MEMPERKUAT NKRI
Oleh : Herwan Santoso, S.Sos
Salah satu semangat yang dimiliki para pejuang kemerdekaan dan paea pendiri negara
adalah semangat mendahulukan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi ataupun golongan.
1. Pengertian Nasionalisme
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Nasionalisme didefinisikan kesadaran keanggotaan
dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai,
mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan
bangsa itu, yakni semangat kebangsaan. Nasionalisme dapat dirumuskan sebagai satu
paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa
Inggris “nation”) dengan mewujudkan satu identitas yang dimiliki sebagai ikatan barsama
dalam satu kelompok.
Secara sederhana, nasionalisme dapat diartikan sebagai suatu paham yang menganggap
kesetiaan tertinggi atas setiap pribadi harus disertakan kepada Negara kebangsaan (nation
state) atau sebagai sikap mental dan tingkah laku individu maupun masyarakat yang
menunjukkan adanya loyalitas dan pengabdian yang tinggi terhadap bangsa dan
negaranya.
Ada dua jenis pengertian nasionalisme, yaitu nasionalisme dalam arti sempit dan
nasionalisme dalam arti luas. Nasionalisme dalam arti sempit, juga disebut dengan
nasionalisme yang negatif sebab mengandung makna perasaan kebangsaan atau cinta pada
bangsanya yang sangat tinggi dan berlebihan, sebaliknya memandang rendah pada bangsa
lain.Nasionalisme dalam arti sempit juga disebut dengan chauvinisme. Chauvinisme ini
pernah dipraktikkan oleh Jerman pada masa Hitler tahun 1934–1945. Paham itu
menganggap Jerman di atas segala-galanya di dunia (Deutschland Uber Alles in der Wetf).
Jenis nasionalisme yang kedua adalah nasionalisme dalam arti luas atau yang berarti
positif. Nasionalisme dalam pengertian inilah yang wajib dibina oleh bangsa Indonesia
sebab mengandung makna perasaan cinta tinggi atau bangga pada tanah air akan tetapi
tidak memandang rendah bangsa lain. Dalam mengadakan hubungan dengan negara lain,
kita selalu mengedepankan kepentingan bangsa dan negara sendiri serta menempatkan
negara lain sederajat dengan bangsa kita.
Lalu apa bentuk nasionalisme Indonesia? Pada prinsipnya nasionalisme Pancasila adalah
pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya
yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi
nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa:
1) Menempatkan persatuan – kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara
di atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan
2) Menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan Bangsa dan Negara.
3) Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia tidak rendah diri
4) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia
dan sesama bangsa
5) Menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia
6) Mengembangkan sikap tenggang rasa
7) Tidak semena-mena terhadap orang lain
8) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
9) Senantiasa menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
10)Berani membela kebenaran dan keadilan
11)Merasa bahwa bangsa Indonesia merupakan bagian dari seluruh umat manusia.
Nasionalisme telah menjadi persyaratan mutlah yang harus dipenuhi bagi kehidupan
sebuah bangsa. Paham nasionalisme membentuk kesadaran para pemeluknya bahwa
loyalitas tidak lagi diberika pada golongan atau kelompok kecil, seperti agama, ras, etnis,
budaya (ikatan primordial), namun ditujukan pada komunitas yang dianggap lebih tinggi
yaitu bangsa dan Negara.
Tugas!
1. Simpulkan apa yang dimaksud nasionalisme!
2. Berikan contoh perwujudan nalionalisme di lingkungan sekolah dan masyarakat!
2. Patriotisme
Patriotisme berasal dari kata patria, yang maknanya ‘tanah air’. Kata patria lalu berubah
menjadi kata patriot yang maknanya ‘seseorang yang mencintai tanah air’. Patriotisme
berarti ‘semangat cinta tanah air atau sikap seseorang yang bersedia mengorbankan
segala-galanya untuk mempertahankan bangsanya’. Patriotisme muncul setelah lahirnya
nasionalisme, tetapi antara nasionalisme dan patriotisme biasanya diartikan sama.
Jiwa patriotisme sudah tampak dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, antara lain
diwujudkan dalam bentuk kerelaan para pahlawan bangsa untuk mempertahankan
kemerdekaan dengan mengorbankan jiwa dan raga. Jiwa dan semangat bangsa Indonesia
untuk merebut kemerdekaan sering juga disebut sebagai jiwa dan semangat 45.
Tugas:
1. Simpulkan apa yang dimaksud patriotisme!
2. Berikan contoh orang-orang yang memiliki sikap patriotisme!
3. Buat sebuah rencana untuk menerapkan nilai nasionasme dan patriotisme di lingkungan
masyarakatmu!
Wujud semangat dan komitmen kolektif kebangsaan untuk memperkuat Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang dapat digali dari perjuangan bangsa Indonesia antara lain
Pancasila sebagai dasar Negara, Lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan, Bendera
merah putih sebagai bendera Negara, dan Garuda Pancasila sebagai lambang Negara.
Hal itu menyebabkan Pemerintah Hindia Belanda menjadi gusar, kemudian melarang agar
di dalam syair nyanyian itu tidak terdapat kata-kata “merdeka” dan menyita piringan hitam
yang sudah jadi. Pemerintah Hindia Belanda mengizinkan lagu itu diperdengarkan dengan
syarat sbb:
1. Kata-kata “merdeka, merdeka” harus diganti dengan “mulia, mulia”.
2. Sebelum dinyanyikan lagu “Indonesia Raya” terlebih dahulu harus dinyanyikan lagu
kebangsaan Belanda“ Wilhelmus”.
Ketika akan masuk ke Indonesia dan guna mendapatkan dukungan dalam perang melawan
Sekutu, Jepang menghibur Bangsa Indonesia dengan memperbolehkan lagu “Indonesia
Raya” dinyanyikan dimana-mana, termasuk di radio. Namun, setelah Jepang menanamkan
kekuasaannya di Indonesia, ia melarang lagu tersebut dinyanyikan di seluruh wilayah
tanah air.
Di samping itu, dalam tata tertib penggunaan lagu kebangsaan, lagu kebangsaan tidak
boleh diperdengarkan dan dinyanyikan pada waktu dan tempat menurut kemauan sendiri.
Lagu kebangsaan tidak boleh diperdengarkan dan dinyanyikan dengan nada-nada, irama,
iringan, kata-kata dan gubahan lain selain seperti yang sudah ditentukan. Pada waktu lagu
kebangsaan diperdengarkan dan dinyanyikan orang yang hadir berdiri tegak ditempat
masing-masing.
Dalam pasal dan ayat tersebut ditegaskan bahwa lagu kebangsaan ialah lagu “Indonesia
Raya”. Dengan menyadari akan kekurangannya, MPR dalam sidangnya tahun 2000 dan
ketika mengadakan amandemen (perubahan) kedua UUD’45, masalah itu ditambahkan
dengan memasukkan ketentuan Pasal 36B. Dalam pasal itu dinyatakan bahwa lagu
kebangsaan adalah “Indonesia Raya”.
Dalam peraturan itu antara lain, diatur tentang tata cara penggunaannya. Ketentuan
penggunaan bendera antara lain, disebutkan sbb:
1) Pada umumnya bendera kebangsaan dikibarkan pada waktu siang hari, yaitu antara
saat matahari terbit dan saat matahari terbenam.
2) Dalam hal-hal istimewa, yaitu pada waktu diadakan peringatan nasional atau perayaan
lain yang mengembirakan nusa dan bangsa, pemerintah dapat menganjurkan supaya
bendera kebangsaan dikibarkan di seluruh negara.
3) Penggunaan bendera kebangsaan diperbolehkan pada waktu dan di tempat:
a. Diadakan perhelatan perkawinan, perhelatan sunatan, dan perhelatan agama atau
adat istiadat yang lazim dirayakan;
b. Didirikan bangunan, jika pemasangan itu menjadi kebiasaan, dan pemasangannya
itu dapat dilakukan siang dan malam;
c. Diadakan pertemuan, seperti muktamar, konferensi, peringatan tokon nasional, atau
hari-hari bersejarah;
d. Diadakan perlombaan;
e. Diadakan perayaan sekolah;
f. Diadakan perayaan lain yang pemasangan bendera itu dapat dianggap sebagai tanda
pernyataan kegembiraan umum.
4) Bendera kebangsaan dikibarkan sebagai tanda berkabung jika kepala negara atau wakil
kepala negara wafat atau sebagai tanda turut berkabung terhadap negara sahabat.
Dalam hal itu, bendera kebangsaan dipasang setengah tiang.
5) Bendera kebangsaan dikibarkan setiap hari:
a. Pada rumah-rumah jabatan atau di halaman rumah-rumah jabatan presiden, wakil
presiden, menteri, gubernur, kepala daerah yang setingkat dengan ini;
b. Dirumah-rumah pejabat atau di halaman rumah-rumah pejabat semua kepala
daerah;
c. Dimakan pahlawan nasional;
d. Di gedung-gedung atau halaman gedung-gedung kabinet, presiden, DPR, MA,
Kejaksaan Agung, BPK, dan lain-lain pada hari kerja;
e. Digedung-gedung atau di halaman gedung-gedung sekolah negeri atau sekolah
swasta nasional.
6) Bendera kebangsaan tidak boleh digunakan bertentangan dengan kedudukannya
sebagai lambang kedaulatan dan tanda kehormatan negara, seperti:
a) dipakai sebagai langit-langit, atap, pembungkus barang, tutup barang, dan reklame
perdagangan dengan cara apapun;
b) Digambar, dicetak, atau disulam pada barang-barang yang pemakaiannya
mengandung kurang penghormatan terhadap bendera kebangsaan.
7) Barang siapa yang melanggar ketentuan seperti yang diatur dalam peraturan itu
dihukum dengan hukuman kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-
banyaknya lima Ratus rupiah
Semboyan itu berasal dari bahasa Jawa kuno artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Lambang negara Republik Indonesia direncanakan oleh Panitia Lencana Negara dan
disahkan oleh Dewan Menteri RIS pada tanggal 11 Februari 1950. Selanjutnya, ditetapkan
kembali dengan PP No. 66 Tahun 1951 tanggal 17 Oktober1951 yang berlaku surut sejak
tanggal 17 Agustus 1950. Lambang itu menggambarkan seekor burung garuda yang di
dalam mitologi peradaban Indonesia berarti tenaga pembangunan.
Rantai yang dikalungkan pada leher garuda itu tergantung sebuah perisai berbentuk
jantung yang melambangkan pembelaan nusa dan bangsa. Banyak bulu disayap berjumlah
17 helai, diekor berjumlah 8 helai, di kaki sebelah bawah perisai berjumlah19 helai dan
dileher bejumlah 45 helai.
Semua bilangan itu melambangkan tanggal, bulan, dan tahun proklamasi kemerdekaan,
yakni tanggal 17-8-1945. Garuda yang terlukis dengan warna kuning emas melambangkan
kemenangan yang gemilang dan nilai negara. Warna merah putih didalam perisai berasal
dari dwiwarna. Garis melintang di tengah-tengah perisai menggambarkan khatulistiwa
yang melalui Kepulauan Indonesia. Dengan garis itu dinyatakan bahwa Indonesia adalah
satu-satunya Negara asli di daerah khatulistiwa yang mencapai kemerdekaan dan
kedaulatan dengan kekuatan sendiri. Perisai yang terbagi lima itu mengingatkan kepada
Pancasila:
a. Ketuhanan Yang Maha Esa (bintang di tengah)
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab (rantai)
c. Persatuan Indonesia (beringin)
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan (kepala banteng)
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (padidankapas).
Tugas:
1. Buat ringkasan makna Pancasila sebagai dasar negara, Lagu Indonesia Raya Sebagai Lagu
Kebangsaan, Bendera merah putih sebagai bendera negara, Garuda Pancasila sebagai
lambang negara!
2. Tuliskan upaya yang dapat kamu lakukan untuk:
a) Menempatkan Pancasila sebagai dasar negara;
b) Menempatkan lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan;
c) Menempatkan Bendera merah putih sebagai bendera negara, dan
d) Mempososikan Garuda Pancasila sebagai lambang negara!
Sikap positif terhadap semangat kebangsaan mengadung arti sikap positif terhadap
nasionalisme dan patriotisme. Berikut ini contoh upaya menumbuhkembangkan sikap
positif terhadap nasionalisme dan patriotism.
Saat ini kita harus mampu menumbuhkembangan semangat kebangsaan seperti yang
dicontohkan para pejuang bangsa untuk mengatasi berbagai permasalahan bangsa dengan
bersikap pantang menyerah, selalu bekerja keras, jujur, adil, disiplin, berani melawan
kesewenang-wenangan, tidak korupsi, toleran, dan lain-lain. Bila tidak bisa, artinya kita
tidak bisa lagi mempertahankan eksistensi bangsa dan negara dari kehancuran.
C. Komitmen Kebangsaan
1. Pengertian Komitmen Kebangsaan
Istilah Wawasan Kebangsaan terdiri dari dua suku kata yaitu “Wawasan” dan
“Kebangsaan”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) dinyatakan bahwa secara
etimologis istilah “wawasan” berarti: (1) hasil mewawas, tinjauan, pandangan dan dapat
juga berarti (2) konsepsi cara pandang. Wawasan Kebangsaan sangat identik dengan
Wawasan Nusantara yaitu cara pandang bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan nasional
yang mencakup perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan politik, sosial budaya,
ekonomi dan pertahanan keamanan (Suhady dan Sinaga, 2006).
“Kebangsaan” berasal dari kata “bangsa” yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2002) berarti kelompok masyarakat yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan
sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. Sedangkan “kebangsaan” mengandung arti (1)
ciri-ciri yang menandai golongan bangsa, (2) perihal bangsa; mengenai (yang bertalian
dengan) bangsa, (3) kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara.
Dengan demikian wawasan kebangsaan dapat diartikan sebagai konsepsi cara pandang
yang dilandasi akan kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara akan diri dan
lingkungannya di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Prof. Muladi, Gubernur
Lemhannas RI, meyampaikan bahwa wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa
Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, mengutamakan kesatuan dan persatuan
wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kesatuan atau integrasi nasional bersifat kultural dan tidak hanya bernuansa struktural
mengandung satu kesatuan ideologi, kesatuan politik, kesatuan sosial budaya, kesatuan
ekonomi, dan kesatuan pertahanan dan keamanan.
Wawasan kebangsaan dapat juga diartikan sebagai sudut pandang/cara memandang yang
mengandung kemampuan seseorang atau kelompok orang untuk memahami keberadaan
jati diri sebagai suatu bangsa dalam memandang dirinya dan bertingkah laku sesuai
falsafah hidup bangsa dalam lingkungan internal dan lingkungan eksternal (Suhady dan
Sinaga, 2006).
Dengan demikian dalam kerangka NKRI, wawasan kebangsaan adalah cara kita sebagai
bangsa Indonesia di dalam memandang diri dan lingkungannya dalam mencapai tujuan
nasional yang mencakup perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan politik, sosial
budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan, dengan berpedoman pada falsafah Pancasila
dan UUD 1945 atau dengan kata lain bagaimana kita memahami Wawasan Nusantara
sebagai satu kesatuan Poleksosbud dan Hankam.
Dalam zaman Kebangkitan Nasional 1908 yang dipelopori oleh Budi Utomo menjadi
tonggak terjadinya proses Bhineka Tunggal Ika. Berdirinya Budi Utomo telah mendorong
terjadinya gerakan-gerakan atau organisasi-organisasi yang sangat majemuk, baik di
pandang dari tujuan maupun dasarnya.
Wawasan kebangsaan Indonesia tidak mengenal adanya warga negara kelas satu, kelas
dua, mayoritas atau minoritas. Hal ini antara lain dibuktikan dengan tidak
dipergunakannya bahasa Jawa misalnya, sebagai bahasa nasional tetapi justru bahasa
melayu yang kemudian berkembang menjadi bahasa Indonesia.
Derasnya pengaruh globalisasi, bukan mustahil akan memporak porandakan adat budaya
yang menjadi jati diri kita sebagai suatu bangsa dan akan melemahkan paham
nasionalisme. Paham nasionalisme adalah suatu paham yang menyatakan bahwa loyalitas
tertinggi terhadap masalah duniawi dari setiap warga bangsa ditunjukan kepada negara
dan bangsa.
Meskipun dalam awal pertumbuhan nasionalisme diwarnai oleh slogan yang sangat
terkenal, yaitu: liberty, equality, fraternality, yang merupakan pangkal tolak nasionalisme
yang demokratis, namun dalam perkembangannya nasionalisme pada setiap bangsa sangat
diwarnai oleh nilai-nilai dasar yang berkembang dalam masyarakatnya masing-masing,
sehingga memberikan ciri khas bagi masing-masing bangsa.
Wawasan kebangsaan Indonesia menjadikan bangsa yang tidak dapat mengisolasi diri dari
bangsa lain yang menjiwai semangat bangsa bahari yang terimplementasikan menjadi
wawasan nusantara bahwa wilayah laut Indonesia adalah bagian dari wilayah negara
kepulauan yang diakui dunia. Wawasan kebangsaan merupakan pandangan yang
menyatakan negara Indonesia merupakan satu kesatuan dipandang dari semua aspek
sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dalam mendayagunakan konstelasi Indonesia,
sejarah dan kondisi sosial budaya untuk mengejawantahan semua dorongan dan
rangsangan dalam usaha mencapai perwujudan aspirasi bangsa dan tujuan nasional yang
mencakup kesatuan politik, kesatuan sosial budaya, kesatuan ekonomi, kesatuan
pertahanan keamanan (Suhady dan Sinaga, 2006).
Wawasan kebangsaan Indonesia memberi peran bagi bangsa Indonesia untuk proaktif
mengantisipasi perkembangan lingkungan stratejik dengan memberi contoh bagi bangsa
lain dalam membina identitas, kemandirian dan menghadapi tantangan dari luar tanpa
konfrontasi dengan meyakinkan bangsa lain bahwa eksistensi bangsa merupakan aset yang
diperlukan dalam mengembangkan nilai kemanusiaan yang beradab (Sumitro dalam
Suhady dan Sinaga, 2006).
Akhirnya, bagi bangsa Indonesia, untuk memahami bagaimana wawasan kebangsaan perlu
memahami secara mendalam falsafah Pancasila yang mengandung nilai-nilai dasar yang
akhirnya dijadikan pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku yang bermuara pada
terbentuknya karakter bangsa.
Tugas: Tuliskan 10 Komitmen yang kamu miliki untuk menjaga dan mempertahankan
Negara Kesatuan Republik Indonesia!
D. Gotong Royong Sebagai Wujud Nyata Semangat dan Komitmen Kolektif Kebangsaan
Soekarno pada pidatonya tanggal 1 Juni 1945 mengusulkan satu substansial dasar negara
dengan 3 versi, yaitu: Pancasila, Trisila dan Ekasila (Penetapan Tujuh Bahan Pokok
Indoktrinasi - Ir Soekarno). Pancasila terdiri dari ketuhanan (religiositas), kemanusiaan
(humanitas), persatuan (nasionalitas), kerakyatan (soverenitas), dan keadilan sosial
(sosialitas). Trisila terdiri dari sosionasionalisme, sosiodemokrasi dan ketuhanan.
Sementara ekasila dimaknai sebagai gotong royong. Soekarno menyebutnya, “Dari
Pancasila bisa diperas menjadi Ekasila.” Jadi gotong royong itu sebenarnya adalah
Pancasila juga.
Seandainya hanya satu prinsip yang diminta, Soekarno mengatakan harus digali dari tujuan
membangun Indonesia, yaitu “semua untuk semua.” Harus dicatat bahwa Indonesia
didirikan bukan hanya untuk orang jawa saja atau untuk umat muslim saja, tapi Indonesia
buat Indonesia. Kata yang diusulkan adalah kata Indonesia asli: gotong royong (Soekarno:
Bapak Bangsa Indonesia - MM Darmawan, 2005).
Tak pelik dalam kehidupan masyarakat Indonesia, istilah gotong royong menempati posisi
terhormat sekaligus membumi. Nenek moyang kita dulu sudah mengenal gotong royong itu
sehingga dulu negara kita adalah negara yang sejahtera karena nilai gotong royong itu
sendiri. Begitupun sejarah telah mencatat bahwa proses lahirnya bangsa (melalui sumpah
pemuda 1928) hingga proses lahirnya negara (melalui Proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945) merupakan hasil dari gotong royong dari segenap komponen bangsa.
Presiden Sukarno menggunakan istilah gotong royong sebagi kata lain Ekasila yang
merupakan perasan lanjutan dari Trisila setelah sebelumnya merupakan hasil peras dari
Pancasila. Pada era Orde baru, kata gotong royong juga sering dijadikan kata kunci dalam
rangka mensukseskan program-program pembangunan. Hal itu menyatakan bahwa gotong
royong itu sudah mendarah daging bagi bangsa Indonesia sehingga gotong royong dapat
dikatakan sebagai karakteristik atau ciri khas budaya bangsa Indonesia.
Menurut Garnaut dan Mcawley, sejak Indonesia mengalami kemerdekaan pada tahun 1945,
interaksi sosial yang dimiliki bangsa Indonesia bersifat kolektif, konsensual, dan
kooperatif. Sifat interaksi sosial berlangsung dalam masyarakat Indonesia saat itu
berpengaruh kuat terhadap pembentukan karakter bangsa dan budaya. Serangkaian istilah
yang melekat dengan budaya Indonesia yaitu koperasi, musyawarah, dan gotong royong.
Bung Karno pernah berpidato tentang pentingnya gotong royong: ….Sebagaimana tadi yang
telah saya katakan: kita mendirikan Negara Indonesia, yang kita semua harus
mendukungnya. Semua bagi semua! Bukan Kristen untuk Indonesia, bukan golongan Islam
buat Indonesia, bukan Hadikoesoemo buat Indonesia, bukan Van Hoek buat Indonesia,
bukan Nitisemito yang kaya buat Indonesia, tapi Indonesia buat Indonesia –semua buat
semua! Jikalau saya peras yang lima (Pancasila) menjadi tiga, dan yang tiga menjadi satu,
maka dapatlah saya satu perkataan Indonesia yang tulen, yaitu “gotong royong”. Negara
Indonesia yang kita dirikan haruslah negara gotong royong! Alangkah hebatnya! Negara
gotong-royong!
Dalam pidatonya yang lain Bung Karno menyebutkan: “Gotong royong” adalah paham yang
dinamis, lebih dinamis dari “kekeluargaan” saudara-saudara! Kekeluargaan adalah satu
paham yang statis, tetapi gotong royong menggambarkan satu usaha, satu amal, satu
pekerjaan, yang dinamakan anggota yang terhormat Soekardjo: satu karyo, satu gawe.
Marilah kita menyelesaikan karyo, gawe, pekerjaan, amal ini bersama-sama! Gotong royong
adalah membanting tulang bersama, pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu-
binantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan
semua. Holopis-kuntul-baris buat kepentingan bersama! Itulah gotong royong! Rakyat itu
semua harus digotong-royongkan dalam perjuangan raksasa ini!
Pada era Orde Baru, kata gotong royong juga sering dijadikan kata kunci dalam
rangka mensukseskan program-program pembangunan. Betapapun besar anggaran yang
disediakan negara melalui APBN bila tanpa didukung semangat kebersamaan bernama
gotong royong dalam membangun dan memelihara hasil pembangunan, tentulah
program itu tidak akan berjalan secara efektif dan efisien.
Di era pemerintahan Megawati Sukarnoputri, gotong royong bahkan digunakan sebagai
nama kabinet. Lebih jauh M. Nasroen, salah seorang pelopor kajian filsafat Indonesia
menyatakan bahwa Gotong royong merupakan salah satu dasar filsafat Indonesia.
Melalui gotong royong biaya hidup dan kegiatan pembangunan menjadi lebih murah dan
efisien. Bilamana bisa dihitung biaya untuk perlindungan umum dan lain-lain dalam
kehidupan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara bergotong royong, bisa jadi
jumlahnya lebih besar dari APBN.
Ada salah satu contoh desa yang berhasil mengimplementasikan prinsip gotong royong
dalam peningkatan perekonomian warganya, yaitu Desa Tutul, Kecamatan Balung, di
Kabupaten Jember, Jawa Timur. Desa tersebut berhasil mengantar desanya yang miskin
menjadi desa wirausaha berkat prinsip gotong royong yang mampu mengolah anggaran
Desa sehingga menghasilkan laba, bukan justru habis tidak berbekas. Karena prestasinya,
Desa Tutul sampai disebut desa tanpa pengangguran, karena hampir seluruh warganya
mampu bekerja mandiri.
Saat ini, Desa Tutul juga menjadi desa binaan dari perusahaan-perusahaan BUMN.
Perusahaan-perusahaan memberikan kredit untuk modal bagi perajin kecil untuk
memperbesar usahanya sebagai bagian dari rasa tanggung jawab sosial.
Pemerintah Kabupaten Jember turut mendukung usaha mikro, kecil, menengah seperti
yang ada di Tutul. Bupati Jember MZA Djalal menilai pariwisata dan UMKM mampu
menggerakkan ekonomi rakyat. Pada 2013, Pemkab mengalokasikan anggaran Rp 5,39
miliar melalui koperasi dan usaha kecil memengah serta Rp 4,1 miliar lewat pos Dinas
Perindustrian untuk memperkuat UMKM di Jember. Diharapkan desa-desa lain pun bisa
mengikuti jejak Desa Tutul.
Selanjutnya Pasal 33 ayat (2) dan (3) menyatakan : (2) Cabang-cabang produksi yang
penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pasal 33 ayat (2) dan (3)
diatas menegaskan bahwa perekonomian di Indonesia sebesar-besarnya ditujukan untuk
kemakmuran rakyat.
Badan usaha atau lembaga ekonomi yang dibentuk untuk melaksanakan pasal 33 UUD
1945 yaitu:
a. Koperasi
b. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan
c. Usaha Swasta (wiraswasta) seperti CV atau PT
Bila kita kaitkan dengan pasal 33 ayat (1) UUD 1945, maka bentuk perusahaan yang paling
sesuai ialah Koperasi, karena koperasi merupakan suatu badan usaha yang melaksanakan
usahanya didasarkan atas azas kekeluargaan.
Gotong royong dalam kehidupan sosial politik dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia sejak dulu dalam kehidupan sosialnya sudah
terbiasa hidup dalam suasana gotong royong. Masyarakat akan saling bantu dan hampir
semua kepentingan masyarakat di desa dibangun oleh masyarakat itu sendiri secara
bergotong royong.
Sila keempat Pancasila pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa Indonesia akan terus
memelihara dan mengembangkan semangat bermusyawarah dalam perwakilan. Bangsa
Indonesia akan tetap memelihara dan mengembangkan kehidupan demokrasi. Bangsa
Indonesia akan memelihara serta mengembangkan kearifan dan kebijaksanaan dalam
bermusyawarah.
Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk merumuskan
dan/atau memutuskan suatu hal berdasarkan kehendak rakyat, hingga tercapai keputusan
yang berdasarkan kebulatan pendapat atau mufakat. Perwakilan adalah suatu sistem
dalam arti tata cara (prosedur) mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian
dalam kehidupan bernegara, antara lain dilakukan dengan melalui badan-badan
perwakilan.