Anda di halaman 1dari 7

Nasionalisme Romantic juga disebut nasionalisme organic atau Nasionalisme

identitas dimana negara memperoleh kebenaran politik secara semula jadi (organic)
hasil dari bangsa atau ras menurut semangat romantisme. Nasionalisme romantic
adalah bergantung pada perwujudan budaya etnis yang menepati idealism romantic
atau kisah tradisi yang telah direka untuk konsep nasionalisme romantic.

Etno-Nasionalisme adalah paham seseorang yang menilai kebudayaan lain menurut ukuran
yang berlaku pada kebudayaan. alam hal ini dapat terlihat jelas bahwa etnosentrisme
telah merusak semangat pluralisme dan multikulturalisme yang di bangun untuk
mengikat Bhineka Tunggal Ika.

Perilaku nasionalisme romantic ini dapat yang mengakibatkan dampak yang buruk
Banyaknya orang terprovokasi ke dalam medan perang yang menghasilkan
banyaknya pertumbahan darah dan kesengsaraan
Romantik adalah nasionalisme etnis yang terbentuk karena memperoleh kebenaran politik
dari suatu yang alamiah dan merupakan ekspresi dari bangsa atau ra

Istilah nasionalisme romantik pertama kali saya temukan dalam buku Harun Yahya berjudul
"Ancaman di Balik Romantisisme". Romantisisme adalah rasa cinta berlebihan yang tidak secara
sadar dapat membutakan si pencintanya. Sadarkah kita, ada bahaya yang diam-diam menjauhkan
manusia dari agama dan tuhannya, serta membawa banyak penderitaan. Bahaya itu adalah
sentimentalitas yang mendorong manusia untuk menurutkan emosi ketimbang logika. Isyarat
bahaya tersebut kadang tersirat pada kepala orang-orang fasis, pada lagu-lagu parade Komunis dan
bahkan pada isi surat cinta kepada kekasihnya.

          Umumnya romantisisme dipahami sebagai roman (percintaan) atau gerakan romantik pada
abad ke-19, tetapi selain bentuk-bentuk ini, romantisisme juga terkait erat dengan sentiment-
sentimen politik tertentu, terdepan diantaranya adalah "nasionalisme romantik", yang muncul pada
akhir abad ke-19 dan menimbulkan pengaruh besar di dunia sampai pertengahan abad ke-20.
Namun perlu dijelaskan bahwa kritik ini bukan terhadap nasionalisme itu sendiri, melainkan
terhadap nasionalisme romantic. Terdapat perbedaan besar antara keduanya.
          Kita juga tau bahwa nasionalisme dalam pengertian paling umum bisa di artikan sebagai cinta
individu kepada bangsa dan negaranya. Cinta ini baik dan sepenuhnya sentiment yang sah. Karena ia
tidak bertentangan dengan agama, tidak memiliki efek merusak bagi kemanusiaan, seperti cinta
seorang ibu kepada anaknya adalah perasaan yang sah, demikian pula cinta kepada bangsa yang
memupuknya dalam keyakinan dan budaya yang umum. Namun, kita harus berfikir kritis, bahwa
nasionalisme mejadi tidak sah apabila semua itu menjadi irasional atau fanatis (sentimen nasionalis).
Seperti yang dijelaskan dalam Nasionalisme romantic yang mana terdapat sikap fanatic berlebihan di

Nasionalisme sebagai sebuah gagasan menyebar ke seluruh Eropa pada abad ke-18. Sebelum itu,
rakyat hidup di bawah kekuasaan tuan tanah. Kemudian mereka bersatu dibawah negara-negara
tunggal yang diatur oleh sebauh pemerintahan pusat. Bangsa-angsa Eropa seperti Prancis dan Inggris
termasuk yang pertama mendukung gagasan nasionalisme dan menjadi negara. Menjelang abad ke-
19 kebanyakan bangsa Eropa telah mencapai persatuan nasional. Namun di beberapa negara seperti
Itali dan Jerman kekuasaan bangsa atau negara kota kecil bertahan lebih lama. Itali baru membentuk
sebuah negara pada tahun 1870 dan Jerman setahun kemudian tahun 1871. Dalam kata lain kedua
bangsa ini lebih lambat dari bangsa-bangsa Eropa lainnya dalam mengadopsi dan menerapkan
gagasan nasionalisme

Akan tetapi, situasi khusus ini menjadi penyebab berkembangnya nasionalisme yang lebih radikal di
kedua negara tersebut, dibandingkan dengan negara Eropa lainnya. Menurut pendapat umum para
ilmuan sosial, di kedua negara ini alasan kelahiran dan pencapaian kekuasaan nasionalisme bentuk
ekstrim, seperti Naziizme dan Fasisme. Hal ini dikarenakan meluasnya sentimen-sentimen
nasionalistik yang fanatis berkaitan dengan formasi persatuan nasional yang terlambat. 

Di kedua negara ini khsusnya di Jerman, orang-orang yang memajukan gagasan nasionalisme fanatis
dikenal sebagai kaum "nasionalisme romantik". Dikutip dari Harun Yahya, berjudul Nasionalisme
Romantik, ciri dasar yang menjadi sifat kaum nasionalis romantik adalah pengagungan perasaan
diatas kerusakan akal sehat, kepercayaan mereka bahwa bangsanya diberkahi dengan "ruh" mistis
dan misterius dan bahwa ruh ini membuat bangsa mereka lebih unggul daripada yang lainnya.
Menjelang akhir abad ke-19, nasionalisme romantic dipengaruhi oleh teori-teori rasis yang kemudian
diterima luas dan menumbuhkan klaim bahwa ras Eropa lebih unggul daripada ras-ras lainnya di
dunia, sehingga mempunyai hak untuk menguasai mereka.

     
Nasionalisme romantic menyebarsangat cepat khsusunya di Jerman, selama dua dekade pertama
abad ke-19. Penulis seperti Pau Lagarde dan JuliusLangbehn mendukung gagasan tentang urutan
hirearki dunia dan Jermanlah yang menentukannya, mereka menyatakan bahwa ini bisa dicapai
karena superioritas "ruh Jerman" dan "darah Jerman" dan untuk tujuan ini, Jerman harus berpaling
dari agama-agama monoteistik, seperti kristiani dan kembali ke paganism.

Pertumbuhan masyarakat-masyarakat mistis (takhayul) di Jerman memainkan peranan penting


dalam penyebaran nasionalisme romantic tersebut . Pandangan dunia masyarakat ini terdiri dari
beberapa pemikiran yang dangkal, seperti pemikiran yang menjelaskan "Manusia dapat mecapai
kebenaran bukan dengan akal sehat melainkan melalui perasaan dan nalurinya, setiap bangsa
memiliki ruh, ruh bangsa Jerman adalah ruh pagan. Masyarakat ini telah mempersiapkan landasan
bagi bangkitnya Hitler dan Nazisme.

          Sejarawan Inggris Michael Howard menulis bahwa bangkitnya gerakan nasionalisme Jerman
Raya yang memperoleh kekuatan spiritualnya dari kepercayaan takhayul dan ideologinya yang
bersumber dari kepercayaan takhayul dan ideologinya yang bersumber dari falsafah masyarkat
rahasia yang hanya dipahami kalangan tertentu, membentuk doktrin-doktrin rasialis ekstrim, yang
pada tahun 1920 melahirkan sosialisme nasional.

Etnis-nasionalisme ini mengacu pada nasionalisme yang didasarkan pada keunikan manusia, dan
oleh karena itu, mendiskripsikan bentuk kewarganegaraan eksklusif berdasarkan anggota yang
memiliki identitas etnis yang sama . Etno-nasionalisme dapat juga disebut sebagai nasionalisme
budaya yang menekankan bangsa sebagai masyarakat (etno) Civic dan Ethno-nasionalisme
kesamaan budaya

Ras dan etnis menjadi dominan hanya dengan munculnya nasionalisme modern. Misalnya,
Kekaisaran Ottoman adalah kerajaan multi-rasial multi-etnis yang hanya memiliki perbedaan agama,
Muslim, Kristen, atau Yahudi. Keberadaaan nasionalisme mengubah ini (Savich: 11). Nasionalisme
etnik lebih mengacu pada masa lalu, ke alam leluhur dan (melalui sejarah bersama). Dalam
komunitas seperti itu, karena menuntut bersama, dan kewarganegaraan tertutup hanya diakuisisi
oleh darah dan ‘ritus’ kelahiran sesuai dengan hukum ‘ius sanginis’

Etnonalisonalisme di Indonesia dikenal lebih dalam setelah adanya beberapa organisasi


yang mengatasnakan  suatu daerah untuk kepentingan politik.Seperti Organisasi Papua
Merdeka(OPM) di Papua yang merasa bahwa masyarakat Papua bukanlah Indonesia
karena perbedaan Ras dan kebudayaan. Kesamaan fisik masyarakat Papua  dengan ras
Melanesia membuat Nasionalisme terhadap bangsa Indonesia berkurang. Demikian hal
yang sama terjadi Aceh dengan terbentuknya Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

Ketika visi etnik digunakan untuk memandang berbagai hal maka orang atau
kelompok tertentu akan lebih cenderung untuk melihat dunia hanya melalui sudut
pandang budayanya sendiri. Ini merupakan bagian dari pandangan yang dianggap
rasisme. Sehingga beberapa kelompok beranggapan bahwa kebenaran akan suatu
hal tidak bisa dipandang secara universal tetapi dipandang berdasarkan kebudayaan
masing-masing etnis. Hal ini disebut sebagai Etnosentrisme.

Secara sederhana etnosentrisme ini juga dapat didevinisikan paham seseorang


yang menilai kebudayaan lain menurut ukuran yang berlaku pada kebudayaannya.
Dalam hal ini dapat terlihat jelas bahwa etnosentrisme telah merusak semangat
pluralisme dan multikulturalisme yang di bangun untuk mengikat Bhineka Tunggal
Ika.

jika sebuah kebudayaan dipertahankan secara berlebihan maka akan


menimbulkan Etnonasionalisme atau nasionalisme kedaerahan yang tinggi dan gejalnya,
disisi lain jika perkembangan globalisasi dijejaki maka hal tersebut juga akan berpengaruh
terhadap nasionalisme yang mengarah kepada Trans-nasionalisme bahkan melalui
kemudahan teknologi informasi dan komunikasi dalam era globalisasi, masyarakat dapat
mengakses informasi yang mengarah kepada konten negatif seperti mempelajari ajaran
terorisme (membuat bom rakitan) hingga melakukan bom bunuh diri Sebagai solusi, penulis
berharap pemerintah harus terus melakukan kajian mendalam terkait pertumbuhan etno-
nasionalisme dan trans-nasionalisme di Indonesia, serta memberikan pemahaman dasar
bela negara kepada seluruh masyarakat Indonesia. Mengikuti perkembangan zaman, Kapal
besar Indonesia  saat ini sedang melawan arus dan menantang badai sehingga semangat
menjadi Indonesia harus dirajut Kembali. Serta, Bangsa Indonesia yang kita cintai ini harus
membuka diri, tidak alergi dengan ancaman, tetapi menjadikan ancaman sebagai langkah
awal untuk melakukan Kalibrasi terhadap setiap kebijakan yang ada.

Transnasionalisme sebagai konsep, teori, dan pengalaman telah memperkaya literatur ilmu
sosial. Dalam praktiknya, transnasionalisme merujuk kepada peningkatan integrasi fungsi proses
yang bersifat lintas batas atau lintas hubungan individu, kelompok, lembaga, dan mobilisasi di
luar batas negara. Individu, kelompok, lembaga, dan negara berinteraksi dengan satu sama lain
dalam ruang global baru, tempat bersatunya kekhasan budaya dan politik suatu negara dengan
aktivitas multitingkat dan multinasional. Transnasionalisme merupakan bagian dari
proses globalisasi kapitalis. Konsep transnasionalisme mengacu pada serangkaian tautan dan
interaksi antarmanusia dan antarlembaga yang melintasi perbatasan negara-bangsa
Transnasional ini sering dikaitkan dengan organisasi agama tertentu dalam suatu negara. Banyak
organisasi transnasional di dunia yang menggunakan isu agama sebagai dasar pelaksanaan
organnisasi. Segala hal yang dilakukan untuk kepentingan umat yang memiliki agama yang
sama.Orang yang tergabung dalam organisasi ini akan didoktrin dengan segala kepercayaan dan
keyakinan yang dimiliki oleh organisasi tersebut kemudian akan disebar luaskan kepada pihak-pihak
terkait.

Baik di negara eropa atau asia pernah pada masa berkembangnya organisasi transnasional. Eropa
dengan dasar agama khatolik dan asia khususnya Indonesia dengan dasar agama Islam. Mereka
memanfaatkan agama sebagai dasar membentuk jaringan yang kuat dengan pihak-pihak yang terkait
dan membuat orang lain tertarik dengan segala kegiatan yang dilakukan.

Organisasi ini tentu memiliki sisi baik dan sisi buruk. Tujuan organisasi berkaitan dengan kemuliaan
suatu agama dan kepercayaan. Cara yang digunakan dalam melakukan perekrutan juga tidak sama
dengan organisasi lain. Transnasional akan berbeda apabila diakitkan dengan kepentingan bisnis.
Kepentingan bisnis dengan jangkauan usaha yang sangat luas dan mengembangkan usaha yang
dimiliki menjadi bisnis dengan jaringan yang sangat luas.

Transnasional bisa dibilang juga sebagai sebuah arti fenomena sosial yang terjadi karena semakin
luas hubungan dari segi hubungan ekonomi dan sosial. Batasan antara negara satu dengan yang lain
semakin tidak jelas. Semua negara seakan-akan tidak ada batasan. Bentuk kegiatan transnasional ini
sangat beragam dengan berbagai tujuan dan latar belakang. Terdapat tujuan untuk kepentingan
politik, perusahaan, dan arti kejahatan. Isu yang sering digunakan ialah untuk kepentingan agama
dan kemanusiaan, walaupun pada pelaksanaannya belum tentu seperti apa yang dikatakan.
Fenomena terkait transnasional ini semakin meluas dan melinatkan banyak orang. Mulai yang
bergerak dengan terang-terangan atau secara sembunyi-sembunyi hal tersebut tergantung pada
kepentingan yang sedang dilakukan.

Transnasional sering dikaitkan dengan organisasi keagamaan tertentu di suatu negara. Banyak
organisasi multinasional di seluruh dunia menggunakan tema keagamaan sebagai dasar praktik
organisasi mereka. Semuanya dilakukan untuk kepentingan mereka yang menganut agama yang
sama.

Orang-orang yang menjadi anggota organisasi ini diindoktrinasi dengan semua keyakinan dan
keyakinan organisasi dan diteruskan kepada mereka yang terlibat.

Ada periode di Eropa dan Asia di mana organisasi lintas batas berkembang. Eropa yang berbasis
Katolik dan Asia yang berbasis Islam, khususnya Indonesia. Mereka membangun jaringan pemangku
kepentingan yang kuat atas dasar agama mereka dan menginspirasi orang lain dalam semua yang
dilakukan. Organisasi ini tentu memiliki pro dan kontra. Tujuan organisasi terkait dengan pemuliaan
agama dan kepercayaan. Metode rekrutmen sama dengan organisasi lain. Perusahaan multinasional
berbeda dalam hal kepentingan bisnis. Minat bisnis dengan jangkauan perusahaan yang sangat luas
dan mengembangkan perusahaan saya menjadi perusahaan dengan jaringan yang sangat luas.
Berikut adalah beberapa hal yang dapat Anda gunakan untuk menentukan apakah Anda adalah
perusahaan multinasional:

Organisasi dan gerakan transnasional ini memiliki sifat transnasional dan menjalankan hubungan
internasional dengan negara lain dengan jaringan yang sangat luas. Jejaring yang dibangun tidak
diarahkan untuk kepentingan bangsa, tetapi untuk kepentingan rakyat. Banyak organisasi yang
berlatar belakang gerakan komunitas keagamaan.

Setiap organisasi multinasional tersebut memiliki tujuan tertentu dan karenanya harus memiliki
tujuan yang berbeda. Tujuan-tujuan ini dapat berupa keuntungan pribadi atau keuntungan sosial
secara umum. Tentunya dalam kegiatan sosial, untuk kepentingan bersama. Tentu saja, ini bukan
kejahatan yang menguntungkan pihak yang berkuasa.

Konsep ideologi adalah milik rakyat, bukan negara, dan ideologi yang digunakan didasarkan pada
agama dan kepentingan kelompok tertentu saja. Gerakan yang dilakukan bersifat masif dan memiliki
tujuan yang sangat jauh jangkauannya. Ada banyak cara untuk mengembangkan organisasi ini.
Fundamentalis dalam pemikirannya, organisasi transnasional ini memiliki model pemikiran yang
radikal. Mempengaruhi audiens target Anda.

bahwa nasionalisme Kewarganegaraan yang terjadi apabila elite politik yang ada tidak
terancam oleh proses demokratisasi. Nasionalisme ini didasarkan pada usaha
mempertahankan proses demokratisasi karena dianggap memberikan keadilan. Di sini orang
dipersatukan atas dasar kewarganegaraan untuk mempertahankan demokrasi bangsa dan
penduduk negara dianggap sama tanpa dibeda-bedakan.

nasionalisme kewarganegaraan juda dapat digambarkan melalalui sikap bergotong royong.


Selain itu sikap nasionalisme kewarganegaraan juda digambarkan seperti mengingatkan
warga agar tidak mau menerima suap ketika pemilihan kepala kampung. memberikan contoh
kepada warga kampung untuk tidak mau menerima suap dalam bentuk apapun dari calon
kepala kampung. Selain itu nasionalisme kewarganegaraan yang juda dapat digambarkan
seperti memberikan pendapat kepada warga kampung bahwa di kampungnya harus
mempunyai pemimpin yang tepat. ketika dalam memilih seorang pemimpin, harus sesuai
dengan hati Nurani dan jangan terlalu percaya kepada janji-janji calon pemimpin kampung.
Maka dari itu dapat terlihat bahwa kita harus memiliki sikap memiliki nasionalisme
kawarganegaraan. Karena sikap nasionalisme kewarganegaraan ini merupakan sikap
kepedulian terhadap sesama dan lingkungannya.
Didalam nasionalisme kewarganegaraan rakyat aktif dan berpartisipasi dalam hal membela
tanah air, ras dan kebudayaan bersama. Rakyat akan penuh menciptakan suasana pembelaan
terhadap tanah air dimana mereka tempati.

Anda mungkin juga menyukai