan
keton
Gangguan
Diabetik fungsi imun
Berkurang nepropathi Kebutaan
sensasi.
Mati rasa
&perasaan
geli pd
ekstemitas. Laser terapi Hipertensi,
Peningkatan
kadar LDL
Dialisis
Transplantasi Infeksi,
Gangguan
CAD penyembu
Gagal
han luka
ginjal
V. Komplikasi
a. Komplikasi Akut
Hipoglikemi
Hipoglikemi merupakan keadaan yang disebabkan oleh adanya penurunan kadar
glukosa darah sampai tingkat tertentu. Hipoglikemi disebabkan oleh adanya
ketidakadekuatan mekanisme pertahanan tubuh yang berfungsi untuk mengaktivasi
sistem endokrin dalam rangka mempertahankan kadar glukosa darah normal.
Hipoglikemi ditandai dengan adanya gejala neurogenik seperti gemetar, kulit lembab
dan pucat, rasa cemas, keringat berlebihan, rasa lapar, penglihatan kabur (umumnya
gula darah < 70mg/dl) dan gejala neuroglikopenik seperti sulit berpikir, bingung, sakit
kepala, kejang, dan koma (umumnya gula darah < 50mg/dl).
Ketoasidosis diabetik (KAD)
Ketidakmampuan sel untuk menggunakan glukosa akiba defisiensi insulin dapat
menyebabkan hiperglikemi. Selain itu, akibat sel yang kelaparan akan mengirimkan
sinyal agar hati mengubah glikogen menjadi glukosa. Akibatnya hiperglikemi menjadi
memburuk. Tingginya kadar gula dalam darah akan menyebabkan osmotik diuresis
pada saat pembentukan urin akibat tingginya osmolaritas filtrat glomeruli karena
tingginya kadar glukosa. Kejadian ini akan menyebabkan tubuh mengalami dehidrasi.
Efek lain yang ditimbulkan oleh kadar gula darah yang tidak terkontrol adalah
pemecahan lemak menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan
diubah menjadi keton oleh hati untuk memenuhi asupan energi sel. Selain itu, tubuh
akan mulai memecah protein. Proses pemecahan protein dan lemak ini akan
menghasilkan produk sampingan yaitu badan keton. Badan keton yang menumpuk di
dalam darah bersifat asam sehingga menyebabkan kondisi asidosis.
Ketosis dan asidosis merupakan ciri khas dari diabetes ketoasidosis. Kondisi asidosis
metabolik akan menimbulkan kompensasi berupa pengeluaran CO2 dan pengenceran
air. Kondisi ini akan menimbulkan manifestasi pernapasan kusmaul atau hiperventilasi
dan napas berbau seperti aseton atau buah-buahan yang berasal dari badan keton.
b. Komplikasi Kronik
Komplikasi Makrovaskuler
o Penyakit arteri koroner. Penderita diabetes mengalami peningkatan insiden
infark miokard akibat perubahan aterosklerosis pada pembuluh arteri koroner.
Salah satu ciri penyakit arteri koroner pada penderita diabetes adalah tidak
terdapatnya gejala iskemik yanng khas.
o Penyakit serebrovaskular. Penderita diabetes berisiko dua kali lipat terkena
penyakit serebrovaskular seperti TIA (transient ischemic attack).
o Hipertensi. Meningkatnya kadar kekentalan darah akibat hiperglikemi
menyebabkan kinerja jantung menjadi meningkat sehingga menimbulkan
hipertensi.
o Penyakit vaskular perifer. Tanda dan gejala mencakup berkurangnya denyut
nadi perifer, bruit karotis, gangren iskemik, dan klaudikasio intermiten (nyeri
pada bokong atau betis ketika berjalan)
Komplikasi Mikrovaskuler
o Retinopati diabetik. Merupakan kelainan patologis mata yang disebabkan
karena adanya perubahan pembuluh-pembuluh darah kecil pada retina mata.
Penglihatan yang kabur merupakan gejala umum yang terjadi. Penderita yang
melihat benda tampak mengambang dapat mengindikasikan terjadinya
perdarahan. Tipe retinopati diantaranya nonproliferatif (terdapat mikroaneurisma
dan hemoragi “titik noda”), praproliferatif retinopati (hemoragi lanjut dan
penurunan ketajaman penglihatan), proliferatif retinopati (pembuluh rusak dan
lemah, dapat ruptur menyebabkan hemoragi retina dan eksudat) (Black & Hawks,
2009).
o Nefropati diabetik. Merupakan penyebab tersering timbulnya penyakit ginjal
tahap akhir pada penderita diabetes. Nefropati melibatkan kerusakan dan akhirnya
kehilangan kapiler yang menyuplai glomerulus ginjal (Black & Hawks, 2009).
o Neuropati. Mengacu pada sekelompok penyakit yang menyerang semua tipe
saraf termasuk saraf perifer (sensoriotonom), otonom, dan spinal akibat
kurangnya suplai oksigen dan nutrisi ke serabut saraf (Black & Hawks, 2009).
c. Masalah kaki dan tungkai pada diabetes
Faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi diantaranya fungsi leukosit
polimorfonuklear (PMN) terganggu, neuropatik diabetik, dan ketidakcukupan
pembuluh darah. Masalah yang dapat timbul pada kaki dan tungkai adalah gangren kaki
diabetik atau infeksi, ulser atau kerusakan jaringan yang lebih dalam terkait dengan
gangguan neurologis dan vaskuler pada tungkai. Proses penyembuhan infeksi akan
berjalan lambat karena terjadinya kerusakan pada sistem pembuluh darah tidak dapat
membawa cukup oksigen, sel darah putih, zat gizi, dan antibodi ke luka (Black &
Hawks, 2009).
VI. Pengkajian
a. Riwayat
Gejala berhubungan dengan diabetes: gejala hiperglikemi, gejala hipoglikemi
(frekuensi, waktu, keparahan dan resolusi)
Hasil monitor glukosa darah
Status, gejala, dan manajemen komplikasi kronik: mata, ginjal, saraf, genitourinari
dan seksual, kandung kemih, dan gastrointestinal; jantung, pembuluh kapiler,
komplikasi pada kaki yang berkaitan dengan diabetes.
Ketaatan atau kemampuan untuk mengikuti rencana diet yang dibuat
Ketaatan latihan yang sudah direncanakan
Ketaatan atau kemampuan untuk mengikuti terapi farmakologi yang diberikan
Gaya hidup, budaya, psikososial, dan faktor ekonomi yang dapat mempengaruhi
treatment diabetes.
Efek diabetes atau komplikasi pada status fungsional
b. Pengkajian Fisik
Tekanan darah
Indeks massa tubuh
Ketajaman visual
Pengkajian pada kaki (lesi, tanda-tanda infeksi, dan pulsasi)
Pengkajian kulit (lesi dan area injeksi insulin)
Pengkajian saraf: vibrasi dan pengkajian sensori menggunakan monofilamen serta
refleks tendon dalam
Pengkajian oral
c. Pengkajian Laboratorium
Mikroalbuminuria
Kadar kreatinin serum
Urinalisis
EKG
Insulin terdapat dalam 3 bentuk dasar, masing-masing memiliki kecepatan dan lama
kerja yang berbeda:
o Insulin kerja cepat.
Contohnya adalah insulin reguler, yang bekerja paling cepat dan paling sebentar.
Insulin ini seringkali mulai menurunkan kadar gula dalam waktu 20 menit,
mencapai puncaknya dalam waktu 2-4 jam dan bekerja selama 6-8 jam. Insulin
kerja cepat seringkali digunakan oleh penderita yang menjalani beberapa kali
suntikan setiap harinya dan disutikkan 15-20 menit sebelum makan.
Insulin kerja cepat yang biasa digunakan sebagai dasar manajemen DM tipe 2
adalah Humalog dan Novolog. Humalog dan Novolog tersedia dalam komponen
premixed yang merupakan campuran dari insulin kerja cepat dan kerja lambat.
Penggunaan insulin campuran kerja cepat dan sedang memberikan control yang
lebih baik terhadap glukosa darah dibandingkan dengan yang tidak campur
(Black dan Hawk, 2014).
o Insulin kerja sedang.
Contohnya adalah insulin suspensi seng atau suspensi insulin isofan. Mulai
bekerja dalam waktu 1-3 jam, mencapai puncak maksimun dalam waktu 6-10 jam
dan bekerja selama 18-26 jam. Insulin ini bisa disuntikkan pada pagi hari untuk
memenuhi kebutuhan selama sehari dan dapat disuntikkan pada malam hari untuk
memenuhi kebutuhan sepanjang malam.
o Insulin kerja lambat.
Contohnya adalah insulin suspensi seng yang telah dikembangkan. Efeknya baru
timbul setelah 6 jam dan bekerja selama 28-36 jam. Sediaan insulin stabil dalam
suhu ruangan selama berbulan-bulan sehingga bisa dibawa kemana-mana.
Pemilihan insulin yang akan digunakan tergantung kepada:
o Keinginan penderita untuk mengontrol diabetesnya
o Keinginan penderita untuk memantau kadar gula darah dan menyesuaikan dosisnya
o Aktivitas harian penderita
o Kecekatan penderita dalam mempelajari dan memahami penyakitnya
o Kestabilan kadar gula darah sepanjang hari dan dari hari ke hari
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Intervensi
1. Kekurangan volume cairan 1. Turgor kulit dalam keadaan 1. Monitor serum elektrolit dan urin elektrolit
normal
2. Monitor tekanan darah, nadi dan suhu
2. Membran mukosa lembab
3. Monitor membrane mukosa, turgor kulit dan rasa haus
3. Intake cairan normal
4. Kaji urin dan input output cairan
4. Urine tidak pekat
5. Monitor berat jenis urin
5. Perfusi jaringan baik
6. Monitor berat badan
6. Tekanan darah, nadi dan suhu
dalam keadaan normal 7. Lakukan resusitasi cairan
3. Risiko ketidakstabilan 1. HbA1c dalam batas normal 1. Monitor kadar gula darah rutin
kadar gula darah
2. Glukosa darah puasa, 2. Monitor tanda tanda hipoglikemia
postprandial dan sewaktu
dalam batas normal 3. Kaji faktor penyebab hipoglikemia
4. Berikan diet diabetik atau TNM (terapi nutrisi medis) dengan 68%
3. Tidak terjadi komplikasi akut kal karbohidrat, 20% kal lemak dan 12% kal protein.
4. Pasien dapat mengecek gula 5. Monitoring tanda tanda vital serta intake output cairan
darahnya secara mandiri dan
rutin 6. Berikan insulin
7. Bantu pasien untuk melakukan exercise
8. berikan penyuluhan tentang diabetes mellitus dan komplikasinya