Anda di halaman 1dari 30

SEMANGAT DAN KOMITMEN KOLEKTIF KEBANGSAAN UNTUK

MEMPERKUAT NKRI
Oleh : Herwan Santoso, S.Sos

A. Pengertian / Hakekat Semangat Kebangsaan

Pengertian semangat  kebangsaan adalah suatu keadaan yang menunjukkan adanya


kesadaran untuk menyerahkan kesetiaan tertinggi dari setiap pribadi
kepada Negara/bangsa. Pengertian ini sejalan dengan makna semangat kebangsaan  yang
identik dengan konsep nasionalisme dan patriotisme. Nasionalisme adalah suatu paham
yang menganggap bahwa kesetiaan tertinggi atas setiap pribadi wajib diserahkan kepada
negara kebangsaan atau nation state. Sedangkan Patriotisme berarti ‘semangat cinta tanah
air atau sikap seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya untuk
mempertahankan bangsanya’.

Nasionalisme dan patriotisme dibutuhkan bangsa Indonesia untuk menjaga kelangsungan


hidup dan kejayaan bangsa serta negara. Kejayaan sebagai bangsa dapat dicontohkan oleh
seorang atlet yang berjuang dengan segenap jiwa dan raga untuk membela tanah airnya.

Salah satu semangat yang dimiliki para pejuang kemerdekaan dan paea pendiri negara
adalah semangat mendahulukan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi ataupun golongan.
1. Pengertian Nasionalisme
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Nasionalisme didefinisikan kesadaran keanggotaan
dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai,
mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan
bangsa itu, yakni semangat kebangsaan. Nasionalisme dapat dirumuskan sebagai satu
paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa
Inggris “nation”) dengan mewujudkan satu identitas yang dimiliki sebagai ikatan barsama
dalam satu kelompok.

Secara sederhana, nasionalisme dapat diartikan sebagai suatu paham yang menganggap
kesetiaan tertinggi atas setiap pribadi harus disertakan kepada Negara kebangsaan (nation
state) atau sebagai sikap mental dan tingkah laku individu maupun masyarakat yang
menunjukkan adanya loyalitas dan pengabdian yang tinggi terhadap bangsa dan
negaranya.

Berikut ini beberapa pengertian nasionalisme menurut beberapa ahli, yaitu:


a. Menurut Ernest Renan, Nasionalisme adalah kehendak untuk bersatu dan bernegara
b. Menurut Otto Bauer, Nasionalisme adalah suatu persatuan perangai atau karakter yang
timbul karena perasaan senasib
c. Menurut Hans Kohn, Nasionalisme secara fundamental timbul dari adanya National
Counciousness. Dengan perkataan lain nasionalisme adalah formalisasi (bentuk) dan
rasionalisasi dari kesadaran nasional berbangsa dan bernegara sendiri
d. Menurut L. Stoddard, Nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh
sebagian terbesar individu di mana mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai
perasaan memiliki secara bersama di dalam suatu bangsa.
e. Menurut Louis Sneyder, Nasionalisme adalah hasil dari perpaduan faktor-faktor politik,
ekonomi, sosial, dan intelektual.

Ada dua jenis pengertian nasionalisme, yaitu nasionalisme dalam arti sempit dan
nasionalisme dalam arti luas. Nasionalisme dalam arti sempit, juga disebut dengan
nasionalisme yang negatif sebab mengandung makna perasaan kebangsaan atau cinta pada
bangsanya yang sangat tinggi dan berlebihan, sebaliknya memandang rendah pada bangsa
lain.Nasionalisme dalam arti sempit juga disebut dengan chauvinisme. Chauvinisme ini
pernah dipraktikkan oleh Jerman pada masa Hitler tahun 1934–1945. Paham itu
menganggap Jerman di atas segala-galanya di dunia (Deutschland Uber Alles in der Wetf).

Jenis nasionalisme yang kedua adalah nasionalisme dalam arti luas atau yang berarti
positif. Nasionalisme dalam pengertian inilah yang wajib dibina oleh bangsa Indonesia
sebab mengandung makna perasaan cinta tinggi atau bangga pada tanah air akan tetapi
tidak memandang rendah bangsa lain. Dalam mengadakan hubungan dengan negara lain,
kita selalu mengedepankan kepentingan bangsa dan negara sendiri serta menempatkan
negara lain sederajat dengan bangsa kita.

Selain itu terdapat bentuk-bentuk nasionalisme yang lain yang didasarkan


pendapat warganegara, etnis, budaya, keagamaan dan ideologi. Berikut ini bentuk-bentuk
nasionalime yang berkembang di dunia, antara lain:

a) Nasionalisme kewarganegaraan (atau nasionalisme sipil) adalah sejenis nasionalisme


dimana negara memperoleh kebenaran politik dari penyertaan aktif rakyatnya,
"kehendak rakyat"; "perwakilan politik". Teori ini mula-mula dibangun oleh Jean-
Jacques Rousseau dan menjadi bahan-bahan tulisan. Antara tulisan yang terkenal
adalah buku berjudul Du Contract Sociale (atau dalam Bahasa Indonesia "Mengenai
Kontrak Sosial").

b) Nasionalisme etnis adalah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran


politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat. Dibangun oleh Johann Gottfried
von Herder, yang memperkenalkan konsepVolk (bahasa Jerman untuk "rakyat").

c) Nasionalisme romantik (juga disebut nasionalisme organik, nasionalisme identitas)


adalah lanjutan dari nasionalisme etnis dimana negara memperoleh kebenaran politik
secara semulajadi ("organik") hasil dari bangsa atau ras; menurut
semangat romantisme. Nasionalisme romantik adalah bergantung kepada perwujudan
budaya etnis yang menepati idealisme romantik; kisah tradisi yang telah direka untuk
konsep nasionalisme romantik. Misalnya "Grimm Bersaudara" yang dinukilkan oleh
Herder merupakan koleksi kisah-kisah yang berkaitan dengan etnis Jerman.

d)  Nasionalisme Budaya adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh


kebenaran politik dari budaya bersama dan bukannya "sifat keturunan" seperti warna
kulit, ras dan sebagainya. Contoh yang terbaik ialah rakyat Tionghoa yang menganggap
negara adalah berdasarkan kepada budaya. Unsur ras telah dibelakangkan di mana
golongan Manchu serta ras-ras minoritas lain masih dianggap sebagai rakyat
negaraTiongkok. Kesediaan dinasti Qing untuk menggunakan adat
istiadat Tionghoa membuktikan keutuhan budaya Tionghoa. Malah banyak
rakyat Taiwan menganggap diri mereka nasionalis Tiongkok sebab persamaan budaya
mereka tetapi menolak RRC karena pemerintahan RRT berpaham komunisme.

e)   Nasionalisme kenegaraan ialah variasi nasionalisme kewarganegaraan, selalu


digabungkan dengan nasionalisme etnis. Perasaan nasionalistik adalah kuat sehingga
diberi lebih keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan. Kejayaan suatu negeri
itu selalu kontras dan berkonflik dengan prinsip masyarakat demokrasi.
Penyelenggaraan sebuah 'national state' adalah suatu argumen yang ulung, seolah-olah
membentuk kerajaan yang lebih baik dengan tersendiri. Contoh biasa ialah Nazisme,
serta nasionalisme Turki kontemporer, dan dalam bentuk yang lebih
kecil, Franquisme sayap-kanan di Spanyol, serta sikap 'Jacobin' terhadap unitaris dan
golongan pemusat negeri Perancis, seperti juga nasionalisme masyarakat Belgia, yang
secara ganas menentang demi mewujudkan hak kesetaraan (equal rights) dan lebih
otonomi untuk golongan Fleming, dan nasionalis Basque atau Korsika. Secara
sistematis, bilamana nasionalisme kenegaraan itu kuat, akan wujud tarikan yang
berkonflik kepada kesetiaan masyarakat, dan terhadap wilayah, seperti nasionalisme
Turki dan penindasan kejamnya terhadap nasionalisme Kurdi, pembangkangan di
antara pemerintahan pusat yang kuat di Spanyol dan Perancis dengan nasionalisme
Basque, Catalan, dan Corsica.
f)   Nasionalisme agama ialah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi
politik dari persamaan agama. Walaupun begitu, lazimnya nasionalisme etnis adalah
dicampuradukkan dengan nasionalisme keagamaan. Misalnya, di Irlandia semangat
nasionalisme bersumber dari persamaan agama mereka yaitu Katolik; nasionalisme
di India seperti yang diamalkan oleh pengikut partai BJP bersumber dari agama Hindu.

Lalu apa bentuk nasionalisme Indonesia? Pada prinsipnya nasionalisme Pancasila adalah
pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya
yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi
nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa:
1) Menempatkan persatuan – kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara
di atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan
2) Menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan Bangsa dan Negara.
3) Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia tidak rendah diri
4) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia
dan sesama bangsa
5) Menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia
6) Mengembangkan sikap tenggang rasa
7) Tidak semena-mena terhadap orang lain
8) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
9) Senantiasa menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
10)Berani membela kebenaran dan keadilan
11)Merasa bahwa bangsa Indonesia merupakan bagian dari seluruh umat manusia.

Ditinjau dari segi historis (sejarah), perkembangan nasionalisme di Indonesia dilandasi


oleh adanya faktor:
1) Persamaan nasib, penjajahan selama 350 tahun memberikan derita panjang bagi
bangsan ini, sehingga lahir persamaan nasib diantara rakyat pribumi
2) Kesatuan tempat tinggal, seluruh wilayah nusantara yang membentang dari Sabang
hingga Merauke
3) Adanya keinginan bersama untuk merdeka, penderitaan panjang akibat penjajahan
melahirkan keinginan bersama untuk merdeka melepaskan diri dari belenggu
penjajahan
4) Cita-cita bersama untuk mewujudkan kemakmuran dan keadilan sebagai suatu Negara.

Adapun spirit kebangsaan (nasionalisme) pada bangsa Indonesia diakomodasi dalam


Pembukaan UUD dalam Pancasila. Adapun ciri-ciri nasionalisme Indoesia antara lain:
1) Memiliki rasa cinta pada tanah air (patriotisme)
2) Bangga manjadi bagian dari bangsa dan masyarakat Indonesia
3) Menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi ataupun golongan
4) Mengakui dan menghargai sepenuhnya keanekaragaman yang ada pada bangsa
Indonesia
5) Bersedia mempertahankan dan turut memajukan Negara serta menjaga nama baik
bangsanya
6) Membangun rasa persaudaraan, solidaritas, perdamaian, dan anti kekerasan antar
kelompok masyarakat dengan semangat persatuan dan kesatuan
7) Memiliki kesadaran bahwa kita merupakan bagian dari masyarakat dunia, sehingga
bersedia untuk menciptakan perdamaian dunia dan menciptakan hubungan kerjasama
yang saling menguntungkan

Nasionalisme menjadi dasar pembentukan Negara kebangsaan. Negara kebangsaan adalah


Negara yang pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan/ nasionalisme.
Artinya, adanya tekad masyarakat untuk membangun masa depan bersama di bawah satu
Negara yang sama walaupun berbeda ras, agama, suku, etnis, atau golongannya. Rasa
nasionalisme sudah dianggap muncul ketika suatu bangsa memiliki cita-cita yang sama
untuk mendirikan suatu Negara kebangsaan. Paham nasionalisme akan menjadikan kita
memiliki kesadaran akan adanya bangsa dan Negara.

Nasionalisme telah menjadi persyaratan mutlah yang harus dipenuhi bagi kehidupan
sebuah bangsa. Paham nasionalisme membentuk kesadaran para pemeluknya bahwa
loyalitas tidak lagi diberika pada golongan atau kelompok kecil, seperti agama, ras, etnis,
budaya (ikatan primordial), namun ditujukan pada komunitas yang dianggap lebih tinggi
yaitu bangsa dan Negara.

Tugas!
1. Simpulkan apa yang dimaksud nasionalisme!
2. Berikan contoh perwujudan nalionalisme di lingkungan sekolah dan masyarakat!

2. Patriotisme
Patriotisme berasal dari kata patria, yang maknanya ‘tanah air’. Kata patria lalu berubah
menjadi kata patriot yang maknanya ‘seseorang yang mencintai tanah air’. Patriotisme
berarti ‘semangat cinta tanah air atau sikap seseorang yang bersedia mengorbankan
segala-galanya untuk mempertahankan bangsanya’. Patriotisme muncul setelah lahirnya
nasionalisme, tetapi antara nasionalisme dan patriotisme biasanya diartikan sama.

Jiwa patriotisme sudah tampak dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, antara lain
diwujudkan dalam bentuk kerelaan para pahlawan bangsa untuk mempertahankan
kemerdekaan dengan mengorbankan jiwa dan raga. Jiwa dan semangat bangsa Indonesia
untuk merebut kemerdekaan sering juga disebut sebagai jiwa dan semangat 45.

Adapun Jiwa dan semangat 45 di antaranya adalah:


1.    pro-patria dan primus patrialis ‘mencintai tanah air dan mendahulukan kepentingan tanah
air’;
2.    jiwa solidaritas dan kesetiakawanan dari semua lapisan masyarakat pada perjuangan
kemerdekaan;
3.    jiwa toleran atau tenggang rasa antaragama, antarsuku, antargolongan, dan antarbangsa;
4.    jiwa tanpa pamrih dan bertanggung jawab; serta
5.    jiwa ksatria dan kebesaran jiwa yang tidak mengandung balas dendam.

Pada dasarnya patriotisme berbeda dengan nasionalisme, meskipun berdekatan dan


umumnya dianggap sama. Patriotisme lahir dari semangat nasionalisme dengan
terbentuknya negara. Gerakan patriotisme muncul setelah terbentuknya bangsa yang
dilandasi nasionalisme. Sikap patriotisme yang diwujudkan dalam semangat cinta tanah air
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Perbuatan rela berkorban untuk membela dan mempertahankan negara dan bangsa
b. Perbuatan untuk mengisi kelangsungan hidup negara dan bangsa.

Perbuatan membela dan mempertahankan negara diwujudkan dalam bentuk kesediaan


berjuang untuk menahan dan mengatasi serangan atau ancaman bangsa lain yang akan
menghancurkan begara. Selain itu, ancaman negara lain, ancaman dari kelompok bangsa
sendiri, kegiatan yang dapat merugikan negara, dan ancaman alam dapat mengakibatkan
kerusakan dan kehancuran negara. Kelangsungan hidup negara dapat diwujudkan dengan
kesediaan bekerja sesuai dengan bidang dan kapasitasnya dalam rangka meningkatkan
harkat dan martabat bangsa, serta pencapaian tujuan negara.

Tugas:
1. Simpulkan apa yang dimaksud patriotisme!
2. Berikan contoh orang-orang yang memiliki sikap patriotisme!
3. Buat sebuah rencana untuk menerapkan nilai nasionasme dan patriotisme di lingkungan
masyarakatmu!

B. Semangat dan Komitmen Kolektif Kebangsaan Untuk Memperkuat Negara


Kesatuan Republik Indonesia
Perwujudan semangat dan komitmen kolektif kebangsaan untuk memperkuat Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang tercermin dalam nasionalisme dan patriotisme bagi
bangsa Indonesia dapat dilihat dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia antara lain :

a. Sebelum Masa Kebangkitan Nasional


Perjuangan bangsa Indonesia untuk membela tanah air atau jiwa patriotisme sebelum
kebangkitan nasional, masih bersifat kedaerahan, tergantung pada pemimpin, belum
terorganisir dan tujuan perjuangan belum jelas.
b. Masa Kebangkitan Nasional
Perjuangan bangsa Indoensia tidak lagi bersifat kedaerahan, tapi bersifat nasional.
Perjuangan dilakukan dengan cara organisasi modern, dimana sejak berdirinya Budi
Utomo merupakan titik awal kesadaran nasionalisme. Masa ini disebut angkata nperintis,
sebab disamping merintis kesadaran nasional juga merintis berdirinya organisasi.   

c. Masa sumpah pemuda


Sumpah pemuda merupakan tonggak sejarah bagi perjuangan bangsa Indonesia. Yang jelas
dan tegas dalam menuntut kemerdekaan bagi bngsa Indonesia. Sumpah pemuda
mengandung nilai yang sangat tinggi yaitu nilai persatuan dan kesatuan yan gmerupakan
modal perjuangan untuk mencapai kemerdekaan. Masa ini d sebut angkatan penegas,
sebab angkatan inilah yang menegaskan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa dalam
berjuang mencapai kemerdekaan.

d. Masa proklamsi kemerdekaan


Proklamasi kemerdekaan merupakan titik kulminasi (puncak) perjuangan bangsa
Indoensia, juga merupakan  wujud perjuangan yan gberdasarkan persatuan Indonesia.
Oleh karena itu, semangat kebangsaan, semangat persatuan dan kesatuan bangsa yang
mengantarkan Indoensis mencapai tonggak sejarah yang paling fundamental harus kita
jaga dan kita pertahankan. Proklamasi kemerdekaan merupakan jembatan emas yan gakan
mengantarkan bangsa Indoensia menuju cita-cita nasional yaitu masyarakat yang merdeka,
berdaulat, adil dan makmur.

Wujud semangat dan komitmen kolektif kebangsaan untuk memperkuat Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang dapat digali dari perjuangan bangsa Indonesia antara lain
Pancasila sebagai dasar Negara, Lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan, Bendera
merah putih sebagai bendera Negara, dan Garuda Pancasila sebagai lambang Negara.

1. Pancasila Dasar Negara


Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa Pancasila ditetapkan sebagai
dasar Negara dan pandangan hidup bangsa. Penjelasan lebih lanjut silahkan baca materi
penetapan Pancasila sebagai dasar Negara dan implementasi Pancasila sebagai dasar
Negara.

2. Lagu Indonesia Raya Sebagai Lagu Kebangsaan


a. Sejarah Singkat Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
Lagu “Indonesia Raya” pertama kali diperdengarkan oleh penciptanya sendiri, W.R.
Supratman pada Kongres Pemuda Indonesia II di Jakarta tanggal 28 Oktober 1928. Sejak
saat itu, lagu tersebut mendapat penghargaan dari para pemuda dan diakuinya sebagai
lagu kebangsaan Indonesia. Lama kelamaan lagu itu menjadi popular dan tersiar luas
sampai keluar negeri. Tiap-tiap rapat kebangsaan dibuka dan ditutup dengan lagu
Indonesia Raya. Demikian pula, Pertemuan orang-orang atau para pemimpin bangsa
Indonesia di luar negeri memperdengarkan lagu itu. Bahkan, perkumpulan-perkumpulan
orkes Prancis, Rusia, Mesir, Tiongkok, dan Belanda meminta lagu itu diterjemahkan dalam
bahasa mereka dan dibuatkan piringan hitamnya.

Hal itu menyebabkan Pemerintah Hindia Belanda menjadi gusar, kemudian melarang agar
di dalam syair nyanyian itu tidak terdapat kata-kata “merdeka” dan menyita piringan hitam
yang sudah jadi. Pemerintah Hindia Belanda mengizinkan lagu itu diperdengarkan dengan
syarat sbb:
1. Kata-kata “merdeka, merdeka” harus diganti dengan “mulia, mulia”.
2. Sebelum dinyanyikan lagu “Indonesia Raya” terlebih dahulu harus dinyanyikan lagu
kebangsaan Belanda“ Wilhelmus”.

Ketika akan masuk ke Indonesia dan guna mendapatkan dukungan dalam perang melawan
Sekutu, Jepang menghibur  Bangsa Indonesia dengan memperbolehkan lagu “Indonesia
Raya” dinyanyikan dimana-mana, termasuk di radio. Namun, setelah Jepang menanamkan
kekuasaannya di Indonesia, ia melarang lagu tersebut dinyanyikan di seluruh wilayah
tanah air.

Setelah penghujung tahun 1944, ketika Jepang mulai menunjukkan tanda-tanda


kekalahannya dan ketika nasionalisme Indonesia sedang menyala-nyala hingga melahirkan
perlawanan di beberapa tempat, bangsa Indonesia diperbolehkan kembali menyanyikan
lagu “Indonesia Raya” di seluruh penjuru tanahair.

b. Penetapan Lagu Indonesia Raya sebagai Lagu Kebangsaan Republik Indonesia


Setelah Indonesia merdeka, maka lagu tersebut ditetapkan sebagai lagu kebangsaan
Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1958. Disamping menegaskan
status lagu “Indonesia Raya”, dalam PP tersebut, juga diatur tentang tata cara penggunaan
lagu tersebut sbb:
1) Lagu kebangsaan diperdengarkan dan dinyanyikan:
a) untuk menghormati Kepala Negara danWakil Kepala Negara,
b) pada waktu penaikan dan penurunan bendera kebangsaan yang diadakan dalam
upacara, untuk menghormati bendera itu,
c) untuk menghormati negara asing.
2) Lagukebangsaandapatpula diperdengarkandandinyanyikansebagai:
a) pernyataan perasaan nasional,
b) rangkaian pendidikan dan pengajaran.
3) Lagu kebangsaan dilarang diperdengarkan dan dinyanyikan untuk:
a) reklame dalam bentuk apapun juga,
b) menggunakan bagian-bagian dari pada lagu kebangsaan dalam gubahan yang tidak
sesuai dengan kedudukan lagu “Indonesia Raya” sebagai lagu kebangsaan.

Di samping itu, dalam tata tertib penggunaan lagu kebangsaan, lagu kebangsaan tidak
boleh diperdengarkan dan dinyanyikan pada waktu dan tempat menurut kemauan sendiri.
Lagu kebangsaan tidak boleh diperdengarkan dan dinyanyikan dengan nada-nada, irama,
iringan, kata-kata dan gubahan lain selain seperti yang sudah ditentukan. Pada waktu lagu
kebangsaan diperdengarkan dan dinyanyikan orang yang hadir berdiri tegak ditempat
masing-masing.

Barangsiapa melanggar ketentuan tersebut diancam hukuman kurungan selama-lamanya


tiga bulan atau dengan denda sebanyak-banyaknya lima ratus rupiah. 
Perlu diketahui bahwa penetapan dan pengesahan lagu “Indonesia Raya” sebagai lagu
kebangsaan Republik Indonesia bukan baru terjadi pada tahun 1958 dengan
dikeluarkannya PP No  44 Tahun 1958, jauh dari tahun itu sudah ditetapkan. Memang,
dalam UUD’45 tidak disebutkan hal itu, namun hal itu secara tegas disebutkan dalam Pasal
3 ayat (2) Konstitusi RIS yang kemudian ditegaskan kembali dalam Pasal 3 ayat (2)
UUDS1950.

Dalam pasal dan ayat tersebut  ditegaskan bahwa lagu kebangsaan ialah lagu “Indonesia
Raya”. Dengan menyadari akan kekurangannya, MPR dalam sidangnya tahun 2000 dan
ketika mengadakan amandemen (perubahan) kedua UUD’45, masalah itu ditambahkan
dengan memasukkan ketentuan Pasal 36B. Dalam pasal itu dinyatakan bahwa lagu
kebangsaan adalah “Indonesia Raya”.

3. Bendera Merah Putih Sebagai Bendera Negara


a. Fungsi Bendera Negara
Secara umum, bendera negara mempunyai fungsi, antara lain:
1) Sebagai lambang kedaulatan negara,
2) Sebagai identitas bangsa dan negara, dan
3) Sebagai lambang kehormatan dan harga diri suatu bangsa atau negara.

b. Dasar Hukum Berlakunya Bendera Kebangsaan Negara RI


Dasar hukum berlakunya bendera kebangsaan negara RI adalah Pasal 35 UUD 1945 yang
berbunyi: “Bendera negara Indonesia ialah sang Merah Putih.” Selanjutnya secara
terperinci, bendera negara diatur dalam PP No. 40 Tahun 1958.

Dalam peraturan itu antara lain, diatur tentang tata cara penggunaannya. Ketentuan
penggunaan bendera antara lain, disebutkan sbb:
1) Pada umumnya bendera kebangsaan dikibarkan pada waktu siang hari, yaitu antara
saat matahari terbit dan saat matahari terbenam.
2) Dalam hal-hal istimewa, yaitu pada waktu diadakan peringatan nasional atau perayaan
lain yang mengembirakan nusa dan bangsa, pemerintah dapat menganjurkan supaya
bendera kebangsaan dikibarkan di seluruh negara.
3) Penggunaan bendera kebangsaan diperbolehkan pada waktu dan di tempat:
a. Diadakan perhelatan perkawinan, perhelatan sunatan, dan perhelatan agama atau
adat istiadat yang lazim dirayakan;
b. Didirikan bangunan, jika pemasangan itu menjadi kebiasaan, dan pemasangannya
itu dapat dilakukan siang dan malam;
c. Diadakan pertemuan, seperti muktamar, konferensi, peringatan tokon nasional, atau
hari-hari bersejarah;
d. Diadakan perlombaan;
e. Diadakan perayaan sekolah;
f. Diadakan perayaan lain yang pemasangan bendera itu dapat dianggap sebagai tanda
pernyataan kegembiraan umum.
4) Bendera kebangsaan dikibarkan sebagai tanda berkabung jika kepala negara atau wakil
kepala negara wafat atau sebagai tanda turut berkabung terhadap negara sahabat.
Dalam hal itu, bendera kebangsaan dipasang setengah tiang.
5) Bendera kebangsaan dikibarkan setiap hari:
a. Pada rumah-rumah jabatan atau di halaman rumah-rumah jabatan presiden, wakil
presiden, menteri, gubernur, kepala daerah yang setingkat dengan ini;
b. Dirumah-rumah pejabat atau di halaman rumah-rumah pejabat semua kepala
daerah;
c. Dimakan pahlawan nasional;
d. Di gedung-gedung atau halaman gedung-gedung kabinet, presiden, DPR, MA,
Kejaksaan Agung, BPK, dan lain-lain pada hari kerja;
e. Digedung-gedung atau di halaman gedung-gedung sekolah negeri atau sekolah
swasta nasional.
6) Bendera kebangsaan tidak boleh digunakan bertentangan dengan kedudukannya
sebagai lambang kedaulatan dan tanda kehormatan negara, seperti:
a) dipakai sebagai langit-langit, atap, pembungkus barang, tutup barang, dan reklame
perdagangan dengan cara apapun;
b) Digambar, dicetak, atau disulam pada barang-barang yang pemakaiannya
mengandung kurang penghormatan terhadap bendera kebangsaan.
7) Barang siapa yang melanggar ketentuan seperti yang diatur dalam peraturan itu
dihukum  dengan hukuman kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-
banyaknya lima Ratus rupiah

4. Garuda Pancasila Sebagai Lambang Negara


Alat perekat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang lain, yakni lambang negara.
Lambang Negara kita adalah burung garuda yang mencengkeram pita bertuliskan
semboyan BhinnekaTunggal Ika. 

Semboyan itu  berasal dari bahasa Jawa kuno artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Lambang negara Republik Indonesia direncanakan oleh Panitia Lencana Negara dan
disahkan oleh Dewan Menteri RIS pada tanggal 11 Februari 1950. Selanjutnya, ditetapkan
kembali dengan PP No. 66 Tahun 1951 tanggal 17 Oktober1951 yang berlaku surut sejak
tanggal 17 Agustus 1950. Lambang itu menggambarkan seekor burung garuda yang di
dalam mitologi peradaban Indonesia berarti tenaga pembangunan.

Rantai yang  dikalungkan pada leher garuda itu tergantung sebuah perisai berbentuk
jantung yang melambangkan pembelaan nusa dan bangsa. Banyak bulu disayap berjumlah
17 helai, diekor berjumlah 8 helai, di kaki sebelah bawah perisai berjumlah19 helai dan
dileher bejumlah 45 helai. 

Semua bilangan itu melambangkan tanggal, bulan, dan tahun proklamasi kemerdekaan,
yakni tanggal 17-8-1945. Garuda yang terlukis dengan warna kuning emas melambangkan
kemenangan yang gemilang dan nilai negara. Warna merah putih didalam perisai berasal
dari dwiwarna. Garis melintang di tengah-tengah perisai menggambarkan khatulistiwa
yang melalui Kepulauan Indonesia. Dengan garis itu dinyatakan bahwa Indonesia adalah
satu-satunya Negara asli di daerah khatulistiwa yang mencapai  kemerdekaan dan
kedaulatan dengan kekuatan sendiri. Perisai yang terbagi lima itu mengingatkan kepada
Pancasila:
a. Ketuhanan Yang Maha Esa (bintang di tengah)
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab (rantai)
c. Persatuan Indonesia (beringin)
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan (kepala banteng)
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (padidankapas).

Tugas:
1. Buat ringkasan makna Pancasila sebagai dasar negara, Lagu Indonesia Raya Sebagai Lagu
Kebangsaan, Bendera merah putih sebagai bendera negara, Garuda Pancasila sebagai
lambang negara!
2. Tuliskan upaya yang dapat kamu lakukan untuk:
a) Menempatkan Pancasila sebagai dasar negara;
b) Menempatkan lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan;
c) Menempatkan  Bendera merah putih sebagai bendera negara, dan
d) Mempososikan Garuda Pancasila sebagai lambang negara!

C. Contoh Penerapan dan Sikap positif terhadap Semangat Kebangsaan


Semangat kebangsaan dalam arti luas, dapat diterapkan di lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat sekiar dengan cara:
a) Keteladanan
Keteladanan atau “teladan”, merupakan sikap dan perilaku yang patut dicontoh atau ditiru
karena perkataan dan perbuatannya. Keterladanan dapat diberikan diberbagai lingkungan
seperti rumah (keluarga), sekolah, instansi pemerintahan dan swasta, dan masyarakat luas.
Keteladanan bisa dimulai dari hal – hal terkecil, dan dari diri sendiri. contohnya: bekerja
keras dan disiplin dalam mengerjakan prestasi, mebayar pajak tepat waktu, mematuhi tata
tertib berlalu lintas, mau melakukan kerja bakti/gotong royong membersihkan lingkungan,
tidak melakukan korupsi, dan lain – lain.
b) Pewarisan
Pewarisan atau “warisan”, merupakan cara atau proses menurunkan, memberikan atau
menyerahkan sesuatu kepada pihak lain. Pewarisan semangat kebangsaan adalah cara –
cara menurunkan nilai – nilai, sikap, dan perilaku terpuji kepada generasi berikutnya
(muda). Contoh: tulus ikhlas dalam membantu orang yang terkena musibah, berlaku jujur
dan bertanggung jawab dalam mengembang amanah, terbiasa belajar dan bekerja tepat
waktu, dan lain – lain.
c) Ketokohan 
Ketokohan atau “tokoh”, merupakan sosok seseorang yang terkenal dan disegani karena
pengaruhnya sangat besar di dalam masyarakat.
Dalam semangat kebangsaan, ketokohan perlu dijadikan sandaran pedoman (referensi)
guna memberikan motivasi dan semangat bagi generasi muda. Contoh: berupaya selalu
mengambil inisiatif dalam hal-hal kebaikan (kerja bakti, membantu sesame, dan belajar),
tidak cepat puas dalam suatu prestasi, ingin selalu memberikan terbaik, rajin cepat dalam
suatu prestasi, ingin selalu memberikan yang terbaik, rajin membantu atau sedekah kepada
orang lain yang membutuhkan, dan sebagainya.

Sikap positif terhadap semangat kebangsaan mengadung arti sikap positif terhadap
nasionalisme dan patriotisme. Berikut ini contoh upaya menumbuhkembangkan  sikap
positif terhadap nasionalisme dan patriotism.

1. Menumbuhkan sikap positif terhadap semangat kebangsaan di lingkungan


keluarga
Contoh upaya menumbuhkan Sikap positif terhadap semangat kebangsaan di lingkungan
keluarga, antara lain:
1) memberikan pendidikan sejak dini tentang sikap nasionalisme dan patriotisme
terhadap bangsa Indonesia.
2) setiap anggota keluarga dapat memberikan contoh atau tauladan tentang rasa
kecintaan dan penghormatan pada bangsa.
3) orang tua selalu memberikan pengawasan terhadap pergaulan anaknya agar terhindari
dari kenakalan remaja dan bahaya narkoba.
4) membiasakan menanamkan nilai demokratis melalui musyawarah keluarga
5) selalu menggunakan produk dalam negeri, dll.
2. Menumbuhkan sikap positif terhadap semangat kebangsaan di lingkungan
sekolah
Contoh upaya menumbuhkan Sikap positif terhadap semangat kebangsaan di lingkungan
keluarga, antara lain
1) memberikan pelajaran tentang pendidikan pancasila dan kewarganegaraan dan juga
bela Negara.
2) menanamkan sikap cinta tanah air dan menghormati jasa pahlawan dengan
mengadakan upacara setiap hari senindan upacara hari besar nasional.
3) memberikan pendidikan moral, sehingga para pemuda tidak mudah menyerap hal-hal
negatif yang dapat mengancam ketahanan nasional.
4) Membiasakan hidup bersih, disiplin dan taat aturan melalui pelaksanaan tata tertib
sekolah
5) melatih untuk aktif berorganisasi, dll

3. Menumbuhkan sikap positif terhadap semangat kebangsaan di lingkungan


Masyarakat, Bangsa dan Negara
Contoh upaya menumbuhkan sikap positif terhadap semangat kebangsaan di lingkungan
masyarakat, bangsa dan negara, antara lain
1) Menggalakan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan rasa nasionalisme, seperti
gotong royong, bakti sosial, pameran budaya,dan linnya.
2) Mewajibkan pemakaian batik kepada pegawai negeri sipil pada hari tertentu. Hal ini
dilakukan karena batik merupakan sebuah kebudayaan asli Indonesia, yang diharapkan
dengan kebijakan tersebut dapat meningkatkan rasa nasionalisme dan patrotisme
bangsa.
3) Tokoh masyarakat, pejabat pemerintah, pejabat  negara dan anggota dewan Para
pejabat harus lebih mendengarkan dan menghargai aspirasi rakyat, serta lebih
mementingkan kepentingan rakyat.

Saat ini kita harus mampu menumbuhkembangan semangat kebangsaan seperti yang
dicontohkan para pejuang bangsa untuk mengatasi berbagai permasalahan bangsa dengan
bersikap pantang menyerah, selalu bekerja keras, jujur, adil, disiplin, berani melawan
kesewenang-wenangan, tidak korupsi, toleran, dan lain-lain. Bila tidak bisa, artinya kita
tidak bisa lagi mempertahankan eksistensi bangsa dan negara dari kehancuran.

Tugas: Buatkan analisis pentingnya semangat kebangsaan dalam kehidupan lingkungan


keluarga, sekolah dan masyarakat !

C. Komitmen Kebangsaan
1. Pengertian  Komitmen Kebangsaan
Istilah Wawasan Kebangsaan terdiri dari dua suku kata yaitu “Wawasan” dan
“Kebangsaan”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) dinyatakan bahwa secara
etimologis istilah “wawasan” berarti: (1) hasil mewawas, tinjauan, pandangan dan dapat
juga berarti (2) konsepsi cara pandang. Wawasan Kebangsaan sangat identik dengan
Wawasan Nusantara yaitu cara pandang bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan nasional
yang mencakup perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan politik, sosial budaya,
ekonomi dan pertahanan keamanan (Suhady dan Sinaga, 2006).

“Kebangsaan” berasal dari kata “bangsa” yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2002) berarti kelompok masyarakat yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan
sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. Sedangkan “kebangsaan” mengandung arti (1)
ciri-ciri yang menandai golongan bangsa, (2) perihal bangsa; mengenai (yang bertalian
dengan) bangsa, (3) kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara.

Dengan demikian wawasan kebangsaan dapat diartikan sebagai konsepsi cara pandang
yang dilandasi akan kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara akan diri dan
lingkungannya di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Prof. Muladi, Gubernur
Lemhannas RI, meyampaikan bahwa wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa
Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, mengutamakan kesatuan dan persatuan
wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kesatuan atau integrasi nasional bersifat kultural dan tidak hanya bernuansa struktural
mengandung satu kesatuan ideologi, kesatuan politik, kesatuan sosial budaya, kesatuan
ekonomi, dan kesatuan pertahanan dan keamanan.

Wawasan kebangsaan menentukan cara bangsa mendayagunakan kondisi geografis negara,


sejarah, sosio-budaya, ekonomi dan politik serta pertahanan keamanan dalam mencapai
cita-cita dan menjamin kepentingan nasional. Wawasan kebangsaan menentukan bangsa
menempatkan diri dalam tata berhubungan dengan sesama bangsa dan dalam pergaulan
dengan bangsa lain di dunia internasional. Wawasan kebangsaan mengandung komitmen
dan semangat persatuan untuk menjamin keberadaan dan peningkatan kualitas kehidupan
bangsa dan menghendaki pengetahuan yang memadai tentang tantangan masa kini dan
masa mendatang serta berbagai potensi bangsa.

Wawasan kebangsaan dapat juga diartikan sebagai sudut pandang/cara memandang yang
mengandung kemampuan seseorang atau kelompok orang untuk memahami keberadaan
jati diri sebagai suatu bangsa dalam memandang dirinya dan bertingkah laku sesuai
falsafah hidup bangsa dalam lingkungan internal dan lingkungan eksternal (Suhady dan
Sinaga, 2006).

Dengan demikian dalam kerangka NKRI, wawasan kebangsaan adalah cara kita sebagai
bangsa Indonesia di dalam memandang diri dan lingkungannya dalam mencapai tujuan
nasional yang mencakup perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan politik, sosial
budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan, dengan berpedoman pada falsafah Pancasila
dan UUD 1945 atau dengan kata lain bagaimana kita memahami Wawasan Nusantara
sebagai satu kesatuan Poleksosbud dan Hankam.

2.  Wawasan Kebangsaan Indonesia


Konsep kebangsaan merupakan hal yang sangat mendasar bagi bangsa Indonesia. Dalam
kenyataannya konsep kebangsaan itu telah dijadikan dasar negara dan ideologi nasional
yang terumus di dalam Pancasila sebagaimana terdapat dalam Alinea IV Pembukaan UUD
1945. Konsep kebangsaan itulah yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa-
bangsa lain di dunia ini.
Dorongan yang melahirkan kebangsaan kita bersumber dari perjuangan untuk
mewujudkan kemerdekaan, memulihkan martabat kita sebagai manusia. Wawasan
kebangsaan Indonesia menolak segala diskriminasi suku, ras, asal-usul, keturunan, warna
kulit, kedaerahan, golongan, agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
kedudukan maupun status sosial. Konsep kebangsaan kita bertujuan membangun dan
mengembangkan persatuan dan kesatuan.

Dalam zaman Kebangkitan Nasional 1908 yang dipelopori oleh Budi Utomo menjadi
tonggak terjadinya proses Bhineka Tunggal Ika. Berdirinya Budi Utomo telah mendorong
terjadinya gerakan-gerakan atau organisasi-organisasi yang sangat majemuk, baik di
pandang dari tujuan maupun dasarnya.

Dengan Sumpah Pemuda, gerakan Kebangkitan Nasional, khususnya kaum pemuda


berusaha memadukan kebhinnekaan dengan ketunggalikaan. Kemajemukan,
keanekaragaman seperti suku bangsa , adat istiadat, kebudayaan, bahasa daerah, agama
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa tetap ada dan dihormati.

Wawasan kebangsaan Indonesia tidak mengenal adanya warga negara kelas satu, kelas
dua, mayoritas atau minoritas. Hal ini antara lain dibuktikan dengan tidak
dipergunakannya bahasa Jawa misalnya, sebagai bahasa nasional tetapi justru bahasa
melayu yang kemudian berkembang menjadi bahasa Indonesia.

Derasnya pengaruh globalisasi, bukan mustahil akan memporak porandakan adat budaya
yang menjadi jati diri kita sebagai suatu bangsa dan akan melemahkan paham
nasionalisme. Paham nasionalisme adalah suatu paham yang menyatakan bahwa loyalitas
tertinggi terhadap masalah duniawi dari setiap warga bangsa ditunjukan kepada negara
dan bangsa.

Meskipun dalam awal pertumbuhan nasionalisme diwarnai oleh slogan yang sangat
terkenal, yaitu: liberty, equality, fraternality, yang merupakan pangkal tolak nasionalisme
yang demokratis, namun dalam perkembangannya nasionalisme pada setiap bangsa sangat
diwarnai oleh nilai-nilai dasar yang berkembang dalam masyarakatnya masing-masing,
sehingga memberikan ciri khas bagi masing-masing bangsa.

Wawasan kebangsaan Indonesia menjadikan bangsa yang tidak dapat mengisolasi diri dari
bangsa lain yang menjiwai semangat bangsa bahari yang terimplementasikan menjadi
wawasan nusantara bahwa wilayah laut Indonesia adalah bagian dari wilayah negara
kepulauan yang diakui dunia. Wawasan kebangsaan merupakan pandangan yang
menyatakan negara Indonesia merupakan satu kesatuan dipandang dari semua aspek
sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dalam mendayagunakan konstelasi Indonesia,
sejarah dan kondisi sosial budaya untuk mengejawantahan semua dorongan dan
rangsangan dalam usaha mencapai perwujudan aspirasi bangsa dan tujuan nasional yang
mencakup kesatuan politik, kesatuan sosial budaya, kesatuan ekonomi, kesatuan
pertahanan keamanan (Suhady dan Sinaga, 2006).

Wawasan kebangsaan Indonesia yang menjadi sumber perumusan kebijakan desentralisasi


pemerintahan dan pembangunan dalam rangka pengembangan otonomi daerah harus
dapat mencegah disintegrasi / pemecahan negara kesatuan, mencegah merongrong
wibawa pemerintah pusat, mencegah timbulnya pertentangan antara pemerintah pusat
dengan pemerintah daerah. Melalui upaya tersebut diharapkan dapat terwujud pemerintah
pusat yang bersih dan akuntabel dan pemerintah daerah yang tumbuh dan berkembang
secara mandiri dengan daya saing yang sehat antar daerah dengan terwujudnya kesatuan
ekonomi, kokohnya kesatuan politik, berkembangnya kesatuan budaya yang memerlukan
warga bangsa yang kompak dan bersatu dengan ciri kebangsaan, netralitas birokrasi
pemerintahan yang berwawasan kebangsaan, sistem pendidikan yang menghasilkan kader
pembangunan berwawasan kebangsaan.

Wawasan kebangsaan Indonesia memberi peran bagi bangsa Indonesia untuk proaktif
mengantisipasi perkembangan lingkungan stratejik dengan memberi contoh bagi bangsa
lain dalam membina identitas, kemandirian dan menghadapi tantangan dari luar tanpa
konfrontasi dengan meyakinkan bangsa lain bahwa eksistensi bangsa merupakan aset yang
diperlukan dalam mengembangkan nilai kemanusiaan yang beradab (Sumitro dalam
Suhady dan Sinaga, 2006).

Akhirnya, bagi bangsa Indonesia, untuk memahami bagaimana wawasan kebangsaan perlu
memahami secara mendalam falsafah Pancasila yang mengandung nilai-nilai dasar yang
akhirnya dijadikan pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku yang bermuara pada
terbentuknya karakter bangsa.

3.  Makna Wawasan Kebangsaan 


Wawasan Kebangsaan bagi bangsa Indonesia memiliki makna:
1) Wawasan kebangsaan mengamanatkan kepada seluruh bangsa agar menempatkan
persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi atau golongan;
2) Wawasan kebangsaan mengembangkan persatuan Indonesia sedemikian rupa sehingga
asas Bhinneka Tunggal Ika dipertahankan;
3) Wawasan kebangsaan tidak memberi tempat pada patriotisme yang licik;
4) Dengan wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh pandangan hidup Pancasila, bangsa
Indonesia telah berhasil merintis jalan menjalani misinya di tengah-tengah tata
kehidupan di dunia;
5) NKRI yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur bertekad untuk mewujudkan
bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir batin, sejajar dengan bangsa lain
yang sudah maju.

4.  Nilai Dasar Wawasan Kebangsaan


Nilai Wawasan Kebangsaan yang terwujud dalam persatuan dan kesatuan bangsa memiliki
enam dimensi yang bersifat mendasar dan fundamental, yaitu:
1) Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa;
2) Tekad bersama untuk berkehidupan kebangsaan yang bebas, merkeka, dan besatu;
3) Cinta akan tanah air dan bangsa;
4) Demokrasi atau kedaulatan rakyat;
5) Kesetiakawanan sosial;
6) Masyarakat adil-makmur.

Tugas: Tuliskan 10 Komitmen yang kamu miliki untuk menjaga dan mempertahankan
Negara Kesatuan Republik Indonesia!

D. Gotong Royong Sebagai Wujud Nyata Semangat dan  Komitmen Kolektif Kebangsaan
Soekarno pada pidatonya tanggal 1 Juni 1945 mengusulkan satu substansial dasar negara
dengan 3 versi, yaitu: Pancasila, Trisila dan Ekasila (Penetapan Tujuh Bahan Pokok
Indoktrinasi - Ir Soekarno). Pancasila terdiri dari ketuhanan (religiositas), kemanusiaan
(humanitas), persatuan (nasionalitas), kerakyatan (soverenitas), dan keadilan sosial
(sosialitas). Trisila terdiri dari sosionasionalisme, sosiodemokrasi dan ketuhanan.
Sementara ekasila dimaknai sebagai gotong royong. Soekarno menyebutnya, “Dari
Pancasila bisa diperas menjadi Ekasila.” Jadi gotong royong itu sebenarnya adalah
Pancasila juga.

Seandainya hanya satu prinsip yang diminta, Soekarno mengatakan harus digali dari tujuan
membangun Indonesia, yaitu “semua untuk semua.” Harus dicatat bahwa Indonesia
didirikan bukan hanya untuk orang jawa saja atau untuk umat muslim saja, tapi Indonesia
buat Indonesia. Kata yang diusulkan adalah kata Indonesia asli: gotong royong (Soekarno:
Bapak Bangsa Indonesia - MM Darmawan, 2005).

1. Makna Gotong Royong


Kita sebagai makhluk sosial membutuhkan sesamanya dalam mencapai kesejahteraan yang
baik. Tak dapat dipungkiri bahwa gotong royong merupakan aset budaya yang harus
senantiasa dijaga dan menjadi pola sikap masyarakat. Gotong royong pun mampu
menciptakan suasana yang harmonis antara masyarakat yakni seringnya
masyarakat intens menjalin silatuhrami, melakukan kerjasama maka, terjalinlah solidaritas
dari itu dapat menumbuhkan rasa simpati dan empati masyarakat sehingga menjadi alat
perekat untuk memperkuat dan mempererat hubungan mayarakat, bila dimanfaatkan
dapat menjadi senjata yang ampuh dalam menghadapi pembangunan nasional. Berawal
dari itu, masyarakat sudah memiliki rasa saling memiliki serta rasa memerlukan satu sama
lain berlanjut pada kepedulian terhadap sesama dan lingkungan, apabila kita sambungkan
dapat merujuk pada sifat nasionalisme yang kita butuhkan pada zaman globalisasi
sekarang ini.

Tak pelik dalam kehidupan masyarakat Indonesia, istilah gotong royong menempati posisi
terhormat sekaligus membumi. Nenek moyang kita dulu sudah mengenal gotong royong itu
sehingga dulu negara kita adalah negara yang sejahtera karena nilai gotong royong itu
sendiri. Begitupun sejarah telah mencatat bahwa proses lahirnya bangsa (melalui sumpah
pemuda 1928)  hingga proses lahirnya negara (melalui Proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945) merupakan hasil dari gotong royong dari segenap komponen bangsa.
Presiden Sukarno menggunakan istilah gotong royong sebagi kata lain Ekasila yang
merupakan perasan lanjutan dari Trisila setelah sebelumnya merupakan hasil peras dari
Pancasila. Pada era Orde baru, kata gotong royong juga sering dijadikan kata kunci dalam
rangka mensukseskan program-program pembangunan. Hal itu menyatakan bahwa gotong
royong itu sudah mendarah daging bagi bangsa Indonesia sehingga gotong royong dapat
dikatakan sebagai karakteristik atau ciri khas budaya bangsa Indonesia.

Menurut Garnaut dan Mcawley, sejak Indonesia mengalami kemerdekaan pada tahun 1945,
interaksi sosial yang dimiliki bangsa Indonesia bersifat kolektif, konsensual, dan
kooperatif. Sifat interaksi sosial berlangsung dalam masyarakat Indonesia saat itu
berpengaruh kuat terhadap pembentukan karakter bangsa dan budaya. Serangkaian istilah
yang melekat dengan budaya Indonesia yaitu koperasi, musyawarah, dan gotong royong.

2. Pengaruh Prinsip Gotong Royong Terhadap Pembangunan


Dalam khazanah kehidupan masyarakat  Indonesia,  istilah “gotong royong” menempati
posisi terhormat sekaligus membumi. Terhormat karena istilah tersebut sering dijadikan
kata kunci oleh para tokoh bangsa untuk menggalang dukungan terhadap suatu gagasan.
Presiden Sukarno menggunakan istilah gotong royong sebagai kata lain Ekasila yang
merupakan perasan lanjutan dari Trisila setelah sebelumnya merupakan hasil peras dari
Pancasila. 

Bung Karno pernah berpidato tentang pentingnya gotong royong: ….Sebagaimana tadi yang
telah saya katakan: kita mendirikan Negara Indonesia, yang kita semua harus
mendukungnya. Semua bagi semua! Bukan Kristen untuk Indonesia, bukan golongan Islam
buat Indonesia, bukan Hadikoesoemo buat Indonesia, bukan Van Hoek buat Indonesia,
bukan Nitisemito yang kaya buat Indonesia, tapi Indonesia buat Indonesia –semua buat
semua! Jikalau saya peras yang lima (Pancasila) menjadi tiga, dan yang tiga menjadi satu,
maka dapatlah saya satu perkataan Indonesia yang tulen, yaitu “gotong royong”. Negara
Indonesia yang kita dirikan haruslah negara gotong royong! Alangkah hebatnya! Negara
gotong-royong!

Dalam pidatonya yang lain Bung Karno menyebutkan: “Gotong royong” adalah paham yang
dinamis, lebih dinamis dari “kekeluargaan” saudara-saudara! Kekeluargaan adalah satu
paham yang statis, tetapi gotong royong menggambarkan satu usaha, satu amal, satu
pekerjaan, yang dinamakan anggota yang terhormat Soekardjo: satu karyo, satu gawe.
Marilah kita menyelesaikan karyo, gawe, pekerjaan, amal ini bersama-sama! Gotong royong
adalah membanting tulang bersama, pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu-
binantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan
semua. Holopis-kuntul-baris buat kepentingan bersama! Itulah gotong royong! Rakyat itu
semua harus digotong-royongkan dalam perjuangan raksasa ini!

Pada  era  Orde  Baru,  kata  gotong  royong  juga  sering  dijadikan  kata  kunci  dalam 
rangka mensukseskan program-program pembangunan. Betapapun besar  anggaran  yang
disediakan negara melalui APBN  bila  tanpa  didukung  semangat  kebersamaan  bernama 
gotong  royong dalam  membangun  dan  memelihara  hasil  pembangunan,  tentulah 
program  itu  tidak akan berjalan secara efektif dan efisien. 
Di era pemerintahan Megawati Sukarnoputri, gotong royong bahkan digunakan sebagai
nama kabinet. Lebih  jauh M. Nasroen,  salah  seorang pelopor kajian  filsafat  Indonesia 
menyatakan  bahwa  Gotong  royong  merupakan  salah  satu  dasar filsafat Indonesia. 

Melalui gotong  royong biaya hidup dan kegiatan pembangunan menjadi  lebih murah dan
efisien. Bilamana bisa dihitung biaya untuk perlindungan umum dan  lain-lain dalam
kehidupan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara bergotong royong, bisa jadi
jumlahnya lebih besar dari APBN. 

Ada salah satu contoh desa yang berhasil mengimplementasikan prinsip gotong royong
dalam peningkatan perekonomian warganya, yaitu Desa Tutul, Kecamatan Balung, di
Kabupaten Jember, Jawa Timur. Desa tersebut berhasil mengantar desanya yang miskin
menjadi desa wirausaha berkat prinsip gotong royong yang mampu mengolah anggaran
Desa sehingga menghasilkan laba, bukan justru habis tidak berbekas. Karena prestasinya,
Desa Tutul sampai disebut desa tanpa pengangguran, karena hampir seluruh warganya
mampu bekerja mandiri.

Bekerja sebagai perajin menjadi kehidupan mereka sehari-hari di samping mengurus


sawah atau kerja lainnya. “Pada waktu-waktu tertentu saat sawah tak bisa digarap, ibu-ibu
hingga pemuda membuat macam-macam kerajinan. Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi pada 2012 juga menetapkan Desa Tutul sebagai desa produktif karena
mampu mandiri dan membuka peluang kerja tidak hanya di Desa Tutul, tetapi juga desa
lain.

Saat ini, Desa Tutul juga menjadi desa binaan dari perusahaan-perusahaan BUMN.
Perusahaan-perusahaan memberikan kredit untuk modal bagi perajin kecil untuk
memperbesar usahanya sebagai bagian dari rasa tanggung jawab sosial.
Pemerintah Kabupaten Jember turut mendukung usaha mikro, kecil, menengah seperti
yang ada di Tutul. Bupati Jember MZA Djalal menilai pariwisata dan UMKM mampu
menggerakkan ekonomi rakyat. Pada 2013, Pemkab mengalokasikan anggaran Rp 5,39
miliar melalui koperasi dan usaha kecil memengah serta Rp 4,1 miliar lewat pos Dinas
Perindustrian untuk memperkuat UMKM di Jember. Diharapkan desa-desa lain pun bisa
mengikuti jejak Desa Tutul.

3. Implementasi Prinsip Gotong Royong Sebagai Wujud Nyata Semangat dan 


Komitmen Kolektif Kebangsaan
Prinsip kekeluargaan dan kegotongroyongan dalam kehidupan bernegara nampak dalam
kehidupan ekonomi,  sosial dan politik. Dalam Dalam kehidupan ekonomi terlihat dari
makna pasal 33 ayat 1 UUD Negara Republik Indonesa tahun 1945 menyatakan
“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan”. Hal ini
berarti dalam kegiatan usaha ekonomi digunakan prinsip kerjasama, saling membantu
dalam suasana demokrasi ekonomi untuk mencapai kesejahteraan bersama secara adil

Selanjutnya Pasal 33 ayat (2) dan (3) menyatakan : (2) Cabang-cabang produksi yang
penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pasal 33 ayat (2) dan (3)
diatas menegaskan bahwa perekonomian di Indonesia sebesar-besarnya ditujukan untuk
kemakmuran rakyat.

Badan usaha atau lembaga ekonomi yang dibentuk untuk melaksanakan pasal 33 UUD
1945 yaitu:
a. Koperasi
b. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan
c. Usaha Swasta (wiraswasta) seperti CV atau PT
Bila kita kaitkan dengan pasal 33 ayat (1) UUD 1945, maka bentuk perusahaan yang paling
sesuai ialah Koperasi, karena koperasi merupakan suatu badan usaha yang melaksanakan
usahanya didasarkan atas azas kekeluargaan.

Gotong royong dalam kehidupan sosial politik dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia sejak dulu dalam kehidupan sosialnya sudah
terbiasa hidup dalam suasana gotong royong. Masyarakat akan saling bantu dan hampir
semua kepentingan masyarakat di desa dibangun oleh masyarakat itu sendiri secara
bergotong royong.

Dalam bidang sosial gotong-royong ini hampir ditemui di kelompok-kelompok masyarakat


Indonesia atau suku-suku bangsa Indonesia. Misalnya hasil penelitian Koentjaraningrat
(dalam Budimansyah, 2000) di wilayah Bagelen Jawa Tengah kegiatan gotong royong itu
terlihat dalam kegiatan-kegiatan sebagaiberikut:
1. Waktu ada peristiwa kematian atau kecelakaan, dimana orang dating untuk memberi
pertolongan ataupun layadan.
2. Waktu seluruh penduduk  desa turun untuk mengerjakan pekerjaan yang sifatnya
untuk kepentingan umum (desa) yang lajim disebut gugurgunung, seperti memperbaiki
jalandesa,lumbungdesa dan lain-lain.
3. Waktu seorang warga desa mengadakan pesta dan tetangga berdatangan untuk
membantu. Kegiatan ini dinamakan sambatan atau njurungan
4. Waktu-waktu tertentu dimana makam nenek moyang  desa perlu dibersihkan, kegiatan
ini dinamakanrerukun alur waris.
5. Waktu seorang penduduk perlu mengerjakan sesuatu untuk tempat tinggal
(membongkar atap, mendirikan rumah baru) dan tetangga berdatangan membantu.
Kegiatan ini dinamakan sambatan.
6. Waktu kegiatan yang berhubungan dengan pertanian, baik membetulkan saluran air
maupun panenan. Kegiatan ini dinamakan kerubutan tau grojogan
7. Waktu ada keperluan desa yang sifatnya tidak langsung berhubungan dengan
kepentingan umum, misalnya pekerjaan yang menjadi tugas kepala desa namun
penduduk turun membantunya. Kegiatan ini disebut keregan
Dalam kehidupan politik sila keempat Pancasila menempatkan begitu pentingnya nilai
gotong royong dijadikan landasan kehidupan politik. Pancasila sila keempat yang berbunyi
“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan”. Perilaku politik harus didasari nilai hikmat, kebijaksanaan,
permusyawaratan dan perwakilan. Hal itu semua merupakan bagian dari gotong royong.

Sila keempat Pancasila pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa Indonesia akan terus
memelihara dan mengembangkan semangat bermusyawarah dalam perwakilan. Bangsa
Indonesia akan tetap memelihara dan mengembangkan kehidupan demokrasi. Bangsa
Indonesia akan memelihara serta mengembangkan kearifan dan kebijaksanaan dalam
bermusyawarah.

Permusyawaratan memancarkan kehendak untuk menghadirkan negara persatuan yang


dapat mengatasi paham perseorangan dan golongan, sebagai pantulan dari semangat
kekeluargaan dari pluralitas kebangsaan Indonesia dengan mengakui adanya
“kesederajatan/persamaan dalam perbedaan”.

Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk merumuskan
dan/atau memutuskan suatu hal berdasarkan kehendak rakyat, hingga tercapai keputusan
yang berdasarkan kebulatan pendapat atau mufakat. Perwakilan adalah suatu sistem
dalam arti tata cara (prosedur) mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian
dalam kehidupan bernegara, antara lain dilakukan dengan melalui badan-badan
perwakilan.

Hikmat kebijaksanaan merefleksikan tujuan sebagaimana dikehendaki oleh Pembukaan


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa susunan Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat itu hendaknya didasarkan pada nilai-nilai
ketuhanan, perikemanusiaan, persatuan, permusyawaratan, dan keadilan.

Dalam demokrasi permusyawaratan, suatu keputusan politik dikatakan benar jika


memenuhi setidaknya empat prasyarat. Pertama, harus didasarkan pada asas rasionalisme
dan keadilan bukan hanya berdasarkan subjektivitas dan kepentingan. Kedua,
didedikasikan bagi kepentingan banyak orang, bukan demi kepentingan perseorangan dan
golongan. Ketiga, berorientasi jauh ke depan, bukan demi kepentingan jangka pendek
melalui akomodasi transaksional yang bersifat destruktif (toleransi negatif). Keempat,
bersifat imparsial, dengan melibatkan dan mempertimbangkan pendapat semua pihak
(minoritas terkecil sekalipun) secara inklusif, yang dapat menangkal dikte-dikte minoritas
elite penguasa dan pengusaha serta klaim-klaim mayoritas. Sila Keempat ini juga
merupakan suatu asas, bahwa tata pemerintahan Republik Indonesia didasarkan atas
kedaulatan rakyat, sebagaimana ditegaskan dalam alinea keempat Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Atas dasar tersebut, disusunlah
Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia, yang berkedaulatan rakyat.

Tugas: Tuliskan bagaimana mewujudkan gotong royong di kelasmu!

Anda mungkin juga menyukai