Anda di halaman 1dari 27

TUGAS MAKALAH

KONSTITUSI DAN UUD 1945


Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Disusun Oleh:
Kelas W, Kelompok 4
1. Roidah Afifah 145040107111027
2. Defi Yunitasari 145040107111048
3. Nur Inas Safitri 145040107111053

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah dengan judul Konstitusi dan UUD 1945 ini dapat terselesaikan.
Makalah ini akan menjabarkan lebih dalam mengenai konstitusi atau hukum dasar
negara Indonesia, yakni UUD 1954. Pada penjabarannya diawali dengan sejarah dan
perkembangan (amandemen) UUD 1945 di Indonesia, kemudian dilanjutkan dengan
hak dan kewajiban warga negara yang tertuang dalam UUD 1945, serta pelaksanaan
dari konstitusi yakni perilaku konstitusional setiap individu. Penulis juga
mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan yang telah memberi kami pengantar, sehingga penulisan makalah
Konstitusi dan UUD 1945 ini berjalan dengan lancar.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, khususnya mahasiswa mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan sehingga dapat mengenal lebih dekat mengenai konstitusi atau
hukum dasar milik negara Indonesia yakni UUD 1945.
Tugas makalah ini masih terdapat kekurangan dalam penulisannya, karena
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Malang, 20 Maret 2016

Penulis

DAFTAR ISI

2
HALAMAN PEMBUKA.....................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
2.1 Sejarah dan Perkembangan (Amandemen) UUD 1945...............3
2.2Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam Konstitusi.................7
2.3 Perilaku Konstitusional..................................................................15
BAB III PENUTUP.............................................................................................21
3.1 Kesimpulan......................................................................................21
3.2 Saran.................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23

BAB I
PENDAHULUAN

3
1.1 Latar Belakang
Menurut C.F. Strong (2012) konstitusi merupakan
kumpulan asas yang didasarkan pada kekuasaan pemerintah,
hak-hak yang diperintah, serta hubungan-hubungan antara
keduanya yang diatur. Pada intinya konstitusi adalah hukum
dasar atau landasan hukum dalam suatu negara yang menjadi
dasar bagi hukum-hukum lainnya. Di Indonesia konstitusi lebih
kepada hukum yang tertulis. Konstitusi negara Indonesia adalah
UUD 1945.
Sekarang ini banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran
terhadap UUD 1945. Padahal leluhur kita telah membuat
konstitusi tersebut sedemikian rupa untuk ditaati agar tercipta
negara yang adil dan makmur.Maka dari itu dirasa perlu untuk
dilakukan kajian ulang mengenai sejarah pembuatan UUD 1945
serta perkembangan atau amandemen yang telah terjadi, dengan
mengetahui sejarah tersebut maka akan timbul rasa untuk
tunduk serta hormat kepada UUD 1945. Tidak hanya terhenti
dengan mengetahui sejarah saja, jika kita melihat kedalam UUD
1945 kita dapat mengetahui bahwa sebagai warga negara yang
baik kita mendapat hak, namun wajib menunaikan kewajiban,
semua hal itu tertuang dalam UUD 1945. Setelah mengetahui
batasan-batasan dalam berperilaku yakni hak dan kewajiban,
maka kita dapat melaksanakannya dalam bentuk perilaku-
perilaku yang kita terapkan dalam bermasyarakat, tentu perilaku
tersebut haruslah berlandaskan konstitusi. Mengetahui serta
mengkaji mengenai sejarah, hak dan kewajiban serta perilaku
yang mengacu pada konstitusi tentu akan menambah wawasan
kita serta dapat membuat sebuah presepsi bagi kita agar perilaku
yang kita terapkan sehari-hari selalu berdasar kepada konstitusi

4
sehingga negeri ini akan adil dan makmur seperti yang telah
dicita-citakan.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui sejarah dan perkembangan (amandemen) UUD
1945
2. Mengetahui hak dan kewajiban warga negara dalam konstitusi
3. Mengetahui perilaku-perilaku konstitusional

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah dan Perkembangan (Amandemen) UUD 1945


Sejarah Konstitusi
Paada dasarnya konstitusi (constitution) berbeda dengan
Undang-Undang Dasar (Grundgezets), hal ini disebabkan adanya
kesalahan cara pandang orang mengenai konstitusi pada negara-
negara modern sehingga pengertian konstitusi itu kemudian
disamakan dengan Undang-Undang Dasar. Begitu besar pengaruh
faham kodifikasi, sehingga setiap peraturan hukum karena
penting itu harus ditulis, dan konstitusi yang ditulis itu adalah
Undang-Undang Dasar.
Secara umum terdapat dua macam konstitusi yaitu :
1) Konstitusi tertulis dan
2) Konstitusi tak tertulis.
Hampir semua negara di dunia memiliki konstitusi tertulis
atau Undang-Undang Dasar (UUD) yang pada umumnya
mengatur mengenai pembentukan, pembagian wewenang dan
cara bekerja berbagai lembaga kenegaraan serta perlindungan
hak azasi manusia.
Konstitusi suatu negara pada hakekatnya merupakan hukum
dasar tertinggi yang memuat hal-hal mengenai penyelenggaraan
negara, karenanya suatu konstitusi harus memiliki sifat yang
lebih stabil dari pada produk hukum lainnya. Terlebih lagi jika jiwa

6
dan semangat pelaksanaan penyelenggaraan negara juga diatur
dalam konstitusi sehingga perubahan suatu konstitusi dapat
membawa perubahan yang besar terhadap sistem
penyelenggaraan negara. Bisa jadi suatu negara yang demokratis
berubah menjadi otoriter karena terjadi perubahan dalam
konstitusinya.
Adakalanya keinginan rakyat untuk mengadakan perubahan
konstitusi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari. Hal ini
terjadi apabila mekanisme penyelenggaraan negara yang diatur
dalam konstitusi yang berlaku dirasakan sudah tidak sesuai lagi
dengan aspirasi rakyat. Oleh karena itu, konstitusi biasanya juga
mengandung ketentuan mengenai perubahan konstitusi itu
sendiri, yang kemudian prosedurnya dibuat sedemikian rupa
sehingga perubahan yang terjadi adalah benar-benar aspirasi
rakyat dan bukan berdasarkan keinginan semena-mena dan
bersifat sementara atau pun keinginan dari sekelompok orang
belaka.
Pada dasarnya ada dua macam sistem yang lazim digunakan
dalam praktek ketatanegaraan di dunia dalam hal perubahan
konstitusi. Sistem yang pertama adalah bahwa apabila suatu
konstitusi diubah, maka yang akan berlaku adalah konstitusi yang
berlaku secara keseluruhan (penggantian konstitusi). Sistem ini
dianut oleh hampir semua negara di dunia. Sistem yang kedua
ialah bahwa apabila suatu konstitusi diubah, maka konstitusi
yang asli tetap berlaku. Perubahan terhadap konstitusi tersebut
merupakan amandemen dari konstitusi yang asli tadi. Dengan
perkataan lain, amandemen tersebut merupakan atau menjadi
bagian dari konstitusinya. Sistem ini dianut oleh Amerika Serikat.

7
Perkembangan Konstitusi Di Indonesia
Dalam sejarah perkembangan ketatanegaraan Indonesia ada
empat macam Undang-Undang yang pernah berlaku, yaitu :
1. Periode 18 Agustus 1945 27 Desember 1949 (Undang-
Undang Dasar 1945)
Saat Republik Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17
Agustus 1945, Republik yang baru ini belum mempunyai
undang-undang dasar. Sehari kemudian pada tanggal 18
Agustus 1945 Rancangan Undang-Undang disahkan oleh PPKI
sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia setelah
mengalami beberapa proses.
2. Periode 27 Desember 1949 17 Agustus 1950 (Konstitusi
Republik Indonesia Serikat)
Perjalanan negara baru Republik Indonesia ternyata tidak
luput dari rongrongan pihak Belanda yang menginginkan untuk
kembali berkuasa di Indonesia. Akibatnya Belanda mencoba
untuk mendirikan negara-negara seperti negara Sumatera
Timur, negara Indonesia Timur, negara Jawa Timur, dan
sebagainya. Sejalan dengan usaha Belanda tersebut maka
terjadilah agresi Belanda 1 pada tahun 1947 dan agresi 2 pada
tahun 1948. Dan ini mengakibatkan diadakannya KMB yang
melahirkan negara Republik Indonesia Serikat. Sehingga UUD
yang seharusnya berlaku untuk seluruh negara Indonesia itu,
hanya berlaku untuk negara Republik Indonesia Serikat saja.
3. Periode 17 Agustus 1950 5 Juli 1959 (Undang-Undang
Dasar Sementara 1950)
Periode federal dari Undang-undang Dasar Republik
Indonesia Serikat 1949 merupakan perubahan sementara,
karena sesungguhnya bangsa Indonesia sejak 17 Agustus 1945

8
menghendaki sifat kesatuan, maka negara Republik Indonesia
Serikat tidak bertahan lama karena terjadinya penggabungan
dengan Republik Indonesia. Hal ini mengakibatkan wibawa dari
pemerintah Republik Indonesia Serikat menjadi berkurang,
akhirnya dicapailah kata sepakat untuk mendirikan kembali
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagi negara kesatuan
yang akan didirikan jelas perlu adanya suatu undang-undang
dasar yang baru dan untuk itu dibentuklah suatu panitia
bersama yang menyusun suatu rancangan undang-undang
dasar yang kemudian disahkan pada tanggal 12 Agustus 1950
oleh badan pekerja komite nasional pusat dan oleh Dewan
Perwakilan Rakyat dan senat Republik Indonesia Serikat pada
tanggal 14 Agustus 1950 dan berlakulah undang-undang dasar
baru itu pada tanggal 17 Agustus 1950.
4. Periode 5 Juli 1959 sekarang (Berlakunya kembali
Undang-Undang Dasar 1945)
Dengan dekrit Presiden 5 Juli 1959 berlakulah kembali
Undang-Undang Dasar 1945. Dan perubahan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama pada masa
1959-1965 menjadi Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara Orde Baru. Perubahan itu dilakukan karena Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama dianggap
kurang mencerminkan pelaksanaan Undang-Undang Dasar
1945 secara murni dan konsekuen.

Perubahan UUD 1945


Salah satu keberhasilan yang dicapai oleh bangsa Indonesia
pada masa reformasi adalah reformasi konstitusional
(constitutional reform). Reformasi konstitusi dipandang

9
merupakan kebutuhan dan agenda yang harus dilakukan karena
UUD 1945 sebelum perubahan dinilai tidak cukup untuk
mengatur dan mengarahkan penyelenggaraan negara sesuai
harapan rakyat, terbentuknya good governance, serta
mendukung penegakan demokrasi dan hak asasi manusia.
Perubahan UUD 1945 dilakukan secara bertahap dan menjadi
salah satu agenda Sidang MPR dari 1999 hingga 2002 .
Perubahan pertama dilakukan dalam Sidang Umum MPR Tahun
1999. Arah perubahan pertama UUD 1945 adalah membatasi
kekuasaan Presiden dan memperkuat kedudukan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai lembaga legislatif.
Perubahan kedua dilakukan dalam sidang Tahunan MPR
Tahun 2000. Perubahan kedua menghasilkan rumusan perubahan
pasal-pasal yang meliputi masalah wilayah negara dan
pembagian pemerintahan daerah, menyempumakan perubahan
pertama dalam hal memperkuat kedudukan DPR, dan
ketentuan-ketentuan terperinci tentang HAM.
Perubahan ketiga ditetapkan pada Sidang Tahunan MPR 2001.
Perubahan tahap ini mengubah dan atau menambah ketentuan-
ketentuan pasal tentang asas-asas landasan bemegara,
kelembagaan negara dan hubungan antarlembaga negara, serta
ketentuan-ketentuan tentang Pemilihan Umum. Sedangkan
perubahan keempat dilakukan dalam Sidang Tahunan MPR Tahun
2002. Perubahan Keempat tersebut meliputi ketentuan tentang
kelembagaan negara dan hubungan antarlembaga negara,
penghapusan Dewan Pertimbangan Agung (DPA), pendidikan dan
kebudayaan, perekonomian dan kesejahteraan sosial, dan aturan
peralihan serta aturan tambahan.

10
Empat tahap perubahan UUD 1945 tersebut meliputi
hampir keseluruhan materi UUD 1945. Naskah asli UUD 1945
berisi 71 butir ketentuan, sedangkan perubahan yang dilakukan
menghasilkan 199 butir ketentuan. Saat ini, dari 199 butir
ketentuan yang ada dalam UUD 1945, hanya 25 (12%) butir
ketentuan yang tidak mengalami perubahan. Selebihnya,
sebanyak 174 (88%) butir ketentuan merupakan materi yang
baru atau telah mengalami perubahan.
Dari sisi kualitatif, perubahan UUD 1945 bersifat sangat
mendasar karena mengubah prinsip kedaulatan rakyat yang
semula dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR menjadi dilaksanakan
menurut Undang-Undang Dasar. Hal itu menyebabkan semua
lembaga negara dalam UUD 1945 berkedudukan sederajat dan
melaksanakan kedaulatan rakyat dalam lingkup wewenangnya
masing-masing. Perubahan lain adalah dari kekuasaan Presiden
yang sangat besar (concentration of power and responsibility
upon the President) menjadi prinsip saling mengawasi dan
mengimbangi (checks and balances). Prinsip-prinsip tersebut
menegaskan cita negara yang hendak dibangun, yaitu negara
hukum yang demokratis.
Setelah berhasil melakukan perubahan konstitusional,
tahapan selanjutnya yang harus dilakukan adalah pelaksanaan
UUD 1945 yang telah diubah tersebut. Pelaksanaan UUD 1945
harus dilakukan mulai dari konsolidasi norma hukum hingga
dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai
hukum dasar, UUD 1945 harus menjadi acuan dasar sehingga
benar-benar hidup dan berkembang dalam penyelenggaraan
negara dan kehidupan warga negara (the living constitution).

2.2 Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam Konstitusi

11
Hak warga negara adalah kewenangan yang dimiliki oleh seseorang untuk
melakukan sesuatu, misalnya setiap warga negara mendapat hak perlindungan
hukum Abdulkarim (2007:15). Kewajiban warga negara adalah keharusan untuk
melakukan sesuatu sesuai dengan norma-norma yang berlaku, misalnya setiap
warga negara Indonesia wajib membayar pajak Abdulkarim (2007:15). Prayogi
(2014) mengatakan bahwa hak dan kewajiban merupakan sesutau yang tidak dapat
dipisahkan, dimana kedua hal tersebut harus berjalan seimbang. Dimana setiap
warga negara memiliki hak untuk hidup layak tetapi pada kenyataannya banyak
warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani
kehidupannya. Kesadaran untuk menunaikan kewajiban masing-masing akan
melahirkan suatu keseimbangan antara hak dan kewajiban. Dalam hal ini, prinsip
keadilan dapat diterapkan dengan baik serta memenuhi nilai kebenaran
Abdulkarim (2007:15).
Hak dan kewajiban warga negara merupakan wujud hubungan warga
negara dengan negara dan pada umumnya berupa peranan (role). Hak dan
Kewajiban Warga Negara Indonesia Hak kewajiban warga negara Indonesia
tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD 1945. Berikut adalah
pasal-pasal beserta ayatnya dalam Undang-undang Dasar 1945 yang berisi tentang
hak dan kewajiban warga negara.:

PASAL 27
(1) Segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.

PASAL 28
Kemerdekaan berserikat berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya di tetapkan dengan

12
undang-undang.

BAB XA**)
HAK ASASI MANUSIA
PASAL 28 A
Setiap orang berhak untuk hidup serta mempertahankan hidup
dan kehidupannya.

PASAL 28 B
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan
keturunan melalui perkawinan yang sah.
(2) Setiap orang berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan
diskriminasi.

PASAL 28 C
(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan
dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi,
seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan
demi kesejahteraan umat manusia.
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam
memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun
masyarakat, bangsa dan negaranya.

PASAL 28 D
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan
dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di
hadapan hukum.
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan
dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
(3) Setiap orang berhak memperoleh desempatan yang sama
dalam pemerintan.
(4) Setiap warga negara berhak atas status kewarganegaraan.

PASAL 28 E

13
(1) Setiap orang berhak memeluk agamanya dan beribadat
menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran,
memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat
tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya serta berhak
kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan,
menyatakan pikiran dan sikap sesuai dangan hati nuraninya.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul
dan mengeluarkan pendapat.

PASAL 28 F
Setiap orang berhak berkomunikasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan
sosialnya, serta berhak mencari, memperoleh, memiliki
menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia

PASAL 28 G
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga
kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah
kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan
dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu yang merupakan hak asasi.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dan penyiksaan atau
perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia serta
berhak memperoleh suaka politik dari negara lain

PASAL 28 H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan
khusus untuk memperoleh kesehatan dan manfaat yang sama
guna mencapai persamaan keadilan.
(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat.
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak
milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang
oleh siapapun.

14
PASAL 28 I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan
pikiran, dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak di
perbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum,
dan hak untuk tidak tuntut atas dasar hukum yang berlaku
surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apapun.
(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat
distriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan
perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati
selaras dengan perkembangan zaman dan perbedaan
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak
asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama
pemerintah
(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai
dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka
pelaksanaan hak asasi manusia dijamin diatur, dan dituangkan
dalam peraturan perundang-undangan.

PASAL 28 J
(1) Setiap orang berhak menghormati hak asasi orang lain dalam
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
(2) Dalam menjalankan hak kebebasanya, setiap orang wajib
tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-
undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak hak dan kebebasan
orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai
dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan
ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.

BAB XI
AGAMA
PASAL 29
(1) Negara berdasar atas ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk aganamya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agama dan kepercayaanya itu.

15
BAB XII
PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA **)
PASAL 30
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara.
(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan
melalui sistem pertahanan rakyat semesta oleh Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia,
sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan
pendukung.
(3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat,
Angkatan Laut, dan Angkatan Udara sebagai alat negara
bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara
keutuhan dan kedaulatan negara.
(4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara
yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas
melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta
menegakkan hukum.
(5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan
tugasnya, syarat-syarat keikut sertaan warga negara dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara, serta hal-hal yang
terkait dengan pertahanan dan keamanan diatur dengan
undang-undnag.

BAB XIII
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN ****)
PASAL 31
(1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya.
(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.
(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-
kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan
belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional.

16
(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan
bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat
manusia.

Pasal 32
(1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah
peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat
dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai
Budayanya.**** )
(2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai
kekayaan budaya nasional.**** )

BAB XIV
PEREKONOMIAN NASIONAL
DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL ****)
PASAL 33
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas asas
kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat.

PASAL 34
(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh
negara.
(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan.
(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
(4) Keuntungan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini
diatur dalam undan-undang.

Dari undang-undang diatas, maka hak dan kewajiban dapat dipilah sebagai
berikut:
1. Hak Warga Negara Indonesia :

17
a. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : Tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
(pasal 27 ayat 2).
b. Hak dalam melakukan upaya pembelaan negara ( pasal 27 ayat 3).
c. Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: setiap orang berhak
untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.(pasal
28A).
d. Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah (pasal 28B ayat 1).
e. Hak atas kelangsungan hidup. Setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh, dan Berkembang (pasal 28B ayat 2)
f. Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya dan berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi
kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1)
g. Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C
ayat 2).
h. Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).
i. Hak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan
layak dalam hubungan kerja. (pasal 28D ayat 2)
j. Hak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat
(pasal 28E ayat 3)
k. Hak untuk mempunyai hak milik pribadi, hak untuk hidup, hak untuk tidak
disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk
tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan
hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak
asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. (pasal 28I
ayat 1).
l. Hak kemerdekaan memeluk agama (pasal 29 ayat 1 dan 2)
m. Hak ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. (pasal 30
ayat 1)
n. Hak mendapat pendidikan (pasal 31 ayat 1)

18
o. Hak dipelihara oleh negara bagi fakir miskin dan anak-anak yang terlantar
(pasal 34 ayat 1)
2. Kewajiban Warga Negara Indonesia :
a. Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945
berbunyi : segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan
itu dengan tidak ada kecualinya.
b. Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD
1945 menyatakan : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara.
c. Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1
mengatakan : Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang
lain
d. Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang.
Pasal 28J ayat 2 menyatakan : Dalam menjalankan hak dan
kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-
nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.
e. Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30
ayat (1) UUD 1945. menyatakan: tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
f. Wajib bekerja keras untuk menggali dan mengolah sumber daya alam
untuk kemakmuran rakyat (pasal 33 ayat 3)

Namun dalam pelaksanaannya sering terjadi ketidakseimbangan antara hak dan


kewajiban. Banyak warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam
menjalani kehidupannya dengan baik, semua itu terjadi karena pemerintah dan
para pejabat tinggi masih banyak yang lebih mendahulukan hak daripada
kewajiban. Terkadang juga terjadi pelanggaran hak yang dilakukan oleh warga
negara karena sebab tertentu sehingga antara hak dan kewajiban ini menjadi

19
tidak seimbang. Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban,
salah satu caranya adalah dengan mengetahui posisi diri kita sendiri. Sebagai
seorang warga negara harus tahu hak dan kewajibannya, begitu pula seorang
pejabat atau pemerintah. Jika hak dan kewajiban seimbang dan terpenuhi,
maka kehidupan masyarakat akan aman sejahtera. Kita harus memulainya dari
sendiri, karena jika menunggu orang lain untuk bergerak kesejahteraan tidak
akan segera terlakasana, Maka dari itu kita sebagai warga negara yang
berdemokrasi harus bangun dari mimpi kita yang buruk ini dan merubahnya
untuk mendapatkan hak-hak dan tak lupa melaksanakan kewajiban kita sebagai
rakyat Indonesia

2.3 Perilaku Kontitusional


a. Sadar Berkonstitusi
Kita tentunya menghendaki agar UUD 1945 merupakan konstitusi yang
benar-benar dilaksanakan dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara
demi tercapainya cita-cita bersama. Kontitusi mengikat segenap lembaga
negara dan seluruh warga negara. Oleh karena itu, yang menjadi pelaksana
konstitusi adalah semua lembaga negara dan segenap warga negara sesuai
dengan hak dan kewajiban masing-masing sebagaimana diatur dalam UUD
1945. Dalam perspektif hukum, kata pelaksanaan (implementation) terdiri
dari dua konsep fungsional, yaitu; pertama, identifying constitutional norms
and specifying their meaning; dan kedua, crafting doctrine or developing
standards of review. (Fallon dalam Asshiddiqie, 2008)
Agar setiap lembaga dan segenap warga negara dapat melaksanakan
kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan UUD 1945, diperlukan
adanya budaya sadar berkonstitusi. Untuk menumbuhkan budaya sadar
berkonstitusi diperlukan pemahaman terhadap nilai-nilai dan norma-norma
dasar yang menjadi materi muatan konstitusi. Pemahaman tersebut menjadi
dasar bagi masyarakat untuk dapat selalu menjadikan konstitusi sebagai
rujukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

20
Jika masyarakat telah memahami norma-norma dasar dalam konstitusi
dan menerapkannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka pasti
mengetahui dan dapat mempertahankan hak-hak konstitusionalnya yang
dijamin dalam UUD 1945. Selain itu, masyarakat dapat berpartisipasi secara
penuh terhadap pelaksanaan UUD 1945 baik melalui pelaksanaan hak dan
kewajibannya sebagai warga negara, berpartisipasi dalam penyelenggaraan
negara dan pemerintahan, serta dapat pula melakukan kontrol terhadap
penyelenggaraan negara dan jalannya pemerintahan. Kondisi tersebut
dengan sendirinya akan mencegah terjadinya penyimpangan ataupun
penyalahgunaan konstitusi.
Salah satu bentuk nyata pentingnya budaya sadar berkonstitusi bagi
pelaksanaan konstitusi adalah terkait dengan kewenangan Mahkamah
Konstitusi menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar.
Pengujian tersebut dilakukan untuk menentukan apakah suatu ketentuan
dalam suatu undang-undang, bertentangan atau tidak dengan UUD 1945.
Namun Mahkamah Konstitusi dalam hal ini tidak dapat bertindak secara
aktif. Mahkamah Konstitusi hanya dapat menjalankan wewenang tersebut
jika ada permohonan pengujian suatu undang-undang yang diajukan oleh
masyarakat.
Dalam pengajuan permohonan inilah diperlukan adanya budaya sadar
berkonstitusi berupa kesadaran akan hak konstitusionalnya sebagai warga
negara baik sebagai perorangan maupun kelompok bahwa hak-hak
konstitusional telah dilanggar oleh suatu ketentuan undang-undang. Di sisi
lain, juga diperlukan adanya kesadaran untuk mendapatkan perlindungan
atas hak konstitusional yang dilanggar dengan cara mengajukan permohonan
pengujian konstitusional atas ketentuan undang-undang yang merugikannya.
Jika tidak ada budaya sadar berkonstitusi, masyarakat tidak akan mengetahui
apakah haknya terlanggar atau tidak dan tidak melakukan upaya
konstitusional untuk mendapatkan perlindungan. Akibatnya, UUD 1945 akan
banyak dilanggar oleh ketentuan undang-undang sehingga pada akhirnya

21
konstitusi hanya akan menjadi dokumen di atas kertas tanpa dilaksanakan
dalam praktik.
Di sisi lain, dalam budaya berkonstitusi juga terkandung maksud
ketaatan kepada aturan hukum sebagai aturan main (rule of the game) dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Segenap komponen bangsa harus
bertindak sesuai dengan aturan yang ditetapkan, serta apabila timbul
permasalahan atau sengketa, harus diselesaikan melalui mekanisme hukum.
Budaya mematuhi aturan hukum merupakan salah satu ciri utama
masyarakat beradab. Hal ini sangat diperlukan terutama dalam konteks
politik, misalnya dalam pelaksanaan Pemilu, baik Pemilu legislatif, Pemilu
Presiden dan Wakil Presiden, maupun Pemilukada.
Tanpa adanya kesadaran berkonstitusi, yaitu kedasaran mematuhi
rambu-rambu permainan dan mekanisme penyelesaian sengketa, momentum
politik yang sejatinya adalah untuk membentuk pemerintahan yang
demokratis dapat tergelincir ke dalam konflik yang justru merugikan
masyarakat serta kepentingan bangsa dan negara. Oleh karena itu, diperlukan
kesadaran baik bagi untuk peserta pemilu, penyelenggara pemilu, maupun
pihak dan lembaga lain yang memiliki peran dalam pelaksanaan Pemilu.
Semua permasalahan yang muncul harus dipercayakan dan diselesaikan
melalui mekanisme hukum yang telah ditentukan. Sebaliknya, lembaga yang
memiliki kewenangan terkait dengan pelaksanaan pemilu juga harus
menjalankan wewenangnya dengan baik.
Oleh karena itulah harus ada upaya secara terus-menerus untuk
membangun budaya sadar berkonstitusi. Budaya sadar berkonstitusi tercipta
tidak hanya sekedar mengetahui norma dasar dalam konstitusi. Lebih dari
itu, juga dibutuhkan pengalaman nyata untuk melihat dan menerapkan
konstitusi dalam praktik kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Oleh karena itu, menumbuhkan budaya sadar berkonstitusi adalah suatu
proses panjang dan berkelanjutan.
b. Contoh Perilaku Konstiusional

22
Ketaatan terhadap konstitusi ini diwujudkan dalam perilaku
konstitusional. Perilaku konstitusional adalah perilaku-perilaku yang
senantiasa berdasar dan hanya berpijak pada aturan-aturan penyelengaraan
bernegara yang tertuang dalam UUD 1945. Perilaku konstitusional juga
dapat diartikan sebagai perilaku yang sesuai dengan konstitusi negara.
Sebaliknya, perilaku inkonstitusional adalah perilaku yang menyimpang dari
konstitusi negara.
Perilaku konstitusional wajib dimiliki dan diterapkan oleh semua
warga negara, karena perilaku konstitusional dapat menciptakan keadaan
yang tertib, disiplin, dan sesuai dengan hukum.
Berikut adalah contoh sikap konstitusional:
- Perilaku Konstitusional Bagi Penyelenggaraan Negara
Lembaga-lembaga penyelenggara Negara tersebut melaksanakan tugas
atau kewajibannya berdasarkan wewenang yang dimiliki berdasarkan
ketetapan konstitusi lain :
1. MPR
Mengubah dan menetapkan UUD
Melantik Presiden dan Wakil Presiden
Memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden dalam masa
jabatannya menurut UUD
Mengubah dan menetapkan UUD
Melantik Presiden dan Wakil Presiden
Memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden dalam masa
jabatannya menurut UUD
2. Presiden dan Kementrian Negara
Tidak pernah menghianati Negara
Mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas sebagai
Pres dan Wapres
Mengajukan rancangan UU kepada DPR
Menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan UU
3. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Bersidang sedikitnya sekali dalam setahun
Membentuk undang-undang
Membahas rancangan undang-undang bersama dengan Presiden
4. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

23
Mengajukan rancangan undang-undang tentang otonomi daerah,
hubungan antar pusat dan daerah
Pembentukan dan pemekaran atau penggabungan daerah, dan lain-
lain kepada DPR
5. Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Menyelenggarakan pemilu yang langsung, bebas, rahasia, jujur, dan
adil
6. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara
Menyerahkan laporan hasil pemeriksaan kepada DPR, DPD, DPRD
7. Mahkamah Agung (MA)
Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang
8. Mahkamah Konstitusi (MK)
Memutuskan sengketa kewenangan yang diberikan UUD
Memutuskan pembubaran partai politik, perselisihan tentang hasil
pemilihan umum
9. Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Kesatuan Republik
Indonesia
Mempertahankan, melindungi dan memelihara keutuhan serta
kedaulatan Negara
Menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat
- Perilaku Konstitusional Warga Negara
Mengakui dan menghargai hak-hak asasi orang lain.
Mematuhi dan menaati peraturan yang berlaku, baik peraturan lalu
lintas, sekolah, dan lain sebagainya.
Tidak main hakim sendiri.
Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Adanya keterbukaan dan etika dalam menghadapi suatu
permasalahan.
Mengembangkan sikap sadar dan rasional.
Menjalin persatuan dan kesatuan melalui berbagai kegiatan.
Pelaksanaan pemilihan umum secara transparan, jujur, adil, dan
bebas, serta sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pengambilan keputusan dengan musyawarah atau pemungutan
suara, tidak dengan money politic, suap, kolusi, dan intimidasi.

24
Pelaksanaan demonstrasi atau aksi-aksi secara damai bukan dengan
kekerasan, infiltrasi, atau revolusi.
Membayar pajak tepat waktu
Ikut melaksanakan pembelaan negara sesuai dengan kemampuan,
hak dan kewajiban.
Memberikan kritik atau saran kepada pemerintah melalui wakil
rakyat.
Perilaku konstitusional harus dilaksanakan oleh penyelenggara dan
warga negara secara seimbang. Untuk mengembangkan perilaku
konstitusional, pertama kali dengan mengetahui dan memahami aturan-
aturan penyelenggaraan negara yang tecantum dalam UUD 1945. Oleh
karena itu, sosialisasi UUD 1945 kepada seluruh warga negara harus
dilaksanakan secara efektif melalui kegiatan pembelajaran di sekolah.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada akhirnya kesimpulan yang didapatkan dari pembahasan pada bab
sebelumnya, bahwa konstitusi Indonesia atau hukum dasar Indonesia adalah UUD
1945. Sejarah dibentuknya UUD 1945 ini adalah karena sebuah negara
membutuhkan sebuah landasan hukum, kemudian dirancanglah UUD 1945 sejak
29 Mei 1945 hingga kemudian yang disahkan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945,
penggunaan UUD 1945 ini dimulai pada 18 Agustus 1945 sampai kemudian
diganti menjadi Konstitusi Republik Indonesia Serikat pada 27 Desember 1949.
Kemudian pada 17 Agustus 1950 berganti menjadi Undang Undang Dasar
Sementara 1950, dan akhirnya kembali lagi memakai UUD 1945 pada 5 Juli 1959
dan digunakan hingga sekarang. Hingga sekarang telah terjadi empat kali
amandemen UUD 1945 yang meliputi hampir keseluruhan materi UUD 1945.
Hak warga negara adalah kewenangan yang dimiliki oleh seseorang untuk
melakukan sesuatu. Kewajiban warga negara adalah keharusan untuk melakukan
sesuatu sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Hak dan Kewajiban tersebut

25
tertuang pada UUD 1945 pasal 27 hingga pasal 34. Hak warga negara didalamnya
diantaranya hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, hak dalam membela
negara, hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan, hak untuk membentuk
keluarga dan melanjutkan keturunan, hak untuk mengembangkan diri, hak untuk
memperjuangkan haknya, hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, kepastian
hukum dan perlakuan adil, hak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat,hak untuk mempunyai hak milik pribadi, hak
kemerdekaan memeluk agama, hak mendapat pendidikan, hak dipelihara negara.
Sedangkan untuk kewajiban warga negara diantaranya wajib menaati hukum dan
pemerintahan, wajibikut serta dalam membela negara,wajib menghormati hak
asasi orang lain, wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan
undang-undang, wajib bekerja keras untuk menggali dan mengolah sumber daya
alam. Pelaksanaan hak dan kewajiban ini harus seimbang, salah satu caranya
adalah dengan mengetahui posisi diri kita sendiri.
Perilaku konstitusional akan timbul jika kita sadar untuk berkonstitusi, untuk itu
diperlukan pemahaman terhadap nilai-nilai dan norma-norma dasar yang menjadi
materi muatan konstitusi. Ketaatan terhadap konstitusi ini diwujudkan dalam
perilaku konstitusional. Perilaku konstitusional adalah perilaku-perilaku yang
senantiasa berdasar dan hanya berpijak pada aturan-aturan penyelengaraan
bernegara yang tertuang dalam UUD 1945. Contoh perilaku konstitusional bagi
penyelenggara negara salah satunya perilaku presiden yang tidak pernah
menghianati negara, sedangkan contoh perilaku konstitusional bagi warga negara
salah satunya adalah dengan mematuhi dan menaati peraturan yang berlaku

3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan antara lain adalah agar konstitusi, yakni UUD 1945
tidak hanya sebagai wacana saja tetapi juga dipahami baik dari sisi sejarah dan
perkembangannya, kemudian disarankan juga untuk selalu menerapkan perilaku
konstitusional dalam menjalankan kewajiban sebagai warga negara sebelum
menuntut haknya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Abdulkarim, Aim. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan: Membangun Warga Negara


yang Demokratis. Jakarta: Grafindo Media Pratama.

Asshiddiqie, J. 2008. Membangun Budaya Sadar Berkonstitusi. Bahan disampaikan


pada acara Seminar Membangun Masyarakat Sadar Konstitusi, yang
diselenggarakan oleh DPP Partai Golkar, Jakarta, 8 Juli 2008
C.F. Strong. 2012. Modern Political Constitutions: An Introduction to
the
Comparative Study of Their History and Eisting Form
(KonstitusiKonstitusi Politik Modern; Study Perbandingan
tentang Sejarah dan Bentuk, diterjemahkan oleh Derta
Sri Widowatie). Nusamedia. Bandung.

27

Anda mungkin juga menyukai