Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bakteri merupakan suatu mikroorganisme yang tidak terlepas dari bagian
kehidupan yang dapat memberikan manfaat contohnya Escherichia coli yang
berperan dalam sintesis vitamin K dalam usus. Sebagian besar bakteri dapat
menimbulkan bermacam-macam penyakit/infeksi dengan cara menginvasi dan
berkembang biak dalam jaringan tubuh atau rongga mulut. Bakteri menimbulkan
infeksi terutama Staphylococcus aureus yang dapat menyebabkan abses,
gingivitis dan Denture stomatitis. Oleh karena itu, perlu dicari alternatif lain
untuk memanfaatkan kembali bahan alami bagi kesehatan, terutama obat-obatan
yang berasal dari tumbuhan, karena pengobatan tradisional dengan menggunakan
bahan alam harganya lebih terjangkau, mudah didapat dan efek samping yang
rendah.
Minyak atsiri yang juga dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak
terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut
mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir (pungent taste), berbau
wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut
organik dan tidak larut dalam air. Minyak atsiri dipergunakan sebagai bahan baku
pada berbagai industri (farmasi, pengawet, kosmetik, aromaterapi dan
insektisida), bahan penyedap pada makanan dan minuman serta untuk
pengobatan berbagai penyakit (Ketaren, 1985). Antara tumbuhan penghasil
minyak atsiri dan telah lama dipergunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai
tumbuhan berkhasiat obat adalah bawang putih, cengkeh dan jintan hitam
(Nigella sativa L.).
Mengkonsumsi Nigella sativa L. di negara Indonesia masih tidak begitu
terkenal jika dibandingkan dengan negara Eropa, Amerika dan Arab. Obat ini
sangat banyak manfaatnya sehingga diceritakan kisah ini dalam beberapa hadis

di zaman Rasullulah s.a.w sebagai obat dari segala penyakit kecuali kematian.
Diantara manfaatnya dapat menguatkan sistem kekebalan tubuh, anti histamin,
antibakteri, dan meningkatkan konsentrasi daya ingat.
Dengan demikian, Nigella sativa L. dapat dijadikan sumber minyak atsiri
alam dan kebutuhan minyak atsiri akan terus meningkat seiring dengan kegunaan
dari minyak atsiri itu sendiri yang semakin beragam. Hal ini merupakan upaya
untuk menambah produksi zat anti bakteri maupun anti jamur.

1.2 Tujuan
1. Untuk mempelajari deskripsi tentang Nigella sativa L.
2. Untuk mempelajari syarat tumbuh Nigella sativa L.
3. Untuk mempelajari teknik budidaya Nigella sativa L. mulai awal penanaman
hingga pasca panen.
4. Untuk mempelajari kendala komoditas Nigella sativa L.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jinten Hitam (Nigella sativa L.)

Jintan hitam (Nigella sativa L.) yang dikenal juga sebagai black cumin,
kalonji, habbatus sauda, black seed, love in the mist, fitches, black caraway,
black onion seed, dan charnushka ini mempunyai daun tunggal kadang juga
dijumpai berdaun majemuk dengan posisi tersebar atau berhadapan. Bentuk
daunnya bulat telur berujung lancip pada permukaannya terdapat bulu halus
memiliki panjangnya 5 -10 cm. Nigella sativa L. dihasilkan dari bijinya.
Pohonnya menghasilkan bunga berwarna ungu muda atau putih. Tumbuhan ini
umumnya memiliki tinggi 50 cm berbatang tegak, berkayu dan berbentuk bulat
menusuk. Buahnya berbentuk kapsul yang mengandung banyak biji-biji kecil
berwarna putih dan berbentuk trigonal. Setelah matang kapsulnya terbuka dan
biji-biji ini akan berubah menjadi hitam setelah terpapar di udara.
Tumbuhan ini mengandung glikosida saponin, minyak atsiri, zat pahit,
minyak lemak,d-limonena, simena, saponin, zat pahit, jigelin, nigelon, dan
timokonon. Berbagai kandungan ini didapat dari biji jintan hitam.
2.2 Sejarah
Nigella sativa L. telah digunakan sejak dahulu kala, awalnya digunakan oleh
orang-orang Parsi dan Yahudi dalam masakan dan pengobatan mereka. Nigella
sativa L. berasal dari kawasan medditeranean, namun kini ia juga ditanam di
Afrika Utara dan setengah bahagian Asia seperti India. Minyak Nigella sativa L.
ini awalnya dijumpai di kubur Firaun Tutankhamen di Mesir. Kemungkinan
bahan ini sebagai salah satu ramuan pengawetan mayat (mummification) di
zaman purba Mesir. Nigella sativa L. juga digunakan oleh Cleopatra untuk
kesehatan dan kecantikannya.
Nigella sativa L. boleh dianggap sebagai bagian dari 'holistic approach'
terhadap kesehatan tubuh dan paling ideal dijadikan bahan makanan selingan.
Berdasarkan pada banyaknya hadist dan penelitian modern, Nigella sativa L.
mampu meningkatkan sistem ketahanan tubuh (immune system) dalam jangka
waktu yang lama dengan memenuhi kebutuhan optimal yang diperlukan oleh
tubuh untuk mencegah dan melawan penyakit.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Klasifikasi Jinten Hitam (Nigella sativa L.)

Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Sub Divisi

: Angiospersmae

Kelas

: Dicotyledonae

Sub Kelas

: Dialypetalae

Ordo

: Ranunculales

Famili

: Ranunculaceae

Genus

: Nigella

Spesies

: Nigella sativa L.

3.2 Sarana Budidaya


Sama halnya dengan bududaya tanaman lainnya, budidaya Nigella sativa L.
ini memerlukan sarana budidaya atau sarana produksi yang tepat agar
menghasilkan tanaman yang berkualitas dan sesuai dengan standar obat. Sarana
produksi tersebut adalah sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)

Lahan dan iklim yang memadai, terutama berkaitan dengan curah hujan.
Bibit atau benih yang selalu siap saat dibutuhkan.
Pupuk organik untuk memupuk tanaman.
Pelindung agar tanaman terlindung dari organisme pengganggu.

3.3 Teknik Budidaya


Untuk menghasilkan Nigella sativa L. yang berkualitas disarankan untuk
menggunakan sistem organik. Bahan asupan atau pupuk yang dibutuhkan
merupakan pupuk organik dan menggunakan pestisida organik untuk
mengendalikan hama dan penyakit tanaman tersebut. Meskipun begitu, di
Indonesia masih jarang ada budidaya tanaman Nigella sativa L. karena
permintaannya yang masih sedikit. Namun, untuk memenuhi permintaan yang
banyak, sistem yang digunakan harus organik dan dilakukan budidaya secara
intensif.
3.4 Syarat Pertumbuhan

3.4.1 Iklim
a)
b)
c)
d)

Curah hujan antara 800 1.300 mm/tahun.


Suhu optimal sekitar 9 45o C.
Kelembaban udara sedang sekitar 70 90 %.
Penyinaran sinar matahari penuh sangat diperlukan.

3.4.2 Media Tanam


a) Tanah iseptisol atau tanah lempung berpasir.
b) pH 4,5 - 6.
c) Tanah berdrainase atau yang tidak terlalu becek ataupun kering.
3.4.3 Ketinggian
Nigella sativa L. akan tumbuh optimal jika ditanam pada daerah yang
memiliki ketinggian 700 m dpl.
3.5 Pedoman Budidaya
3.5.1 Pengolahan Tanah
Tanah bagian atas (top soil) dicangkul hingga kedalaman 20 30 cm
dan membalikkan tanah bagian bawah (sub soil) hingga berada di
permukaan, lalu dibiarkan selama satu minggu untuk proses aerasi. Setelah
satu minggu, tanah diberi pupuk organik 6 8 ton/ha untuk menghindari
terjadinya efek samping penggunaan pupuk kimia. Pupuk organik yang
digunakan sebaiknya berupa kotoran ayam atau kambing karena memiliki
unsur nitrogen (N) yang lebih tinggi daripada kotoran hewan yang lain.
Selanjutnya adalah pengguludan atau membuat bedengan yang
disesuaikan dengan kontur tanah agar tidak menimbulkan genangan air.
Guludan atau bedengan yang dibuat sebaiknya memiliki ukuran lebar 1
1,5 m, tinggi 25 30 cm, dan panjang yang disesuaikan kontur tanah. Jarak
ideal antarbedengan adalah 25 30 cm.
3.5.2 Pembibitan
Reproduksi Nigella sativa L. dilakukan secara generatif atau dari biji.
Biji yang dipilih haruslah yang tidak terkena hama dan penyakit. Biji
tersebut dikeringkan selama beberapa hari, lalu direndam selama dua jam
untuk mempercepat masa dormansi. Setelah itu, biji tersebut ditaburkan ke
6

bedengan persemaian yang sudah disiapkan. Sebaiknya biji yang


disebarkan memiliki jarak satu sama lain agar dapat tumbuh dengan baik.
Setelah 10 14 hari biji-biji tersebut sudah menjadi bibit yang siap
dipindahkan ke polibag yang sebelumnya diisi dengan campuran tanah dan
pupuk kandang dengan perbandingan 4 : 1 atau 4 : 2. Penggunaan polibag
dalam hal ini menguntungkan karena tidak merusak akar saat tanaman
dipindah ke lahan penanaman. Tanaman tersebut siap ditanam di lahan jika
sudah berumur 3 4 minggu dan memiliki tinggi 8 10 cm serta memiliki
akar yang relatif banyak.
3.5.3 Penanaman
Bibit yang ada di polibag yang sudah siap dipindahtanamkan ke
lahan penanaman dengan jarak tanam 20 20 cm sebaiknya segera
dipindahkan. Pemindahan tersebut harus dilakukan dengan penuh kehatihatian agar tidak merusak akar. Tanaman yang sudah berakar saat pindah
tanam harus diberi pupuk cair organik setiap minggu untuk menggantikan
bahan organic yang telah berkurang akibat proses dekomposisi.
3.5.4 Pemeliharaan dan Pemanenan
Dalam pemeliharaan tanaman perlu diperhatikan cara penyiramannya.
Perlu diketahui, jika terlalu banyak air akar tanaman akan membusuk dan
jika kurang air, tanaman akan kering. Oleh sebab itu tanaman harus disiram
air dengan jumlah yang tepat. Penyiraman tanaman dihentikan apabila
tanaman telah berbunga dan terbentuk kelopak hingga tanaman mengering.
Selain Jumlah air, perlu pula memperhatikan pencegahan tumbuhnya
gulma (tanaman pengganggu), serangan hama dan penyakit. Untuk hama
an penyakit, gunakan pestisida nabati yakni pestisida yang bahan dasarnya
tumbuhan sehingga dapat terurai dan ramah di alam. Beberapa bahan
pestisida nabati ini antara lain, campuran tembakau, mimba, lengkuas,
serai, sambiloto, brotowali, bawang putih dan biji srikaya. Jika salah satu
bahan tak tersedia dapat diabaikan. Untuk pemanenan, dilakukan saat
bagian bawah Jintan hitam mulai kering dan kulit bijinya sudah

kekuningan. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong bagian bawah


tanaman dan mengikatnya. Hasil panen dikeringkan dan dibolak balik
sehingga bijinya rontok. Diperlukan kain katun untuk menampung biji
jintan . Biji yang telah keluar dari cangkang (kulit) tersebut diayak agar
terpisah dari bahan lain. Biji yang telah diperoleh dapat di olah sebagai
bahan obat.
3.6 Pengendalian Hama
a) Ulat dan Wereng
Bahan

: Jahe 1 kg, lengkuas 1 kg, umbi gadung 1 kg, akar tuba

Cara pembuatan

1 kgkunyit 1 kg.
: Semua bahan diparut atau ditumbuk, kemudian diperas
untuk memperoleh sarinya dan menyimpan air perasan

Pemakaian

tersebut selama satu minggu.


: Mengambil air perasan yang sudah disimpan
seminggu dengan ukuran 1 sendok makan dan
mencampurnya dengan 1 liter air, lalu menyiramkan
pada tanaman yang terserang ulat atau hama wereng.

b) Serangga
Bahan
Cara pembuatan

: 1 liter air dan 1 kg biji mimba.


: Menumbuk biji mimba

sampai

halus

lalu

menambahkan 1 liter air dan mendiamkannya selama


Pemakaian

beberapa hari.
: Mencampur bahan tersebut dengan ukuran 1 2
sendok

makan

dengan

liter

air

dan

menyemprotkannya pada tanaman yang terserang oleh


hama serangga.
c) Jamur Patogen
Bahan

: 1 kg jahe, 1 kg lengkuas, dan 1 kg kunyit.

Cara pembuatan

: Semua bahan diparut atau ditumbuk, kemudian diperas


untuk memperoleh sarinya.

Pemakaian

Menggunakan

mencampurnya

takaran

sendok

makan

dan

dengan 10 15 liter air dan


8

menyemprotkannya pada tanaman yang terserang jamur


patogen.
3.7 Panen
Pemanenan dilakukan pada saat bagian bawah Nigella sativa L. mengering
dan cangkang buahnya sudah berwarna kekuningan. Pemanenan dilakukan
dengan cara memotong bagian bawah Nigella sativa L. dan mengikatnya. Lalu,
hasil panen yang sudah didapatkan dikeringkan dan dibolak-balik agar bijinya
rontok. Proses ini menggunakan kain katun untuk menampung biji-biji jinten
hitam saat cangkanangnya terbelah. Setelah itu, biji-bijinya diayak untuk
memisahkan dari bahan lainnya. Biji-biji yang diperoleh bisa digunakan sebagai
obat dan benih.
3.8 Pasca Panen
Persyaratan umum pengolahan tanaman obat untuk mendapatkan produk obat
yang berkualitas, termasuk produk dari jinten hitam, beberapa persyaratan
pengolahan berikut harus di penuhi:
1. Bahan baku terstandar dan kualitas terpilih.Hal ini dapat dicapai dengan
memperhatikan kualitas lahan dan pemanenan.
2. Pengemasan harus menggunakan kemasan kedap udara untuk
meminimalisasi kontaminasi
3. Sistem pengolahan mengacu pada konsep HCCP (Hazard Analysis Critical
Control Point) agar produk yang dihasilkan memiliki jaminan keamanan
4. Bebas dari Campuran bahan-bahan kimia sehingga bisa memberikan
manfaat kepada penggunanya.

5. Menggunakan teknik iradiasi sehingga produk akan memiliki daya tahan


lama tanpa mengurangi kualitasnya
Berikut ini merupakan pengolahan jinten hitam menjadi beberapa bentuk obat,
yaitu:
1. Kapsul
Pilih biji Nigella sativa L. yang segar dan telah di bersihkan.Kemudian
keringkan Biji dengan cara menjemurnya di bawah terik matahari
langsung, sambil di bolak balik. Pengeringan dapat pula menggunakan
oven. Giling biji Nigella sativa L. yang telah kering sampai halus dengan
ukuran 100 mesh menggunakan mesin penggiling. Setelah itu, masukkan
bubuk Nigella sativa L. kedalam kapsul dengan menggunkan filling kapsul.
Bersihkan hasil filing kapsul, masukkan dalam kemasan. Jangan lupa
menambahkan jeli silika untuk menjaga kelembapan kapsul. Tahap akhir
lakukan irradiasi untuk memastikan kapsul siap di konsumsi.
2. Minyak oles jintan hitam (Nigella sativa L.)

Proses pembuatan minyak Nigella sativa L. adalah sebagai berikut:


Giling biji Nigella sativa L. menggunakan mesin press sampai keluar
minyaknya. Kemudian saring minyak Nigella sativa L. dengan saringan
agar tak tercampur bahn lain yang dapat merugikan.terakhir simpan dalam
botol steril dan tutup rapat. Madu Nigella sativa L. juga dapat dibuat
dengan dicampurkan madu yang higienis dengan minyak Nigella sativa L.
dengan perbandingan 20:1.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

10

Nigella sativa L. merupakan tanaman yang telah digunakan sejak dahulu


kala sebagai bahan obat dan bisa digunakan sebagai pengawet mumi.
Namun, budidaya Nigella sativa L. di Indonesia jarang sekali ditemukan.
Hal ini terjadi karena kurangnya minat dan permintaan masyarakat terhadap
Nigella sativa L. meskipun tanaman ini memiliki banyak manfaat yang baik
bagi kesehatan kita.

4.2 Saran
Sebaiknya petani Indonesia memulai budidaya Nigella sativa L. dan
mengolahnya sekreatif mungkin agar permintaannya meningkat.

11

Anda mungkin juga menyukai