Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1945 SEBAGAI


KONSTITUSI SERTA DINAMIKA DAN TANTANGAN KONSTITUSI DI
INDONESIA

Disusun Oleh :

Zahrah Fitri Inayah (10011282126067)

Netarisa (10011382126204)

Agus Miftahussurur (10011282126066)

Messi Nursabila (10011382126211)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah “Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945 Sebagai Konstitusi serta Dinamika dan Tantangan
Konstitusi di Indonesia” sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
yang diampu oleh Bapak Nurhidayatullah S.H., M.H.

Banyak sekali hambatan dalam penyusunan makalah ini baik itu masalah waktu,
sarana, dan lain-lain. Oleh sebab itu, selesainya makalah ini bukan semata-mata karena
kemampuan kami saja, banyak pihak yang mendukung dan membantu kami. Dalam
kesempatan ini kami selaku penyusun makalah mengucapkan terimakasih kepada pihak-
pihak yang memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan
makalah ini.

Kami berharap makalah ini nantinya dapat berguna bagi para pembaca. Apabila ada
kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah, kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar dapat lebih baik lagi.

Indralaya, 28 September 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................................1
Daftar Isi..............................................................................................................................2
Bab I Pendahuluan...............................................................................................................3
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................4
1.3 Tujuan............................................................................................................................4
Bab II Pembahasan..............................................................................................................5
2.1 Pengertian dan Konsep Dasar Konstitusi......................................................................5
2.2 Hakikat dan Fungsi Konstitusi......................................................................................7
2.3 Sejarah Lahirnya UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara Indonesia.............................8
2.4 Dinamika Pelaksanaan UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara Indonesia....................10
2.5 Tantangan Pelaksanaan UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara Indonesia...................15
2.6 Amandemen UUD 1945 (1999-2002)...........................................................................16
Bab III Penutup....................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................20
Daftar Pustaka......................................................................................................................21

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konstitusi merupakan hukum dasar suatu negara. Setiap negara pasti memiliki
konstitusi karena tanpa adanya konstitusi negara tidak mungkin terbentuk. Sebagai
hukum dasar negara, konstitusi berisi aturan dan ketentuan tentang hal-hal yang
mendasar dalam kehidupan suatu negara. Jadi segala praktik-praktik bertentangan
dengan konstitusi tersebut.
Seperti halnya praktik penyelenggaraan bernegara di Indonesia pun juga
didasarkan pada konstitusi. Hal ini dapat dicermati dalam kalimat pembukaan UUD
1945 alinea ke-4 yang berbunyi “…Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu
Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia.” Dari pernyataan ini jelas bahwa Indonesia memiliki UUD sebagai
konstitusi yang menjadi hukum dasar tertulis.
Pada umumnya, konstitusi memang sering disamakan dengan undang-undang
dasar sebagai hukum dasar tertulis. Tetapi, konstitusi memiliki pengertian yang lebih
luas lagi. Konstitusi tidak hanya meliputi peraturan yang tertulias saja yaitu undang-
undang dasar, tetapi peraturan yang tidak tertulis yaitu aturan-aturan dasar yang
timbul dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan negara atau yang disebut
dengan konvensi.
Di Indonesia telah berlaku 3 macam undang-undang dasar dalam empat
periode yaitu UUD 1945 (1945-1949), UUDS (1950-1959), dan Kembali lagi ke UUD
1945 (1959-sekarang). Sebagai hukum dasar negara Indonesia, UUD 1945 tentu
memiliki kedudukan, peran dan fungsi yang sangat urgen. Jika dilihat dari sejarahnya,
UUD 1945 merupakan hasil perjuangan politik bangsa Indonesia waktu itu dan
sekaligus merupakan pandangan tokoh-tokoh bangsa (founding fathers) yang hendak
diwujudkan baik untuk masa sekarang, maupun untuk masa yang akan datang.
Sehingga, UUD 1945 harus dijadikan sebagai landasan dalam pelaksanaan Pemerintah
Republik Indonesia.
3
Dalam pelaksanaannya, UUD 1945 mengalami dinamika yang mengikuti
perubahan system politik negara Indonesia. UUD 1945 mengalami empat kali
amandemen yang dilakukan oleh MPR, yaitu tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002.
Perubahan tersebut meliputi hamper keseluruhan materi muatan UUD 1945, kecuali
pembukaan dan prinsip-prinsip bernegara yang telah disepakati untuk tidak diubah.
Proses amandemen ini dianggap perlu, mengingat adanya perubahan kehidupan
manusia, baik secara internal maupun secara eksternal. Sehingga, konstitusi sebagai
landasan kehidupan bernegara harus senantiasa menyesuaikan dengan perkembangan
yang terjadi di masyarakat. Jangan sampai konstitusi ketinggalan zaman dan tidak
mampu lagi berfungsi sebagai dasar negara. Oleh karena itu, dengan adanya
amandemen ini diharapkan dapat membawa kemajuan dalam kehidupan
ketatanegaraan di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian konsep dari konstitusi?
1.2.2 Apa hakikat dari fungsi konsttusi?
1.2.3 Bagaimana sejarah lahirnya UUD 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia?
1.2.4 Bagaimana dinamika pelaksanaan UUD 1945 sebagai konstitusi negara
Indonesia?
1.2.5 Bagaimana tantangan pelaksanaan UUD 1945 sebagai konstitusi negara
Indonesia?
1.2.6 Apa penyebab dilakukannya amandemen UUD 1945?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami pengertian dan konsep dari konstitusi.
1.3.2 Untuk mengetahui dan memahami hakikat fungsi konstitusi.
1.3.3 Untuk mengetahui sejarah lahirnya UUD 1945 sebagai konstitusi negara
Indonesia.
1.3.4 Untuk mengetahui dinamika pelaksanaan UUD 1945 sebagai konstitusi negara
Indonesia.
1.3.5 Untuk mengetahui tantangan pelaksanaan UUD 1945 sebagai konstitusi
negara Indonesia.
1.3.6 Untuk memahami penyebab dilakukannya amandemen UUD 1945 serta
mengetahui hasil amandemen.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Konsep Dasar Konstitusi


Istilah konstitusi berasal dari Bahasa Prancis (constituer) yang berarti
membentuk. Pemakaian istilah konstitusi yang dimaksud adalah pembentukan suatu
negara atau menyusun dan menyatakan aturan suatu negara (Srijanti dkk, 2008).
Konstitusi bisa dipersamakan dengan hukum dasar yang tertulis. Dalam Bahasa
Belanda istilah konstitusi dikenal dengan istilah “Ground wet”, wet yang
diterjemahkan sebagai undang-undang, dan Ground yang berarti tanah. Di negara-
negara yang menggunakan Bahasa Inggris sebagai Bahasa nasional, digunakan istilah
Constitution yang diartikan kedalam Bahasa Indonesia menjadi konstitusi. Pengertian
konstitusi dalam praktik mempunyai pengertian lebih luas dari UUD.
Dalam ilmu politik, Constitution merupakan suatu yang lebih luas, yaitu dari
keseluruhan dari peraturan-peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang
mengatur secara mengikat cara-cara begaimana sesuatu pemerintahan diselenggarakan
dalam masyarakat. Di Jerman istilah konstitusi juga dikenal dengan istilah
grundgesetz, yang juga berarti UUD. Sedangkan kata konstitusi dalam kamus besar
Bahasa Indonesia diartikan sebagai UUD suatu negara.
Istilah konstitusi menurut Chairul Anwar adalah fundamental laws tentang
pemerintahan suatu negara dan nilai-nilai fundamentalnya. Sedangkan menurut Sri
Soemantri, konstitusi berarti suatu naskah yang membuat suatu bangunan negara dan
sendi-sendi system pemerintahan negara. Dari kedua pengertian tersebut dapat
dikatakan bahwa konstitusi memuat aturan pokok (fundamental) mengenai sendi-
sendi yang diperlukan untuk berdirinya suatu negara. E.C.S Wade mengatakan bahwa
yang dimaksud konstitusi adalah “a document having a special legal sanscity which
set out the framework and the principle function the organ of government of a state
and declares the principles govering the operation of these organs” yang diartikan
sebagai naskah yang memaparkan rangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan
pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok cara kerja badan tersebut. Apabila
negara dipandang sebagai kekuasaan atau organisasi kekuasaan.
Maka UUD dapat dipandang sebagai Lembaga atau kumpulan asas yang
menetapkan bagaimana kekuasaan dibagi antara beberapa Lembaga kenegaraan,
misalnya antara badan legislative, eksekutif, dan tudikatif. UUD menetapkan cara-
5
cara bagaimana pusat-pusat kekuasaan ini bekerja sama dan menyesuaikan diri satu
sama lain, merekam hubungan-hubungan kekuasaan dalam suatu negara.
Dalam Bahasa latin, kata konstitusi merupakan gabungan dari dua kata, yaitu
Cume dan Stature. Cume adalah sebuah preposisi yang berarti “Bersama-sama
dengan…,” sedangkan statuere mempunyai arti “membuat sesuatu agar berdiri atau
mendidirkan/menetapkan.” Dengan demikian bentuk tunggal dari konstitusi adalah
menetapkan sesuatu secara bersama-sama dan bentuk jamak dari konstitusi adalah
segala yang ditetapkan. Selain itu juga berlaku hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu
aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktik-praktik
penyelenggaraan negara yang disebut juga dengan konvensi
Terdapat beberapa definisi konstitusi dari para ahli yaitu :
a) Herman Heller, membagi pengertian konstitusi menjadi tiga : Konstitusi dalam
pengertian politik sosiologis konstitusi mencerminkan kehidupan politik di dalam
masyarakat sebagai suatu kenyataan.
b) Konstitusi merupakan satu kesatuan kaidah yang hidup dalam masyarakat yang
selanjutnya dijadikan satu kesatuan kaidah hukum. Konstitusi dalam hal ini sudah
mengandung pengertian yuridis 
c) Konstitusi yang ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang tinggi
yang berlaku dalam suatu negara.
Menurutnya pengertian konstitusi lebih luas dari undang-undang dasar
1. K.C. Wheare mengartikan konstitusi sebagai “keseluruhan sistem ketatanegaraan
dari suatu negara, berupa kepulan peraturan yang membentuk, mengatur atau
memerintah dalam pemerintahan suatu negara.
2. Prof. Prayudi Atmosudirdjo merumuskan konstitusi sebagai berikut :
a. Konstitusi suatu negara adalah hasil atau produk sejarah dan proses
perjuangan bangsa yang bersangkutan.
b. Konstitusi suatu negara adalah rumusan dari filsafat, cita-cita, kehendak, dan
perjuangan bangsa Indonesia.
c. Konstitusi adalah cermin dari jiwa, jalan pikiran, mentalitas, dan kebudayaan
suatu bangsa.

Konstitusi dapat diartikan dalam arti luas dan sempit, sebagai berikut :
1. Konstitusi (hukum dasar) dalam arti luas meliputi hukum dasar tertulis dan
tidak tertulis.
6
2. Konstitusi (hukum dasar) dalam arti sempit adalah hukum dasar tertulis yaitu
UUD. Dalam pengertian ini UUD merupakan konstitusi atau hukum dasar
yang tertulis (Winarno, 2008)

2.2 Hakikat dan Fungsi Konstitusi


Pada hakikatnya sebuah konstitusi harus memuat secara ketat materi-materi yang
secara substansial harus ada pada sebuah konstitusi. Menurut Miriam Budiardjo setiap
undang-undang dasar memuat ketentuan-ketentuan mengenai hal-hal sebagai berikut :
1. Organisasi Nnegara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislatif,
eksekutif, dan yudikatif, pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dan
pemerintah negara bagian, prosedur menyelesaikan masalah pelanggaran
yuridiksi oleh salah satu badan pemerintah dan sebagainya.
2. Hak-hak asasi manusia.
3. Prosedur mengubah UUD.
4. Ada kalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari undang-
undang dasar. (Nuruddin Hady, 2010)
Konstitusi menempati kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan
ketatanegaraan suatu negara karena konstitusi menjadi barometer kehidupan
bernegara dan berbangsa yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pendahulu.
Meskipun konstitusi yang ada di dunia ini berbeda-beda baik dalam hal tujuan,
bentuk, dan isinya tetapi umumnya mereka mempunyai kedudukan formal yang sama,
yaitu sebagai :
- Konstitusi sebagai Hukum Dasar karena ia berisi aturan dan ketentuan tentang
hal-hal yang mendasar dalam kehidupan suatu negara.
- Konstitusi sebagai Hukum Tertinggi, artinya bahwa aturan-aturan yang
terdapat dalam konstitusi, secara hierarki mempunyai kedudukan lebih tinggi
terhadap aturan-aturan lainnya, sehingga tauran-aturan yang lain harus sesuai
dengan UUD.

Menurut Jimly Asshiddiqie dalam Winarno, 2008 konstitusi memiliki beberapa


fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi penentu atau pembatas kekuasaan negara.
2. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antarorgan negara.
3. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antara organ dengan warga negara.
7
4. Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun
kegiatan penyelenggaraan kekuasaan negara.
5. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli
(dalam demokrasi adalah rakyat) kepada organ negara.
6. Fungsi simbolik yaitu sebagai sarana pemersatu (symbol of unity), sebagai
rujukan identitas dan keagungan kebangsaan (identity of nation) serta sebagai
center of ceremony.
7. Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat (social control), baik dalam
arti sempit yaitu bidang politik dan dalam arti luas mencakup bidang sosial
ekonomi.
8. Fungsi sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat. (Winarno,
2008)

2.3 Sejarah Lahirnya UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara Indonesia


Undang-Undang Dasar memegang peranan penting bagi kehidupan suatu
negara, terbukti dari kenyataan sejarah NKRI sendiri, ketika pemerintah militer
Jepang berjanji akan memberikan kemerdekaan kepada rakyat Indonesia melalui
Perdana Menteri Koiso yang diucapkan pada tanggal 7 September 1944, maka
dibentuklah badan yang bernama Dokuritsu Zyunbi Choosakai  (Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia/BPUPKI), pada tanggal 29 April
1945 yang diketuai oleh Dr. Radjiman Wedyodiningrat dan ketua muda R.P. Soeroso,
yang tugasnya menyusun Dasar Indonesia Merdeka (Undang-Undang Dasar).
Para anggota BPUPKI yang dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 bersidang
dalam dua tahap : pertama,  dari tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945 untuk menetapkan
dasar negara dan berhasil merumuskan Pancasila yang didasarkan pada pidato
anggota Soekarno pada 1 Juni 1945, kedua, dari tanggal 10 - 17 Juli 1945 yang
berhasil membuat Undang-Undang Dasar. Pada akhir sidang pertama, ketua sidang
membentuk sebuah panitia yang terdiri dari 8 orang dan diketuai oleh Ir. Soekarno,
yang disebut Panitia Delapan. Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan pertemuan antara
gabungan paham kebangsaan dan golongan agama yang mempersoalkan hubungan
antara agama dengan negara.
Dalam rapat tersebut dibentuk Panitia Sembilan terdiri dari Drs. Moh. Hatta,
Mr. Soebardjo, Mr. A. A. Maramis, Ir. Soekarno, KH. Abdul Kahar Moezakir,
Wachid Hasyim, Abikusno Tjokrosujoso, Agus Salim, dan Mr. Moh. Yamin. Panitia
8
Sembilan berhasil membuat rancangan Preambule Hukum Dasar, yang oleh Mr. Muh.
Yamin disebut dengan istilah Piagam Jakarta atau Jakarta Charter.
Pada tanggal 14 Juli 1945 pada sidang kedua BPUPKI, setelah melalui
perdebatan dan perubahan, teks Pernyataan Indonesia Merdeka dan teks Pembukaan
UUD 1945 diterima oleh sidang. Teks Pernyataan Indonesia Merdeka dan teks
Pembukaan UUD 1945 adalah hasil kerja Panitia Perancang UUD yang diketuai oleh
Prof. Soepomo.
Setelah selesai melaksanakan tugasnya, BPUPKI melaporkan hasilnya kepada
Pemerintah Militer Jepang disertai usulan dibentuknya suatu badan baru yakni
Dokuritsu Zyunbi Linkai (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia/PPKI), yang
bertugas mengatur pemindahan kekuasaan (transfer of authority) dari Pemerintah
Jepang kepada Pemerintah Indonesia. Atas usulan tersebut maka dibentuklah PPKI
pada tahun 7 Agustus 1945 dengan jumlah anggota 21 orang yang diketuai oleh Ir.
Soekarno dan wakil ketuanya Drs. Moh. Hatta. Anggota PPKI kemudian ditambah 6
orang, tetapi lebih kecil daripada jumlah anggota BPUPKI, yaitu 69 orang. Menurut
rencana, Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada rakyat Indonesia pada
tanggal 24 Agustus 1945. namun terdapat rahmat Allah yang tersembunyi (blessing in
disguise) karena 10 hari sebelum tibanya Hari-H tersebut, Jepang menyatakan
kapitulasi tepatnya pada tanggal 14 Agustus 1945 waktu Amerika Serikat dan 15
Agustus waktu Jepang kepada sekutu tanpa syarat (unconditional surrender).
Dalam 3 hari yang menentukan, yaitu pada tanggal 14, 15, dan 16 Agustus
1945 menjelang hari proklamasi, konflik antara Soekarno-Hatta dengan kelompok
pemuda dalam masalah pengambilan keputusan, yaitu mengenai bagaimana dan
kapan kemerdekaan itu akan diumumkan. Soekarno-Hatta masih ingin berembuk dulu
dengan pemerintah Jepang sedangkan kelompok pemuda ingin mandiri dan lepas
sama sekali dari campur tangan pemerintah Jepang.
Pada hari Kamis pagi, tanggal 16 Agustus 1945, Agustus 1945 Soekarno-Hatta
dibawa (diculik) oleh para pemuda ke Rengasdengklok, namun pada malam harinya
dibawa kembali ke Jakarta lalu mengadakan rapat di rumah Laksamana Maeda di
Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta. Pada malam itu lah dicapai kata sepakat bahwa
Proklamasi Kemerdekaan akan diumumkan di Jalan Pegangsaan Timur 56, yaitu
rumah kediaman Bung Karno, pada hari Jumat 17 Agustus 1945 (9 Ramadan 1364)
pukul 10.00 WIB.

9
Pada tanggal 17 Agustus 1975 petang hari datanglah utusan dari Indonesia
bagian Timur yang menghadap Drs. Moh. Hatta dan menyatakan bahwa rakyat di
daerah itu sangat keberatan pada bagian kalimat dalam rancangan pembukaan UUD
1945 yang berbunyi : “Ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya.)
Dalam menghadapi masalah tersebut dengan disertai semangat persatuan,
keesokan harinya menjelang sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945, dapat
diselesaikan oleh Drs. Moh. Hatta bersama 4 anggota PPKI, yaitu KH. Wachid
Hasyim, Ki bagus Hadikusumo, Mr. Singodimedjo, dan Teuku M. Hasan. Dengan
demikian 7 kata dalam Pembukaan UUD 1945 tersebut dihilangkan. Untuk lebih
jelasnya dapat diuraikan bahwa badan yang merancang UUD 1945 termasuk
didalamnya rancangan dasar negara Pancasila adalah BPUPKI yang dibentuk pada
tanggal 29 April 1945. Setelah selesai melaksanakan tugasnya yaitu merancang UUD
1945 berikut rancangan dasar negara, dan rancangan pernyataan Indonesia merdeka,
maka dibentuklah PPKI pada tanggal 7 Agustus 1945. Jadi konstitusi Negara
Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945 yang untuk pertama kali disahkan oleh
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945.

2.4 Dinamika Pelaksanaan UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara Indonesia


Dalam sejarahnya, sejak proklamasi 17 Agustus 1945 sampai sekarang di
Indonesia telah berlaku tiga macam UUD dalam empat periode, yaitu :
a. Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949 berlaku UUD 1945
Terdiri dari bagian pembukaan, batang tubuh (16 bab), 37 pasal, 4 pasal
Aturan Peralihan, 2 ayat Aturan Tambahan dan bagian penjelasan.
b. Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 erlalu UUD RIS. UUD RIS
terdiri atas 6 bab, 197 pasal dan beberapa bagian.
c. Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959 berlaku UUDS 1950 yang terdiri atas 6
bab, 146 pasal dan beberapa bagian.
d. Periode 5 Juli 1959 – sekarang Kembali berlaku UUD 1945.
Khusus untuk periode keempat berlaku UUD 1945 dengan pembagian sebagai
berikut :
- UUD 1945 yang belum diamandemen.
- UUD 1945 yang sudah diamandemen (tahun 1999, 2000, 2001, dan
2002). (Winarno, 2008)
10
Tabel 4.1 Dinamika Konstitusi di Indonesia
Konstitusi Masa Berlakunya
UUD NRI 1945 (masa 18 Agustus - Agustus 1950, dengan
kemerdekaan) catatan, mulai 27 Desember 1949 -
17 Agustus hanya berlaku di
wilayah RI Proklamasi.
Konstitusi RIS 1949 27 Desember 1949 - 17 Agustus
1950
UUDS 1950 17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959
UUD NRI 1945 (Masa Orde 5 Juli 1959 – 1965
Lama)
UUD NRI 1944 (Masa Orde Baru) 1966 – 1998

a) UUD 1945 Berlaku 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949


Dalam kurun waktu di atas pelaksanaan UUD tidak dapat dilaksanakan dengan
baik, karena bangsa Indonesia sedang dalam masa pancaroba, artinya dalam masa
upaya membela dan mempertahankan kemerdekaan yang baru diproklamasikan.
Sedangkan pihak kolonial masih ingin menjajah kembali negara Indonesia.
Undang-undang dasar yang berlaku dari tanggal 18 Agustus 1945 sampai 27
Desember 1949 memuat ketentuan undang-undang dasar sistem pemerintahan
Indonesia bersifat presidensial. Artinya, para menteri tidak bertanggung jawab
kepada badan legislatif, tetapi hanya bertindak sebagai pembantu presiden. Lebih
lanjut, mulai November 1945, berdasarkan maklumat Wakil Presiden Nomor X
tanggal 16 Oktober 1945, pengumuman Badan Pekerja 11 November 1945, dan
maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945, tanggung jawab politik terletak
di tangan para menteri. Keadaan ini merupakan awal dari suatu sistem
pemerintahan parlementer yang praktis dipertahankan sampai tahun 1959,  melalui
dekrit presiden. Jadi, mulai 14 November 1945 sampai 27 Desember 1949 sistem
pemerintahan yang diselenggarakan berlainan dengan sistem pemerintahan
sebagaimana diatur dalam naskah Undang-Undang Dasar 1945 (Miriam
Budihardjo, 2007 dalam Sunarso dkk, 2008) 

b) Konstitusi RIS Berlaku 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950

11
Kemudian undang-undang dasar yang berlaku dari tanggal 27 Desember 1945
sampai 17 Agustus 1950 adalah konstitusi RIS. Dengan berdirinya negara
Republik Indonesia Serikat (RIS), negara Republik Indonesia (RI) Secara hukum
masih tetap ada hanya saja berubah status menjadi salah satu negara bagian dari
negara RIS. Undang-Undang Dasar 1945 yang semula berlaku untuk wilayah
seluruh Indonesia, mulai tanggal 27 Desember 1949 hanya berlaku dalam wilayah
Negara Bagian Republik Indonesia saja.
Negara RIS dengan konstitusi RIS-nya sangat pendek karena memang tidak
sesuai dengan jiwa proklamasi kemerdekaan yang menghendaki negara kesatuan,
sehingga beberapa negara bagian mulai meleburkan diri lagi dengan Republik
Indonesia.
Konstitusi RIS ini tidak dapat berlangsung dalam waktu yang cukup lama,
melainkan hanya lebih kurang 8 bulan (27 Desember 1949 sampai 17 Agustus
1950). Hal ini terjadi karena adanya tuntutan masyarakat dari berbagai daerah
untuk kembali ke bentuk negara kesatuan dan meninggalkan bentuk negara RIS.
Kenyataan ini membuat negara RIS bubar dan kembali bergabung ke bentuk
negara kesatuan yang beribukota di Yogyakarta. Pada tahun 1950, negara RIS
yang belum bergabung dalam NKRI adalah negara bagian Indonesia timur dan
negara bagian Sumatera Timur. 
c) UUDS 1950 Berlaku 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959
Undang-undang dasar sementara 1950 ini merupakan UUD yang ketiga bagi
Indonesia. Menurut UUDS ini sistem pemerintahan, yang dianut adalah sistem
pemerintahan parlementer dan bukan sistem pemerintahan presidensial lagi seperti
dalam UUD 1945. Menurut sistem pemerintahan parlementer yang tertuang dalam
UUDS ini, Presiden dan Wakil Presiden adalah kepala pemerintahan dan tidak
dapat diganggu gugat karena yang bertanggung jawab adalah para menteri kepada
parlemen (DPR). UUDS ini berpijak pada pemikiran liberal yang mengutamakan
UUD individu, sedangkan UUD 1945 berpijak pada landasan demokrasi Pancasila
yang berisikan sila keempat.
Dalam pelaksanaannya sistem parlementer yang diambil oleh UUDS ini
menyebabkan tidak tercapainya stabilitas politik dan pemerintahan, karena sering
bergantinya kabinet yang berdasarkan kepada dukungan suara di parlemen.
Selama tahun 1950 sampai 1959 terjadi pergantian kabinet sebanyak 7 kali,
sehingga implikasinya banyak program kabinet yang tidak berjalan dan tidak
12
berkesinambungan. Di samping itu sidang Dewan Konstituante merupakan hasil
pemilu demokratis pada bulan September dan Desember tahun 1955, mendapat
tugas untuk menyusun rancangan UUD baru sebagai pengganti UUD 1945
sebagai wujud akomodasi dari aspirasi masyarakat yang menginginkan adanya
perubahan dari UUDS ke UUD baru yang mengalami kemacetan (stagnan) selama
2 tahun. Dampak dari stagnannya pembahasan RUU tersebut, dalam waktu yang
relatif lama menimbulkan kekhawatiran bahwa Dewan Konstituante akan gagal
menyelesaikannya. Kondisi politik yang demikian membuat pemerintah (Presiden
Soekarno) mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang isinya kita kembali ke
UUD 1945.
d) UUD 1945 Berlaku 5 Juli 1959 sampai 1966
Negara kesatuan yang merupakan perubahan ketatanegaraan dari negara
serikat itu menggunakan Undang-Undang Dasar Sementara 1950 yang di dalam
pembukaannya memuat dasar negara Pancasila, tetapi pelaksanaan sistem
pemerintahannya menggunakan sistem kabinet parlementer. Dengan demikian,
sistem kabinet parlementer itu tidak cocok dengan jiwa Pancasila (Sunarso, 2008).
Dalam sejarahnya lembaga konstituante yang diberi tugas menyusun Undang-
Undang Dasar baru pengganti UUDS 1950 tidak berhasil menyelesaikan tugasnya.
Situasi ini kemudian memicu Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang isinya :
1. Menetapkan pembubaran Konstituante.
2. Menetapkan berlakunya UUD 1945 dan tdak berlakunya lagi UUD 1950.
3. Pembentukan MPRS dan DPAS.
Dengan ditetapkannya Dekrit Presiden tersebut, maka Sejak saat itu UUD
1950 dinyatakan tidak berlaku lagi. Kemudian UUD 1945 berlaku kembali sampai
sekarang. 
Pada kurun waktu 1959-1966 ini biasa dikenal dengan istilah Orde Lama
(ORLA) yang dipimpin oleh Presiden Soekarno. Pelaksanaan UUD 1945 pada
kurun waktu kepemimpinan Presiden Soekarno adalah beberapa hal yang perlu
dicatat mengenai penyimpangan konstitusi UUD 1945 yaitu :
1. Presiden merangkap kepala negara dan kepala pemerintahan (penguasa
eksekutif dan legislatif).
2. Mengeluarkan UU dalam bentuk penetapan Presiden tanpa persetujuan DPR.
3. MPRS mengangkat presiden seumur hidup.

13
4. Hak budget DPR tidak berjalan, karena setelah tahun 1960 pemerintah tidak
mengajukan RUU APBN untuk mendapatkan persetujuan DPR.
5. Lembaga lembaga tinggi dan tertinggi negara diangkat menjadi menteri
menteri negara dan presiden menjadi ketua DPA.

e) UUD 1945 Pada Tahun 1966-1999


Pelaksanaan UUD 1945 pada masa ini memiliki nilai penting bagi
kelangsungan kehidupan bangsa dan negara Indonesia pasca pemerintahan Presiden
Soekarno. Pemerintahan yang kita kenal dengan sebutan pemerintahan Orde Lama,
yaitu pemerintahan yang menjalankan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara
dengan tatanan yang belum sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Kenyataan ini secara bertahap dilakukan perbaikan dan koreksi dalam
berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara oleh pemerintahan Presiden
Soeharto. Pemerintahan ini dikenal dengan sebutan pemerintahan orde baru, yaitu
pemerintahan yang menjalankan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara menurut
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. 
Pelaksanaan UUD 1945 pada masa ini atau yang dikenal dengan istilah orde baru
pada kepemimpinan Presiden Soeharto dapat dicatat mengenai pelaksanaan konstitusi
yaitu :
a. Membentuk lembaga-lembaga yang tersebut dalam UUD 1945 yang
ditetapkan dalam undang-undang .
b. Menyelenggarakan mekanisme kepemimpinan nasional 5 tahunan yaitu
melaksanakan Pemilu DPR, pemilihan presiden dan wakil presiden,
mengangkat kabinet, laporan pertanggung jawaban dalam sidang umum MPR
dan seterusnya.
c. Menggunakan sistem pemerintahan presidensial sebagaimana diatur dalam
konstitusi UUD 1945.

f) UUD 1945 Amandemen 1999, Berlaku Pada Tahun 1999 sampai Sekarang
Dalam penerapan Konstitusi UUD 1945 amandemen, sistem pemerintahan
negara mengalami perubahan sangat signifikan dengan penerapan sistem
pemerintahan pada Konstitusi UUD  1945 pra amandemen.
Pada masa Reformasi ini, UUD 1945 mengalami proses amandemen sesudah
berakhirnya masa pemerintahan Presiden Soeharto. Dalam penerapan Konstitusi
14
UUD 1945 amandemen, sistem pemerintahan negara mengalami perubahan sangat
signifikan dengan penerapan sistem pemerintahan pada konstitusi UUD 1945 pra
amandemen. 

2.5 Tantangan Pelaksanaan UUD 1945 Sebagai Konstitusi


Pada pertengahan 1997 negara Indonesia dilanda krisis ekonomi dan mata uang
yang sangat serius. Krisis ekonomi dan mata uang di Indonesia merupakan tantangan
besar pada saat itu. Sebagai akibat dari krisis, harga telah naik sementara daya beli
masyarakat terus turun. Sementara itu, nilai tukar rupiah ke mata uang asing, terutama
dolar AS, terus turun. Menanggapi kondisi ini, pemerintah telah mencoba berbagai
langkah untuk mengatasinya. Namun, kondisi ekonomi belum membaik. Lebih buruk
dan lebih buruk dari hari ke hari. Krisis tersebar luas secara politis. Orang tidak lagi
mempercayai pemerintah. Krisis kepercayaan kemudian muncul di pemerintahan.
Gelombang protes besar-besaran telah terjadi di Jakarta dan daerah-daerah.
Demonstrasi ini dianimasikan oleh pelajar, pemuda, dan berbagai komponen bangsa
lainnya. Pemerintah tidak bisa lagi mengendalikan situasi. Jadi Presiden Suharto
mengumumkan pengunduran dirinya pada 21 Mei 1998. Pengangkatan Presiden
Suharto menandai awal dari era reformasi negara.
Tumbangnya rezim orde baru dan lahirnya era reformasi adalah bagian dari salah
satu tujuan reformasi pada saat itu. Pada awal era reformasi (pertengahan 1998),
masyarakat harus berurusan dengan berbagai tuntutan reformasi. Tuntutan ini telah
dikomunikasikan oleh berbagai bagian bangsa, terutama pelajar dan kaum muda.
Berikut ini adalah enam tuntutan reformasi tersebut :
1. Amandemen UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Penghapusan doktrin dwifungsi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia .
3. Penegakkan supremasi hukum, penghormatan HAM (Hak Asasi Manusia), serta
pemberantasan KKN (Korupsi Kolusi dan Nepotisme).
4. Desentralisasi dan hubungan yang adil antara pusat dan daerah.
5. Mewujudkan kebebasan pers.
6. Mewujudkan kehidupan demokrasi
Keberadaan tuntutan ini didasarkan pada gagasan bahwa Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) tidak memberikan
dasar bagi kehidupan yang demokratis, penguatan populasi dan penghormatan
terhadap hak asasi manusia. Selain itu, ada artikel dalam UUD NRI 1945 yang
15
menimbulkan interpretasi yang berbeda atau lebih dari satu (banyak interpretasi) dan
menawarkan peluang untuk mengelola negara yang otoriter, terpusat, tertutup, dan
potensi praktik kolusi, korupsi, dan Nepotisme yang berkembang (KKN). Organisasi
negara ini menyebabkan penurunan kehidupan nasional. Buktinya adalah terjadinya
krisis di berbagai bidang kehidupan (krisis multidimensi). Permintaan untuk
perubahan UUD NRI 1945 adalah langkah besar ke depan. Ini dikatakan sebagai
langkah maju karena tidak ada perubahan di era sebelumnya. Posisi politik
pemerintah, Pendidikan Kewarganegaraan | 91 yang didukung oleh MPR, tidak
memiliki niat untuk memodifikasi UUD NRI 1945. Walaupun ada keinginan untuk
mengubah UUD NRI 1945, referendum dengan persyaratan yang sangat spesifik
harus diadakan kaku (untuk meminta pendapat orang). Karena persyaratan yang
sangat ketat, UUD NRI 1945 tidak mungkin diubah. Dalam perkembangannya,
tuntutan untuk perubahan UUD NRI 1945 dan seterusnya menjadi kebutuhan bersama
rakyat Indonesia. Oleh karena itu, dilakukanlah yang Namanya amandemen UUD
1945.

2.6 Amandemen UUD 1945 (1999-2002)


Amandemen (bahasa Inggris : amandement) artinya perubahan.
Mengamandemenkan artinya mengubah atau mengadakan perubahan yang mana
menjadi hak parlemen untuk mengubah atau mengusulkan perubahan rancangan
UUD. Menurut (Taufiqurrohman syahuri,  2004 dalam Winarno, 2007) istilah
perubahan konstitusi itu sendiri mencakup dua pengertian, yaitu amandemen
konstitusi (constitutional amandement) dan pembaruan konstitusi (constitutional
reform).
Dalam hal amandemen konstitusi, perubahan yang dilakukan merupakan
addendum atau sisipan dari konstitusi yang asli. Antara bagian perubahan dengan
konstitusi aslinya masih terkait. Nilai-nilai lama dalam konstitusi asli masih tetap ada.
Sistem perubahan ini dianut oleh Amerika Serikat.
Dalam hal pembaruan konstitusi, perubahan yang dilakukan adalah “baru” secara
keseluruhan. Jadi, yang berlaku adalah konstitusi lama atau asli. Sistem ini dianut
oleh negara seperti Belanda, Jerman, dan Perancis 
Kaitannya dengan masalah mengapa perlunya dilakukan amandemen UUD 1945
adalah karena kehidupan manusia yang senantiasa berubah, baik perubahan internal
masyarakat, seperti pemikiran, kebutuhan hidup, kemampuan diri maupun kehidupan
16
eksternal masyarakat, seperti lingkungan hidup yang berubah dan hubungan dengan
masyarakat lain. Oleh karena itu, konstitusi sebagai landasan kehidupan bernegara
harus senantiasa menyesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan yang terjadi di
masyarakat. 
Kekuasaan Soeharto dianggap telah membelenggu aspirasi rakyat dan mengecilkan
peran lembaga-lembaga politik. Partai politik tidak berperan, DPR lemah dihadapan
eksekutif, sehingga distribusi kekuasaan menjadi tidak seimbang antara eksekutif, dan
legislatif, dan yudikatif. Kekuasaan presiden sangat besar dan perlindungan HAM
sangatlah minim serta mekanisme checks and balance tidak memadai. Oleh karena
itu, tekanan untuk mengamandemenkan UUD 1945 pun semakin kuat. Walaupun
terjadi pro dan kontra, namun amandemen UUD 1945 tetap dilakukan, tetapi dengan
kesepakatan bahwa bagian pembukaan UUD 1945 tidak boleh diubah, tetap
mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia dan sistem pemerintahan
presidensial, penjelasan UUD 1945 ditiadakan, dan hal-hal normatif dalam bagian
penjelasan diangkat ke dalam pasal-pasal. Perubahan dilakukan dengan cara
‘adendum’ yaitu setiap pasal baru hasil amandemen akan selalu disertai dengan pasal
aslinya. Tujuannya agar konteks historis dapat dilestarikan sehingga masih tetap dapat
terus dipelajari oleh generasi mendatang (Nuruddin Hady, 2010)
Perubahan atau amandemen UUD 1945 dilakukan pertama kali oleh MPR pada
sidang umum MPR tahun 1999 dan mulai berlaku sejak tanggal 19 Oktober 1999.
Amandemen atas UUD 1945 dilakukan sebanyak 4 kali (1999-2002) :
1. Amandemen pertama terjadi pada sidang umum MPR tahun 1999 dan disahkan
pada tanggal 19 Oktober 1999. Pasal yang diubah sebanyak 9 pasal, antara lain
pasal 5 ayat (1) Pasal 7, pasal 9, pasal 13 ayat (2), pasal 14, pasal 15, pasal 17 ayat
(2) dan (3), pasal 20, dan pasal 21.
2. Amandemen kedua terjadi pada sidang tahunan MPR dan disahkan pada tanggal
18 Agustus 2000. Pada amandemen kedua ini, MPR mengubah pasal 18, pasal 18
A, pasal 18 B, pasal 19, pasal 20 ayat (5), pasal 20A, pasal 22 A, pasal 22 B, Bab
IX A, pasal 25 E, Bab X, pasal 26 ayat (2) dan ayat (3), pasal 27 ayat (3), Bab X
A, pasal 28 A, pasal 28 B, pasal 28 C, pasal 28 D, pasal 28 E, pasal 28 F, pasal 28
G, pasal 28 H, pasal 28 I, pasal 28 J, Bab XII, pasal 30, Bab XV, pasal 36 A, pasal
36 B, dan pasal 36 C. Jadi, yang diamandemen sebanyak 25 pasal.
3. Amandemen ketiga terjadi pada sidang tahunan MPR dan disahkan pada tanggal
10 November 2001. Pada perubahan ketiga yang diamandemen sebanyak 23 pasal,
17
yaitu pasal 1 ayat (2) dan (3), pasal 3 ayat (1), (3), dan (4), pasal 6 ayat (1) dan
(2), pasal 6A ayat (1), (2), (3), dan (5), pasal 7A, pasal 7B ayat (1), (2), (3), (4),
(5), (6), dan (7), pasal 7C, pasal 8 ayat (1) dan (2), pasal 11 ayat (2) dan (3), pasal
17 ayat (4), Bab VIIA, pasal 22C ayat (1), (2), (3), dan (4), pasal 22D ayat (1), (2),
(3), dan (4), Bab VIIB, pasal 22E ayat (1), (2), (3), (4), (5), dan (6), pasal 23 ayat
(1), (2), dan (3), pasal 23A, pasal 23G ayat (1), (2), (3), (4), dan (5), pasal 24B
atay (1), (2), (3), dan (4), pasal 24C ayat (1), (2), (3), (4), (5), dan (6).
4. Amandemen keempat terjadi pada sidang tahunan MPR dan disahkan pada
tanggal 10 Agustus 2002. Pada perubahan keempat ini yang diamandemen
sebanyak 13 pasal, serta 3 pasal aturan peralihan, dan 2 pasal aturan tambahan
yang meliputi pasal 2 ayat (1), pasal 6A ayat (4), pasal 8 ayat (3), pasal 11 ayat
(1), pasal 16, pasal 23B, pasal 24 ayat (3), Bab XIII, pasal 31 ayat (1), (2), (3), (4),
dan (5), pasal 32 ayat (1) dan (2).
Keseluruhan amandemen UUD 1945 itu pada dasarnya meliputi ketentuan
mengenai (a) Hak-hak asasi manusia, hak kewajiban warga negara, serta mekanisme
hubungannya dengan negara dan prosedur untuk mempertahankannya apabila hak-hak
itu dilanggar, (b) Prinsip-prinsip dasar tentang demokrasi dan rule of law serta
mekanisme perwujudannya dan pelaksanaannya, seperti melalui pemilihan umum,
dan lain-lain,  serta (c) Format kelembagaan negara dan mekanisme hubungan antar
organ negara serta sistem pertanggungjawaban para pejabatnya. Dengan kata lain
menurut (Jimly Asshidiqie, 2007 dalam Sunarso dkk, 2008), apa yang diatur dalam
amandemen pertama sampai dengan amandemen keempat UUD 1945 mencakup
semua hal yang menjadi pokok materi semua UU dasar negara modern di dunia. 
Tentu tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan UUD 1945 ini membawa
kemajuan. Hal ini tampak jelas bahwa kehidupan demokrasi tumbuh semakin baik.
UUD 1945 hasil amandemen sudah memunculkan ketentuan tentang check and
balance secara profesional dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Sebelum UUD
1945 diamandemen, banyak produk peraturan perundang-undangan yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, seperti
banyaknya UU yang bertentangan dengan UUD 1945, tetapi tidak ada lembaga
pengujian yang dapat dioperasionalkan. Sekarang dapat kita lihat kemajuan yang
terjadi dengan hadirnya MK yang berperan dalam pengujian UU, sebagai
implementasi checks and balance yang bagus bagi sistem ketatanegaraan. Sekarang
legislatif tidak bisa lagi membuat UU dengan sembarangan atau melalui transaksi
18
politik tertentu, sebab produk legislasi sekarang sudah dapat diwarisi dan diimbangi
oleh lembaga Yudisial, yaitu MK (Moh. Mahfud MD, 2010).
Dengan amandemen UUD 1945, lembaga MPR mengalami transformasi
kedudukan dari lembaga tertinggi negara menjadi lembaga tinggi negara. Kekuasaan
MPR pun menjadi berkurang. MPR tidak lagi berwenang untuk memilih pasangan
presiden dan wakil presiden, tetapi rakyatlah yang sekarang berdaulat untuk memilih
pasangan presiden dan wakil presiden. Dengan kata lain, kedaulatan tertinggi berada
ditangan rakyat. Yang sebelum diamandemen kekuasaan tertinggi berada ditangan
MPR. Pembagian kekuasaan juga diatur dengan jelas antara eksekutif, legislatif, dan
yudikatif. Kekuasaan eksekutif didelegasikan kepada presiden, kekuasaan legislatif
didelegasikan kepada presiden, DPR, dan DPRD. Serta kekuasaan yudikatif
didelegasikan kepada Mahkamah Agung. Sedangkan fungsi pengawasan atau
kekuasaan inspektif, didelegasikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan
DPR. Setelah diamandemen, tidak ada kekuasaan konsultatif, yang sebelum
diamandemenkan didelegasikan kepada Dewan Pertimbangan Agung. Dalam
kekuasaan kehakiman ada 2 lembaga baru setelah di amandemen, yaitu KY dan MK. 
Inti penerapan sistem pemerintahan pasca amandemen Konstitusi UUD 1945
antara lain :
a. Perubahan ideologi politik dari sosiolis democrat (ORBA) menjadi liberal yang
berintikan demokrasi dan kebebasan individu serta pasar bebas.
b. Penyelenggaraan otonomi daerah kepada pemda tingkat I dan II (kabupaten/kota).
c. Pelaksanaan pemilu langsung presiden dan wakil presiden.
d. Pelaksanaan kebebasan pers yang bertanggung jawab.
e. Perubahan UU politik yang berintikan pemilu langsung dan sistem multipartai.
f. Pelaksanaan amandemen konstitusi (UUD 1945) yang berintikan perubahan
struktur ketatanegaraan Indonesia yang ditandai dengan ditetapkannya konstitusi
(UUD 1945) sebagai lembaga tertinggi negara.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut :
1. Konstitusi adalah sistem ketatanegaraan yang berupa peraturan tertulis maupun
tidak tertulis yang ditetapkan Bersama untuk mengatur pemerintahan suatu
negara.
2. Hakikat dan Fungsi konstitusi adalah pembatasan kekuasan pemerintah sehingga
penyelenggaraan kekuasaan tidak sewenang-wenang. Dengan demikian, hak-hak
warga negara dirapkan terlindungi.
3. UUD 1945 disahkan oleh PPKI sebagai konstitusi negara Indonesia pada tanggal
18 Agustus 1945.
4. Dalam pelaksanaannya, UUD 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia telah
mengalami perubahan menjadi konstitusi RIS (27 Desember 1945-17 Agustus
1950), kemudian berubah menjadi UUDS 1950 (17 Agustus 1950-5 Juli 1959),
hingga akhirnya menjadi UUD 1945 lagi tetapi dengan amandemen pada tahun
1999, 2000, 2001, 2002.
5. Amandemen terhadap UUD 1945 dilakukan karena adanya tuntutan perubahan
UUD 1945 yang kuat dari masyarakat. Masyarakat merasa bahwa muatan UUD
1945 waktu itu banyak yang tidak sesuai. Amandemen dilakukan sebanyak empat
kali yaitu dari tahun 1999-2002.

20
DAFTAR PUSTAKA

Hady, Nuruddin. 2010. Teori Konstitusi dan Negara Demokrasi. Malang : Setara Press.
Mahfud MD, Moh. 2010. Perdebatan Hukum Tata Negara. Jakarta : Rajawali Pers.
Srijanti dkk. 2008. Etika Berwarga Negara. Jakarta : Salemba Empat.
Sunarso dkk. 2008. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan
Tinggi. Yogyakarta : UNY Press.
Winarno. 2008. Paradigme Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Bumi Aksara.
Ismail & Hartati, S. 2020. Konsep Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara di Indonesia.
Pasuruan, Jawa Timur : CV. Penebit Qiara Media.

21

Anda mungkin juga menyukai